APLIKASI TEORI PADA MANAJEMEN DAN ADMINI (1)
APLIKASI TEORI PADA MANAJEMEN DAN ADMINISTRASI KEPERAWATAN
Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Teori Keperawatan Program Studi Magister Keperawatan
Ol
Oleh: KELOMPOK II
Abdan Syakura
(131714153050) Akbar Nur
Fatimah Zahrah
(131714153022) Ana Rufaida
Gustini
La Rakhmat Labula (131714153070) Angela L. Thome
Maretta Sekar Dewi (131714153062) Anita D. Anggraini (131714153096)
(131714153028) Daddy Zharfan
Nurul Hidayah
Sanda Prima Dewi (131714153082) Dika Lukitaningtyas (131714153006)
(131714153001) Dinda NFH Bunga (131714153074)
Zaenal Abidin
Yuly Abdi Zainurida (131714153031)
PROGRAM STUDI MAGISTER KEPERAWATAN FAKULTAS KEPERAWATAN UIVERSITAS AIRLANGGA TAHUN 2017
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat rahmat dan hidayah-Nya kami diberi kesempatan untuk menyelesaikan makalah yang berjudul “ Aplikasi Teori pada Manajemen dan Administrasi Keperawatan ” sesuai waktu yang telah ditentukan.
Makalah ini kami susun dalam rangka memenuhi tugas Teori Keperawatan pada Program Studi Magister Keperawatan Fakultas Keperawatan Universitas Airlangga Surabaya. Dalam penyusunan ini kami ucapkan banyak terima kasih kepada berbagai pihak yang telah membantu kami khususnya kepada yang terhormat fasilitator Prof. Dr. Nursalam, M.Nurs (HONS). Serta berbagai pihak lain yang tidak bias kami sebutkan satu persatu.
Demikian yang dapat kami sampaikan, semoga makalah ini bias bermanfaat bagi para pembaca dan penulis. Tidak ada gading yang tak retak, kami yakin makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, kritik dan masukan yang membangun sangat kami harapkan guna menyempurnakan makalah kami.
Surabaya, Nopember 2017 Penulis
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Manajemen adalah proses pelaksanaan keperawatan melalui upaya staf keperawatan untuk memberikan asuhan keperawatan, pengobatan dan rasa aman kepada pasien, keluarga dan masyarakat (Gillies, 1999).
Manajemen pelayanan keperawatan sebagai sub sistem manajemen rumah sakit harus memperoleh tempat dan perhatian sama dengan manajemen lainnya, sehingga rumah sakit dapat berfungsi sebagaimana yang diharapkan. Lingkup manajemen operasional dan manajemen asuhan keperawatan yaitu merencanakan, mengorganisir, mengarahkan dan mengawasi sumber daya keperawatan.
Pelayanan keperawatan merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan. Dalam pelayanan kesehatan, keberadaan perawat merupakan posisi kunci, yang dibuktikan oleh kenyataan bahwa 40-60% pelayanan rumah sakit merupakan pelayanan keperawatan dan hampir semua pelayanan promosi.
Salah satu instansi yang memasarkan jasa kepada konsumen adalah instansi pelayanan kesehatan. Pelayanan kesehatan menimbulkan persaingan antar penyedia pelayanan kesehatan termasuk diantaranya adalah rumah sakit. Dengan adanya persaingan antar rumah sakit yang semakin tinggi disertai dengan banyaknya pembangunan rumah sakit perlu terus mengembangkan diri dengan menyelenggarakan pelayanan yang bermutu dan meningkatkan kualitas baik pelayanan medik, maupun pelayanan administrasi guna memberi kepuasan terhadap konsumen.
Kualitas merupakan suatu kondisi dinamis yang berpengaruh denga produk, jasa, manusia, proses dan lingkungan yang memenuhi atau melebihi harapan. Pelayanan kesehatan bermutu merupakan salah satu wujud dari tuntutan masyarakat di era globalisasi saat ini. Masyarakat yang semakin kritis dan terdidik kian menguatkan agar pelayanan kesehatan lebih responsif atas kebutuhan masyarakat, menerapkan manajemen yang transparan, partisipatif dan akuntabel (Badan Perencanaan Pembangunan Nasional [BAPPENAS], 2011 dalam Komapo, 2013). Selain itu, masyarakat menuntut rumah sakit harus dapat memberikan pelayanan kesehatan yang terkait dengan kebutuhan pasien harus dapat dilayani oleh rumah sakit secara mudah, cepat, akurat, dengan biaya terjangkau (Ilyas, 2004).
Tuntutan Masyarakat terhadap kwalitas pelayanan keperawatan dirasakan sebagai suatu fenomena yang harus direspon oleh perawat. Oleh karena itu Pelayanan keperawatan ini perlu mendapat prioritas utama dalam pengembangan ke masa depan.
Perawat harus mau mengembangkan ilmu pengetahuannya dan berubah sesuai tuntutan masyarakat, dan menjadi tenaga perawat yang professional. Pengembangan dalam berbagai aspek keperawatan bersifat saling berhubungan, saling bergantung, saling mempengaruhi dan saling berkepentingan. Oleh karena itu inovasi dalam pendidikan keperawatan, praktek keperawatan , ilmu keperawatan dan kehidupan keprofesian merupakan fokus utama keperawatan Indonesia dalam proses profesionalitas. Proses profesionalisasi merupakan proses pengakuan terhadap sesuatu yang dirasakan, dinilai dan diterima secara spontan oleh masyarakat, maka dituntut untuk mengembangkan dirinya dalam sistim pelayanan kesehataan.
Perubahaan-perubahaan ini akan membawa dampak yang positif seperti makin meningkatnya mutu pelayanan kesehatan/keperawatan yang diselenggarakan, makin sesuainya jenis dan keahlian tenaga kesehatan/ keperawatan yang tersedia dengan tuntutan masyarakat, bertambahnya kesempatan kerja bagi tenaga kesehatan. Oleh karena alasan- alasan di atas maka Pelayanan keperawatan harus dikelola secara profesional, karena itu perlu adanya Manajemen Keperawatan.
Manajemen Keperawatan harus dapat diaplikasikan dalam tatanan pelayanan nyata di Rumah Sakit, sehingga perawat perlu memahami bagaiman konsep dan Aplikasinya di dalam organisasi keperawatan itu sendiri.
Untuk lebih memahami arti dari Manajemen Keperawatan maka kita perlu mengetahui terlebih dahulu apa yang dimaksud dengan organisasi keperawatan, bagaimana tugas dan tanggung-jawab dari masing-masing personil di dalam organisasi yang pada akhirnya akan membawa kita untuk lebih mengerti bagaimana konsep dasar dari Manajemen Keperawatan itu sendiri.\
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian yang telah dipaparkan dalam latar belakang di atas, maka peneliti merumuskan permasalahan terkait Aplikasi teori manajemen dan administrasi keperawatan
1.3. Tujuan Penulisan
1.3.1 Tujuan Umum
Makalah ini di buat untuk mengetahui,memahami,dan menerapkan konsep manajemen keperawatan dalam bidang kesehatan,khususnya bidang keperawatan.
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Diketahuinya gambaran tentang aplikasi teori manajemen keperawatan
2. Diketahuinya gambaran tentang administrasi keperawatan
1.4. Manfaat Penulisan
1.4.1 Manfaat Untuk Institusi Pelayanan Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan telaahan manajemen untuk mengembangkan dan meningkatkan manajemen dan administrasi keperawatan di rumah sakit.
1.4.2 Manfaat Untuk Institusi Pendidikan
Sebagai masukan proses pendidikan untuk membentuk pola teori manajemen keperawatan dan manajemen keperawatan yang dapat diterapkan pada peserta didik sejak dini,dan peserta didik mendapat pengetahuan tentang pentingnya pengimplementasan di rumah sakit, sehingga menghasilkan perawat yang mempunyai dedikasi yang tinggi pada profesi keperawatan.
1.4.3 Manfaat Untuk Penulis Kegunaan untuk penulis adalah bahwa penelitian ini dapat memberikan tambahan pengetahuan serta merupakan suatu pengalaman yang sangat berharga sehingga diharapkan dapat berguna pada waktu terjun ke rumah sakit nanti.
BAB 2 TINJAUAN TEORI
2.1 Desain Organisasi
2.1.1 Organisasi
1. Pengertian organisasi
Secara umum, Pengertian Organisasi adalah sekumpulan orang yang bekerja sama untuk mencapai tujuan bersama (J.R. Schermehorn). Sedangkan secara terperinci pengertian organisasi adalah sebagai tempat atau wadah untuk orang berkumpuldan berkerja sama secara rasional dan sistematis, terencana, terpimpin, dan terkendali, dalam memanfaatkan sumber daya baik uang, metode, material, dan lingkungan, dan sarana-prasarana, data dan lain sebagainya yang digunakan secara efisen dan efektif untuk mencapai tujuan organisasi. Definisi organisasi menurut para ahli antara lain sebagai berikut:
a. Stoner, Organisasi adalah suatu pola hubungan-hubungan melalui mana orang-orang dibawah pengarahan atasan mengejar tujuan bersama
b. Stephen P. Robbins, Organisasi adalah kesatuan ( entity ) sosial yang dikoordinasikan secara sadar, dengan sebuah batasan yang relatif dapat diidentifikasi, yang bekerja atas dasar yang relatif terus menerus untuk mencapai suatu tujuan bersama atau sekelompok tujuan.
c. James D. Mooney, Organisasi adalah bentuk setiap perserikatan manusia untuk mencapai tujuan bersama.
d. Chester I. Bernard, Organisasi adalah suatu sistem aktivitas kerja sama yang dilakukan oleh dua orang atau lebih.
e. Drs. H. Malayu S,P, Hasibua, Oorganisasi adalah sebagai proses penentuan, pengelompokan, dan pengaturan bermacam-macam aktivitas yang diperlukan untuk mencapai tujuan bersama.
f. Max Weber, Organisasi adalah suatu kerangka hubungan terstruktur yang didalmnya terdapat wewenang, dan tanggung jawab serta pembagian kerja menjalankan sesuatu fungsi tertentu.
g. Philip Selznick, Organisasi adalah peraturan personil ( arrangement of personal ) guna mempermudah pencapaian beberapa tujuan yang telah ditetapkan ( for facilitating the accomplishment of some agreed purpose ) g. Philip Selznick, Organisasi adalah peraturan personil ( arrangement of personal ) guna mempermudah pencapaian beberapa tujuan yang telah ditetapkan ( for facilitating the accomplishment of some agreed purpose )
h. Thompson, bahwa organisasi adalah sebuah integrasi anggota angota spesial yang sangat rasional dan impersonal (adil) yang bekerja sama (kooperasi) untuk mencapai tujuan tujuan spesifik yang telah diumumkan.
2. Teori-Teori Organisasi
Terdapat macam-macam teori organisasi antara lain sebagai berikut :
a. Teori Organisasi Klasik Teori ini memiliki konsep organisasi mulai dari tahun 1800 (abad 19) yang mendefinisikan organisasi adalah sebagai struktur hubungan, kekuasaan-kekuasaan, tujuan-tujuan, peranan-peranan, kegiatan-kegiatan, komunikasi dan faktor lain ketika orang bekerja sama. Teori klasik sangat tersentralisasi dan tugas-tugasnya terspesialisasi serta pemberian petunjuk mekanistik struktural yang kaku dan tidak kreatif yang digambarkan oleh para teoritisi. Teori Klasik disebut juga dengan teori tradisional. Teori klasik berkembang dalam 3 jenis aliran antara lain sebagai berikut :
1) Teori Birokrasi Teori birokrasi dikemukakan oleh Max Weber dalam bukunya yang berjudul "The Protestant Ethic and Spirit of Capitalism ”
2) Teori Administrasi, Teori administrasi dikembangkan atas sumbangan dari Henry Fayol dan Lyndall Urwick dari Eropa serta Mooeny dan Reliey dari Amerika
3) Manajemen Ilmiah, Teori ini dikembangkan oleh Frederick Winslow Taylor yang dimulai pada tahun 1900.
b. Teori Organisasi Neoklasik Teori ini menekankan pada pentingnya aspek psikologis dan sosial, baik sebagai individu dan kelompok dalam lingkungan kerja. Teori Neoklasik adalah teori/aliran hubungan manusia ( The Human Relation Movement ). Dalam pembagian kerja, diperlukan hal-hal berikut yang telah dikemukakan teori neoklasik antara lain sebagai berikut :
1) Partisipasi, yaitu melibatkan setiap orang dalam proses pengambilan keputusan
2) Perluasan kerja, yaitu sebagai kebalikan dari pola spesialisasi.
3) Manajemen bottom-up, yang akan memberikan kesempatan para junior untuk berpartisipasi dalam pengambilan keputusan manajemen puncak.
c. Teori Organisasi Modern Teori yang bersifat terbuka dimana semua unsur organisasi satu kesatuan yang saling ketergantungan. Teori modern dipelopori oleh Herbert Simon yang ditandai dan dimulai disaat berakhirnya gerakan contingency. Teori modern disebut juga sebagai analisa system pada organisasi yang merupakan aliran ketiga terbesar dalam teori organisasi dan manajemen. Sistem terbuka yang dipelopori Katz dan Robert kahn dalam bukunya "the social psychology of organization". yang menjelaskan dalam bukunya mengenai keunggulan sistem terbuka.
3. Tujuan Organisasi
Setiap manusia memiliki kepentingan dan tujuan yang berbeda-beda, hal tersebut menjadi sebab adanya tujuan dalam organisasi, dengan menyatukan kepentingan dan tujuan yang berbeda-beda untuk menjadi kepentingan dan tujuan yang sama. Tujuan organisasi berpengaruh dalam mengembangkan organisasi baik dalam perekrutan anggota, dan pencapaian apa yang ingin dilakukan dalam berjalannya organisasi tersebut.Tujuan-tujuan organisasi antara lain sebagai berikut :
a. Mengatasi terbatasnya kemampuan, kemandirian dan sumber daya yang dimilikinya dalam mencapai tujuan
b. Sebagai tempat mencapai tujuan dengan selektif dan efisien karena melakukan secara bersama-sama
c. Sebagai tempat mendapatkan jabatan dan pembagian kerja
d. Tempat mencari keuntungan bersama-sama
e. Sebagai tempat mengelola dalam lingkungan bersama-sama
f. Sebagai tempat mendapatkan penghargaan
g. Sebagai tempat dalam mendapatkan kekuasaan dan pengawasan
h. Sebagai tempat menambat pergaulan dan memanfaatkan waktu luang
4. Ciri-Ciri Organisasi
Berdasarkan tujuan dan pengertian organisasi diatas, dapat diambil beberapa ciri ciri yang merupakan batasan yang jelas dan gambaran tentang bagaimana organisasi itu dan apa yang membuat dikatakan sesuatu itu sebuah organisasi.
Organisasi dapat dibedakan dengan melihat ciri-ciri organisasi dimana ciri- ciri organisasi beraneka ragam antara lain sebagai berikut :
a. Ciri-Ciri Organisasi Secara umum
1) Memiki tujuan dan sasaran
2) Memiliki komponen yaitu atasan dan bawahan
3) Adanya kerja sama yang terstruktur
4) Memiliki pendegelasian wewenang dan koordinasi tugas-tugas.
5) Memiliki keterikatakan format dan tatat tertip yang harus ditaati
b. Ciri-Ciri Organisasi Menurut Para Ahli (Berelson dan Steiner)
1) Formalitas, adalah ciri organisasi sosial yang merujuk pada perumusan tertulis daripada peraturan-peraturan, ketetapan-ketetapan prosedur, kebijaksanaan, tujuan, strategi dan seterusnya
2) Hierarki, adalah ciri organisasi yang mengacu pada pola kekuasaan dan kewenangan yang berbentuk piramida, artinya terdapat orang-orang tertentu dengan kekuasaan dan kewenangan yang tinggi dari pada orang biasa dalam organisasi tersebut.
3) Besar dan Kompleksnya, adalah ciri organisasi sosial yang memiliki banyak anggota sehingga hubungan sosial antar anggota adalah tidak langsung (impersonal) yang biasanya disebut dengan "gejala birokrasi"
4) Lamanya (Duration), adalah ciri organisasi dimana eksistensi organisasi
lebih lama dari pada keanggotaan pada organisasi tersebut.
c. Ciri-Ciri Organisasi Modern
1) Organisasi bertambah besar
2) Penggunaan staf lebih intensif
3) Unsur-unsur organisasi lebih lengkap
4) Pengelolaan data semakin cepat
5) Adanya prinsip-prinsip atau azas-asaz organisasi
6) Cenderung spesialisasi
5. Unsur-Unsur Organisasi
Setiap organisasi memiliki beragam unsur antara lain sebagai berikut :
a. Unsur-Unsur Organisasi Secara Umum
1) Man, adalah unsur utama pembentuk organisasi yang disebut sebagai personil atau anggota yang menurut fungsi dan tingkatannya terdiri atas unsur pimpinan (administrator) sebagai pemimpin tertinggi organisasi, para manajer pemimpin unit tertentu suatu kerja sesuai fungsinya dan para pekerja (workers). Setiap hal tersebut merupakan kekuatan organisasi.
2) Kerja Sama, adalah unsur organisasi dimana setiap anggota atau personil melakukan perbuatan secara bersama-sama untuk tujuan bersama.
3) Tujuan Bersama, adalah Sasaran yang ingin dicapai/ diharapkan baik dari prosedur, program, pola atau titik akhir dari pekerjaan organisasi tersebut.
4) Peralatan (Equipment), adalah sarana dan prasarana yang berupa kelengkapan dari organisasi tersebut baik itu berupa bangunan (gedung, kantor), materi, uang, dan kelengkapan lainnya.
5) Lingkungan (Environment), adalah unsur organisasi yang juga memiliki pengaruh. Faktor tersebut adalah ekonomi, sosial budaya, strategi, kebijaksanaan. anggaran, dan peraturan yang telah ditetapkan.
6) Kekayaan Alam, yang termasuk dengan kekayaan alam adalah air, cuaca, keadaan iklim, flora dan fauna.
7) Kerangka/Kontruksi Mental Organisasi, adalah landasan dari organisasi yang berada pada visi organisasi tersebut dibuat.
b. Unsur-Unsur Organisasi menurut Keith Davis
1) Unsur Pertama, bahwa partisipasi atau keikutsertaan sesungguhnya merupakan keterlibatan mental dan perasaan, lebih daripada semata-mata atau hanya keterlibatan secara jasmaniah
2) Unsur Kedua, adanya sikap sukarela dalam membantu kelompok mencapai tujuan tertentu.
3) Unsur Ketiga, unsur tanggung jawab merupakan rasa yang paling menonjol dalam menjadi anggota
6. Struktur dan Desain Organisasi
Struktur organisasi adalah pola tentang hubungan antara berbagai komponen dan bagian organisasi. Pada organisasi formal struktur direncanakan dan merupakan usaha sengaja untuk menetapkan pola hubungan antara berbagai komponen, sehingga dapat mencapai sasaran secara efektif. Sedangkan pada organisasi informal, struktur organisasi adalah aspek sistem yang tidak direncanakan dan timbul secara spontan akibat interaksi peserta. Struktur organisasi memberikan kerangka yang menghubungkan wewenang karena struktur merupakan penetapan dan penghubung antar posisi para anggota organisasi. Jika seseorang memiliki suatu wewenang, maka dia harus dapat mempertanggungjawabkan wewenangnya tersebut.
Desain organisasi merupakan proses perkembangan hubungan dan penciptaan struktur untuk mencapai tujuan organisasi. Jadi struktur merupakan hasil dari proses desain. Proses desain merupakan suatu kegiatan yang bersifat kontinu dan dirancang oleh manajer. Apapun bentuk atau hasil dari proses desain tersebut, para perancang desain organisasi harus merancang sebuah organisasi yang dapat membuat organisasi tersebut tetap bertahan hidup. Selain itu pemilihan desain organisasi tersebut akan menentukan besar kecilnya organisasi.Setiap ukuran organisasi akan memberikan keuntungan masing- masing, namun diharapkan tercapainya tujuan organisasi dan juga eksistensi dari organisasi.
7. Dimensi Struktur Organisasi
a. Kompleksitas Mempertimbangkan tingkat diferensiasi yang ada dalam organisasi termasuk di dalamnya tingkat spesialisasi atau tingkat pembagian kerja, jumlah tingkatan di dalam hirarki organisasi serta tingkat sejauh mana unit- unit organisasi tersebar secara geografis. Diferensiasi :
1) Diffrensiasi horizontal, merujuk pada tingkat diferensiasi antara unit-unit berdasarkan orientasi para anggota, sifat dari tugas yang dilaksanakan, dan tingkat pendidikan dan pelatihannya. Spesialisasi adalah pengelompokkan aktivitas tertentu yang dilakukan satu individu. Spesialisasi fungsional adalah pembagian kerja. Spesialisasi social adalah individunya yang dispesialisasi. Departementalisasi adalah cara organisasi secara khas 1) Diffrensiasi horizontal, merujuk pada tingkat diferensiasi antara unit-unit berdasarkan orientasi para anggota, sifat dari tugas yang dilaksanakan, dan tingkat pendidikan dan pelatihannya. Spesialisasi adalah pengelompokkan aktivitas tertentu yang dilakukan satu individu. Spesialisasi fungsional adalah pembagian kerja. Spesialisasi social adalah individunya yang dispesialisasi. Departementalisasi adalah cara organisasi secara khas
2) Diffrensiasi vertical, merujuk pada kedalaman struktur Misal : organisasi berbentuk tall atau flat, tergantung dari rentang kendali (span of control)
3) Diferensiasi Spasial, tingkat sejauh mana lokasi dari kantor,pabrik, dan personalia sebuah organisasi tersebar secara geografis.
b. Standarisasi Standarisasi yaitu sejauh mana organisasi menyandarkan dirinya pada peraturan dan prosedur untuk mengatur perilaku dari para pegawainya. Keuntungan adanya standarisasi :
1) Standarisasi perilaku akan mengurangi keanekaragaman
2) Memudahkan koordinasi
3) Adanya penghematan
c. Formalisasi :
1) Bersifat eksternal bagi pegawai, peraturan, prosedur, dan aturan ditetapkan secara terinci, dikodifikasi, & dilaksanakan melalui pengawasan langsunng
2) Perilaku yang diinternalkan, melalui nilai, norma
Teknik-teknik Formalisasi:
1) Seleksi
2) Persyaratan peran
3) Peraturan, prosedur, dan kebijaksanaan.
4) Pelatihan
5) Ritual.
d. Sentralisasi Sentralisasi, tingkat di mana pengambilan keputusan dikonsentrasikan pada suatu titik tunggal di dalam organisasi. Hambatan sentralisasi :
1) Hanya memperhatikan struktur formal.
2) Memperhatikan kebebasan dalam pengambilan keputusan.
3) Konsentrasi pada seseorang, unit atau tingkat.
4) Kontrol dari top manajemen, tetapi keputusan tetap terletak pada anggota tingkat rendah.
Keuntungan sentralisasi :
1) Keputusan komprehensif yang akan diambil.
2) Penghematan dan lebih efektif
e. Keputusan Manajerial Keputusan terprogram ( programmed decision ). Keputusan yang dibuat untuk menangani situasi / masalah yang cukup sering terjadi, sehinnga pembuat keputusan dapat membuat aturan-aturan pembuatan keputusan untuk diterapkan di masa depan. Misalnya keputusan untuk memesan persediaan ketika persediaan berada pada level tertentu.
1) Keputusan tidak terprogram (nonprogrammed decision). Keputusan yang dibuat dalam menanggapi situasi yang unik, tidak familier dan tidak terstruktur serta menimbulkan konsekuensi-konsekuensi penting bagi organisasi.banyak keputusan tidak terprogram melibatkan perencanaan strategis, karena ketidakpastiannya begitu besar dan keputusan merupakan hal yang sangat kompleks. Kepastian , resiko, ketidakpastian dan ambiguitas.
2) Kepastian(certainly) Terjadi jika ionformasi yang dibutuhkan untuk pengambilan keputusan tersedia dengan lengkap. Para manager memiliki informasi mengenai kondisi biaya operasi, biaya, batasan-batasan sumber daya, dari masing- masing tindakan serta kemungkinan perolehan hasil yang akan diperoleh
3) Resiko(risk) Terjadi apabila sebuah keputusan memiliki sasaran yang jelas dan didasarkan pada informasi yang baik, namun konsekuensi masa depan dari masing-masing alternative keputusan tidak pasti. Analisis statistic dapat digunakan untuk mengalkulasi kemungkinan keberhasilan atau kegagalan.
Ukuran resiko dapat mengidentifikasikan kemungkinan kegagalan suatu alternative dimasa depan.
4) Ketidakpastian(uncertainly) Berarti manajer mengetahui sasaran mana yang ingin diraih tetapi informasi mengenai alternative dan kejadian masa depan tidak lengkap. Manajer tidak memiliki informasi yang cukup jelas mengenai berbagai alternative atau untuk mengestimasi resikonya. Factor-faktor yang dapat mempengaruhi keputusan seperti harga, biaya produksi, volume atau tingkat suku bunga. Masa depan sulit di analisis dan diprediksi.
5) Ambiguitas(ambiquity) Ambiguitas selama ini dianggap sebagai situasi keputusan tersulit yang harus dilakukan. Ambiguitas memiliki arti bahwa sasaran-sasaran yang harus diraih/masalah yang harus dilakukan tidak jelas.
8. Model Desain Organisasi
a. Model organisasi mekanistik Yaitu model yang menekankan pentingnya mencapai produksi dan efisiensi tingkat tinggi. Henry Fayol mengajukan sejumlah prinsip yang berkaitan dengan fungi pimpinan untuk mengorganisasi dan empat diantaranya berhubungan dengan pemahaman model mekanistik yaitu:
1) Prinsip Spesialisasi yaitu merupakan sarana terbaik untuk mendayagunakan tenaga individu dan kelompok.
2) Prinsip Kesatuan Arah yaitu semua pekerjaan harus dikelompokkan berdasarkan keahlian.
3) Prinsip Wewenang dan Tanggung jawab yaitu manager harus mendapat pendelegasian wewenang yang cukup untuk melaksanakan tanggung jawab yang dibebankan kepadanya.
4) Prinsip Rantai Skalar yaitu hasil alami dari pelaksanaan ketiga prinsip sebelumnya adalah rantai tingkatan manajer dari peringkat wewenang paling tinggi sampai dengan peringkat paling rendah. Rantai scalar adalah jalur keseluruhan komunikasi vertical dalam sebuah organisasi.
b. Model Organik Yaitu menekankan pada pentingnya mencapai keadaptasian dan perkembangan tingkat tinggi. Desain organisasi ini kurang mengandalkan peraturan dan prosedur, wewenang yang disentralisasikan atau spesialisas yang tinggi.
Model organik desain organisasi merupakan kontars dari model mekanistik. Karakteristik dan praktek organisasi yang mendasari model organik sama sekali berbeda dari karakteristik dan praktek yang mendasari model mekanistik. Perbedaan yang paling mencolok antara kedua model itu berasal dari criteria keefektifan yang berbeda yang ingin diusahakan sebesar- besarnya oleh masing-masing model. Jika model mekanistik berusaha untuk mencapai efisiensi dan produksi secara maksimum, maka model organik berusaha untuk mencapai keluwesan dan keadaptasian yang maksimum. Organisasi organik bersifat luwes dan dapat beradaptasi dengan tuntutan perubahan lingkungan karena desain organisasinya mendorong untuk lebih mendayagunakan potensi manusia.
Tabel 1 Perbedaan Model Mekanistik dan Organik No
Model Mekanistik
Model Organik
kepemimpinan mencakup mencakup
1 Proses
kepemimpinan
tidak Proses
tentang persepsi tentang keyakinan dan keyakinan
persepsi
kepercayaan. kepercayaan antara atasan dan bawahan Bawahan merasa tidak bebas dalam segala persoalan. Bawahan mendiskusikan masalah dengan merasa bebas mendiskusikan masalah atasan
dan
dengan atasan
2 Proses motivasi hanya menyadap Proses motivasi berusaha menimbulkan motif fisik, rasa aman, dan motivasi melalui metode partisipasi. ekonomik melalui perasaan takut dan sanksi.
3 Proses komunikasi berlangsung Proses komunikasi berlangsung sedemikian rupa sehingga informasi sedemikian rupa sehingga informasi mengalir ke bawah cenderung mengalir
secara bebas ke secara bebas ke
kebawah dan kesamping
4 Proses interaksi bersifat tertutup Proses interaksi bersifat terbuka dan dan terbatas
ekstensif
5 Proses pengambilan keputusan Proses pengambilan keputusan hanya terjadi di tingkat puncak
dilaksanakan di semua tingkatan melalui proses kelompok
6 Proses
tujuan Proses penyusunan tujuan mendorong dilakukan di tingkat puncak timbulnya partisipasi kelompok untuk organisasi tanpa mendorong adanya menetapkan sasaran yang tinggi partisipasi
penyusunan
dipusatkan Proses kendali menyebar ke seluruh danmenekankan
7 Proses
kendali
upaya organisasi dan menekankan pemecahan memperhalus
atas masalah dan pengendalian diri sendiri kekeliruan yang terjadi
kesalahan
9. Faktor Penting dalam Mendesain Organisasi
Desain organisasi telah menjadi inti kerja manajerial karena usaha-usaha sebelumnya untuk mengembangkan teori manajemen. Kepentingan keputusan desain telah menstimulasi minat yang besar atas topik bahasan. Manajer dan pakar teori perilaku organisasi dan peneliti telah berkontribusi terhadap apa yang disebut sebagai bahan bacaan yang dapat dipertimbangkan. Manajer yang menghadapi perlunya mendesain struktur organisasi adalah pada posisi kehilangan ide. Sangat berbeda, bahan desain organisasi telah mempunyai sejumlah ide yang menimbulkan konflik yakni bagaimana suatu organisasi didesain mengoptimalkan efektivitas
Cara manajemen mendesain organisasi harus mengingat dimensi struktur organisasi. Bagaimana kombinasinya mempunyai dampak langsung atas Cara manajemen mendesain organisasi harus mengingat dimensi struktur organisasi. Bagaimana kombinasinya mempunyai dampak langsung atas
10. Hal – hal yang dibutuhkan dalam desain organisasi antara lain :
a. Pencapaian tujuan (goal attainment), dengan ukuran:
1) efisiensi : output dengan per unit cost
2) mutu pelayanan : yang diperoleh pasien
3) pemeliharaan sistem (system maintenance); membangun organisasi yang stabil, dapat menyesuaikan diri dan permanen
b. Kemampuan penyesuaian diri (adaptive capabillity) : organisasi yang mampu menyesuaikan diri dengan perubahan tujuan, teknologi, ukuran, personil, pelayanan dan struktur
c. Integrasi nilai-nilai (value integration) : nilai-nilai klinisi seperti independen, keahlian dan komitment terhadap tujuan altruistik harus diintegrasikan oleh manajer ke dalam tingkah laku, kinerja dan kelangsungan hidup organisasi
11. Bentuk Desain Organisasi
a. Model birokratik (bureaucratic model) :
1) Struktur khas berbentuk pyramid
2) Rantai komando untuk pendelegasian kewenangan dan tanggung jawab
b. Orgainisai fungsional dan divisional
1) Desain fungsional : organisasi dibagi menjadi departemen-departemen berdasarkan kekhususan (mis. keuangan, keperawatan, dan radiologi), Pelayanan pendukung terpisah dengan pelayanan klinis
2) Desain divisional : organisasi dibagi menjadi unit-unit kecil berdasar pengelompokan pelayanan atau pasar tiap divisi merupakan unit semi otonomi
c. Organisasi matriks
1) Koordinasi vertikal (hirarkhis) lewat departementalisasi dan rantai komando resmi.
2) Koordinasi horisontal (lateral) lintas departemen (tim pelayanan pasien) secara simultan
d. Organisasi proyek (program) Rumah sakit membuat struktur program yang menciptakan departemen
– departemen dibawah kepemimpinan dokter,didukung oleh keperawatan dan koordinator administratif
2.2 Shared Governance
Shared governance diperkenalkan pada tahun 1970an yang berasal dari sosial dan teori manajemen perilaku, menemukan jalannya ke dalam arena keperawatan di tahun
1980an. Pada literatur menggambarkan beberapa istilah yang digunakan secara bergantian untuk menggambarkan tata kelola bersama seperti kepemimpinan bersama, pengambilan keputusan bersama, dan model kolaboratif (Wilson, 2013). Tim porter- o'grady terkenal karena penelitian dan pendiriannya yang ekstensif dasar pada model tata kelola bersama. Dia menggambarkan tata kelola bersama sebagai "model struktural dimana perawat dapat mengekspresikan dan mengelola praktik mereka dengan tingkat otonomi profesional yang lebih tinggi "(porter-o'grady, 2003).
Menurut Willian, 2006 dalam bentuknya yang paling sederhana, shared
governance adalah pengambilan keputusan bersama berdasarkan prinsip-prinsipnya kemitraan, keadilan, akuntabilitas, dan kepemilikan pada saat pelayanan. Model
manajemen ini merupakansuatu proses memberdayakan semua anggota angkatan kerja kesehatan untuk memiliki suara di pengambilan keputusan, sehingga mendorong beragam dan masukan kreatif yang akan membantu kemajuan misi bisnis dan kesehatan organisasi. Intinya, itu membuat setiap karyawan merasa seperti dia adalah "part manager" dengan kepentingan pribadi dalam kesuksesan organisasi.
Perasaan ini mengarah pada :
1. mur panjang kerja
2. eningkatkan kepuasan karyawan
3. eamanan dan perawatan kesehatan yang lebih baik
4. epuasan pasien lebih besar
5. inggal lebih lama Mereka yang bahagia dalam pekerjaan mereka mengambil alih kepemilikan keputusan mereka dan lebih banyak lagi diberikan pada hasil pasien. Karena itu, 5. inggal lebih lama Mereka yang bahagia dalam pekerjaan mereka mengambil alih kepemilikan keputusan mereka dan lebih banyak lagi diberikan pada hasil pasien. Karena itu,
1. Empat Prinsip Shared Governance Jika tata kelola bersama memungkinkan pemberian layanan hemat biaya dan pemberdayaan perawat, pengambilan keputusan harus dibagi pada titik pelayanan- yang berarti bahwa manajemen struktur harus didesentralisasikan. Untuk mewujudkannya, kemitraan karyawan, keadilan, akuntabilitas, dan kepemilikan harus terjadi pada titik pelayanan (misalnya, pada perawatan pasien unit). Setidaknya 90% keputusan perlu dibuat di sana. Memang dalam hal latihan, kualitas, dan kompetensi, lokus kontrol di lingkungan praktik profesional harus beralih ke praktisi Hanya 10% dari keputusan tingkat unit yang harus menjadi milik manajemen (Porter-O'Grady dan Hinshaw 2005).
2. Kemitraan Menghubungkan penyedia layanan kesehatan dan pasien sepanjang semua poin di sistem; hubungan kolaboratif antara semua pemangku kepentingan dan keperawatan yang dibutuhkan untuk pemberdayaan profesional. Kemitraan sangat penting untuk membangun hubungan, melibatkan semua anggota staf dalam keputusan dan proses, menyiratkan bahwa setiap anggota memiliki peran kunci dalam memenuhi misi dan tujuan organisasi, dan penting untuk efektivitas sistem kesehatan (Porter-O'Grady dan Hinshaw 2005; Batson 2004).
3. Ekuitas Metode terbaik untuk mengintegrasikan peran dan hubungan staf ke dalam struktur dan proses untuk mencapai hasil pasien yang positif. Ekuitas mempertahankan fokus pada layanan, pasien, dan staf; adalah dasar dan ukuran nilai; dan bilang bahwa tidak ada satu peran yang lebih penting daripada yang lain. Meskipun ekuitas tidak kesetaraan setara dalam hal ruang lingkup praktik, pengetahuan, wewenang, atau tanggung jawab, itu berarti setiap anggota tim sangat penting untuk menyediakan yang aman dan efektif perawatan (Porter-O'Grady dan Hinshaw 2005; Batson 2004; Porter-O'Grady, Hawkins, dan Parker 1997).
4. Akuntabilitas Kemauan untuk berinvestasi dalam pengambilan keputusan dan kepemilikan secara terbuka dalam keputusan itu Akuntabilitas adalah inti dari tata kelola bersama.
Hal ini sering terjadi digunakan secara bergantian dengan tanggung jawab dan memungkinkan evaluasi kinerja peran (lihat Tabel 1.1 untuk karakteristik akuntabilitas dan tanggung jawab). Saya mendukung kemitraan dan dijamin saat staf menghasilkan hasil positif (Porter- O'Grady dan Hinshaw 2005; Batson 2004).
Tabel 2 Karakteristik Pertanggungjawaban dan Tanggung Jawab AKUNTABILITAS TANGGUNG JAWAB
1. Ditetapkan oleh hasil
1. Ditetapkan oleh fungsi
2. Diri dijelaskan
2. Delegasi
3. Tertanam dalam peran
3. Tugas / rutinitas tertentu didikte
4. Bergantung pada kemitraan
4. Isolatif
5. Evaluasi saham
5. Evaluasi Supervisor
6. Nilai berdasarkan kontribusi
6. Nilai yang digerakkan oleh tugas
Diadaptasi dari T. Porter-O'Grady dan K. S. Hinshaw 2005.
5. Kepemilikan Pengakuan dan penerimaan akan pentingnya pekerjaan semua orang dan fakta bahwa keberhasilan sebuah organisasi terikat pada seberapa baik staf individual anggota melakukan pekerjaan mereka Untuk memungkinkan semua anggota tim berpartisipasi, kepemilikan menunjuk di mana pekerjaan dilakukan dan oleh siapa. Ini mengharuskan semua anggota staf untuk berkomitmen untuk berkontribusi sesuatu, untuk memiliki apa yang mereka kontribusikan, dan untuk berpartisipasi merencanakan tujuan untuk pekerjaan (Porter-O'Grady dan Hinshaw 2005; Batson 2004; Koloroutis 2004; Halaman 2004). Kegiatan tata kelola bersama mungkin termasuk partisipatif penjadwalan, keputusan staf bersama, dan / atau tanggung jawab unit bersama (mis., setiap RN dilatih untuk "bertanggung jawab" terhadap unit atau wilayahnya dan berbagi peran itu dengan anggota tim profesional lainnya, mungkin pada jadwal yang berputar) untuk mencapainya hasil perawatan pasien terbaik.
Struktur manajemen terpusat yang lama untuk komando dan kontrol tidak efektif pada system kesehatan saat ini. Mereka sering menghambat perubahan dan pertumbuhan yang efektif dalam organisasi dan membatasi kemungkinan pasar masa depan dalam rekrutmen dan retensi yang berkualitas perawat. Pengambilan keputusan Struktur manajemen terpusat yang lama untuk komando dan kontrol tidak efektif pada system kesehatan saat ini. Mereka sering menghambat perubahan dan pertumbuhan yang efektif dalam organisasi dan membatasi kemungkinan pasar masa depan dalam rekrutmen dan retensi yang berkualitas perawat. Pengambilan keputusan
6. Sejarah dan Shared Governance Konsep shared governance , atau shared decision making , bukanlah hal baru. Filsafat, pendidikan, agama, politik, bisnis dan manajemen, dan perawatan kesehatan semuanya diuntungkan. Berbagai model proses tata kelola bersama dilaksanakan dengan berbagai cara yang beragam dan kreatif lintas generasi dan budaya. Sebagai contoh:
a. Pada tahun 19XX, tata kelola bersama menemukan jalannya ke dalam bisnis dan manajemen sastra (O'May dan Buchan 1999; Laschinger 1996; Peters 1991; Walton 1986; Peters dan Waterman 1982). Organisasi mulai merancang struktur dan hubungan di antara para pemimpin dan karyawan mereka. Mereka menekankan membuat keputusan dari sudut pandang layanan bukan dari organisasi ke bawah.
b. Pada akhir 1970-an dan awal 1980an, pemerintahan bersama secara formal berhasil masuk ke dalam arena perawatan kesehatan dan keperawatan, tumbuh dari ketidakpuasan perawat dengan institusi tempat mereka berlatih (O'May dan Buchan 1999; Porter-O'Grady 1995; McDonagh et al 1989; Cleland 1978). Mereka mulai menggunakannya sebagai bentuk manajemen partisipatif, menggunakan tim kerja yang dikelola sendiri.
Lingkungan praktik profesional asuhan keperawatan telah bergeser secara dramatis generasi masa lalu (AONE 2000; AACN 2002). Kemajuan cepat terjadi di :
a. Bioteknologi dan cyberscience
b. Pencegahan penyakit, keselamatan pasien, dan manajemen
c. Perawatan berbasis hubungan
d. Peran pasien dalam perawatan kesehatan mereka (yaitu, mereka adalah pasangan aktif, bukan hanya pasif penerima) Hambatan ekonomi terkait penggantian layanan dan korporatisme telah dipaksakan sistem kesehatan untuk menghemat uang dengan cara : d. Peran pasien dalam perawatan kesehatan mereka (yaitu, mereka adalah pasangan aktif, bukan hanya pasif penerima) Hambatan ekonomi terkait penggantian layanan dan korporatisme telah dipaksakan sistem kesehatan untuk menghemat uang dengan cara :
b. mengubah perpaduan staf
c. restrukturisasi / reorganisasi layanan
d. mengurangi layanan dukungan untuk perawatan pasien
e. memindahkan pasien lebih cepat ke pengaturan atau pelepasan perawatan alternatif Kolaborasi yang buruk dan komunikasi yang tidak efektif antar penyedia layanan kesehatan dapat terjadi dalam kesalahan medis yang dapat merusak sistem pelayanan medis. Perjuangan untuk memberikan perawatan berkualitas di tempat yang sangat menegangkan dan terkadang lingkungan kerja dengan biaya tinggi saat ini telah menghasilkan kesuksesan yang terbatas perekrutan dan retensi perawat berkualitas nasional (Weinberg 2003).
7. Shared Governance dan Model Praktik Keperawatan Profesional Seiring realitas ekonomi berubah dan berubah, begitu juga praktik keperawatan. Tim Porter-O'Grady (1987) mengamati, "Reorganisasi di institusi perawatan kesehatan saat ini memang peraturannya dari pada pengecualian Semua peserta layanan kesehatan berusaha untuk posisi strategis mereka sendiri di pasar. Apa artinya perubahan ini bagi keperawatan? Bagaimana bisa menyusui respon terbaik? "(hal 281). Ini adalah tantangan yang lebih besar lagi sekarang untuk mengembangkan profesional yang efektif model praktik keperawatan untuk sistem kesehatan yang dibatasi secara ekonomis untuk dicapai hasil positif, membangun advokasi tempat kerja, dan menyediakan sumber daya dan dukungan yang dibutuhkan memperbaiki perekrutan dan retensi tenaga perawat yang menyusut. Anthony (2004) menjelaskan beberapa model keperawatan yang telah berevolusi untuk memberikan struktur dan konteks untuk pemberian perawatan:
a. Mereka yang berdasarkan tugas pasien (yaitu, perawat tim)
b. Sistem pertanggungjawaban (yaitu, perawatan kesehatan primer)
c. Managed care (yaitu, manajemen kasus)
d. Pemerintahan bersama, berdasarkan otonomi profesional dan partisipatif, atau berbagi, pengambilan keputusan (yaitu, perawatan berbasis hubungan) Koloroutis (2004) menyajikan karya terpadu pemimpin perawat, peneliti, dan penulis yang telah bekerja dengan komunitas global organisasi kesehatan selama
25 tahun terakhir. Hasilnya adalah relationship-based care (RBC), model keperawatan yang cocok untuk pemerintahan bersama dalam sistem kesehatan kompleks saat ini (lihat Gambar 1.2 untuk self governance shared governance ).
Dalam model RBC, layanan keperawatan disediakan melalui hubungan dalam perawatan dan lingkungan penyembuhan yang mewujudkan konsep kemitraan, keadilan, akuntabilitas, dan kepemilikan.
Gambar 1 Self governance vs. shared governance
Interaksi terpusat
Pengambilan
Interaksi yang terdesentralisasi
Keputusan
(Self governance) (Shared governance)
1. Berbasis posis
1. Berbasis pengetahuan
2. Jauh dari titik asuhan / pelayanan
2. Terjadi pada titik perawatan /
3. Komunikasi hirarkis
pelayanan
4. Input staf terbatas
3. Komunikasi langsung
5. Memisahkan tanggung jawab / 4. Masukan staf yang tinggi manajer akuntabel
5. Mengintegrasikan ekuitas,
6. Kita-mereka lingkungan kerja akuntabilitas, dan wewenang untuk staf
7. Terbagi tujuan / tujuan
dan manajen
8. Kegiatan / tugas bebas
6. Lingkungan kerja sinergis
7. Tujuan
tujuan kohesif,
kepemilikan
8. Collegiality , kolaborasi, kemitraan
Pengambilan keputusan bersama bekerja paling baik dalam struktur organisasi yang terdesentralisasi di mana strategi tersebut pada titik pelayanan membuat keputusan sendiri dan menentukan apakah mereka sesuai. "Ketika anggota staf jelas tentang peran, tanggung jawab, wewenang, dan mereka akuntabilitas, mereka memiliki kepercayaan yang lebih besar terhadap penilaian mereka sendiri dan lebih bersedia untuk melakukannya mengambil kepemilikan untuk pengambilan keputusan pada titik perawatan "(Koloroutis 2004). Terdesentralisasi pengambilan keputusan Pengambilan keputusan bersama bekerja paling baik dalam struktur organisasi yang terdesentralisasi di mana strategi tersebut pada titik pelayanan membuat keputusan sendiri dan menentukan apakah mereka sesuai. "Ketika anggota staf jelas tentang peran, tanggung jawab, wewenang, dan mereka akuntabilitas, mereka memiliki kepercayaan yang lebih besar terhadap penilaian mereka sendiri dan lebih bersedia untuk melakukannya mengambil kepemilikan untuk pengambilan keputusan pada titik perawatan "(Koloroutis 2004). Terdesentralisasi pengambilan keputusan
a. Tanggung jawab: alokasi tugas yang jelas dan spesifik untuk mencapai hasil yang diinginkan. Penugasan tanggung jawab adalah proses dua arah: Jelas diberikan dan diterima dengan jelas. Penerimaan ini merupakan esensi tanggung jawab. Perhatikan, bagaimanapun, bahwa individu tidak dapat menerima tanggung jawab tanpa tingkat kewenangan.
b. Kewenangan: hak untuk bertindak dan membuat keputusan di daerah di mana seseorang diberikan dan menerima tanggung jawab. Ketika orang diminta untuk berbagi dalam pekerjaan, mereka harus melakukannya tahu tingkat otoritas mereka sehubungan dengan pekerjaan itu. Tingkat kewenangan menentukan hak seseorang untuk bertindak di daerah yang dia berikan. Ada empat tingkat otoritas (Wright 2002):
1) Pengumpulan data- "Dapatkan informasi, bawa kembali ke saya, dan saya akan memutuskan apa lakukan dengan itu. "Contoh, tolong turunkan dan lihat apakah Mr. Jones sakit kepala. Lalu kembali dan katakan padaku apa yang dia katakan.
2) Pengumpulan data + rekomendasi- "Dapatkan informasinya (kumpulkan data), lihat pada situasi dan membuat beberapa rekomendasi, dan saya akan memilih dari salah satu. Mereka merekomendasikan apa yang akan kita lakukan selanjutnya. Saya masih memutuskan. "Contoh, silahkan pergi. Turun dan lihat apakah Mr. Jones sakit kepala. Lalu kembali dan katakan padaku apa Anda akan merekomendasikan agar saya memberikannya.
3) Pengumpulan data + rekomendasi, "Dapatkan informasinya (kumpulkan data), lihat situasinya, buat beberapa rekomendasi, dan pilih satu itu kamu akan melakukannya. Tapi sebelum Anda melaksanakannya, saya ingin Anda berhenti (jeda) dan cek dengan saya sebelum Anda melakukannya. "Jeda ini belum tentu untuk persetujuan. Ini lebih dari dua kali cek, untuk memastikan semuanya selesai sebelum diproses. Contoh, tolong turunkan dan lihat apakah Mr. Jones sakit kepala. Kemudian kembali dan katakan padaku apa yang akan Anda rekomendasikan untuknya; lalu jagalah dia untuk saya.
4) Bertindaklah dan beri tahu / update- "Lakukan apa yang perlu dilakukan dan ceritakan apa yang terjadi atau update saya nanti. "Tidak ada jeda sebelum aksi. Contoh, tolong ambil Perhatian Mr. Jones untukku
5) Akuntabilitas: dimulai saat seseorang meninjau dan merefleksikan tindakannya sendiri dan keputusan, dan berpuncak dengan penilaian pribadi yang membantu menentukan tindakan terbaik untuk dilakukan di masa depan.
Misalnya, dalam pemerintahan bersama, seorang manajer perawat bertanggung jawab untuk pasien perawatan di wilayah tanggung jawabnya. Manajer tidak melakukan semua tugas tapi menyediakan sumber daya yang dibutuhkan perawat perawat dan memastikannya pemberian perawatan pasien efektif. Di area perawatan pasien itu, si perawat manajer / pemimpin bertanggung jawab untuk menetapkan arahan, melihat keputusan masa lalu, dan mengevaluasi hasil. Perawat di samping tempat tidur bertanggung jawab atas keseluruhan hasil perawatan dari kelompok pasien yang ditugaskan untuk periode waktu mereka berada di sana dan untuknya mengawasi gambaran besar; Namun, orang lain (ahli gizi, terapis, apoteker, teknisi laboratorium, dan penyedia layanan kesehatan lainnya) berbagi tanggung jawab untuk tugas selanjutnya dalam memenuhi kebutuhan pasien. Meskipun definisi, model, struktur, dan prinsip-prinsip tata kelola bersama (atau kolaboratif tata pemerintahan, pemerintahan partisipatif, kepemimpinan bersama atau partisipatif, pemberdayaan staf, atau pemerintahan klinis) bervariasi, hasilnya konsisten. Bukti menunjukkan hal itu Proses tata kelola bersama menghasilkan hal berikut:
1) Meningkatnya kepuasan perawat dengan pengambilan keputusan bersama, terkait dengan peningkatan tanggung jawab yang dikombinasikan dengan kewenangan dan akuntabilitas yang tepat
2) Meningkatkan otonomi profesional, serta staf yang lebih tinggi dan retensi manajer perawat
3) Kepuasan pasien dan staf yang lebih besar
4) Peningkatan hasil perawatan pasien
5) Negara keuangan yang lebih baik karena penghematan biaya / pengurangan biaya
8. Shared Governance dan Kemitraan Relasional
Perawat profesional lama mengidentifikasi tata kelola pemerintahan sebagai indikator utama keunggulan di PT praktik keperawatan (McDonagh et al 1989; Metcalf and Tate 1995; Porter-O'Grady 1987, 2001, 2005). Porter-O'Grady (2001) menggambarkan pemerintahan bersama sebagai model proses itu menyediakan struktur untuk mengatur pekerjaan keperawatan dalam pengaturan organisasi. Ini memberdayakan perawat untuk mengekspresikan dan mengelola praktik mereka dengan tingkat otonomi profesional yang lebih tinggi. Akuntabilitas pribadi dan profesional dihormati dan didukung oleh organisasi. Selain itu, dukungan kepemimpinan untuk perawat perawatan titik memungkinkan mereka melakukannya menjaga kualitas praktik keperawatan, kepuasan kerja, dan kelayakan finansial saat bermitra, ekuitas, akuntabilitas, dan kepemilikan berada pada tempatnya (Halaman 2004; Anthony 2004; Koloroutis 2004; Porter-O'Grady 2003a, 2003b; Hijau dan Yordania 2002).
Perawatan kesehatan berbasis transformasi transformasional untuk saat ini, yang didorong oleh teknologi, menciptakan sebuah paradigma baru dengan berbagai tujuan dan sasaran dalam lingkungan belajar organisasi. Pemimpin, administrator, dan karyawan belajar dan menerapkan cara baru memberikan perawatan, teknologi baru, dan cara berpikir dan kerja baru. Dalam proses, Mereka semakin menyadari bahwa perawat pada titik pelayanan adalah kunci untuk organisasi keberhasilan.
Perawat dan manajer harus dipersiapkan untuk peran baru, hubungan baru, dan cara baru mengelola Pemerintahan bersama adalah tentang berpindah dari model hierarki tradisional ke model kemitraan relasional praktik keperawatan (lihat Gambar 1.3).
TO HIERARCHY RELATIONAL PARTNERSHIP
1. Kemandirian
1. Interdependensi
2. Hubungan hierarkis
2. Hubungan kolegial
3. Fungsi paralel
3. Tim berfungsi
4. Rencana kesehatan
4. Rencana pasien
5. Menolak perubahan
5. Memimpin perubahan
6. Bersaing
6. Bermitra
7. Komunikasi tidak langsung
7. Komunikasi langsung