Buku SMK Teknologi dan Rekayasa - Teknik Pemanfaatan Tenaga Listrik - Jilid 3.pdf

TEKNIK PEMANFAATAN TENAGA LISTRIK

JILID 3

SMK

Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan

Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah Departemen Pendidikan Nasional

Hak Cipta pada Departemen Pendidikan Nasional Dilindungi Undang-undang

TEKNIK PEMANFAATAN TENAGA LISTRIK

JILID 3

Untuk SMK

Penulis utama : Prih Sumardjati Sofian Yahya Ali Mashar

Ukuran buku : 17,6 cm x 25 cm

SUM SUMARDJATI, Prih T

Teknik Pemanfaatan Tenaga Listrik Jilid 3 untuk SMK /oleh Prih Sumardjati, Sofian Yahya, Ali Mashar

---- Jakarta: Direktorat Pembinaan Sekolah

Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah, Departemen Pendidikan Nasional, 2008.

Menengah

Kejuruan,

viii. 130 hlm Daftar Pustaka

: 475-479

ISBN

: 978-979-060-093-5

ISBN

: 978-979-060-096-6

Diterbitkan oleh Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah Departemen Pendidikan Nasional Tahun 2008

Diperbanyak oleh:

PT. MACANAN JAYA CEMERLANG Jalan Ki Hajar Dewantoro Klaten Utara, Klaten 57438, PO Box 181 Telp. (0272) 322440, Fax. (0272) 322603

ii E-mail:macanan@ygy.centrin.net.id

KATA SAMBUTAN

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, berkat rahmat dan karunia-Nya, Pemerintah, dalam hal ini, Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah Departemen Pendidikan Nasional, telah melaksanakan kegiatan penulisan buku kejuruan sebagai bentuk dari kegiatan pembelian hak cipta buku teks pelajaran kejuruan bagi siswa SMK. Karena buku-buku pelajaran kejuruan sangat sulit didapatkan di pasaran.

Buku teks pelajaran ini telah melalui proses penilaian oleh Badan Standar Nasional Pendidikan sebagai buku teks pelajaran untuk SMK dan telah dinyatakan memenuhi syarat kelayakan untuk digunakan dalam proses pembelajaran melalui Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 45 Tahun 2008 tanggal 15 Agustus 2008.

Kami menyampaikan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada seluruh penulis yang telah berkenan mengalihkan hak cipta karyanya kepada Departemen Pendidikan Nasional untuk digunakan secara luas oleh para pendidik dan peserta didik SMK. Buku teks pelajaran yang telah dialihkan hak ciptanya kepada Departemen Pendidikan Nasional ini, dapat diunduh (download), digandakan, dicetak, dialihmediakan, atau difotokopi oleh masyarakat. Namun untuk penggandaan yang bersifat komersial harga penjualannya harus memenuhi ketentuan yang ditetapkan oleh Pemerintah. Dengan ditayangkan soft copy ini diharapkan akan lebih memudahkan bagi masyarakat khususnya para pendidik dan peserta didik SMK di seluruh Indonesia maupun sekolah Indonesia yang berada di luar negeri untuk mengakses dan memanfaatkannya sebagai sumber belajar.

Kami berharap, semua pihak dapat mendukung kebijakan ini. Kepada para peserta didik kami ucapkan selamat belajar dan semoga dapat memanfaatkan buku ini sebaik- baiknya. Kami menyadari bahwa buku ini masih perlu ditingkatkan mutunya. Oleh karena itu, saran dan kritik sangat kami harapkan.

Jakarta, 17 Agustus 2008 Direktur Pembinaan SMK

iii iii iii iii

PENGANTAR

Sebagai jawaban terhadap kebutuhan dunia kerja, Pemerintah telah mengembangkan kurikulum Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) menjadi kurikulum berbasis kompetensi. Dengan kurikulum ini diharapkan SMK mampu menghasilkan lulusan-lulusan yang kompeten untuk menjadi tenaga kerja profesional di dunia kerja sehingga dapat meningkatkan taraf hidup sendiri maupun keluarga serta masyarakat dan bangsa Indonesia pada umumnya.

Kelompok Teknologi Bidang Teknik Listrik, yang merupakan salah satu bagian dari Kelompok Teknologi yang dikembangkan di lingkungan SMK, telah mengklasifikasikan lingkup kompetensinya menjadi empat Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), yaitu: (1) KTSP Pembangkit Tenaga Listrik, (2) KTSP Transmisi Tenaga Listrik, (3) KTSP Distribusi Tenaga Listrik, dan (4) KTSP Pemanfaatan Tenaga Listrik.

KTSP Pembangkit Tenaga Listrik meliputi sumber energi dan proses konversinya sampai menjadi energi listrik, KTSP Transmisi Tenaga Listrik menitikberatkan pada aspek pengirimanan daya listrik dari pusat pembangkit sampai ke gardu distribusi, KTSP Distribusi Tenaga Listrik meliputi pendistribusian tenaga listrik dari gardu distribusi ke pusat-pusat beban, dan KTSP Pemanfaatan Tenaga Listrik mencakup ranah bagaimana listrik dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan para pemakainya yang dampaknya dapat dirasakan secara langsung.

Buku Teknik Pemanfaatan Tenaga Listrik ini disusun berdasarkan profil kompetensi KTSP Pemanfaatan Tenaga Listrik. Oleh karena itu, buku ini akan sangat membantu para siswa SMK Teknik Listrik dalam mengenal dan memahami teknik pemanfaatan tenaga listrik di industri maupun dalam kehidupan sehari-hari. Dengan pemahaman yang dimiliki, diharapkan dapat menyokong profesionalitas kerja para lulusan yang akan memasuki dunia kerja. Bagi para guru SMK, buku ini dapat digunakan sebagai salah satu referensi sehingga dapat membantu dalam mengembangkan materi pembelajaran yang aktual dan tepat guna. Buku ini juga bisa digunakan para alumni SMK untuk memperluas pemahamannya di bidang pemanfaatan tenaga listrik terkait dengan bidang kerjanya masing-masing.

Buku ini dibagi menjadi enam bab, yaitu: (1) Bahaya Listrik dan Sistem Pengamanannya, (2) Instalasi Listrik, (3) Peralatan Listrik Rumah Tangga, (4) Sistem Pengendalian, (5) Mesin-mesin Listrik, dan (6) PLC. Bab-bab yang termuat di dalam buku ini mempunyai keterkaitan antara satu dan lainnya yang akan membentuk lingkup pemahaman pemanfaatan tenaga listrik secara komprehensif, yang dapat dianalogikan sebagai Buku ini dibagi menjadi enam bab, yaitu: (1) Bahaya Listrik dan Sistem Pengamanannya, (2) Instalasi Listrik, (3) Peralatan Listrik Rumah Tangga, (4) Sistem Pengendalian, (5) Mesin-mesin Listrik, dan (6) PLC. Bab-bab yang termuat di dalam buku ini mempunyai keterkaitan antara satu dan lainnya yang akan membentuk lingkup pemahaman pemanfaatan tenaga listrik secara komprehensif, yang dapat dianalogikan sebagai

Jadi dengan buku ini diharapkan terbentuk pemahaman sistem pemanfaatan tenaga listrik secara komprehensif dan bisa menjadi sumber belajar bagi siswa SMK Teknik Listrik dan referensi bagi para guru pengampu KTSP Pemanfaatan Tenaga Listrik.

Terlepas dari itu semua, penulis menyadari bahwa dengan segala keterbatasan pada penulis, buku ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, penulis harapkan kritik dan saran masukan dari para pengguna buku ini, terutama para siswa dan guru SMK yang menjadi sasaran utamanya, untuk digunakan dalam perbaikannya pada waktu mendatang.

Semoga buku ini bermanfaat bagi banyak pihak dan menjadi bagian amal jariah bagi para penulis dan pihak-pihak yang terlibat dalam proses penyusunan buku ini.

Amin

Penulis

vi

5. MESIN LISTRIK

Prinsip dasar dari sebuah mesin listrik adalah konversi energi elektromekanik, yaitu konversi dari energi listrik ke energi mekanik atau sebaliknya dari energi mekanik ke energi listrik. Alat yang dapat mengubah

(mengkonversi)

energi

mekanik ke energi listrik disebut gene- rator, dan apabila mesin melakukan pro- ses konversi sebaliknya yaitu dari energi listrik ke energi mekanik disebut motor.

Gambar 5.1 Pembangkit Tenaga Listrik

Selain generator dan motor, transfor- mator juga termasuk alat listrik yang menjadi bahasan pada saat mempelajari mesin, meskipun energi yang masuk dan yang keluar dari transformator sama yaitu energi listrik. Pada transformator energi listrik yang diberikan pada lilitan akan mengakibatkan timbulnya medan magnet pada inti besi dan selanjutnya diubah kembali menjadi energi listrik.

Gambar 5.2 Mesin CNC

Mesin listrik mulai dikenal tahun 1831 dengan adanya penemuan oleh Michael Faraday mengenai induksi elektromag- netik yang menjadi prinsip kerja motor listrik. Percobaan mengenai konsep mesin listrik di laboratorium-laboratorium terus dilakukan sampai tahun 1870 saat Thomas Alfa Edison memulai pengem- bangan generator arus searah secara komersial untuk mendukung distribusi tenaga listrik yang berguna bagi pene- rangan listrik di rumah-rumah.

Gambar 5.3 Mesin Cuci

Kejadian yang penting dalam sejarah Meskipun konsep mesin listrik yang di- mesin listrik adalah dengan dipanten- gunakan saat ini tidak berbeda dari se- kannya motor induksi tiga fasa oleh Nikola belumnya, tetapi perbaikan dan proses Tesla pada tahun 1888. Konsep Tesla pengembangan

tidak berhenti. Pe- mengenai arus bolak-balik selanjutnya ngembangan bahan ferromagnetic dan

dikembangkan oleh Charles Steinmetz isolasi terus dilakukan untuk meningkat- pada dekade berikutnya, sehingga pada kan kemampuan daya yang lebih besar tahun

1890 transformator dapat dibandingkan dengan mesin listrik yang diwujudkan, sekaligus menjadi pembuka digunakan sekarang ini. jalan untuk melakukan transmisi daya Mesin listrik memegang peranan yang listrik jarak jauh.

sangat penting dalam industri maupun 345 sangat penting dalam industri maupun 345

listrik, kendaraan bermotor, peralatan kantor, peralatan kesehatan, dan sebagainya.

Gambar 5.4 Alternator Mobil

Ada tiga katagori utama untuk mesin putar (rotating machines) atau mesin dinamis yaitu mesin arus searah, mesin induksi, dan mesin sinkron. Dari katagori utama ini dikelompokkan lagi atas generator dan motor. Transformator termasuk katagori mesin statis, dan berdasarkan fasanya dibagi atas transformator satu fasa dan tiga fasa.

 Penggunaan Transformator

Gambar 5.5 Mesin Printer

Transformator merupakan salah satu alat listrik yang banyak digunakan pada bidang tenaga listrik dan bidang elektro- nika. Pada bidang tenaga listrik, trans- formator digunakan mulai dari pusat pembangkit tenaga listrik sampai ke rumah-rumah (Gambar 5.7).

Sebelum di transmisikan tegangan yang dihasilkan oleh pembangkit dinaikkan

Gambar 5.6 Mesin ATM

Gambar 5.7 Penggunaan Transformator pada Bidang Tenaga Listrik 346 Gambar 5.7 Penggunaan Transformator pada Bidang Tenaga Listrik 346

5.8) dengan tujuan untuk mengurangi perangkat elektronik seperti radio, te- kerugian energi yang terjadi saat listrik levisi, dan sebagainya (Gambar 5.10). di transmisikan.

Gambar 5.10 Transformator pada Peralatan Elektronik

Gambar 5.8 Transformator Daya

5.1 Transformator

Satu Fasa

Kemudian sebelum digunakan oleh kon-

5.1.1 Konstruksi dan

sumen tegangan akan diturunkan lagi

secara bertahap dengan menggunakan

Prinsip Kerja

transformator distribusi (Gambar 5.9), Dalam suatu eksperimennya Michael sesuai dengan peruntukkannya Faraday dengan menggunakan bahan-

bahan berupa sebuah coil, magnet ba- seperti kawasan industri, komersial, atau tang dan galvanometer (Gambar 5.11) perumahan. dapat membuktikan bahwa bila kita

mendorong medan magnet batang ke dalam coil tersebut, dengan kutub utaranya menghadap coil tersebut, ketika batang magnet sedang begerak, jarum galvanometer

memperlihatkan pe- nyimpangan yang menunjukkan bahwa sebuah arus telah dihasilkan di dalam coil tersebut. Bila batang magnet tersebut digerakkan dengan arah sebaliknya maka arah pe- nunjukkan pada galvanometer arahnya- pun berlawanan yang menunjukkan bahwa arah arus yang terjadi berlawanan juga.

Gambar 5.9 Transformator Distribusi

Jadi yang terjadi dalam percobaan itu

Tipe Tiang

adalah apa yang disebut arus imbas yang dihasilkan oleh tegangan gerak

Transformator yang dimanfaatkan di listrik imbas.

rumah tangga pada umumnya mempu- nyai ukuran yang lebih kecil, seperti yang digunakan untuk menyesuaikan tegangan dari peralatan rumah tangga listrik dengan suplai daya yang tersedia.

e dinyatakan dalam Volt, yang dalam bentuk persamaannya

adalah :

………………..(5.1-1)

dt

pers (5.1 - 1) ini dikenal dengan hukum Induksi Faraday, tanda negatif me- nunjukkan bahwa arus induksi akan

selalu mengadakan perlawanan ter-

Gambar 5.11 Percobaan Arus Induksi

hadap yang menghasilkan arus in- duksi tersebut. Bila coil terdiri dari N

Dalam percobaan

Michael Lilitan, maka tegangan gerak listrik imbas Faraday mencobakan sebuah cincin yang yang dihasilkan merupakan jumlah dari terbuat dari besi lunak, kemudian cincin tiap lilitan, dalam bentuk persamaan : besi lunak tersebut dililit dengan kawat tembaga berisolasi (Gambar 5.12).

lainnya

………………..(5.1– 2) Bila saklar (S) ditutup, maka akan terjadi

dt

rangkaian tertutup pada sisi primer, dan Nd dinamakan  tautan fluksi

demikian arus 1 I akan mengalir (Flux Linkages) didalam alat tersebut.

Definisi Transformator

Transformator adalah suatu alat listrik yang dapat memindahkan dan mengubah energi Listrik dari satu atau lebih rangkaian listrik ke rangkaian

Gambar 5.12 Percobaan Induksi

listrik yang lain dengan frekuensi yang sama, melalui suatu gandengan magnet

pada rangkaian sisi primer tersebut, dan berdasarkan prinsip induksi elektro- sedangkan pada lilitan sekunder tidak ada magnet. arus yang mengalir. Tetapi bila saklar (S) Secara konstruksinya transformator ter- ditutup dan dibuka secara bergantian diri atas dua kumparan yaitu primer dan maka

jarum galvanometer akan sekunder. Bila kumparan primer dihu- memperlihatkan adanya penyimpangan bungkan dengan sumber tegangan bolak- yang arahnya berubah-ubah kekiri dan balik, maka fluks bolak-balik akan terjadi kekanan. Perubahan arah penunjukkan pada kumparan sisi primer, kemudian jarum

disebabkan fluks tersebut akan mengalir pada inti adanya tegangan induksi pada lilitan transformator, dan selanjutnya fluks ini sekunder, sehingga 2 I mengalir melalui akan mengimbas pada kumparan yang

sekunder yang mengakibatkan timbulnya fluks magnet di Dari percobaan seperti telah dijelaskan sisi sekunder, sehingga pada sisi se- diatas Michael Faraday dapat menyim- kunder akan timbul tegangan (Gambar pulkan bahwa tegangan gerak listrik 5.13).

imbas e didalam sebuah rangkaian listrik adalah sama dengan perubahan fluks yang melalui rangkaian-rangkaian

tersebut. Jika kecepatan perubahan fluks dinya-

Gambar 5.13 Fluks Magnet Trans formator

takan didalam weber/detik, maka tega- 348

Berdasarkan cara melilitkan kumparan tegangan arus bolak-balik (abb) sinusoid pada inti, dikenal dua jenis transformator,

V 1 , maka akan mengalir arus primer I 0 yaitu tipe inti (core type) dan tipe yang juga mempunyai bentuk gelom-bang cangkang (shell type).

sinusoidal, bila diasumsikan kumparan N 1 Pada transformator tipe inti (Gambar merupakan reaktif murni, maka 0 I akan

5.14), kumparan mengelilingi inti, dan tertinggal 90 0 dari V 1 . Arus primer ini pada umumnya inti transformator L atau akan menimbulkan fluks sinusoidal yang U. Peletakkan kumparan pada inti diatur sefasa, secara berhimpitan antara kumparan

sin  …………(5.1– 3) primer

dengan sekunder.

Dengan

maks

pertimbangan kompleksitas cara isolasi tegangan pada kumparan, biasanya sisi kumparan tinggi diletakkan di sebelah luar.

Sedangkan pada transformator tipe

cangkang (Gambar 5.15) kumparan dikelilingi oleh inti, dan pada umumnya intinya berbentuk huruf E dan huruf I, atau huruf F.

Untuk membentuk sebuah transformator tipe Inti maupun Cangkang, inti dari transformator yang berbentuk huruf ter-

Gambar 5.14 Transformator Tipe Inti

sebut disusun secara berlapis-lapis (la- minasi), jadi bukan berupa besi pejal..

Tujuan utama penyusunan inti secara berlapis (Gambar 5.16) ini adalah untuk mengurangi

”Eddy Current” (arus pusar), dengan cara laminasi seperti ini maka ukuran jerat induksi yang berakibat terjadinya rugi energi di dalam inti bisa dikurangi. Proses penyusunan inti Transformator biasanya dilakukan setelah proses pem- buatan lilitan kumparan transformator

Gambar 5.15 Tranformator Tipe Cangkang

pada rangka (koker) selesai dilakukan.

5.1.2 Transformator Ideal

Sebuah transformator dikatakan ideal, apabila dalam perhitungan dianggap tidak ada kerugian-kerugian yang terjadi pada transformator tersebut, seperti rugi akibat resistansi, induktansi, arus magnetisasi, maupun akibat fluks bocor. Jika sebuah transformator tanpa beban (Gambar 5.17), kumparan primernya dihubungkan dengan dengan sumber

Gambar 5.16 Laminasi Inti Transformator

Gambar 5.18 Arus Tanpa Beban Gambar 5.17 Transformator Tanpa Beban

Bentuk gelombang arus magnetisasi (Gambar 5.18) yang berbentuk sinusoi-

Fluks yang sinusoidal akan mengkibatkan dal akan berubah bentuk akibat pengaruh terbangkitnya tegangan induksi E 1 sifat besi (inti) yang tidak linear, sehingga

e 1   N 1 Volt

bentuk gelombang berubah seperti yang

dt

diperlihatkan pada Gambar 5.19. d (  maks sin  t )

e 1   N 1   N 1  maks cos  t

Sebuah

Transformator Ideal dalam

dt

keadaan berbeban, seperti dieperlihat-kan

N 1 2  f  maks

 4 , 44 N 1 f  maks (5.1-4)

pada gambar 5.20.

2 Bila  2  2 . V 2 . sin  t , dimana 2 V nilai maka pada sisi sekunder, fluks tersebut tegangan efektif dari terminal sekunder akan mengakibatkan timbulnya tega-ngan

kemudian

2  2 . ( ) sin(  t  ) ,

Volt adalah sudut impedansi dari beban.

2 dt

Dalam bentuk phasor :

e 2   N 2  maks cos  t Volt

Arus primer yang mengalir pada trans-

formator saat sekunder tanpa beban, dimana I 2 

dan Z Z  

bukan merupakan arus induktif murni,

tetapi terdiri dari dua komponen arus yaitu

sin  t , efektifnya V 1  2 tembaga ( I C ). Arus magnetisasi ini

arus magnetisasi ( I m ) dan arus rugi

menghasilkan fluks (Φ). sedangkan untuk arus :

i 1  2 . I 2 . K sin(  t  )

= 2 I 1 . sin(  t  )

dalam bentuk phasor : I 1  I 2 . K

Impedansi dilihat dari sisi sekunder :

Z in   

Z in  2 ...............................(5.1 – 6)

5.1.3 Transformator Berbeban

Pada sub bab terdahulu telah dijelas-kan bagaimana keadaan transformator secara ideal baik saat tanpa beban maupun

Gambar 5.20 Transformator Ideal

berbeban. Dalam prakteknya apabila sisi kumparan

sekunder transformator diberi beban (Gambar 5.21) maka besar tegangan yang di induksikan (E2) tidak akan sama dengan tegangan pada terminal (V2), hal ini terjadi karena adanya kerugian pada kumparan transformator.

Gambar 5.21 Transformator Berbeban

beban Untuk menjaga agar fluks bersama yang Z maka arus L I 2 akan mengalir pada telah ada bisa dijaga dipertahankan ni- beban tersebut, arus yang mengalir ini lainya, maka pada sisi kumparan primer akan mengakibatkan timbulnya gaya arus mengalir arus I ' 2 yang menentang gerak magnet (ggm) N 2 I 2 yang mana fluks yang dibangkitkan oleh arus beban arahnya cenderung melawan arah fluks I ' 2 , sehingga arus yang mengalir pada sisi

Apabila transformator

diberi

bersama yang telah ada disebabkan arus kumparan primer menjadi :

magnetisasi I m .

I 1  I 0  I 2 dimana

apabila I C (rugi besi) diabaikan, maka

nilai 0 I m I = , sehingga I 1  I m  I 2  .

Untuk menjaga agar fluks bersama yang ada pada inti transformator tetap nilainya, maka :

N 1 I m  N 1 I 1  N 2 I 2 N 1 I m  N 1 ( I m  I 2  )  N 2 I 2 N 1 I m  N 1 I m  N 1 I  2  N 2 I 2 ,maka

1 I 2  N 2 I 2 , nilai I 2 = I 1 bila I m

dianggap kecil, sehingga

Gambar 5.19 Kurva B – H 351

I 1 N 2 Untuk memudahkan menganalisis kerja 

…(5.1 – 7) transformator tersebut dapat dibuat rang-

I 2 N 1 kaian ekuivalen dan vektor diagramnya,

rangkaian ekuivalen ini dapat dibuat

5.1.3.1 Rangkaian Ekuivalen

dengan acuan sisi primer atau acuan sisi sekunder (Gambar 5.22).

Gambar 5.22 Rangkaian Ekuivalen Transformator

Gambar 5.23 Rangkaian Ekuivalen dengan Acuan Sisi Primer

Gambar 5.24 Rangkaian Ekuivalen dengan Acuan Sisi Primer disederhanakan

Yang dimaksud dengan acuan sisi primer pada transformator tersebut berdasarkan adalah apabila parameter rangkaian persamaan-persamaan berikut ini. sekunder dinyatakan dalam harga rang- kaian primer dan harganya perlu dikali- Impedansi ekuivalen transformator ada-

1 lah :

kan dengan faktor

XK

(Gambar 5.23)

) Untuk memudahkan dalam menganalisis,

Z eq 1  ( R

K 2 rangkaian ekuivalen pada gambar 5.23

 R eq 1  jX eq 1 ………..….(5.1 – 8) dapat

dimana

diperlihatkan pada gambar 5.24.

Berdasarkan rangkaian diatas kita dapat

…….……......(5.1 – 9) menentukan nilai parameter yang ada

eq 1  R 1 

X eq 1  X 1  …………..….(5.1 -10)

sedangkan 2 N 2 2 I   K atau I 2 2 

V 1  E 1  I 1 . R 1  I 1 . X 1 ……...(5.1 -11)

sehingga

V 2  E 2  I 2 . R 2  I 2 . X 2 …….(5.1 –12)

X 5.1-14

 K atau E  2 ..(5.1 – 13)

KK

 I 1 ( R eq 1  jX eq 1 ) (5.1 -15) maka :

dan V 1 

Gambar 5.25 Rangkaian Ekuivalen dengan Acuan Sisi Sekunder

Rangkaian ekuivalen transformator bisa jatuh pada sebuah transformator dengan dibuat dengan acuan sisi sekunder acuan tegangan sekunder. (Gambar 5.25), untuk itu parameter Tegangan jatuh pada sebuah transfor- rangkaian primer harus dinyatakan dalam mator dipengaruhi oleh nilai beban dan harga rangkaian sekunder dan harganya faktor daya yang terhubung pada trans-

perlu dikalikan dengan K. 2 formator tersebut.

2 Z Faktor Daya “ Lagging “ 2

eq 2  ( R 1 K  R 2 )  j ( X 1 K  X 2 )

Tegangan jatuh total I 2 . Z eq 2  AC  AF

 R eq 2  jX eq 2 ) ……………(5.1–16) dan diasumsikan sama dengan AG.

R eq 2  R 1 K 2  R 2 ) ………….....(5.1– 17) Perkiraan tegangan jatuh :

X eq 2  X 1 K 2  X 2 ………………..(5.1–18)

AG = AD + DG

E 2  K  V 1  ( I 2 . K . R 1  I . K . X ) (5.1-19)

eq .

 I 2 . R eq 2 . Cos   I 2 . X 2 Sin 

V 2  K . V 1  I 2 ( R eq 2  jX eq 2 ) ….(5.1-20)

dengan asumsi

5.1.3.2 Perkiraan Tegangan Jatuh pada Transformator

Saat sebuah transformator

dalam keadaan tanpa beban 1 V kira-kira sama

Gambar 5.26 Transformator Faktor Daya ”Lagging”

nilainya dengan 1 E , sehingga E 2  E 1 K .

Faktor Daya “ Leading “

Juga

E 2  oV 2 , dimana oV adalah 2 Perkiraan tegangan jatuh untuk faktor terminal

tegangan

sekunder

pada daya Leading

 I 2 . R eq 2 Cos   I 2 . X eq 2 . Sin  ..(5.1-21) Perbedaan keduanya adalah sebesar

keadaan tanpa beban atau oV 2  K . V 1 .

I 2 . Z eq 2 , sedangkan perkiraan tegangan 353

Rugi Cu 2 (Pcu) = I

1 . R eq 1 atau

I 2 2 R eq 2  Wc

Rugi Inti (Pi) = Rugi Histeris + Rugi Arus

Gambar 2.27 Transformator Faktor Daya ”Leading”

Pusar

= Ph + Pe Faktor Daya “ Unity “

R eq 1 P i

atau Secara umum, perkiraan tegangan jatuh

V 1 . Cos  1 V 2 1 . I 1 . Cos 

pada transformator adalah :

P i  I 1 . R eq 1 (5.1 – 26) Perkiraan tegangan jatuh dilihat dari sisi dari persamaan diatas dapat ditarik

I 2 . R eq 2 . Cos   I 2 . X eq 2 Sin  ...(5.1 -22)

primer adalah : kesimpulan, untuk beban tertentu, efi-

I 1 . R eq 1 . Cos   I 1 . X eq 1 . Sin

 …..(5.1 -23)

siensi maksimum terjadi ketika rugi

tembaga = rugi inti.

5.1.3.5 Pengaturan Tegangan

Pengaturan

Tegangan (Regulation Voltage) suatu transformator adalah perubahan tegangan sekunder antara

beban nol dan beban penuh pada suatu faktor daya tertentu, dengan tegangan

Gambar 5.28 Transformator Faktor Daya ”Unity”

Prosentase tegangan jatuh dilihat dari primer konstan. sisi sekunder :

Ada dua macam pengaturan tegangan yaitu, Regulation Down (Reg Down) dan

I 2 . R eq 2 . Cos   I 2 . X eq 2 . Sin 

Regulation Up (Reg Up) : oV 2

x 100 %

oV 2  V 2

x 100 % .(5.1-27) eq 2 100 % xI 2 . Cos X eq 2 

% Reg Down 

2  V 2  V r Cos   V x Sin  …………(5.1 – 24)

2 oV 2 oV

% Reg Up

x 100 % .(5.1-28)

V 2 Tegangan sisi sekunder tanpa beban

5.1.3.3 Efisisensi Transformator adalah

Efisiensi =  = dan jika tegangan terminal sekunder

Daya Keluar

Daya Masuk

beban penuh sebagai referensi primer

Daya _ Keluar

Daya _ Keluar   Rugi

% Pengaturan (Regulation)

dimana  Rugi = P cu  P i  Rugi

(5.1 -25)

Daya _ Masuk

5.1.3.4 Perubahan Efisiensi Terhadap Beban

Hal ini dilakukan dengan pertimbangan

x 100 %

sebagai berikut :

a) Bekerja pada sisi tegangan tinggi lebih 

V 1 b) Alat-lat ukur tegangan rendah lebih  V r Cos   V x . Sin  ………...(5.1 – 29)

mudah didapat. Dari hasil penunjukkan alat –alat ukur

5.1.4 Pengujian Transfor-

didapat nilai sebagai berikut :

0  I c  I m …………….(5.1 – 31) Untuk menganalisis transformator ber-

2 mator 2 I

P 0  V 1 . I 0 . Cos  0 ……………(5.1 – 32) dasarkan rangkaian ekuivalen, maka perlu I c  I 0 . Cos  0 dan Im  I 0 . Sin  0 diketahui parameter-parameter yang ada

pada transformator tersebut.

Parameter transformator bisa diketahui dari datasheet yang diberikan oleh pabrik

…………………..…(5.1 – 35) pembuat atau bila tidak ada bisa diketahui

berdasarkan hasil percobaan. Dua macam percobaan yang terpenting

adalah percobaan beban nol (tanpa beban) dan percobaan hubung singkat. Percobaan

mengetahui rugi inti dari transformator, sedangkan percobaan hubung singkat

Gambar 5.29 Rangkaian Percobaan Beban Nol

dilakukan untuk

5.1.4.1 Percobaan Beban Nol

Pada saat sisi sekuder dari trans-formator tidak diberi beban (Gambar 5.29), tegangan sisi

primer hanya akan mengalirkan arus pada rangkaian primer

Gambar 5.30 Rangkaian Ekuivalen Hasil

yang terdiri dari impedansi bocor primer

Percobaan Beban Nol

Z 1  R 1  jX 1 dan impedansi penguat-an

: Z  R c  jX

5.1.4.2 Percobaan Hubung

Singkat

Karena umumnya Z jauh lebih kecil dari 1 Pada saat melakukan percobaan hu-bung

tegangan rendah menimbulkan suatu kesalahan yang transformator

Z m , maka Z biasa diabaikan tanpa 1 singkat,

sisi

hubung singkat berarti,

di

rangkaian ekuivalennya (Gambar 5.31), alat ukur diletakkan di sisi (Gambar 5.30).

tegangan tinggi dengan nilai arus dan tegangan yang telah direduksi (dikurangi),

Pada umumnya percobaan beban nol tegangan yang diberikan  5%- 10% dari dilakukan dengan alat ukur diletakkan di harga nominalnya. sisi tegangan rendah dengan besarnya tegangan yang diberikan sama dengan Nilai arus yang melalui kumparan yang tegangan nominalnya.

dihubung singkat sama dengan arus 355 dihubung singkat sama dengan arus 355

adalah sama dengan rugi tegangan pa-da belitan sekundernya.

2 HS  I 2 . Z 2 Percobaan Hubung Singkat sedangkan

E Gambar 5.32 Rangkaian Ekuivalen Hasil

5.1.4.3 Penentuan Polaritas

E 2  V 2  I 2 . Z 2 , karena itu didalam per-

Transformator Satu

cobaan hubung singkat ini E 2 HS hanya

Cara melilit kumparan transformator Fasa

5 % - 10% dari E. 2 sangat menentukan tegangan induksi

Daya yang diserap pada saat percobaan yang dibangkitkan dan polaritas dari hubung singkat ini dapat dianggap sama transformator tersebut (Gambar 5.32). dengan besarnya kerugian tembaga pada Bila sisi primer diberi tegangan, akan kedua sisi kumparan tersebut.

menghasilkan arah tegangan induksi

HS  I 1 . R 1  I 2 . R 2 seperti ditunjukkan arah panah. Terminal

H1 mempunyai polaritas yang sama  I 1 . R 1  ( I 2 ) . R 2 dengan L1 yaitu positif (+), sedang-kan

 2 I .( R  R )  I . R

H2 polaritasnya sama dengan L2 (-).

1 1 2 1 eq 1

 R eq 1 

P HS

1 jika resistansi ekuivalen diperoleh dari percobaan hubung singkat tersebut akan digunakan

untuk

memperhitungkan

efisiensi, maka resistansi ini harus dikoreksi pada temperatur kerja yaitu

Gambar 5.32 Penentuan Polaritas Transformator

75C, sehingga : Posisi polaritas seperti tersebut diatas 234 , 5  75 disebut dengan polaritas pengurangan ,

R 75  R . sebaliknya jika polaritas H1 (+) = L2 (+)

234 , 5  t

dan H2 (-) = L1 (-), akibat cara melilit

kumparan sekunder sebaliknya dari Z eq 1  …………………..(5.1 – 37)

V HS

I kondisi pertama, maka disebut 1 polaritas

penjumlahan .

eq 1  ( Z eq 1 )  ( R eq 1 ) …..(5.1 - 38)

Penentuan polaritas seperti tersebut dijelaskan diatas bisa diketahui dengan

Cos  HS  ………..….(5.1 – 39) cara melakukan pengukuran tegangan

P HS

V HS . I 1 sebagai berikut, bila : Va<VH disebut polaritas pengura-

ngan.

Va >VH disebut polaritas penjumla-

han.

5.1.5 Paralel Transformator

Gambar 5.31 Rangkaian Percobaan Hubung Singkat

Penambahan beban pada suatu saat menghendaki adanya kerja paralel dian- tara transformator. Tujuan utama kerja

Untuk kerja paralel transformator ini diperlukan beberapa syarat :

Gambar 5.35 Diagram Vektor Paralel Transformator Satu Fasa

1.Kumparan primer dari transformator harus sesuai dengan tegangan dan frekuensi sitem suplai (jala – jala) ;

2.Polaritas transformator harus sama ; 3.Perbandingan tegangan harus sama ; 4.Tegangan impedansi pada keadaan

beban penuh harus sama ; 5.Perbandingan

reaktansi

terhadap

resistansi sebaiknya sama.

Gambar 5.36 Rangkaian Paralel Transfor-

5 .1.5.1Paralel Dua Transformator

mator Satu Fasa Teg Sama

dalam Keadaan Ideal

Keadaan ideal dari dua transformator terbalik terhadap masing-masing impe- mempunyai perbandingan tegangan sa- dansinya, ma dan mempunyai segitiga tegangan

impedansi yang sama dalam ukuran dan

V 2  E  I A . Z A  E  I B . Z B  E  I . Z AB

bentuk.

A Segitiga I ABC Z B

A A  I B . Z B atau  tegangan impedansi yang sama dari

menunjukkan segitiga

kedua transformator. Arus I A dan I B I . Z

A ...............(5.1 – 40) dari masing-masing transformator sefa-sa

dengan arus beban I dan berbanding

dan I B A 

( Z A  Z B ) Z, A Z B = Impedansi dari masing-masing

transformator

I, A I B = Arus masing-masing transformator

Gambar 5.33 Rangkaian Paralel Transformator Satu

5.1.5.2 Paralel Transformator Per-

Fasa

Bandingan Tegangan Sama

Diasumsikan tegangan tanpa beban dari kedua transformator dari kedua sekunder

sama E A  E B  E , tidak ada perbedaan fasa antara E A dan

B E , hal ini dapat dilakukan jika arus magnetisasi dari kedua transformator

tidak terlampau jauh

Gambar 5.34 Rangkaian Ekuivalen Paralel

berbeda antara yang satu dengan yang

Transformator Satu Fasa

lainnya. Dibawah kondisi ini, kedua sisi primer

sekunder dari kedua transformator dapat dihu-bungkan secara

dan

keduanya saat tanpa beban.

dan

Bila admitansi magnetisasi diabaikan,

kedua transformator dapat dihubungkan dengan rangkaian ekuivalen seperti

5.2 Transformator Tiga diperlihatkan pada Gambar 5.37, dan Fasa

vektor diagramnya seperti diperlihatkan pada Gambar 5.38

Sebuah transformator tiga fasa secara Z, A Z B = Impedansi dari masing-masing

prinsip sama dengan sebuah transfor- mator satu fasa, perbedaan yang paling

transformator. mendasar adalah pada sistem kelistri-

I, A I B = Arus masing-masing transfor- kannya yaitu sistem satu fasa dan tiga mator

fasa. Sehingga sebuah transformator tiga

2 V = Tegangan terminal fasa bisa dihubung bintang, segitiga, atau

I = Arus total

zig-zag. Transformator tiga fasa banyak diguna-

kan pada sistem transmisi dan distribusi tenaga listrik karena pertimbangan eko- nomis. Transformator tiga fasa banyak sekali mengurangi berat dan lebar ke- rangka, sehingga harganya dapat diku- rangi bila dibandingkan dengan peng- gabungan tiga buah transformator satu

Gambar 5.37 Rangkaian Ekuivalen Paralel

fasa dengan “rating” daya yang sama.

Transformator Tegangan Sama

Tetapi transformator tiga fasa juga mempunyai kekurangan, diantaranya bila salah satu fasa mengalami kerusakan, maka

transformator harus dipindahkan (diganti), tetapi bila trans- formator terdiri dari tiga buah transfor- mator satu fasa, bila salah satu fasa transformator

seluruh

mengalami kerusakan.

Gambar 5.38 Diagram Vektor Paralel

Sistem masih bisa dioperasikan dengan

Transformator Tegangan Sama

sistem “ open delta “.

I A . Z A  I B . Z B  I . Z AB

5.2.1 Konstruksi Transfor-

V . I A  V 2 . I 2 B dan

mator

Secara umum sebuah transformator tiga Tiga Fasa

fasa mempunyai konstruksi hampir sama,

B yang membedakannya adalah alat bantu

sedangkan

V 2 . I . x 10  S kombinasi dan sistem pengamannya, tergantung daya beban dalam KVA dan daya dalam pada

pemasangan, sistem KVA untuk masing-masing transformator pendinginan, pengoperasian, fungsi dan adalah :

letak

pemakaiannya.

Bagian utama, alat bantu, dan sistem

pengaman yang ada pada sebuah trans- Z A  Z B formator daya (Gambar 5.39), adalah :

Gambar 5.41 Transformator Tipe Cangkang

 Kumparan Transformator

a. Bagian dalam Transformator

Kumparan transformator terdiri dari lilitan kawat

dan membentuk kumparan. Kawat yang dipakai adalah kawat tembaga berisolasi yang berbentuk bulat atau plat. Kumparan-kumparan transformator diberi isolasi baik terhadap kumparan lain maupun inti besinya. Bahan isolasi berbentuk padat seperti kertas prespan, pertinak, dan lainnya.

berisolasi

b. Bagian luar Transformator Gambar 5.39 Konstruksi Tranformator Tiga Fasa

 MinyakTransformator Untuk mendinginkan transformator saat

beroperasi maka kumparan dan inti transformator direndam di dalam minyak transformator,minyak

juga berfungsi

sebagai isolasi. Oleh karena itu minyak transformator harus memenuhi persyaratan, sebagai berikut :

 Mempunyai kekuatan isolasi (Die-  Inti Besi Transformator lectric Strength);  Penyalur panas yang baik dengan

Gambar 5.40 Transformator Tipe Inti

Seperti telah dijelaskan pada pemba- berat jenis yang kecil, sehingga par- hasan transformator satu fasa inti besi

tikel-partikel kecil dapat mengendap berfungsi sebagai tempat mengalirnya

dengan cepat;

fluks dari kumparan primer ke kumparan  Viskositas yang rendah agar lebih sekunder. Sama seperti transformator

mudah bersikulasi dan kemampuan satu fasa, berdasarkan cara melilit

pendinginan menjadi lebih baik; kumparanya ada dua jenis, yaitu tipe inti  Tidak nyala yang tinggi, tidak mudah (Gambar 5.40) dan tipe cangkang

menguap;

(Gambar 5.41).  Sifat kimia yang stabil.  Tangki Transformator Tangki transformator berfungsi untuk

menyimpan minyak transformator dan sebagai pelindung bagian-bagian trans- formator yang direndam dalam minyak.

Ukuran tangki disesuaikan dengan uku- tegangan tembus minyak. Untuk men- ran inti dan kumparan.

cegah hal itu transformator dilengkapi dengan alat pernafasan (Gambar 5.43)

 Konservator Transformator yang berupa tabung berisi zat hygros- kopis,seperti kristal silikagel.

Konservator merupakan tabung berisi minyak transformator yang diletakan  Tap Changer pada bagian atas tangki. Fungsinya adalah :

Tap changer (Gambar 5.44) adalah alat  Untuk menjaga ekspansi atau me- yang

untuk mengubah luapnya minyak akibat pemanasan;

berfungsi

perbandingan lilitan transformator untuk  Sebagai saluran pengisian minyak.

mendapatkan tegangan operasi pada sisi sekunder sesuai yang dibutuhkan oleh

 Sistem

Pendinginan

Transfor- tegangan jaringan (beban) atau karena

mator

tegangan sisi primer yang berubah-ubah. Tap changer (perubahan tap) dapat

Sistem pendinginan pada transformator dilakukan dalam keadaan berbeban (on dibutuhkan supaya panas yang timbul load) atau keadaan tidak berbeban(off pada inti besi dan kumparan dapat load).

tranformator distribusi disalurkan keluar sehingga tidak merusak perubahan tap changer dilakukan dalam isolasi didalam transformator. Media yang keadaan tanpa beban. digunakan pada sistem pendinginan dapat berupa : udara / gas, minyak dan air. Sirkulasinya dilakukan secara : alamiah (natural) dan atau paksaan (forced).

Untuk

 Bushing Transformator Bushing transformator adalah sebuah

konduktor yang berfungsi untuk meng- hubungkan

kumparan

transformator

dengan rangkaian luar yang diberi selubung isolator. Isolator juga berfungsi

Gambar 5.42 Bushing Transformator

sebagai penyekat

antara konduktor

dengan tangki transformator. Bahan bushing adalah terbuat dari porselin yang tengahnya berlubang (Gambar 5.42).

 Alat Pernapasan Naik turunnya beban transformator dan

suhu udara sekeliling transformator, mengakibatkan suhu minyak berubah- ubah mengikuti perubahan tersebut. Bila suhu minyak naik, minyak memuai dan

Gambar 5.43 Alat Pernafasan

mendesak udara diatas permukaan minyak keluar dari tangki dan bila suhu turun sebaliknya udara akan masuk. Keadaan ini merupakan proses per- napasan transformator. Tetapi udara luar yang lembab akan menurunkan nilai

singkat, sistem pendinginan, volume minyak, dan lain-lain.

Gambar 5.44 Tap Changer

 Sirip-sirip Pendingin atau Radiator Berfungsi untuk memperluas daerah

pendinginan, yaitu daerah yang berhu- bungan langsung dengan udara luar dan sebagai tempat terjadinya sirkulasi panas.

 Alat Indikator

Gambar 5.45 Indikator Level Minyak

Alat Indikator digunakan untuk memonitor kondisi komponen utama atau media bantu yang ada didalam transformator saat transformator beroperasi, seperti :  suhu minyak ;  permukaan minyak ;  sistem pendinginan ;  posisi tap.

Gambar 5.46 Indikator Temperatur

 Rele Buchholz (Buchholz Relay) Rele Buchholz biasa disebut juga rele

gas, karena bekerjanya digerakan oleh pengembangan gas. Tekanan gas akan timbul bila minyak mengalami kenaikan temperatur yang diakibatkan oleh :  Hubung singkat antar lilitan pada atau

dalam fasa;  Hubung singkat antar fasa;

 Hubung singkat antar fasa ke tanah;

Gambar 5.47 Rele Buchholz

 Busur api listrik antar laminasi;  Busur api listrik karena kontak yang

5.2.2 Hubungan Transfor-

kurang baik.

mator Tiga Fasa

Gas yang mengembang akan mengge- rakan kontak-kontak rangkaian alarm atau Secara umum dikenal tiga cara untuk rangkaian pemutus.

menyambung rangkaian listrik sebuah transformator tiga fasa, yaitu hubungan

 Plat Nama bintang, hubungan segitiga, dan hubu- ngan Zig-zag.

Plat nama yang terdapat pada bagian luar transformator sebagai pedoman saat

 Hubungan Bintang – bintang Hubungan dari tipe ini lebih ekonomis

untuk arus nominal yang kecil, transfor- mator tegangan tinggi (Gambar 5.48). Jumlah dari lilitan perfasa dan jumlah isolasi minimum karena tegangan fasa

1 tegangan jala-jala (Line), juga tidak

3 ada perubahan fasa antara tegangan

primer dengan sekunder. Bila beban pada sisi sekunder dari transformator tidak

Gambar 5.48 Hubungan Bintang-

seimbang, maka tegangan fasa dari sisi

bintang

beban akan berubah kecuali titik bintang dibumikan.

Primer:

V  L ph 1 1 Volt dan I L 1  I ph 1

Sekunder: V

V  L ph 2 2 Volt dan 3

V ph 2 I L 2  I ph 2 Amp K  V ph 1

 Hubungan Segitiga-Segitiga Hubungan ini umumnya digunakan dalam

sistem yang menyalurkan arus besar pada tegangan rendah dan terutama saat kesinambungan dari pelayanan harus

Gambar 5.49 Hubungan Segitiga – Segitiga

dipelihara meskipun satu fasa mengalami  Tidak ada perubahan fasa antara te- kegagalan (Gambar 5.49).

gangan primer dengan sekunder. Adapun beberapa keuntungan dari hu-  Luas penampang dari konduktor

bungan ini adalah :

1 dikurangi karena arus fasa

arus

jala-jala  Tidak ada kesulitan akibat beban tidak seimbang pada sisi sekunder.

Kerugian yang terjadi pada hubungan ini adalah :  Lebih banyak isolasi dibutuhkan di-

bandingkan dengan hubungan bin- tang-bintang.

 Tidak adanya titik bintang memung- kin, merupakan kerugian yang dapat membahayakan. Bila salah satu jala- jala ke tanah karena kegagalan, tegangan maksimum antara kumpar- an dan inti akan mencapai tegangan jala-jala penuh.

Primer :

V L 1  V ph 1 Volt dan I L 1  3 I ph 1

Gambar 5.50 Hubungan Bintang –Segitiga

Sekunder:

V L 2  V ph 2 dan I L 2  3 I ph 2

V ph 2 K 

V ph 1

 Hubungan Bintang - Segitiga Hubungan transformator tipe ini pada

prinsipnya digunakan, dimana tegangan diturunkan (Step - Down), seperti pada jaringan transmisi. Pada hubungan ini,

perbandingan tegangan jala-jala 1 kali

perbandingan lilitan transformator dan tegangan sekunder tertinggal 30  dari tegangan primer.

Primer :

V ph V 1  L 1 Volt dan I L 1  I ph 1 Amp

3 Gambar 5.51 Hubungan Segitiga-Bintang

Sekunder :

V I L ph 2 2  V L 2 Volt dan I ph 2  Amp

V ph 2 K 

V ph 1

 Hubungan Segitiga - Bintang Hubungan ini

umumnya digunakan, dimana diperlukan untuk menaikkan tegangan (Step-Up), misalnya pada awal sistem transmisis tegangan tinggi. Dalam

hubungan

ini perbandingan

tegangan

3 kali perbandingan lilitan trans-formator dan tegangan sekunder men-dahului sebesar 30.

Primer

V 1  V Volt dan I  1 I 1 L L 1 ph ph A

Sekunder:

V 2  V L ph 2 Volt dan I L 2  I

3 ph 2 A

V ph 2 K 

V ph 1 Gambar 5.52 Transformator Tiga Fasa Hubung Zig-zag

Daya Total Tiga Fasa : Ujung-ujung dari kumparan sekunder disambungkan sedemikian rupa, supaya

S = 3 . V L . I L arah aliran arus didalam tiap-tiap kum- VA atau S  3 . V ph . I ph VA

paran menjadi bertentangan.

P= 3 . V L . I L . Cos  Watt

Karena e1 tersambung secara berla- wanan dengan gulungan e2, sehingga

Q= 3 . V L . I L . Sin  Var

jumlah vektor dari kedua tegangan itu menjadi :

 Hubungan Zig - Zag

Kebanyakan transformator distribusi se-

lalu dihubungkan bintang, salah satu syarat yang harus dipenuhi oleh trans-

formator tersebut adalah ketiga fasanya harus diusahakan seimbang. Apabila

beban tidak seimbang akan menye-

e Z 1  e Z 2  e Z 3  0  3 e b , babkan timbulnya tegangan titik bintang yang tidak diinginkan, karena tegangan pada peralatan yang Teg titik bintang eb = 0 digunakan pemakai akan berbeda-beda.

e 1  , nilai tegangan fasa e z 

2 2 Untuk menghindari terjadinya tegangan Sedangkan tegangan jala-jala :

titik bintang, diantaranya adalah dengan

menghubungkan sisi sekunder dalam

hubungan Zig-zag. Dalam hubungan Zig-

zag sisi sekunder terdiri atas enam kumparan yang dihubungkan secara  Transformator Tiga Fasa dengan khusus (Gambar 5.52)

Dua Kumparan

Selain hubungan transforamator seperti telah dijelaskan pada sub-bab sebelum- nya, ada transformator tiga fasa dengan dua kumparan. Tiga jenis hubungan yang umum digunakan adalah : 

V - V atau “ Open  “  “ Open Y - Open  “  Hubungan T – T

Misal Tiga buah transformator satu fa-sa masing-masing mempunyai daya se-besar

10 KVA, bila dihubungkan V - V (Gambar

5.53) karena salah satu dilepas (sebelumnya dihubungkan segitiga) maka dayanya tidak 2 x 10 KVA = 20 KVA, tetapi hanya 0,866 x 20 KVA = 17,32 KVA.

Gambar 5.54 Hubungan Open Y-Open  Hal ini bisa dibuktikan sebagai berikut :

Hubungan Open Y - Open  diperlihat-  Daya S saat dihubungkan kan pada Gambar 5.54, ada perbeda-

= 3 . V L . I L VA an dari hubungan V - V karena peng-  I

hantar titik tengah pada sisi primer dihu- ph 2 

menjadi arus jala  jala

3 bungkan ke netral (ground). Hubungan ini bisa digunakan pada transformator

 Daya S saat dihubungkan V - V

distribusi.

= 3 . V L . L    V L . I L VA

 3   Hubungan Scott atau T - T  Perbandingan daya saat Hubungan  Hubungan ini merupakan transformasi

dengan V - V adalah : tiga fasa ke tiga fasa dengan bantuan

dua buah transformator (Kumparan). 

S saat V  V V L . I L

Satu dari transformator mempunyai “ S saat 

Centre Taps “ pada sisi primer dan se-  1

%  kundernya dan disebut “ Main Trans- 57 , 7

x 100 %

3 former “. Transformator yang lainnya Kekurangan Hubungan ini adalah :

mempunyai “0,866 Tap “ dan disebut “  Faktor daya rata-rata, pada V - V ber- Teaser Transformer “. Salah satu

operasi lebih kecil dari P.f beban, kira- ujung dari sisi primer dan sekunder kira 86,6% dari faktor daya beban “teaser Trans-former” disatukan ke “ seimbang.

Centre Taps” dari “ main transformer “.  Tegangan terminal sekunder cende- rung tidak seimbang, apalagi saat beban Teaser Transformer” beroperasi hanya bertambah.

0,866 dari kemampuan tegangannya dan kumparan “ main trnsformer “ beroperasi pada Cos 30  = 0,866 p.f, yang ekuivalen dengan “ main transformer “ bekerja pada 86,6 % dari kemampuan daya semunya.

5.2.3 Pengujian Transfor-

Gambar 5.53 Hubungan V-V atau Open 

mator Tiga Fasa

Pengujian yang harus dilakukan pada sebuah transformator tiga fasa biasanya disesuaikan dengan kebutuhannya (pe- ngujian rutin, pengujian awal, dan pe- ngujian akhir), jenis pengujiannya juga cukup beragam, seperti :

Pengujian Kelompok Hubungan Pengujian Tahanan Isolasi

Pengujian Tegangan Terapan Pengujian Tahanan Kumparan

Pengujian Tegangan Induksi Pengujian Karektristik Beban Nol

Pengujian Kebocoran Tangki Pengujian Karektistik Hubung Singkat

Pengujian Jenis

Pengujian Karakteristik Berbeban Pengujian Perbandingan Transformasi

Gambar 5.55 Hubungan Scott atau T-T

 Pengujian Tahanan Isolasi Pengukuran dilakukan dengan membe- rikan tegangan nominal pada salah satu

Pengujian tahanan isolasi biasanya di- sisi transformator dan sisi lainnya dibiar- laksanakan pada awal pengujian dengan kan dalam keaadaan tanpa beban. tujuan untuk mengetahui secara dini Contoh untuk menghitung parameter- kondisi

isolasi transformator, untuk parameter transformator tiga fasa dari menghindari

bisa hasil percobaan beban nol bisa dilihat berakibat fatal, sebelum pengujian pada tabel 5.1. Persamaan yang terlihat selanjutnya dilakukan.

kegagalan

yang

pada tabel menandakan dimana alat ukur Pengujian dilaksanakan dengan meng- diletakkan. gunakan Megger. Tahanan isolasi yang diukur diantaranya :

 Pengujian Karakteristik Hubung  Sisi Primer dan Sekunder

Singkat

 Sisi Primer dan pembumian  Sisi Sekunder dan pembumian

Pengujian dilakukan dengan cara mem- berikan arus nominal pada salah satu sisi

 Pengujian Tahanan Kumparan transformator dan sisi yang lain dihubung singkat,

demikian akan Pengujian dilakukan dengan cara mela- dibangkitkan juga arus nominal pada sisi kukan pengukuran tahanan kumparan yang di hubung singkat. Adapun tujuan transformator.

dengan

ini adalah untuk digunakan untuk menghitung besarnya mengetahui besarnya rugi daya yang rugi tembaga pada transformator ter- hilang

Data

hasil pengujian dari

pengujian

dari tembaga dari sebut.

akibat

transformator saat beroperasi. Contoh untuk menghitung parameter-

 Pengujian Karakteristik Beban Nol parameter transformator tiga fasa dari hasil percobaan hubung singkat bisa

Pengujian Karakteristik Beban Nol atau dilihat pada tabel 5.2 dengan asumsi sisi Tanpa Beban dilakukan untuk menge- tegangan rendah di hubung singkat dan tahui besarnya kerugian daya yang alat ukur ada di sisi tegangan tinggi, disebabkan oleh rugi hysterisis dan eddy persamaan yang terlihat pada tabel current pada inti transformator dan menunjukan dimana alat ukur diletakan. besarnya arus yang pada daya tersebut.

Tabel 5.1 Parameter Pengujian Beban Nol Pengujian tegangan terapan (Withstand Test) dilakukan untuk menguji kekuatan isolasi antara kumparan dan rangka tangki. Pengujian dilakukan dengan cara memberikan tegangan uji sesuai dengan standar uji dan dilakukan pada :  Sisi tegangan tinggi terhadap sisi

tegangan rendah dan rangka tangki yang dibumikan.

 Sisi tegangan rendah terhadap sisi tegangan tinggi dan rangka tangki

yang dibumikan.  Pengujian Tegangan Induksi Tujuan pengujian tegangan induksi ada-

lah untuk mengetahui kekuatan isolasi antara lapisan dari tiap-tiap belitan dan kekuatan isolasi antar belitan transfor- mator. Pengujian dilakukan dengan cara memberi tegangan suplai dua kali tega- ngan nominal pada salah satu sisi dan sisi lainnya dibiarkan terbuka. Untuk me-

Tabel 5.2 Parameter Pengujian Hub Singkat ngatasi kejenuhan pada inti transfor-

mator maka frekuensi yang digunakan harus dinaikan sesuai dengan kebutuh-an dalam jangka waktu tertentu.

 Pengujian Kelompok Hubungan Vektor tegangan primer dan sekunder

sebuah transformator sangat tergantung pada cara melilit kumparannya. Pada transformator Tiga Fasa arah tegangan menimbulkan perbedaan fasa. Arah dan besar

fasa tersebut  Pengujian Perbandingan Transfor- menyebabkan adanya berbagai kelom-

perbedaan

pok hubungan pada transformator. Pengujian perbandingan transformasi atau Untuk penentuan kelompok hubungan ini

masi

belitan kumparan adalah untuk me- dipergunakan tiga jenis tanda atau kode, ngetahui perbandingan jumlah kumparan yaitu : sisi tegangan tinggi dan sisi tegangan Tanda Kelompok sisi tegangan tinggi rendah pada setiap tapping sehinggga

terdiri atas kode D, Y, dan Z. tegangan keluaran yang dihasilkan oleh Tanda Kelompok sisi tegangan rendah transformator

terdiri atas kode d, y , dan z. spesikasi/rancangan.

Angka jam menyatakan bagaimana letak sisi kumparan tegangan tinggi terhadap

Dokumen yang terkait

Keanekaragaman Makrofauna Tanah Daerah Pertanian Apel Semi Organik dan Pertanian Apel Non Organik Kecamatan Bumiaji Kota Batu sebagai Bahan Ajar Biologi SMA

26 317 36

AN ANALYSIS ON GRAMMATICAL ERROR IN WRITING MADE BY THE TENTH GRADE OF MULTIMEDIA CLASS IN SMK MUHAMMADIYAH 2 MALANG

26 336 20

FREKUENSI KEMUNCULAN TOKOH KARAKTER ANTAGONIS DAN PROTAGONIS PADA SINETRON (Analisis Isi Pada Sinetron Munajah Cinta di RCTI dan Sinetron Cinta Fitri di SCTV)

27 310 2

Analisis Sistem Pengendalian Mutu dan Perencanaan Penugasan Audit pada Kantor Akuntan Publik. (Suatu Studi Kasus pada Kantor Akuntan Publik Jamaludin, Aria, Sukimto dan Rekan)

136 695 18

DOMESTIFIKASI PEREMPUAN DALAM IKLAN Studi Semiotika pada Iklan "Mama Suka", "Mama Lemon", dan "BuKrim"

133 700 21

Representasi Nasionalisme Melalui Karya Fotografi (Analisis Semiotik pada Buku "Ketika Indonesia Dipertanyakan")

53 338 50

KONSTRUKSI MEDIA TENTANG KETERLIBATAN POLITISI PARTAI DEMOKRAT ANAS URBANINGRUM PADA KASUS KORUPSI PROYEK PEMBANGUNAN KOMPLEK OLAHRAGA DI BUKIT HAMBALANG (Analisis Wacana Koran Harian Pagi Surya edisi 9-12, 16, 18 dan 23 Februari 2013 )

64 565 20

PENERAPAN MEDIA LITERASI DI KALANGAN JURNALIS KAMPUS (Studi pada Jurnalis Unit Aktivitas Pers Kampus Mahasiswa (UKPM) Kavling 10, Koran Bestari, dan Unit Kegitan Pers Mahasiswa (UKPM) Civitas)

105 442 24

KEABSAHAN STATUS PERNIKAHAN SUAMI ATAU ISTRI YANG MURTAD (Studi Komparatif Ulama Klasik dan Kontemporer)

5 102 24

Analisis Penyerapan Tenaga Kerja Pada Industri Kerajinan Tangan Di Desa Tutul Kecamatan Balung Kabupaten Jember.

7 76 65