Buku 5. Manajemen Keuangan Internasional

BAB I RUANG LINGKUP MANAJEMEN KEUANGAN INTERNASIONAL

A. Pendahuluan

Krisis ekonomi yang melanda kawasan Asia 1998 membawa pelajaran yang sangat penting bagi manajer perusahaan multinasional, pengambil kebijakan di sektor pemerintah maupun akademisi di perguruan tinggi. Krisis itu sendiri dimulai oleh jatuhnya mata uang Bath-Thailand yang disusul oleh jatuhnya mata uang Peso- Philiphina, Ringgit-Malaysia dan Rupiah Indonesia.

Pengambil kebijakan di negara-negara Asia tidak menyangka bahwa jatuhnya satu mata uang akan berdampak pada mata uang negara lain. Pada saat yang bersamaan ketidakhati-hatian manajer keuangan perusahaan multinasional khususnya dalam pengelolaan dana asing telah mengakibatkan semakin terpuruknya mata uang negara yang bersangkutan.

Kondisi tersebut diperberat oleh oleh kebijakan pendanaan yang tidak memperhatikan kesesuaian antara durasi pinjaman dan investasi yang dibiayai dengan pinjaman tersebut. Selain itu tidak dilakukannya hedging secara tepat untuk meminimumkan risiko perubahan nilai tukar atau foreign exchange risk.

Krisis ekonomi juga menunjukkan betapa eratnya hubungan antara faktor-faktor ekonomi dan politik. Keduanya bagaikan dua sisi dari satu koin mata uang. Kestabilan politik dan demokrasi sangat berpengaruh terhadap country risk suatu negara. Semakin tinggi risiko suatu negara akibat ketidakstabilan dan demokrasi yang tidak berkembang akan sangat berpengaruh terhadap kestabilan nilai mata uang suatu negara. Mempertimbangkan faktor tersebut di atas, pemahaman manajemen keuangan internasional menjadi semakin diperlukan terutama bagi para manajer keuangan perusahaan multinasional.

B. Perusahaan Internasional

Perusahaan Internasional yang dimaksudkan dalam buku ini identik dengan istilah Perusahaan Multinasional, (Multinational Coorporation sering disingkat MNC), atau Transnational Coorporation juga disingkat dengan TNC), adalah merupakan perusahaan yang beroperasi di dua Negara atau lebih. Perusahaan multinasional biasanya terdiri dari perusahaan induk yang lokasinya berada di Negara asal, dan lima atau enam perusahaan di luar negeri, secara khusus mempunyai hubungan strategik Perusahaan Internasional yang dimaksudkan dalam buku ini identik dengan istilah Perusahaan Multinasional, (Multinational Coorporation sering disingkat MNC), atau Transnational Coorporation juga disingkat dengan TNC), adalah merupakan perusahaan yang beroperasi di dua Negara atau lebih. Perusahaan multinasional biasanya terdiri dari perusahaan induk yang lokasinya berada di Negara asal, dan lima atau enam perusahaan di luar negeri, secara khusus mempunyai hubungan strategik

Untuk selanjutnya istilah perusahaan internasional dan perusahaan multinasional, serta TNC silih berganti akan digunakan dalam buku ini dengan pemahaman yang sama.

Eiteman et al (2010) mendefinisikan Multinational Enterprise (MNE) adalah Perusahaan multinasional, sebagai perusahaan yang memiliki anak-anak perusahaan, cabang-cabang, dan afiliasi yang berlokasi di negara-negara lain. MNE juga mencakup berbagai perusahaan yang bergerak dalam aktivitas-aktivitas jasa, seperli konsultasi, akuntansi, konstruksi, hukum, periklanan, hiburan, perbankan, telekomunikasi. dan penginapan.

MNE memiliki kantor pusat di seluruh dunia dan banyak diantaranya dimiliki oleh gabungan pemegang saham dalam negeri dan asing. Kepemilikan sejumlah perusahaan ini begitu tersebar secara internasional sehingga dikenal sebagai perusahaan transnasional. Perusahaan transnasional biasanya dikelola dari perspektif global dan bukan dari perspektif negara tunggal.

Menurut Sartono, (2001: 2-4) Perusahaan multinasional atau multinational Coorporation adalah perusahaan yang memproduksi dan menjual produknya didua atau lebih negara; sehingga dalam aktivitas utamanya melibatkan lebih dari dua mata uang yang berbeda. Pada umumnya perusahaan multinasional memiliki kantor pusat di suatu Negara dan didukung oleh beberapa anak perusahaan di beberapa Negara. Diantara anak perusahaan dan kantor pusatnya dihubungkan dengan sarana telekomunikasi yang canggih guna menjamin integrasi operasi secara efektif dan efisien.

Pengalokasian sumber daya yang terkoordinasi secara global dalam suatu manajemen terpusat tunggal (single centralized management) membedakan perusahaan multinasional dengan perusahaan lain yang terkait dengan bisnis internasional. Perusahaan multinasional membuat keputusan tentang strategi memasuki pasar, kepemilikan operasi luar negeri; dan produksi, pemasaran dan aktivitas keuangan dengan melihat apa yang terbaik untuk perusahaan secara keseluruhan. Perusahaan multinasional lebih menekankan kekuatan group daripada kekuatan individu-individu dalam group.

Perusahaan domestik murni juga sering melakukan berbagai aktivitas internasional yang signifikan. Aktivitas tersebut mencakup impor dan ekspor berbagai Perusahaan domestik murni juga sering melakukan berbagai aktivitas internasional yang signifikan. Aktivitas tersebut mencakup impor dan ekspor berbagai

C. Perkembangan dan Evolusi Perusahaan Internasional

C.1. Perkembangan Perusahaan Internasional Perkembangan perusahaan multinasional menurut Kuntjoro (2000 : 11) “ diwarnai oleh peristiwa penting dan membentuk arah ekonomi global yakni Krisis sistem moneter Internasional (Bretton Woods), krisis utang luar negeri, krisis minyak dan komoditas primer lainnya, munculnya negara-negara industri baru (New Industrial Country), terjadinya crash di pasar modal Internasional (Oktober 1987), bubarnya negara Uni Soviet yang diikuti dengan kecenderungan menuju free market socialism, dan integrasi Eropa menuju Uni Moneter Eropa”.

Dasar perkembangan perusahaan multinasional dapat dibedakan menjadi tiga atas dasar motif utama pendirian perusahaan tersebut yaitu sebagai berikut:

1. Raw materials seekers (pencari bahan mentah) adalah multinasional awal, berperan jahat pada bisnis internasional. Tujuan perusahaan tersebut adalah untuk mengeruk bahan yang dapat digunakan untuk membuat suatu produk di luar negeri. Sama seperti cara modern sekarang pada perusahaan minyak dan pertambangan multinasional, yang pertama membuat investasi besar di luar negeri, yang memulai sejak tahun-tahun awal abad ke- 20.

2. Market Seekers (pencari pasar) adalah merupakan pola dasar pada perusahaan multinasional yang menuju luar negeri untuk menghasilkan dan menjual dalam pasar luar negeri, contohnya termasuk IBM, Volkswagen, dan Unilever. Walaupun ada beberapa contoh awal pada perusahaan multinasional pencari pasar (seperti Colt Firearms, Coca-cola, Singer, N.V.Philips dan Imperial Chemicals) bagian terbesar pada investasi langsung luar negeri, yang mana akuisisi keluar pada asset-asset fisik seperti peralatan dan bangunan, mengambil tempat setelah Perang Dunia II.

3. Cost Minimizers adalah kategori baru pada perusahaan yang melakukan bisnis secara internasional. Perusahaan-perusahaan ini mencari dan menginvestasikan dalam Negara yang biaya produksinya rendah (sebagai contoh Hongkong, Taiwan dan Irlandia) untuk menyisakan kompetitif biaya antara Negara asal dan Negara luar. Banyak dari perusahaan-perusahaan ini adalah industry elektronik. Contohnya Texas Intruments, Atari dan Zenith.

Menurut Madura (2003) mengungkap setidaknya ada 3 teori yang mendasari motivasi perusahaan-perusahaan domestik melakukan ekspansi Bisnis Internasional yakni;

1. Theory of comparative advantage (spesialisasi dari satu negara dapat meningkatkan efisiensi produksi)

2. Imperfect markets theory (pasar untuk berbagai sumberdaya yang digunakan untuk berproduksi bersifat “imperfect”)

3. Product Cycle Theory {perusahaan yang telah memasuki tahapan pasar yang telah mapan (maturity cycle), dapat menambah kesempatan diluar negeri}

Teori keuntungan komparasi, yang dikembangkan oleh David Ricardo (1817), dapat digunakan untuk menunjukkan bahwa dasar untuk melakukan perdagangan hanya akan eksis pada setiap kasus, jika satu negara memiliki keunggulan Absolut. Misalkan ada dua negara, yaitu Amerika Serikat dan Rusia, yang masing-masing memproduksi Kedelai dan Vodka, dengan jumlah yang diproduksi perinput ditunjukkan pada Tabel 1.1, sebagai berikut :

Tabel 1.1. Output Perunit input

Output per unit input

Rubel Rusia Kedelai (pergantang)

Produk

US $

20 10 Vodka (perpeti)

Berdasarkan Tabel 1.1., di Amerika Serikat, 20 gantang kedelai dan 4 peti vodka dapat dihasilkan oleh masing-masing 1 unit input. Sedangkan di Rusia, 10 gantang kedelai dan 5 peti vodka dapat dihasilkan oleh masing-masing 1 unit input. Dari tabel tersebut dapat diketahui bahwa Amerika Serikat memiliki keunggulan absolut pada produk kedelai (20 : 10), sementara Rusia memiliki keunggulan absolut dalam produk vodka (5 : 4). Hal ini mengindikasikan adanya efisiensi produksi jika masing-masing Berdasarkan Tabel 1.1., di Amerika Serikat, 20 gantang kedelai dan 4 peti vodka dapat dihasilkan oleh masing-masing 1 unit input. Sedangkan di Rusia, 10 gantang kedelai dan 5 peti vodka dapat dihasilkan oleh masing-masing 1 unit input. Dari tabel tersebut dapat diketahui bahwa Amerika Serikat memiliki keunggulan absolut pada produk kedelai (20 : 10), sementara Rusia memiliki keunggulan absolut dalam produk vodka (5 : 4). Hal ini mengindikasikan adanya efisiensi produksi jika masing-masing

Jika kita mencoba untuk berpikir secara ekonomis, maka berdasarkan kasus di atas, sebaiknya Amerika mengambil spesialisasi memproduksi 30 gantang kedelai, di konsumsi untuk Amerika sebanyak 20 gantang dan diekspor sebanyak 10 gantang untuk Rusia. Sebaliknya Rusia memproduksi 9 peti vodka yang dikonsumsi sebanyak

5 peti dan mengekspornya sebannyak 4 peti ke negara Amerika. Hal inilah yang mendorong terjadinya ekspor impor dua negara, baik bahan baku maupun produk secara efisien, akibatnya adanya keunggulan komparasi Teori pasar yang bersifat imperfek, jika pasar suatu negara bersifat tertutup dari perdagangan dengan negara lain, maka tidak ada bisnis internasional. Di lain pihak, jika pasar bersifat perfect, maka faktor-faktor produksi (seperti tenaga kerja) yang dengan mudah dapat ditransfer, tenaga kerja dan sumberdaya lainnya dapat mengalir saat ada permintaan terhadap faktor produksi tersebut.

Faktor mobilitas yang tidak dibatasi, akan menciptakan keseimbangan dalam biaya dan tingkat kembalian (returns) dan menggerakkan keuntungan komparasi dalam biaya produksi, yang secara rasional memunculkan perdagangan dan investasi internasional.

Namun demikian dalam kenyataannya kondisi pasar faktor-faktor produksi yang bersifat perfect tidak lancar, sehingga biaya-biaya produksi seringkali dibatasi dalam hubungannya dengan transfer tenaga kerja dan sumberdaya lainnya dalam produksi. Oleh karena itu pasar yang bersifat imperfect menyediakan sebuah insentif bagi perusahaan untuk mencari kesempatan di luar negeri.

Teori siklus hidup produk salah satu dari penjelasan populer mengapa perusahaan domestik melibatkan diri menjadi perusahaan multinasional adalah teori siklus hidup produk. Berdasarkan teori ini, perusahaan menjadi mapan di dalam pasar dalam negerinya sebagai sebuah hasil dari beberapa persepsi keuntungan melalui pesaing-pesaing dalam negerinya, sebab informasi mengenai pasar dan persaingan lebih tersedia di dalam negerinya.

Permintaan pasar produk di luar negeri akan diakomodasi melalui ekspor, atau mendirikan anak perusahaan di negara-negara yang memiliki permintaan pasar dalam rangka mengurangi biaya transportasi. International product life cycle (siklus hidup produk internasional) dikemukakan pada Gambar 1.1., sebagai berikut:

1. Perusahaan

2. Perusahaan

3. Perusahaan mendirikan

menciptakan

anak perusahaan di luar produk untuk

mengekspor produk

negeri untuk mengurangi mengakomodasi

untuk mengakomodasi

biaya transportasi permintaan lokal

permintaan luar

negeri

4.a. Perusahaan melakukan differensiasi produk dari pesaing dan/atau mengembangkan produk line di luar negeri

4.b. Mengeliminasi Perusahaan di luar negeri (anak perusahaan) yang mengalami penurunan bisnis akibat dari keuntungan kompetitif

Gambar 1.1. Siklus Hidup Produk Internasional

(Sumber : Madura, 2003)

C.2. Evolusi Perusahaan Multinasional Perusahaan multinasional mengalami perkembangan melalui berbagai alternatif dengan memanfaatkan globalisasi yang sedang terjadi dan masih akan terus terjadi. Proses mengarah menjadi perusahaan multinasional dilakukan semata-mata ingin selalu menjadi monopolis atau oligopolis dengan secara terus menerus mencari dan mengembangkan sustainable competitive advantages. Cara ini dilakukan tidak saja menyangkut desain produk tetapi juga inovasi produk baru sehingga produk lama menjadi usang, mencari alternatif sumber bahan baku yang lebih murah, mengembangkan alternatif bahan baku, promosi secara bersar-besaran, pemanfaatan jaringan pemasaran melalui mega chain store, pengusaha dan pemanfaatan perkembangan teknologi infornmasi, mengembangkan strategi yang semakin sophisticated serta penguasaan dan pengembangan kompetensi sumber daya manusia. Melalui cara-cara semacam itu maka pesaing yang tidak mampu mengimbangi akan dengan sendirinya keluar dari persaingan atau hanya akan menjadi market follower saja, sehingga perusahaan multinasional dapat mempengaruhi pelaku yang lain secara mudah.

Memang tidak selalu bahwa perusahaan multinasional melalui tahap-tahap konvensional yaitu mulai dengan mengekspor, memberikan lisensi, mendirikan Memang tidak selalu bahwa perusahaan multinasional melalui tahap-tahap konvensional yaitu mulai dengan mengekspor, memberikan lisensi, mendirikan

Terlepas dari tahap mana yang akan ditempuh untuk menjadi perusahaan multinasional, prinsip dasar menjadi sangat penting untuk dikuasai adalah bahwa fasilitas produksi dibeberapa negara harus fleksibel, adaptif, kecepatan dan ketetapan. Fleksibel dalam arti bahwa fasilitas produksi dapat digunakan untuk memproduksi berbagai produk sejenis tanpa harus melakukan penambahan investasi yang berarti.

Faktor lain yang penting adalah bahwa sekalipun menjadi perusahaan multinasional nampaknya memberikan beberapa manfaat karena dapat mengeksploitasi pasar asing, tetapi harus disadari bahwa konglomerasi yang jauh dari core businessnya sangat tidak menguntungkan untuk jangka panjang. Dengan kata lain perusahaan multinasional harus tetap fokus pada core businessnya. Fokus berarti tetap mempertahankan bidang dinama perusahaan dapat melakukan yang terbaik dari berbagai segi dan mampu mengembangkan daya saing yang berkesinambungan.

Perkembangan aliansi bisnis dan terciptanya kerjasama ekonomi seperti: GATT (General Agreement on Tarif and Trade), AFTA (Asian Free Trade Aggreement), NAFTA (North America Free Trade Area), dan APEC (Asia Pacific Economic Cooperation) tidak dapat diabaikan oleh manajer global. Terciptanya blok-blok perdagangan tersebut memberikan tekanan tersendiri dalam strategi persaingan antar negara dan antar blok ekonomi.

Perkembangan lain yang menarik adalah bahwa negara-negara ASEAN yang pada tahun 2015 yang terdiri dari 10 negara ASEAN yakni; Indonesia, Malaysia, Philipina, Brunei Darussalam, Singapura, Thailand, Vietnam, Laos, Kamboja, dan Myanmar, telah memberlakukan 4 cetak biru dari Asean Economic Community (AEC), atau dalam bahasa Indonesi yakni Masyarakat Ekonomi Asean (MEA).

Adapun ke 4 cetak biru MEA antara lain: (a) menuju single market dan production base (arus perdagangan bebas untuk sektor barang, jasa, investasi, pekerja trampil, dan modal, (b) menuju penciptaan kawasan ekonomi regional Asean yang berdaya saing tinggi (regional competition policy), action plan, infrastructure development ICT, energy coorporation, taxation, dan pengembangan Usaha Kecil Menengah (UKM), (c) Adapun ke 4 cetak biru MEA antara lain: (a) menuju single market dan production base (arus perdagangan bebas untuk sektor barang, jasa, investasi, pekerja trampil, dan modal, (b) menuju penciptaan kawasan ekonomi regional Asean yang berdaya saing tinggi (regional competition policy), action plan, infrastructure development ICT, energy coorporation, taxation, dan pengembangan Usaha Kecil Menengah (UKM), (c)

Demikian juga sudah mulai memikirkan untuk menggunakan mata uang tunggal seperti halnya Euro currency. Meskipun proses itu diperkirakan masih memerlukan waktu yang panjang tetapi dapat saja diperoleh terobosan baru sehinga penggunaan mata uang tunggal dapat dipercepat. Integrasi pasar dunia sebagai kelanjutan dari proses globalisasi masih akan terus berlangsung dan bagi manajer global serta pengambil kebijakan tidak ada pilihan lain kecuali menerima integrasi tersebut atau tertinggal oleh integrasi pasar dunia dan menjadi sekedar penonton saja.

D. Perbedaan Antara Manajemen Keuangan dan Manajemen Keuangan Internasional

Pada prinsipnya manajemen keuangan internasional memiliki dan menggunakan prinsip dasar yang sama dengan manajemen keuangan atau corporate finance. Tiga bidang utama dalam corporate finance lebih ditekankan untuk perusahaan domestik yang tidak menghadapi risiko perubahan nilai tukar atau foreign exhange risk dalam kegiatan.

Disamping itu karena perusahaan domestik hanya melibatkan satu mata uang dan meskipun memiliki anak perusahaan tetapi masih berada dalam satu negara maka tidak terjadi masalah perpajakan dan akuntansi khususnya dalam pembuatan laporan keuangan rekonsiliasi. Namun demikian baik manajemen keuangan maupun manajemen keuangan internasional keduanya memiliki tujuan nirmatif yang sama yaitu memaksimumkan kemakmuran pemegang saham melalui maksimisasi nilai perusahaan. Maksimisasi nilai perusahaan dapat dicapai dengan memaksimumkan harga saham perusahaan.

Secara garis besar ruang lingkup bahasan dalam manajemen keuangan internasional adalah: - lingkungan Manajemen Keuangan Internasional - Pasar Valuta Asing - Mengukur dan Manajemen Eskposur Mata Uang Asing - Analisis Investasi Langsung

- Manajemen Operasi Multinasional - Perbankan Internasional dan Topik Khusus.

Eiteman et al (2010) mengutarakan tentang perbedaan utama antara manajemen keuangan domestik dan internasional. Perbedaan tersebut mencakup institusi, nilai tukar mata uang/valuta asing, dan risiko politik, serta modifikasi yang diperlukan terhadap teori dan instrumen keuangan. Manajemen Keuangan internasional memerlukan pemahaman tentang perbedaan budaya, sejarah, dan institusional dengan pengaruh potensialnya terhadap tata kelola perusahaan (corporate governance). Meskipun baik perusahaan domestik maupun perusahaan mutlinasional pasti menghadapi risiko nilai tukar valuta asing, perusahaan multinasional sendiri menghadapi risiko unik tertentu yang biasanya tidak mengancam operasi domestik, seperti risiko politik. Perusahaan multinasional juga menghadapi tugas lain yang dapat diklasifikasikan sebagai perpanjangan dari teori keuangan domestik.

Sebagai contoh, pendekatan domestik biasa terhadap biaya modal, sumber utang dan ekuitas. penganggaran modal, manajemen modal kerja, perpajakan, dan analisis kredit perlu dimodifikasi untuk mengakomodasi kompleksitas asing. Selanjutnya, sejumlah instrumen keuangan yang digunakan dalam manajemen keuangan domestik telah dimodiflkasi untuk digunakan dalam manajemen keuangan internasional. Contohnya adalah opsi (options) dan future valuta asing, swap tingkat bunga dan valuta asing interest rate and currency swaps), serta letters of credit.

Perbedaan Keuangan Multinasional dengan Keuangan Domestik dapat diilustrasikan pada Tabel 1.2, sebagai berikut :

Tabel 1.2. Perbedaan Keuangan Multinasional dan Domestik

No Konsep

Keuangan Domestik 1 Budaya, sejarah dan institusi

Keuangan Multinasional

Setiap negara asing bersifat unik dan Setiap negara memiliki dasar kasus tidak

selalu

dimengerti

oleh yang telah diketahui

manajemen perusahaan multinasional

2 Tata kelola perusahaan

Peraturan dan praktek institusi negara Peraturan

dan institusi diketahui

asing semuanya berbeda secara unik

dengan baik

3 Risiko nilai tukar

Perusahaan

multinasional Risiko nilai tukar dari ekspor/impor dan menghadapi risiko nilai tukar, karena persaingan luar negeri (tidak ada anak anak

perusahaannya

dari perusahaan)

ekspor/impor serta para pesaing asing

4 Risiko politik

Perusahaan

multinasional Risiko politik hampir tidak ada

menghadapi risiko politik, karena anak perusahaan asing mereka dan sifat perusahaan

5 Modifikasi teori

harus Teori keuangan tradisional berlaku domestik

keuangan Perusahaan

multinasional

memodifikasi teori keuangan seperti; Capital Budgeting dan Cost of Capital, karena kompleksitas asing

multinasional Penggunaan terbatas instrumen dan keuangan domestik

6 Modifikasi

instrumen Perusahaan

menggunakan instrumen keuangan derivatif keuangan, karena risiko nilai yang dimodifikasi seperti; opsi, futures, tukar valas dan politik yang lebih kecil swap dan letter of credit

(Sumber : Eiteman et al, 2010)

E. Tujuan dan Manfaat Manajemen Keuangan Internasional

Tujuan normatif yang ingin dicapai adalah memaksimumkan kemakmuran pemegang saham atau maksimize shareholder wealth. Maksimisasi kemakmuran pemilik atau pemegang saham perusahaan akan dicapai melalui maksimisasi nilai perusahaan. Sedangkan nilai perusahaan akan maksimum juga harga saham maksimum. Tentu saja tujuan ini didasarkan pada asumsi bahwa pasar modal efisien yang berarti alokasi dana dilakukan secara efisien dan harga saham selalu mencerminkan keuntungan yang diharapkan oleh investor dan risiko investasi.

Pasar modal dikatakan efisien jika harga saham secara instan merefleksikan seluruh investor/pelaku pasar yang dapat secara konsisten memperoleh keuntungan dengan memanfaatkan informasi personal.

Perusahaan tidak mungkin memaksimumkan kemakmuran pemegang saham tanpa memaksimumkan

E.1. Manfaat Mempelajari Keuangan Internasional Pengetahuan tentang keuangan internasional membantu dalam dua hal penting. Pertama, membantu manajer keuangan memutuskan bagaimana pengaruh kejadian internasional pada perusahaan dan langkah apa yang dapat diambil untuk memanfaatkan perkembangan positif dan mengisolasi perusahaan dari E.1. Manfaat Mempelajari Keuangan Internasional Pengetahuan tentang keuangan internasional membantu dalam dua hal penting. Pertama, membantu manajer keuangan memutuskan bagaimana pengaruh kejadian internasional pada perusahaan dan langkah apa yang dapat diambil untuk memanfaatkan perkembangan positif dan mengisolasi perusahaan dari

Alasan meningkatnya arti penting Perdagangan Internasional. Ada dua alasan pokok mengapa perdagangan internasional tumbuh dengan cepat dalam hubungan dengan aktivitas ekonomi secara keseluruhan

a. Liberalisasi perdagangan dan investasi telah terjadi melalui penurunan tarif, kuota, pengendalian mata uang dan hambatan arus barang dan modal internasional lainya.

b. Penyempitan ”ruang ekonomi” yang belum pernah terbayangkan sebelumbya telah terjadi melalui perbaikan pada teknologi kumunikasi dan transportasi yang sangat pesat dan berakibat pada pengurangan biaya.

E.2. Manfaat perdagangan internasional Manfaat utama perdagangan internasional adalah meningkatkan kemakmuran, yaitu dengan memberikan kesempatan kepada setiap Negara untuk mengkhususkan diri dalam memproduksi barang dan jasa yang relative efisien.

F. Bisnis Global

F.1. Bisnis Internasional Bisnis internasional adalah segala aktivitas bisnis yang melewati batas-batas wilayah suatu Negara. Pelaku bisnis yang terlibat dalam bisnis internasional dapat perorangan, swasta, pemerintah, atau campuran. Ada dua macam pengolongan bisnis internasional. Pertama, berdasarkan jenis aktivitas bisnisnya, bisnis internasional dapat digolongkan dalam empat jenis :

1. perdagangan luar negeri, yaitu aktivitas ekspor impor barang

2. perdagangan jasa, seperti jasa asuransi, perbankan, hotel, konsultan, travel dan transportasi

3. Investasi portofolio, pembelian obligasi/saham dalam negeri oleh orang/perusahaan asing, tanpa kontrol manajemen.

4. investasi langsung, sering disebut Penanaman Modal Asing (PMA) atau Foreign Direct Investment (FDI). (Khambata dan Ajami, 1992)

Penggolongan bisnis internasional yang kedua berdasarkan tahapan evolusioner perkembangan perusahaan (Higgins dan Vincze, 1994).

F.2. Berbagai Metode Go Internasional Suatu perusahaan yang bermaksud melakukan ekspansi usahanya ke luar negeri dapat menempuh beberapa alternatif metode sebagai berikut:

1. Ekspor

Aktivitas ekspor adalah bentuk keterlibatan perusahaan dalam bisnis internasional yang paling sederhana. Perusahaan menggunakan kapasitas produksi domestik yang dimilikinya untuk produksi, distribusi, administrasi dan mengalokasikan sejumlah produksi dalam negeri tertentu untuk pasar luar negeri.

Mekanisme aktivitas ekspor memerlukan hal-hal berikut ini :

1) izin dari pemerintah dalam negeri (misalnya untuk produk makanan, teknologi

dan beberapa produk yang penting dipandang dari keamanan nasional)

2) jaminan transportasi yang dapat dipercaya dan asuransi transit

3) dipenuhinya persyaratan-persyaratan yang diminta negara pengimpor, seperti pembayaran bea cukai, deklarasi, dan pengawasan.

2. Lisensi

Melalui lisensi (licensing), suatu perusahaan pemberi lisensi menghibahkan beberapa hak (intengibel rights) kepada perusahaan asing, yang meliputi pemberian hak untuk memproses, hak paten, program, merek, hak cipta, atau keahlian. Intinya, penerima lisensi membeli kekayaan milik perusahaan lain dalam bentuk pengetahuan (know how) atau riset dan pengembangan. Pemberi lisensi dapat memberikan lisensi hak-hak khusus ini secara eksklusif kepada suatu perusahaan atau beberapa perusahaan.

c. Franchising

Franchising hampir sama dengan pemberian lisensi. Bedanya, selain menghibahkan izin penggunaan nama, proses, metode, atau merek, perusahaan membantu penerima franchise dalam operasi dan atau pasok bahan mentah. Pemberi franchise biasanya lebih memiliki kontrol terhadap kualitas produk daripada hanya memberikan lisensi. Sama dengan lisensi, penerima franchise membayar sejumlah komisi dan sebagian tertentu dari penjualan/penerimaan yang diperolehnya kepada perusahaan pemberi franchise.

Contoh perusahaan pemberi franchise adalah perusahaan jasa dan restoran, khususnya fast-food dan minuman ringan, seperti Mc Donald, Kentucky Fried Chicken, Pizza Hut, Holiday Inn, Hilton.

Manfaat utama bagi perusahaan pemberi franchisee adalah meningkatnya penerimaan dan perluasan nama merek produk, serta perluasan pasar. Kelemahan utama metode ini sama seperti lisensi, yaitu : bagaimana mengatasi masalah kontrol terhadap kualitas dan standar operasi. Kesulitan lain adalah perlunya melakukan sedikit adaptasi terhadap produk atau jasa yang sudah distandardisasi.

4. Kontrak Manajemen

Kontrak manajemen terjadi bila suatu perusahaan menyewakan keahliannya atau pengetahuannya kepada pemerintah atau perusahaan luar negeri dalam bentuk orang yang datang kepada pemerintah/perusahaan dan mengelola kepentingan mereka. Metode semacam ini sering digunakan bila terjadi nasionalisasi oleh pemerintah, atau bila operasi perusahaan berada dalam kesulitan.

5. Kontrak Manufaktur

Dalam kontrak manufaktur, Trans National Coorporation (TNC), atau perusahaan multinasional melakukan kontrak dengan mitra lokalnya dalam jasa manufaktur. Boleh dikata, kontrak ini semacam integrasi vertikal. Namun TNC tidak mendirikan lokasi produksi sendiri, melainkan melakukan subkontrak produksi yang dapat berupa :

a. kontrak produksi penuh, dimana pabrik lokal memproduksi barang untuk dijual dengan nama sama seperti pabrik asalnya

b. kontrak jasa manufaktur parsial, seperti merakit barang atau memproduksi komponen.

6. Investasi Langsung

Sama seperti metode go international yang lain, investasi asing dapat berupa: (1) patungan, bila risiko dan keuntungan dibagi dengan mitra lokalnya, (2) mendirikan cabang yang dimiliki penuh, di mana TNC memiliki kesempatan untuk meraup keuntungan sekaligus menanggung sendiri seluruh risiko.

Banyak TNC memilih melakukan investasi langsung setidaknya karena tiga alasan. Pertama, memperoleh akses terhadap pasar yang lebih besar. Kedua, mengambil keuntungan atas perbedaan biaya di pasar luar negeri. Ketiga, sebagai strategi bertahan untuk menghadapi gerakan pesaing utamanya atau untuk mengikuti ”pemimpin pasar” (market leader) yang memasuki pasar baru.

7. Patungan ( Joint Ventures )

Patungan adalah kerja sama bisnis di mana satu atau lebih perusahaan bergabung bersama untuk mendirikan beberapa jenis operasi. Patungan dapat dilakukan antara dua TNC, suatu TNC dengan pemerintah, atau suatu TNC dengan pelaku bisnis lokal. Bila terdapat lebih dari dua pemrakarsa dalam perjanjian patungan disebut operasi konsorsium.

Tiap pihak dalam patungan menyumbang modal, ekuitas, atau kekayaan. Pemilik dalam patngan tidak selalu 50-50, dan dapat bervariasi tergantung dari jumlah yang disumbangkan masing-masing pihak dalam usaha patungan tersebut.

8. Cabang yang Dimiliki Penuh

Dengan mendirikan cabang di luar negeri yang dimiliki penuh, suatu perusahaan dapat menjaga kontrol menyeluruh terhadap pemasaran, penentuan harga, keputusan produksi, dan mempertahankan kelebihan teknologi. Akibatnya, perusahaan juga berhak mendapatkan 100% laba yang ditimbulkan oleh cabangnya di luar negeri. Risiko yang dihadapi perusahaan sama dengan yang dihadapi bila beroperasi di dalam negeri, namun masih ditambah dengan risiko khusus sehubungan dengan aktivitas bisnis internasional, seperti kemungkinan dinasionalisasi, keterbatasan melakukan repatriasi keuntungan, UU dan peraturan lokal termasuk ketentuan mempekerjakan karyawan dan manajer lokal.

9. Operasi Global

Suatu perusahaan yang melakukan globalisasi operasi akan dapat mengambil peluang bisnis yang terjadi di seluruh dunia dan tidak terbatas pada sektor tertentu. Banyak perusahaan yang telah melakukan globalisasi usahanya secara substansial karena percaya bahwa konsumen di seluruh dunia semakin sama dalam tujuan dan persyaratan terhadap produk berikut atributnya.

10. Investasi Portofolio

Investasi portofolio dapat berupa investasi dalam bentuk surat-surat berharga yang dapat diperjualbelikan di pasar internasional, seperti uang, obligasi, surat dagang, sertifkat deposito, dan saham; dapat pula berupa investasi dalam rekening bank di luar negeri ataupun pinjaman luar negeri. Bedanya dengan investasi langsung, investasi portofolio tidak menghendaki kehadiran produk atau karyawan perusahaan di luar negeri.

Investor yang memutuskan untuk membeli surat berharga (menginvestasikan uang ke luar negeri) didorong oleh beberapa alasan, terutama: (1) melakukan diversifikasi portofolionya diantara berbagai pasar dan lokasi, (2) untuk memperoleh keuntungan yang lebih tinggi, (3) menghindari risiko politik (political risks), (4) berspekulasi di pasar valuta asing.

F.3. Risiko Perdagangan Internasional Risiko yang paling nyata dari perdagangan internasional dibandingkan dengan perdagangan domestik ditimbulkan oleh adanya ketidakpastian kurs. Perubahan kurs yang tak terduga memiliki dampak penting pada penjualan, harga, dan laba ekportir dan importer.

Risiko perdagangan internasional yang lain adalah risiko Negara (country risk). Mencakup risiko tidak terbayarnya ekspor perusahaan sebagai akibat perang, revolusi, atau peristiwa politik dan sosial lainnya. Risiko Negara, yang berlaku bagi investasi asing dan kredit perdagangan, timbul karena sulit untuk menggunakan jalur hokum atau menyita asset bila pembeli berada pada yurisdiksi politik yang berbeda.

BAB II PENGELOLAAN SISTEM KEUANGAN INTERNASIONAL

A. Pendahuluan

Perusahaan Internasional/multinasional (Multinational Corporation, MNC) mempunyai satu karakteristik yang unik, yaitu mampu memindahkan dana dan keuntungan di antara unit-unitnya melalui mekanisme transfer keuangan internal. Transaksi keuangan internal sudah menjadi tindakan yang umum dilakukan oleh perusahaan multinasional dalam operasi internasionalnya, khususnya pada situasi ketatnya pertukaran produk, jasa dan modal internasional.

Setelah membaca bab ini diharapkan pembaca dapat memahami manfaat, biaya dan kendala yang dihadapi dalam sistem keuangan multinasional. Selanjutnya pembaca dapat mengidentifikasi kondisi yang bagaimana untuk memaksimalkan nilai perusahaan, melakukan evaluasi dalam pencarian channel transfer uang dan keuntungan dan terakhir dapat mendesain pengelolaan dan secara internasional.

B. Nilai Dari Sistem Keuangan Multinasional

Munculnya jaringan keuangan MNC berasal dari banyaknya perbedaan sistem pajak dan biaya pada berbagai negara serta hambatan-hambatan yang berhubungan dengan transfer keuangan internasional. Kemampuan untuk mentransfer dana dan merelokasi keuntungan secara internal menyebabkan MNC mempunyai beberapa jenis arbitrase, yaitu:

1. Arbitrase pajak (tax arbitrage), di mana MNC dapat mengurangi beban pajak dengan memindahkan keuntungan dari unit operasi yang berlokasi negara dengan pajak tertinggi ke negara dengan pajak rendah. Atau dapat disebut melakukan perubahan dari posisi tax paying ke tax losses.

2. Arbitrase pasar keuangan (financial market arbitrage). Dengan mentransfer dana di antara unit-unit operasinya, suatu MNC dapat menghindari exchange control, menerima keuntungan yang tinggi dari kelebihan dana, mengurangi biaya pinjaman dan mengalirkan dana ke unit-unit operasi yang kekurangan modal.

3. Arbitrase sistem regulasi (regulatory system arbitrage). Arbitrase semacam ini dilakukan jika keuntungan subsidiary atau unit operasi dipengaruhi oleh regulasi atau tekanan dari serikat buruh. Kemampuan untuk menyembunyikan profitabilitas 3. Arbitrase sistem regulasi (regulatory system arbitrage). Arbitrase semacam ini dilakukan jika keuntungan subsidiary atau unit operasi dipengaruhi oleh regulasi atau tekanan dari serikat buruh. Kemampuan untuk menyembunyikan profitabilitas

Kemungkinan arbitrase yang keempat adalah kemampuan untuk mengizinkan afiliasinya untuk mengatasi pengaruh pengendalian kredit atau pengawasan operasinya.

C. Mekanisme Aliran Dana Antar Perusahaan

C.1. Biaya dan Manfaat Saluran-saluran yang berbeda yang digunakan oleh MNC untuk memindahkan uang dan keuntungan secara internasional meliputi: transfer pricing, fee and royalty adjustment, leading and lagging, inter-company loans, dividend adjustment dan investasi dalam bentuk hutang atau modal sendiri.

C.2. Faktor-faktor Pajak Pembayaran pajak total dan transfer dana antar perusahaan tergantung pada kebijakan pajak di negara tuan rumah dan penerima dana. Host country biasanya mempunyai dua tipe pajak yang secara langsung mempengaruhi pajak pendapatan dan dividen, bunga, serta fee dari pengiriman uang.

Negara-negara penerima dana mengenakan pajak terhadap dana yang dikirimkan dari luar negeri. Perusahaan multinasional dengan daya tawar yang dimiliki dapat meminta host country untuk memberikan pembebasan pajak. Hal semacam ini tidak dimiliki oleh perusahaan domestik. Terlebih lagi bagi dunia ketiga atau negara berkembang, perusahaan asing bagaikan raja yang disanjung-sanjung dengan segala fasilitas kemudahan.

Kegunaan transfer pricing yang paling penting meliputi: pengurangan pajak, pengurangan tarif, dan penghindaran exchange control. Transfer price juga bisa digunakan untuk meningkatkan bagian MNC pada profit dan joint venture dan menyembunyikan profitabilitas sebenarnya dari suatu afiliasi. MNC dapat mengurangi pajak dengan menggunakan transfer price dengan cara memindahkan keuntungan dari negara dengan tingkat pajak tinggi ke negara dengan tingkat pajak rendah.

Misalnya unit A menjual ke unit B, maka: jikap ajak di negara A lebih tinggi dari pada pajak di negara B (t A > t B ), gunakan transfer price yang serendah mungkin. Tetapi jika pajak di negara A lebih rendah dari pada pajak di negara B (t A < t B ), gunakan transfer price yang setinggi mungkin. Saudara mungkin menyimpan Misalnya unit A menjual ke unit B, maka: jikap ajak di negara A lebih tinggi dari pada pajak di negara B (t A > t B ), gunakan transfer price yang serendah mungkin. Tetapi jika pajak di negara A lebih rendah dari pada pajak di negara B (t A < t B ), gunakan transfer price yang setinggi mungkin. Saudara mungkin menyimpan

Transfer pricing diilhami oleh adanya potensi untuk menghemat pajak akibat perbedaan tarif pajak di dua atau lebih negara. Dengan demikian holding company yang memiliki lebih dari satu afiliasi dapat menghemat pajak dengan melakukan praktek transfer pricing. Hal semacam ini tidak dapat dinikmati oleh perusahaan domestik meskipun memiliki banyak anak perusahaan di propinsi yang berbeda. Karena masih dalam satu sistem perpajakan nasional.

Dengan adanya tarif, pembuatan keputusan transfer price yang optimal menjadi lebih sulit. Pada umumnya, jika tarif lebih tinggi dari perbedaan tingkat pajak, sebaiknya digunakan transfer price yang rendah. Demikan juga sebaliknya. Dalam hal ini, terdapat beberapa biaya yang harus diperhatikan akibat penggunaan harga transfer untuk mengurangi pajak. Jika harga transfer terlalu tinggi, otoritas pajak di negara Pembeli akan kehilangan pendapatan pajak.

Jika harga transfer terlalu rendah, kedua negara di mana unit-unit tersebut berada akan ikut campur. Negara di mana afiliasi A berada akan memandangnya sebagai penghindaran pajak sedangkan negara di mana afiliasi B berada akan memandangnya sebagai tindakan dumping. Kebanyakan pemerintah di berbagai negara memiliki peraturan mengenai harga transfer. Biaya-biaya tersebut dapat berupa legal fee, executive time dan penalty.

Perlu diingat bahwa apabila penerapan transfer price semata-mata hanya untuk menghidari pajak dan paraktek dumping, akibatnya menjadi sangat serius. Perusahaan akan dikenai sanksi yang berat. Oleh sebab itu perusahaan induk harus hati-hati benar terhadap praktek transfer pricing ini.

Perusahaan harus mengetahui betul aturan main di negara lain, boleh tidaknya perusahaan melakukan transfer price dan metode mana yang diakui dapat diterapkan. Setiap negara pasti memiliki kepentingan melindungi industri dan pasar domestiknya dari membanjirnya produk asing.

Terdapat beberapa metode untuk melakukan arm’s length pricing, atau transfer pricing antar entity bisnis yaitu:

1. Cost plus method. Metode transfer pricing ini adalah metode penentuan harga jual kepada entitas bisnis dengan menambah profit margin ke harga pokok produksinya dan disesuaikan dengan penyesuaian yang diperlukan. Jadi transfer price = cost (1 + % Markup). Besar kecilnya markup dipengaruhi oleh entitas permintaan produk. Adapun cost tersebut dapat menggunakan standard full atau variable cost. Yang dimaksud dengan standard cost adalah cost sesuai dengan anggaran untuk level output tertentu. Standard cost tersebut lebih mudah bagi perusahaan untuk memperkirakannya.

2. Comparable uncontrolled price method. Menurut metode ini, harga transfer disusun berdasarkan harga referensi yang digunakan oleh pihak/perusahaan lain yang sejenis. Secara prinsipil metode ini merupakan metode yang paling cocok untuk digunakan. Namun dalam praktiknya kuantitas, kualitas, merk, skala penjualan, segmen pasar dan geografis susah untuk dibandingkan. Terlebih lagi merk, yang sulit untuk mencari penyesuaiannya dalam perbandingan.

3. Resale price method. Dengan metode ini, arm’s length price untuk produk yang dijual kembali oleh tangan kedua ditentukan oleh harga pengurangan dari harga yang ditetapkan oleh Pembeli independen dengan ditambah dengan mark-up. Metode ini sering digunakan pada bidang pemasaran. Arm’s length price = resale price (1 - %Markup). Cara semacam ini diharapkan memungkinkan masing- masing distributor dapat memperoleh profit yang setara.

4. Cost-plus method. Melalui pendekatan ini harga ditentukan dengan menambakan sejumlah tertentu mark-up dari biaya yang dikeluarkan. Metode ini biasanya digunakan pada pemberian harga produk setengah jadi atau produk dari subkontraktor.

5. Another appropriate method. Metode lain ini digunakan apabila tidak mungkin menggunakan salah satu dari ketiga alternatif tersebut. Sebagai contoh rate of return on investment atau equity dapat pula digunakan untuk penentuan standar transfer price. Jadi transfer price = AVC + (TFC/S) + [r x (E/S)]. AVC adalah biaya variable rata-rata, TFC adalah total biaya tetap, S adalah unit output atau penjualan, (TFC/S) adalah biaya tetap rata-rata, r adalah ROE atau ROI sedangkan E adalah equity yang digunakan. Metode Bottom line tersebut adalah diperlukannya informasi akurat tentang cost. Hampir-hampir tidak mungkin menerapkan metode ini jika tidak cukup informasi tentang cost per unit variable dan fixed.

C.3. Exchange Control Transfer price juga dapat menimbulkan masalah bila salah satu afiliasi melakukan joint venture dengan satu atau lebih mitra. Mitra-mitra tersebut akan mencurigai bahwa transfer pricing yang digunakan adalah untuk memindahkan keuntungan dari joint venture tersebut. Maka sebaiknya penentuan transfer price perlu dilakukan sebelum melakukan joint venture. Setiap negara tentu memiliki aturan tersendiri yang mengatur tentang praktek penetapan harga agar transfer pricing tidak dipandang melakukan dumping oleh negara lain atau hanya sekedar ingin menghindari pajak.

C.4. Menyembunyikan Profitabilitas MNC dapat menggunakan transfer pricing untuk menyembunyikan profitabilita yang sebenarnya, yaitu dengan transfer price yang tinggi dari suatu afiliasi ke afiliasi yang lain, dan bisa juga untuk menetapkan harga yang tinggi. Akibatnya tingkat keuntungan akan rendah dan bisa dijadikan alasan untuk membayar upah yang rendah oleh suatu afiliasi.

Transfer pricing akan mempengaruhi laporan keuntungan dari suatu unit dan menciptakan kesulitan untuk mengevaluasi kinerja manajerial, bila berdasarkan prestasi tingkat keuntungan.

C.5. Fee dan Royalty Jasa-jasa manajemen, seperti konsultasi, overhead, paten dan merek dagang, tidak memiliki acuan harga pasar. Akibat kesulitan tersebut maka digunakan fee dan royalty sebagai bayaran untuk menggunakan faktor-faktor produksi yang intangible tersebut. Transfer price untuk jasa atau aset intangible dikenai pajak dan exchange control seperti transfer price untuk produk-produk biasa.

Pendekatan yang digunakan untuk menetapkan fee dan royalty adalah dengan menetapkan jumlah total tertentu pengiriman fee dari operasi cabang-cabangnya, biasanya berdasarkan pada alokasi pengeluaran korporasi, kemudian menetapkan porsi bayaran masing-masing sesuai dengan penjualan dan aset cabang tersebut.

C.6. Leading dan Lagging Kegunaan yang paling penting dari pemindahan likuiditas antar afiliasi adalah untuk mempercepat (leading) atau memperlambat (lagging) pembayaran antar afisliasi dengan memodifikasi jangka waktu kredit. Jadi misalkan afiliasi A yang C.6. Leading dan Lagging Kegunaan yang paling penting dari pemindahan likuiditas antar afiliasi adalah untuk mempercepat (leading) atau memperlambat (lagging) pembayaran antar afisliasi dengan memodifikasi jangka waktu kredit. Jadi misalkan afiliasi A yang

Konsep dasarnya adalah kumpulkan semua pembayaran di negara dimana bunga depositonya paling tinggi, dapat dengan cara dipercepat atau ditunda tergantung dimana uang itu berada. Alternatif lain berikan pinjaman kepada afiliasi lain dimana baya utangnya paling tinggi, dengan demikian dapat menghemat biaya bunga secara keseluruhan.

C.7. Pemindahan Likuiditas Kegunaan dari leading dan lagging bergantung pada opportunity cost dari unit- unit yang membayar dan yang menerima. Suatu afiliasi yang berada dalam keadaan surplus dapat menginventasikan kelebihan dana tersebut pada tingkat bunga simpanan lokal yang berlaku. Jika afiliasi tersebut memerlukan modal kerja, pembayaran yang diterima dapat digunakan untuk mengurangi pinjamannya. Jika unit yang membayar memiliki kelebihan dana, afiliasi tersebut kehilangan dana yang dapat diinvestasikan pada tingkat bunga simpanan yang berlaku. Jika kondisinya defisit, maka harus meminjam pada tingkat bunga yang berlaku. adapun leading dan lagging memiliki berberapa keuntungan di antaranya:  Tidak perlu digunakan nota hutang dan jumlah kredit dapat disesuaikan dengan

jalan memperpendek atau memperpanjang jangka waktunya.  Pemerintah kurang suka mencampuri account pembayaran intra perusahaan dari pada account pada pinjaman langsung.

C.8. Pinjaman Antar Perusahaan (Intercompany Loans) Intercompany loan lebih bermanfaat bagi perusahaan dari pada transaksi lain hanya jika sekurang-kurangnya terdapat hambatan-hambatan pasar seperti: rasionalisasi kredit, kontrol mata uang, dan ada perbedaan tingkat pajak antar negara. Ada tiga tipe intercompany loan, yaitu:

a. Direct loan: yaitu pemberian kredit langsung dari induk perusahaan kepada afiliasi atau antar afiliasi. Sebagai contoh IBM di Amerika memberikan pinjaman langsung kepada afiliasi yang ada di Indonesia. Pemberian kredit semacam ini menghadapi risiko yang besar terutama jika ada pengendalian devisa oleh Indonesia.

b. Back-to-back loan: yaitu pendanaan dimana induk perusahaan mendanai afiliasi atau anak perusahaan yang berlokasi di negara-negara yang tingkat pajaknya b. Back-to-back loan: yaitu pendanaan dimana induk perusahaan mendanai afiliasi atau anak perusahaan yang berlokasi di negara-negara yang tingkat pajaknya

yang dibayarakan kepada perusahaan induk dan bunga yang dibayarkan kepada institusi keuangan. Back-to-back loan bisa menghemat biaya dalam bentuk pajak yang lebih rendah.

 Jika diterapkan kontrol mata uang, pemerintah biasanya mengizinkan subsidiary untuk mematuhi skedul amortisasi pinjaman dari bank mutinasional. Karena jika dilakukan penghentian pembayaran bunga akan mempengaruhi kredit negara tersebut. Dengan kata lain back to back loan ini dimanfaatkan oleh perusahaan multinasional yang menghadapi kendala pembatasan transfer dividen, royalty atau bahkan ancaman nasionalisasi. Sekali lagi kecil kemungkinan negara akan membatasi pembayaran utang swasta, sementara transfer royalty dan dividen dapat saja dibatasi jumlahnya oleh pemerintah setempat. Sebagai contoh General Electric (GE) di Amerika memberi pinjaman kepada afiliasi di Indonesia. Pemberian pinjaman itu dilakukan dengan cara GE di Amerika menempatkan dananya di Citibank. Kemudian Citibank memberikan fasilitas kredit atas jaminan uang dari induk perusahaan di Amerika. Cara semacam ini digunakan untuk menghindari kontrol devisa. Alasannya adalah bahwa kecil kemungkinan Indonesia untuk melarang afiliasi GE di Indonesia untuk tidak membayar utangnya kepada Citibank.

c. Paralel loan: adalah metode repartriasi dana terhambat yang efektif, menghidari exchange control, menghindari tambahan exchange rate akibat intervensi di luar negeri. Atau dapat memperoleh pembelanjaan mata uang asing, pada tingkat bunga yang menarik. Sebagai contoh General Motor di Amerika memiliki afiliasi atau anak perusahaan di Indonesia. Begitu juga dengan Astra Motor Company juga memiliki anak perusahaan di Amerika. GM Indonesia memerlukan pendanaan dalam bentuk rupiah sementara Astra Amerika memerlukan pendanaan dalam bentuk dollar. Kedua induk perusahaan dapat melakukan perjanjian untuk saling memberikan pinjaman. GM Amerika memberikan pinjaman kepada Astra Amerika, c. Paralel loan: adalah metode repartriasi dana terhambat yang efektif, menghidari exchange control, menghindari tambahan exchange rate akibat intervensi di luar negeri. Atau dapat memperoleh pembelanjaan mata uang asing, pada tingkat bunga yang menarik. Sebagai contoh General Motor di Amerika memiliki afiliasi atau anak perusahaan di Indonesia. Begitu juga dengan Astra Motor Company juga memiliki anak perusahaan di Amerika. GM Indonesia memerlukan pendanaan dalam bentuk rupiah sementara Astra Amerika memerlukan pendanaan dalam bentuk dollar. Kedua induk perusahaan dapat melakukan perjanjian untuk saling memberikan pinjaman. GM Amerika memberikan pinjaman kepada Astra Amerika,