Buku SMK Agroindustri - Budidaya Ikan - Jilid 3.pdf

BUDIDAYA IKAN

JILID 3

SMK

Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan

Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah Departemen Pendidikan Nasional

Hak Cipta pada Departemen Pendidikan Nasional Dilindungi Undang-undang

BUDIDAYA IKAN

JILID 3

Untuk SMK

Penulis : Gusrina Perancang Kulit : Tim

Ukuran buku : 17,6 cm x 25 cm

GUS GUSRINA

b Budidaya Ikan Jilid 3 untuk SMK /oleh Gusrina ---- Jakarta: Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan, Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah, Departemen Pendidikan Nasional, 2008.

viii. 168 hlm Daftar Pustaka : 489-500 Glosarium

: 501-510

ISBN : 978-602-8320-19-1 ISBN

: 978-602-8320-22-1

Diterbitkan oleh Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah Departemen Pendidikan Nasional Tahun 2008

Diperbanyak oleh:

PT. MACANAN JAYA

CEMERLANG Jalan Ki Hajar Dewantoro Klaten Utara, Klaten 57438, PO Box 181

KATA SAMBUTAN

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, berkat rahmat dan karunia Nya, Pemerintah, dalam hal ini, Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah Departemen Pendidikan Nasional, telah melaksanakan kegiatan penulisan buku kejuruan sebagai bentuk dari kegiatan pembelian hak cipta buku teks pelajaran kejuruan bagi siswa SMK. Karena buku-buku pelajaran kejuruan sangat sulit didapatkan di pasaran.

Buku teks pelajaran ini telah melalui proses penilaian oleh Badan Standar Nasional Pendidikan sebagai buku teks pelajaran untuk SMK dan telah dinyatakan memenuhi syarat kelayakan untuk digunakan dalam proses pembelajaran melalui Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 45 Tahun 2008 tanggal 15 Agustus 2008.

Kami menyampaikan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada seluruh penulis yang telah berkenan mengalihkan hak cipta karyanya kepada Departemen Pendidikan Nasional untuk digunakan secara luas oleh para pendidik dan peserta didik SMK.

Buku teks pelajaran yang telah dialihkan hak ciptanya kepada Departemen Pendidikan Nasional ini, dapat diunduh (download), digandakan, dicetak, dialihmediakan, atau difotokopi oleh masyarakat. Namun untuk penggandaan yang bersifat komersial harga penjualannya harus memenuhi ketentuan yang ditetapkan oleh Pemerintah. Dengan ditayangkan soft copy ini diharapkan akan lebih memudahkan bagi masyarakat khususnya para pendidik dan peserta didik SMK di seluruh Indonesia maupun sekolah Indonesia yang berada di luar negeri untuk mengakses dan memanfaatkannya sebagai sumber belajar.

Kami berharap, semua pihak dapat mendukung kebijakan ini. Kepada para peserta didik kami ucapkan selamat belajar dan semoga dapat memanfaatkan buku ini sebaik-baiknya. Kami menyadari bahwa buku ini masih perlu ditingkatkan mutunya. Oleh karena itu, saran dan kritik sangat kami harapkan.

Jakarta, 17 Agustus 2008 Direktur Pembinaan SMK

iii

iv

KATA PENGANTAR

Buku Budidaya Ikan merupakan salah satu judul buku teks kejuruan yang akan digunakan oleh para pendidik dan peserta didik SMK dan lembaga pendidikan dan pelatihan lainnya. Buku teks kejuruan dalam bidang budidaya ikan saat ini belum banyak dibuat, yang beredar saat ini kebanyakan buku-buku praktis tentang beberapa komoditas budidaya ikan. Buku Budidaya Ikan secara menyeluruh yang beredar dimasyarakat saat ini belum memenuhi kebutuhan sebagai bahan ajar bagi siswa SMK yang mengacu pada Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (SKKNI), Standar Isi (SI), Standar Kompetensi Lulusan (SKL) dan model Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) SMK.

Dengan melakukan budidaya ikan maka keberadaan ikan sebagai bahan pangan bagi masyarakat akan berkesinambungan dan tidak akan punah. Pada buku ini akan dibahas beberapa bab yang dapat digunakan sebagai dasar dalam melakukan budidaya ikan. Bab pertama berisi tentang wadah budidaya ikan, bab kedua berisi tentang media budidaya ikan, bab ketiga berisi tentang hama dan penyakit ikan, bab keempat berisi tentang nutrisi ikan, bab kelima berisi tentang teknologi pakan buatan, bab keenam berisi tentang teknologi pakan alami, bab ketujuh berisi tentang pengembangbiakan ikan dan bab kedelapan berisi tentang hama dan penyakit ikan. Sedangkan materi penunjang seperti pemasaran, analisa usaha budidaya ikan dan kesehatan dan keselamatan kerja terdapat pada bab terakhir.

Agar dapat membudidayakan ikan yang berasal dari perairan tawar, payau maupun laut ada beberapa hal yang harus dipahami antara lain adalah memahami jenis-jenis wadah dan media budidaya ikan, pengetahuan tentang nutrisi ikan dan jenis-jenis pakan alami yang meliputi tentang morfologi, biologi dan kebiasaan hidup. Selain itu pengetahuan teknis lainnya yang harus dipahami adalah tentang pengembangbiakan ikan mulai dari seleksi induk, teknik pemijahan ikan, proses pemeliharaannya sampai pemanenen ikan.

Akhir kata penulis mengucapkan puji syukur kehadirat Allah SWT atas berkah dan rahmatNya sehingga dapat menyelesaikan penulisan buku ini dihadapan pembaca. Tak lupa penulis mengucapkan terima kasih kepada suami dan anak-anak atas dukungan dan orang tua tercinta serta teman-teman yang telah membantu. Selain itu kepada Direktorat Pembinaan SMK Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menegah yang menyediakan anggaran untuk meyediakan sumber belajar buku teks kejuruan yang sesuai dengan Standar Isi dan Standar Kompetensi Kelulusan SMK. Semoga buku ini bermanfaat bagi yang membacanya dan menambah pengetahuan serta wawasan. Dan juga kami mohon saran dan masukan yang membangun karena keterbatasan yang dimiliki oleh penyusun.

Penulis

vi

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR v DAFTAR ISI

vii

BAB VII. TEKNOLOGI PRODUKSI PAKAN ALAMI 343

7.1. JENIS-JENIS PAKAN ALAMI 343

7.2. BUDIDAYA PHYTOPLANKTON 348

7.3. BUDIDAYA ZOOPLANKTON 364

7.4. BUDIDAYA BENTHOS 392

7.5. BIOENKAPSULASI 399

BAB VIII. HAMA DAN PENYAKIT IKAN 403

8.1. JENIS-JENIS HAMA DAN PENYAKIT 403 8.2.PENCEGAHAN HAMA DAN PENYAKIT IKAN 414 8.3.GEJALA SERANGAN PENYAKIT 417

8.4. PENGOBATAN PENYAKIT IKAN 431

BAB IX. PEMASARAN 445

9.1. PENGERTIAN PEMASARAN 445

9.2. CIRI-CIRI PEMASARAN HASIL PERIKANAN 446

9.3. PERENCANAAN DAN TARGET PENJUALAN 448

9.4. ESTIMASI HARGA JUAL 449

9.5. SISTEM PENJUALAN 452

9.6. STRATEGI PROMOSI 453

BAB X. ANALISA USAHA BUDIDAYA IKAN 461

10.1.PENGERTIAN STUDI KELAYAKAN 461 10.2.NET PRESENT VALUE (NPV) 474 10.3.NET BENEFIT COST RATIO (NBC RATIO) 475 10.4.INTERNAL RATE OF RETURN (IRR) 475 10.5.ANALISIS BREAK EVENT POINT 476 10.6.APLIKASI ANALISA USAHA 477

BAB XI. KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA 483

11.1.PENGERTIAN K3 483

11.2. PENERAPAN KAIDAH K3 PADA DUNIA USAHA PERIKANAN BUDIDAYA

483

DAFTAR PUSTAKA 489 GLOSARI 501

vii

viii

BAB VII

TEKNOLOGI PRODUKSI PAKAN ALAMI

pakan alami ini secara terpisah dengan

7.1 Jenis-Jenis Pakan Alami

wadah budidaya ikan, sedangkan

Apakah pakan alami itu? Sebelum budidaya pakan alami secara non membicarakan pakan alami perlu di- selektif adalah melakukan budidaya pahami arti katanya. Pakan merupakan pakan alami bergabung dengan ikan peristilahan yang digunakan dalam dunia yang akan dibudidayakan di mana perikanan yang mempunyai arti makanan. kegiatan tersebut dilakukan pada saat Alami menurut arti katanya adalah sesuatu dilakukan persiapan kolam untuk yang berasal dari alam. Oleh karena itu, budidaya. pakan alami adalah pakan yang di-

Agar dapat membudidayakan pakan konsumsi oleh organisme yang berasal alami maka harus dikuasai teknik

dari alam. budidayanya yang didasarkan pada Pakan alami merupakan salah satu jenis

pengetahuan aspek biologi dan kimianya pakan ikan hias dan ikan konsumsi air tawar, yang mencakup morfologi, tahapan

payau, dan laut. Pakan alami adalah pakan stadia perkembangbiakannya, daur yang disediakan secara alami dari alam dan hidup dan habitat, kecepatan dan tingkat ketersediaannya dapat dibudidayakan oleh pertumbuhan, kebiasaan dan cara manusia, sedangkan pakan buatan adalah makan atau unsur hara yang pakan yang hanya dibuat oleh manusia dibutuhkan untuk hidup dan dengan menggunakan beberapa bahan pertumbuhan, serta nilai gizi pakan alami. baku dan formulasi pakannya disesuaikan

Pakan alami sangat cocok untuk benih dengan kebutuhan ikan.

ikan/udang dan ikan hias karena pakan

Dalam bab ini akan dibicarakan pakan alami sangat mudah dicerna di dalam tubuh alami yang merupakan makanan yang benih ikan/udang dan ikan hias. Selain itu, sangat disukai oleh ikan hias dan ikan nilai gizi pakan alami sangat lengkap dan konsumsi. Pakan alami dapat diperoleh sesuai dengan tubuh ikan, tidak me- dengan melakukan usaha Budidaya. nyebabkan penurunan kualitas air pada Usaha Budidaya pakan alami ini dapat wadah budidaya ikan, meningkatkan daya dibagi atas dua kelompok besar yaitu: tahan tubuh benih ikan terhadap penyakit penyediaan pakan alami yang selektif dan dan perubahan kualitas air, mudah penyediaan pakan alami secara non- ditangkap karena pergerakan pakan alami selektif seperti pemupukan di lahan tidak begitu aktif dan berukuran kecil sesuai

perairan. Penyediaan pakan alami secara dengan bukaan mulut larva.

selektif adalah melakukan budidaya

Pakan alami yang dapat dibudidaya- konsumsi oleh ikan/udang/ikan hias antara kan dan banyak terdapat di alam dapat lain sebagai berikut. dikelompokkan menjadi tiga, yaitu

1. Kelas Chlorophyceae, mempunyai phytoplankton, zooplankton, dan benthos.

ciri-ciri:

Phytoplankton adalah organisme air yang melayang-layang mengikuti pergerakan air

Bersel tunggal tidak bergerak, dan berupa jasad nabati. Dalam siklus

misalnya Chlorococcum,Chlo- hidupnya phytoplankton melakukan

rella.

proses fotosintesa dan berukuran kecil Bersel tunggal dapat ber- yaitu terdiri dari satu sel atau beberapa sel.

gerak, misalnya Chlamy- Bentuk phytoplankton antara lain oval,

Euglena, Tetra- bulat dan seperti benang.

domonas,

selmis.

Phytoplankton yang hidup di dalam Bentuk koloni dapat ber- perairan ini akan memberikan warna yang gerak, misalnya Volvox, Scene- khas pada perairan tersebut seperti

desmus.

berwarna hijau, biru atau cokelat. Hal ini dikarenakan di dalam tubuh phytoplank-

Bentuk koloni yang tidak ton terdapat zat warna atau pigmen. Zat

bergerak, misalnya Hydro- warna atau pigmen ini dapat diklasifikasi-

dictyon reticulatum. kan seperti berikut.

Bentuk benang, misalnya Spyrogyra,

1. Warna biru (Fikosianin) Oedogonium.

2. Warna hijau (Klorofil) Bentuk lemaran, misalnya, Ulva,

3. Warna pirang (Fikosantin) Chara. Selain itu, ciri-ciri umum yang dimiliki

4. Warna merah (Fikoeritrin)

alga hijau ini adalah:

5. Warna kuning (Xantofil) Berwarna hijau rumput karena

6. Warna keemasan (Karoten) mengandung khlorofil. Berdasarkan zat warna yang dimiliki,

Mempunyai empat bulu cambuk. alga dapat dikelompokkan seperti berikut. Reproduksi sel terjadi

1. Alga Hijau (Kelas Chlorophyceae) secara vegetatif aseksual dan

2. Alga Cokelat (Kelas Bacillariophyceae/

seksual. kelas Phaephyceae) 2. Kelas Bacillariophyceae mempunyai

3. Alga Keemasan (Kelas Chrysophyceae) ciri-ciri:

4. Alga Merah (Kelas Rhodophyceae) Berwarna cokelat karena me-

ngandung silikat.

5. Alga Hijau Kebiruan (Kelas Cyano- phyceae)

Berbentuk seperti cawan petri. Beberapa jenis phytoplankton yang

Reproduksi secara pembelah- sudah dapat dibudidayakan dan di-

an sel.

Bersel tunggal, misalnya Chaetoceros calcitran dan

Skeletonema costatum.

3. Kelas Cyanophyceae, mempunyai ciri- ciri:

Berwarna hijau kebiruan karena mengandung klorofil dan pigmen kebiru-biruan yaitu phycocyanin.

Berbentuk benang yang me-

lingkar seperti spiral, misalnya Gambar 7.1 Chlorella sp. Spirulina.

2. Aspek biologi Tetraselmis sp. Beberapa aspek biologi dari

phytoplankton yang sudah dapat dibudi- Alga sel tunggal yang bergerak

dayakan secara massal antara lain:

aktif.

1. Aspek biologi Chlorella sp. Mempunyai empat buah flagella

dan berukuran 7–12 mikron. Alga sel tunggal.

Mempunyai kloroplas. Bentuknya bulat atau bulat telur. Perkembangbiakan secara Mempunyai khloroplas seperti

aseksual yaitu pembelahan sel cawan, dindingnya keras, padat

dan seksual yaitu dengan dan garis tengahnya 5 mikron.

bersatunya khloroplas dari Perkembangbiakan terjadi secara

gamet jantan dan betina. aseksual, yaitu dengan pem-

Hidup di perairan pantai atau laut belahan sel atau pemisahan

dengan kisaran salinitas 27–37 autospora dari sel induknya.

permil.

Habitatnya tempat-tempat yang Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada basah dan medianya mengandung

Gambar 7.2.

cukup unsur hara seperti N, P, K, dan unsur mikro lainnya (karbon, nitrogen, fosfor, sulfur, dan lain- lain).

Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 7.1.

Jenis alga yang berkoloni. Mempunyai kloroplas pada

selnya. Perkembangbiakannya dengan

pembentukan koloni, dari setiap sel induk dapat membentuk sebuah koloni awal yang mem- bebaskan diri melalui suatu pecahan pada dinding sel induk.

Gambar 7.2 Tetraselmis sp. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada

3. Aspek biologi Scenedesmus sp.

Gambar 7.3.

Gambar 7.3 Scenedesmus sp.

5. Aspek biologi Spirulina sp.

4. Aspek biologi Skeletonema costatum Alga hijau biru yang berbentuk

Bersel tunggal berukuran 4–6 spiral dan memiliki dinding sel tipis mikron.

yang mengandung murein. Mempunyai dua macam ukuran

Mempunyai bentuk seperti kotak yaitu jenis kecil berukuran 1–3

dengan sitoplasma yang me- mikron dan jenis besar berukuran menuhi sel dan tidak memiliki alat

3–12 mikron.

gerak. Perkembangbiakan terjadi secara Perkembangbiakan melalui pem- aseksual atau pembelahan sel yaitu dengan memutus filamen

belahan sel. menjadi satuan-satuan sel yang

Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada membentuk filamen baru. Gambar 7.4.

Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 7.5.

Gambar 7.4 Skeletonema costatum

Gambar 7.5 Spirulina, sp.

Jenis pakan alami yang kedua adalah Perkembangbiakan dengan dua zooplankton yaitu organisma air yang

cara yaitu parthenogenesis dan melayang-layang mengikuti pergerakan air

biseksual.

dan berupa jasad hewani. Jenis zooplankton yang biasa digunakan sebagai

Nauplius, tubuhnya terdiri dari tiga pasang anggota badan yaitu

makanan larva atau benih ikan/udang/ikan antenula, antenna I yang ber- hias dan sudah dapat dibudidayakan fungsi sebagai alat sensor, dan secara massal sebagai berikut. antenna II yang berfungsi sebagai

1. Rotifera, yaitu Brachionus sp. alat gerak atau penyaring Ciri-cirinya:

makanan dan rahang bawah belum sempurna.

Berwarna putih. Artemia dewasa berukuran 1–2 cm Tubuhnya berbentuk seperti piala

dengan sepasang mata majemuk dan mempunyai panjang 60–80

dan 11 pasang thoracopoda. mikron.

Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Terlihat koronanya dan terdapat

Gambar 7.7.

bulu getar yang bergerak aktif. Perkembangbiakannya dilakukan

dengan dua cara yaitu secara parthenogenesis dan seksual.

Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 7.6.

Gambar 7.7 Artemia salina

3. Cladocera ,yaitu Moina sp. da n Daphnia sp. Ciri-cirinya:

Berwarna merah karena me- ngandung haemoglobin.

Gambar 7.6 Brachionus sp.

Bergerak aktif.

2. Brachiopoda, yaitu Artemia salina Bentuk tubuh membulat untuk Ciri-cirinya:

moina dan lonjong untuk Daphnia. Telurnya berwarna cokelat dengan

Perkembangbiakannya secara diameter 200–300 mikron,

seksual dan parthenogenesis. sedangkan pada saat dewasa

Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada berwarna kuning cerah.

Gambar 7.8 dan 7.9.

Gambar 7.8. Moina sp. Gambar 7.9. Daphnia sp.

4. Infusaria, yaitu Pharamecium sp. Ciri-ciri benthos secara umum: Ciri-cirinya:

Berwarna merah darah karena banyak Bersel tunggal mengandung haemoglobin.

Berbentuk seperti benang yang Berwarna putih bersegmen-segmen.

Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Berdasarkan media tumbuhnya pakan

Gambar 7.10. alami dapat dibedakan menjadi dua

kelompok yaitu pakan alami air tawar dan pakan alami air laut. Jenis pakan alami air tawar yang sudah banyak dibudidayakan antara lain Moina, Daphnia, Brachionus, Tubifek, sedangkan jenis pakan alami air

Gambar 7.10. Paramecium laut yang sudah dibudidayakan adalah jenis-jenis phytoplankton, Brachionus, dan

Jenis pakan alami yang ketiga yang

Artemia salina.

dapat diberikan kepada ikan hias, larva, dan benih ikan/udang/ikan hias adalah

Dalam membudidayakan pakan alami benthos. Benthos adalah organisma air yang akan diberikan kepada ikan hias dan yang hidupnya di dasar perairan. Benthos ikan konsumsi dipilih jenis pakan alami

yang biasa dimanfaatkan dan dapat yang relatif mudah dan mempunyai siklus dibudidayakan sebagai makanan ikan hidup yang singkat. Hal ini bermanfaat antara lain cacing rambut atau tubifek dan untuk menyediakan pakan alami tersebut larva Chironomus sp. Untuk lebih jelasnya secara kontinu. dapat dilihat pada Gambar 7.11.

Pada bab ini akan diuraikan secara detail tentang budidaya pakan alami dari kelompok phytoplankton, zooplankton, dan benthos.

7.2 Budidaya Phytoplankton

Agar dapat membudidayakan phy- Gambar 7.11 Cacing rambut (Tubifek sp.) toplankton harus dilakukan beberapa Agar dapat membudidayakan phy- Gambar 7.11 Cacing rambut (Tubifek sp.) toplankton harus dilakukan beberapa

1. Persiapan wadah dan peralatan budidaya

2. Penyiapan media budidaya

3. Pemilihan bibit dan menginokulasi Gambar 7.13 Cawan petri

bibit

4. Pemeliharaan pakan alami

5. Pemanenan Gambar 7.14 Jarum ose

7.2.1 Wadah dan Peralatan Budidaya Phytoplankton

Apakah wadah itu? Wadah adalah tempat yang digunakan untuk memelihara

organisme air, yaitu tempat yang diguna- Gambar 7.15 Pipet kaca kan untuk membudidayakan phytoplakton.

Ada beberapa jenis wadah yang dapat digunakan untuk membudidayakan pytoplankton. Pemilihan jenis wadah ini sangat bergantung kepada jenis phy- toplankton dan sistem kulturnya.

Jenis-jenis wadah yang dapat di- Gambar 7.16 Tabung reaksi gunakan untuk membudidaya phytoplankton sangat bergantung pada skala produksi. Tahap awal dalam membudidayakan phytoplankton adalah melakukan isolasi dan kultur murni. Wadah yang digunakan adalah erlenmeyer/stoples.

Gambar 7.17 Mikroskop

Pada tahap selanjutnya adalah tahap semimassal dan massal. Wadah yang digunakan antara lain bak semen, tanki plastik, bak beton, dan bak fiber. Peralatan

yang dibutuhkan untuk melakukan Gambar 7.12. Erlenmeyer/stoples

budidaya phytoplankton secara

Peralatannya meliputi jarum ose, semimassal dan massal antara lain pipet kaca, tabung reaksi, dan mikroskop.

aerator/blower selang aerasi, batu aerasi, selang air, timbangan, saringan aerator/blower selang aerasi, batu aerasi, selang air, timbangan, saringan

Gambar 7.18 Bak fiber

Gambar 7.19 Aerator Untuk membedakan antara kultur

semimassal dan massal hanya dari volume media yang dapat disimpan di dalam wadah tersebut. Oleh karena itu, ukuran dari wadah yang akan digunakan sangat menentukan kapasitas produksi dari pakan alami.

Peralatan yang digunakan untuk budidaya phytoplankton mempunyai fungsi yang berbeda-beda, misalnya aerator digunakan untuk mensuplai oksigen pada saat membudidayakan pakan alami skala kecil dan menengah, tetapi apabila sudah dilakukan budidaya secara massal/skala besar maka peralatan yang digunakan untuk mensuplai oksigen ke dalam wadah budidaya menggunakan blower. Peralatan selang aerasi berfungsi untuk menyalur- kan oksigen dari tabung oksigen ke dalam wadah budidaya, sedangkan batu aerasi digunakan untuk menyebarkan oksigen yang terdapat dalam selang aerasi ke seluruh permukaan air yang terdapat di dalam wadah budidaya.

Selang air digunakan untuk memasuk- kan air bersih dari tempat penampungan air ke dalam wadah budidaya. Peralatan ini digunakan juga untuk mengeluarkan kotoran dan air pada saat dilakukan pemeliharaan. Dengan menggunakan selang air akan memudahkan dalam melakukan penyiapan wadah sebelum digunakan untuk budidaya. Peralatan lainnya yang diperlukan dalam mem- budidayakan phytoplankton adalah timbangan. Timbangan yang digunakan boleh berbagai macam bentuk dan skala digitalnya, karena fungsi utama alat ini untuk menimbang bahan yang akan digunakan dalam membudidayakan phytoplankton.

Phytoplankton yang dipelihara di dalam wadah pemeliharaan akan tumbuh dan berkembang. Oleh karena itu, harus dipantau kepadatan populasinya di dalam wadah. Alat yang digunakan adalah gelas ukur kaca yang berfungsi untuk melihat kepadatan populasi phytoplankton yang dibudidayakan di dalam wadah pe- meliharaan, mikroskop lengkap dengan haemocytometer untuk budidaya. Selain itu, diperlukan juga plakton net atau saringan halus pada saat akan melakukan pemanenan phytoplankton.

Setelah berbagai macam peralatan dan wadah yang digunakan dalam mem- budidayakan pakan alami phytoplankton diidentifikasi dan dijelaskan fungsi dan cara kerjanya wadah tersebut. Langkah pertama, peralatan dan wadah yang akan digunakan ditentukan sesuai dengan skala produksi dan memudahkan kebutuhan. Peralatan dan wadah disiapkan untuk digunakan dalam budidaya phytoplankton. Wadah yang akan digunakan dibersihkan dengan menggunakan sikat dan diberi Setelah berbagai macam peralatan dan wadah yang digunakan dalam mem- budidayakan pakan alami phytoplankton diidentifikasi dan dijelaskan fungsi dan cara kerjanya wadah tersebut. Langkah pertama, peralatan dan wadah yang akan digunakan ditentukan sesuai dengan skala produksi dan memudahkan kebutuhan. Peralatan dan wadah disiapkan untuk digunakan dalam budidaya phytoplankton. Wadah yang akan digunakan dibersihkan dengan menggunakan sikat dan diberi

Media seperti apakah yang dapat yang telah dibersihkan selanjutnya dapat

digunakan untuk tumbuh dan berkembang diairi dengan air bersih.

pakan alami dari kelompok phytoplankton

Wadah budidaya yang telah diairi ini. Media tempat tumbuhnya pakan alami dapat digunakan untuk memelihara sangat berbeda untuk setiap jenis pakan phytoplankton. Air yang dimasukkan ke alami. Pada subbab sebelumnya sudah dalam wadah budidaya harus bebas dari dijelaskan berbagai jenis pakan alami kontaminan seperti pestisida, deterjen dan yang dapat dibudidayakan. Setiap jenis chlor. Air yang digunakan sebaiknya diberi pakan alami tersebut mempunyai media oksigen dengan menggunakan aerator dan tumbuh yang berbeda. Dalam buku ini batu aerasi yang disambungkan dengan akan dibicarakan media tumbuh dari selang aerasi. Aerasi ini dapat digunakan phytoplankton. pula untuk menetralkan chlor atau meng-

Jenis phytoplankton yang banyak hilangkan karbon dioksida di dalam air.

dibudidayakan pada usaha budidaya perikanan laut adalah Chlorella,

7.2.2 Penyiapan Media Budidaya

Tetraselmis, dan Skeletonema costatum.

Phytoplankton

Dari ketiga jenis phytoplankton tersebut secara proses pembuatan medianya

Bagaimanakah Anda melakukan pe- hampir sama yang membedakannya nyiapan media kultur yang akan digunakan adalah jenis pupuk dan volume media untuk membudidayakan phytoplankton yang digunakan. Media tempat tumbuhnya secara terkontrol? Apakah media kultur itu? phytoplankton ini dapat dikelompokkan Untuk menjawab pertanyaan tersebut, mari dalam tiga tahap kegiatan yaitu isolasi dan kita diskusikan dan pelajari bab pada buku teknik kultur murni di laboratorium, teknik ini atau mencari referensi lain dari internet, kultur skala semi massal dan teknik kultur majalah dan sebagainya. Media adalah

skala massal.

bahan atau zat sebagai tempat hidup pakan alami. Kultur adalah kata lain dari budidaya

yang merupakan suatu kegiatan pe- Media Kultur Murni

meliharaan organisme. Jadi, media kultur Teknik kultur phytoplankton dalam adalah bahan yang digunakan suatu skala laboratorium dilakukan dalam

organisme sebagai tempat hidupnya ruangan tertutup dan ber-AC. Hal ini selama proses pemeliharaan. Dalam hal ini

diperlukan agar suhu selalu terkendali phytoplankton pada umumnya merupakan

dan mencegah kontak dengan lingkungan organisme air yang hidupnya melayang- luar yang dapat menyebabkan kontaminasi

layang mengikuti pergerakan air dalam sehingga mengurangi kemurnian bentuk jasad nabati dan mempunyai ukuran

phytoplankton yang dikultur. Sumber yang relatif sangat kecil dan disebut cahaya yang digunakan agar proses phytoplankton yang dikultur. Sumber yang relatif sangat kecil dan disebut cahaya yang digunakan agar proses

dengan dosis pemakaian 1 ml/liter kultur. Pupuk yang umum digunakan adalah

Metode kultur murni phytoplankton di pupuk Conwy dan pupuk Guillard. Pupuk

laboratorium untuk memperoleh satu jenis Conwy digunakan untuk phytoplankton

phytoplankton (monospesies) dapat hijau, sedangkan pupuk Guillard untuk

dilakukan dengan beberapa cara berikut. phytoplankton cokelat. Untuk lebih

1. Metode media agar jelasnya dapat dilihat pada Tabel 7.1 dan

2. Metode subkultur

7.2. Jenis pupuk yang akan digunakan untuk melakukan kultur murni beberapa

3. Metode pengenceran berseri jenis phytoplankton sangat bermacam-

4. Metode pipet kapiler macam, biasanya jenis medium yang digunakan disesuaikan dengan jenis

phytoplankton yang akan dikultur secara

Metode Media Agar

murni. Pada Tabel 7.1 dan 7.2 merupakan Metode media agar adalah suatu komposisi nutrien yang biasa digunakan

metode pemurnian individu dari suatu untuk membuat medium pada jenis sampel perairan dengan cara membuat phytoplankton dari air laut. Untuk jenis kultur murni dengan menggunakan media phytoplankton dari perairan tawar dapat agar. Media yang digunakan pada saat dilakukan dengan komposisi nutrien yang inokulasi adalah media agar yang di- berbeda. Berdasarkan hasil penelitian ada lengkapi dengan larutan nutrien pengkaya, beberapa komposisi nutrien untuk larutan trace element dan vitamin. Media membuat medium pada phytoplankton air nutrien tersebut mengandung bahan- tawar, antara lain media Benneck, media bahan kimia yang digunakan untuk sintesis Demer, dan media Bristole. Untuk lebih protoplasma pada proses kulturnya. jelasnya komposisi ketiga media tersebut Setelah media kultur skala laboratorium dapat dilihat pada Tabel 7.3.

Tabel 7.1 Komposisi Pupuk pada Media Stok Murni Kultur Algae

No. Bahan Kimia Pupuk Conwy/Wayne Pupuk Guillard

10 gram 3. FeCl 3 .6H 2 O

– 5. MnCl 2 .4H 2 O

4. H 3 BO 3 33,6 gram

0,36 gram

3,6 gram

100 gram 7. Na 2 SiO 3 .9H 2 O

6. NaNO 3 100 gram

5 gram/30 ml 8. Trace Metal Solution

1 ml 9. Vitamin

10. Aquades sampai 1000 ml 1000 ml

Tabel 7.2 Komposisi Trace Metal Solution

No. Bahan Kimia Pupuk Conwy/Wayne Pupuk Guillard

– 2. CuSO 4 .5H 2 O

1. ZnCL 2 2,1 gram

1,96 gram 3. ZnSO 4 .7H 2 O

2,0 gram

4,40 gram 4. CoCl 2 .6H 2 O

2,0 gram

2,00 gram

5. (NH4) 6 . Mo 7 O 24 .4H 2 O

0,9 gram

1,26 gram

6. Aquabides sampai 100 ml 100 ml

Tabel 7.3 Komposisi Pupuk pada Phytiplankton Air Tawar (Chlorella sp.)

No. Bahan Kimia Pupuk Conwy/Wayne Pupuk Guillard

1. MgSO 4 100 mg/I

2. KH 2 PO 4 100 mg/I

7 g/400 ml

5. Ca(NO 3 ) 2 100 mg/I

– 7. CaCI 2 .2H 2 O

100 mg/I

1 g/400 8. MgSO 4 ,7H 2 O

10. NaCI – 1 g/400

3. Kultur di media agar peralatan gelas (erlenmeyer, beker glass,

Pada metode ini digunakan mikroskop,

4. Kultur di media cair stoples, petri dish, pipet, tabung reaksi), alat

penghitung plankton (Haemocytometer,

5. Pembuatan pupuk hand counter), alat ukur kualitas air

6. Penghitungan phytoplankton (termometer, refraktometer, pH meter),

timbangan, oven/autoclave, lemari es, air

7. Penyimpanan

conditioner, blower, lampu neon. Bahan- Sterilisasi peralatan dan bahan yang bahan yang digunakan selain bahan-bahan akan digunakan dapat dilakukan dengan yang digunakan untuk membuat pupuk cara berikut. ditambah lagi agar difco, formalin, aquades,

1. Air laut yang akan digunakan dilaku- alkohol, air laut steril. kan sterilisasi dengan berbagai cara

Kegiatan yang dilakukan dalam di antaranya perebusan selama melakukan kultur murni untuk semua

10 menit, menggunakan plankton net metode hampir sama. Kegiatan yang

ukuran 15 mikron atau pemberian harus dilakukan adalah:

larutan chlorine 60 ppm, kemudian

1. Sterilisasi peralatan dan bahan diaduk rata selama beberapa menit dan dinetralkan dengan Natrium

2. Pembuatan media agar Thiosulfat 20 ppm.

2. Peralatan yang akan digunakan juga cara zig-zag, kemudian tutup dan dapat dilakukan dengan beberapa

simpan media agar yang telah digoresi cara, di antaranya perebusan,

dengan plankton pada suhu kamar di perendaman dalam larutan kaporit/

bawah sinar cahaya lampu neon chlorine 150 ppm, pemberian alkohol,

secara terus-menerus. diautoclave dengan temperature

2. Biarkan media tersebut dan biasanya 100°C dengan tekanan 1 atm selama

inokulum akan tumbuh setelah

20 menit, atau dioven. 4–7 hari dilakukan penggoresan

Setelah peralatan dan bahan yang dengan terlihatnya koloni plankton akan digunakan disterilisasi, langkah

yang tumbuh pada media agar selanjutnya membuat media agarnya

tersebut. Amati di bawah mikroskop dengan cara berikut.

koloni tersebut dan ambil koloni yang diinginkan dan dikultur pada media

1. Bahan yang akan digunakan untuk agar miring dalam tabung reaksi yang

membuat media agar adalah 1,5 gram akan digunakan sebagai bibit.

Bacto agar dalam 100 ml air laut ditambah dengan pupuk Conwy untuk

3. Koloni murni ini selanjutnya diinkubasi green algae dan pupuk silikat untuk

pada ruangan ber-AC. Diatomae.

Kultur selanjutnya setelah diperoleh

2. Panaskan agar dan media tersebut koloni murni pada tabung reaksi adalah

dengan menggunakan hotplate atau melakukan kultur koloni plankton yang microwave sampai cairannya men- diperoleh tersebut pada media cair. Kultur didih dan masukkan ke dalam murni di media cair ini dapat dilakukan autoclave pada suhu 120° C dengan dengan berbagai macam media yang tekanan 1 atm selama 20 menit.

sudah biasa dilakukan. Adapun prosedur yang harus dilakukan sebagai berikut.

3. Biarkan agak dingin sebentar, kemudian tambahkan vitamin, setelah

1. Siapkan erlenmeyer yang telah itu larutan agar dan pupuk tersebut

disterilisasi.

dituangkan ke dalam petri dish atau

2. Masukkan air laut dan pupuk sesuai tabung reaksi dan dibiarkan sampai

dengan media yang diinginkan pada dingin dan membeku, kemudian

setiap jenis phytoplankton. simpan di dalam lemari es.

3. Lakukan inokulasi bibit phytoplankton Langkah selanjutnya melakukan kultur

dari hasil kultur murni. murni/isolasi plankton pada media agar

yang telah disiapkan sebelumnya. Adapun

4. Amati pertumbuhan phytoplankton langkah yang harus dilakukan sebagai

tersebut dengan menghitung ke- berikut.

padatan populasi phytoplankton.

1. Ambil contoh air plankton dengan Media yang akan digunakan sebagai jarum ose yang telah dipanaskan/ pupuk pada media agar ini banyak sekali

disterilisasi dan oleskan ke permuka- macamnya antara lain media Zarrouk, an media agar, pengolesan jarum ose media Berneck, media Detmer, media pada media agar ini dilakukan dengan Allan Miquel, media Mollish, dan media

TMRL.

3. Biarkan peralatan tersebut kering

udara.

Volume media kultur murni biasanya

4. Setelah peralatan kering udara, bertahap mulai dari isolasi dalam tabung

masukkan peralatan tersebut ke reaksi volume 10–15 ml, kemudian

dalam autoclave dengan suhu 120°C dipindahkan pada botol erlenmeyer

dengan tekanan 1 atm selama dengan volume yang bertahap dari 100 ml,

20 menit atau menggunakan oven 250 ml, 500 ml, dan botol kultur 1 liter yang

dengan suhu 150°C selama 1 jam. kemudian dikembangkan dari ukuran

5. Untuk bahan yang akan digunakan

2 liter sampai 30 liter. sebagi media kecuali vitamin, sterilisasi dilakukan dengan cara memakai autoclave pada suhu 120° C dengan

Metode Subkultur

tekanan 1 atm selama 15 menit. Metode subkultur adalah suatu

Karena pemanasan dapat merusak metode mengisolasi mikroalga. Metode ini

vitamin, larutan ini disterilisasikan dapat digunakan jika mikroalga yang kita

dengan menggunakan metode pe- inginkan bukan mikroalga yang dominan.

nyaringan.

Peralatan yang digunakan dalam meng- Isolasi mikroalga dengan mengguna- isolasi phytoplankton dengan metode ini kan metode subkultur dapat dilakukan

adalah mikroskop, pipet, autoclave, oven, dengan mengikuti prosedur sebagai

haemocytometer, gelas ukur, gelas piala,

berikut.

dan tabung reaksi. Bahan-bahan yang digunakan adalah medium bristole, air

1. Siapkan air tanah dengan melarutkan tanah, akuades, vitamin B12, vitamin B6,

1 sendok teh tanah kering dalam 200 vitamin B1, dan sampel air kolam.

ml air, kemudian tempatkan dalam wadah yang tertutup. Kukus media

Adapun prosedur yang digunakan selama dua jam pada dua hari dalam metode subkultur ada dua tahapan. berturut-turut, kemudian dinginkan Pertama, melakukan sterilisasi peralatan dalam suhu ruang atau di lemari es dan bahan yang akan digunakan. Kedua, selama 24 jam sebelum digunakan. melakukan isolasi. Sterilisasi dilakukan

pada semua alat dan bahan yang akan

2. Buat medium air tanah dengan cara digunakan dalam kultur mikroalga/

mencampurkan 960 ml medium Bristol phytoplankton. Untuk peralatan gelas

dengan 40 ml air tanah. seperti pipet, gelas ukur, gelas piala, dan

3. Ambil masing-masing 1 ml sampel air tabung reaksi dapat dilakukan dengan

kolam, kemudian encerkan 10 kali. cara sebagai berikut.

1. Mencuci semua peralatan tersebut

4. Ambil masing-masing 1 ml sampel air dengan menggunakan sabun yang

kolam yang sudah diencerkan tadi lalu tidak mengandung deterjen, kemudian

masukkan masing-masing ke dalam dibilas sampai bersih.

tabung reaksi yang sudah berisi 9 ml

2. Bilaskan peralatan pada point satu media Bristol dan media air tanah. dengan menggunakan HCl 0,1 N dan kemudian dibilas kembali dengan

5. Letakkan tabung reaksi dalam rak, akuades.

kemudian ditempatkan di bawah kemudian ditempatkan di bawah

hitung populasi kepadatan mikroalga masing-masing media.

atau phytoplankton dengan meng- gunakan Haemocytometer.

Metode Pengenceran Berseri

Metode Pipet Kapiler

Metode pengenceran berseri merupa- kan salah satu metode yang digunakan

Metode kultur murni dengan meng- untuk mengisolasi mikroalga atau phy- gunakan metode pipet kapiler dapat toplankton jika jenis mikroalga atau phy- dilakukan dengan cara sel mikroalga atau toplankton yang kita inginkan adalah jenis phytoplankton yang akan dikultur dipisah- yang dominan. Adapun peralatan yang kan dengan menggunakan pipet kapiler digunakan sama dengan metode subkultur, steril lalu dipindahkan ke dalam media sedangkan bahan yang digunakan adalah yang sesuai. Pipet yang akan digunakan medium Bristol, akuades, sampel air kolam, untuk metode ini adalah pipet yang mem- vitamin B12, vitamin B6, dan vitamin B1.

punyai diameter berkisar antara 3–5 kali besar phytoplankton yang akan diisolasi

Peralatan dan bahan yang akan dan pipetnya dilakukan pembakaran pada

digunakan dalam metode pengenceran bagian ujungnya. Proses isolasi ini

berseri dilakukan isolasi. Isolasi peralatan dilakukan di bawah mikroskop dengan

dan bahan yang akan digunakan sama cara mengambil phytoplankton yang

dengan metode subkultur. Prosedur isolasi diperoleh dengan menggunakan alat

dengan cara pengenceran berseri dengan plankton net. Kemudian phytoplankton

prosedur sebagai berikut. tersebut dilakukan penyaringan dan

1. Ambil sampel air kolam sebanyak diteteskan pada gelas objek. Dengan

1 ml, kemudian diencerkan dengan menggunakan pipet kapiler, ambil tetesan cara dimasukkan tabung reaksi yang

pytoplankton tersebut dan amati di bawah telah berisi 9 ml medium Bristol, lalu

mikroskop. Kemudian, pytoplankton aduk.

tersebut dikultur dalam tabung reaksi

2. Ambil lagi 1 ml sampel dari tabung volume 10 ml yang telah diperkaya dengan reaksi pada tahap 1 tersebut, jenis pupuk yang sesuai dengan kemudian masukkan tabung reaksi phytoplankton yang akan diisolasi dan yang telah berisi medium Bristol lakukan pengamatan jenis phytoplankton sebanyak 9 ml.

yang tumbuh di bawah mikroskop setiap hari dan lakukan kegiatan tersebut sampai

3. Lakukan pengenceran seperti tahapan diperoleh jenis phytoplankton yang di- kedua tersebut sampai lima kali inginkan. pengenceran.

4. Susun semua tabung reaksi tersebut

dalam rak tabung reaksi, kemudian Media Kultur Semimassal dan Massal

letakkan di bawah cahaya lampu. Media yang digunakan untuk teknik

5. Amati pertumbuhan dan jenis kultur phytoplankton skala semimassal mikroalga yang tumbuh dominan berbeda dengan teknik kultur murni. Pada 5. Amati pertumbuhan dan jenis kultur phytoplankton skala semimassal mikroalga yang tumbuh dominan berbeda dengan teknik kultur murni. Pada

fiber 0,3 m 3 . Bibit yang digunakan untuk yang digunakan pada media kultur dapat kultur semimassal berasal dari kultur murni. dilihat pada Tabel 7.4.

Tabel 7.4 Komposisi Pupuk Phytoplankton Semimassal

No. Bahan Kimia Pupuk

Pupuk

Pupuk Pupuk

Conwy Guillard TMRL BBL SM

100 gr 50 gr 2. Na 2 EDTA

1. NaNO 3 /KNO 3 100 gr

3. FeCl 3 1,3 gr

2,9 gr

3 gr 1 gr

4. MnCl 2 0,36 gr

0,36 gr

5. H 3 BO 3 33,6 gr

1 gr 15 ml 8. Trace metal Solution

7. Na 2 SiO 3 –

50 gr

– 0,5 ml 9. Vitamin

1 ml

1 ml

– 1 ml 10. Aquabides

1 ml

1 ml

1000 ml 1000 ml 11. Urea

12. ZA – – – 30 gr

bak-bak kultur berukuran besar dan Teknik kultur phytoplankton selanjut-

dilakukan di luar ruangan dengan volume nya teknik kultur skala massal dengan

berkisar antara 40 – 100 meter kubik. menggunakan bibit dari hasil kultur skala

Media kultur yang dibuat pada tahap ini semimassal. Volume media kultur semi-

menggunakan pupuk teknis, seperti urea, massal 100 liter sampai 0,3 meter kubik.

ZA, TSP. Komposisi pupuk untuk teknik Teknik kultur yang terakhir adalah teknik

kultur secara massal dapat dilihat pada kultur skala massal. Pada teknik ini bibit

Tabel 7.5.

yang digunakan berasal dari teknik skala semimassal. Kegiatan ini dilakukan pada

Tabel 7.5 Komposisi Pupuk Kultur Massal

No.

Pupuk Bahan Kimia

Pupuk

Phyto A

Phyto B Phyto C

(ppm) (ppm) (ppm) (ppm) (ppm)

1. Urea 10 30 30 50 50 2. ZA

40 30 20 50 3. TSP

10–15 15-20 4. Molase/orgami

5. Silikat Teknis – 5-20 – – – 5. Silikat Teknis – 5-20 – – –

alami.

media tempat tumbuhnya pakan alami

10. Media tempat tumbuhnya pakan alami phytoplankton semimassal dan massal siap untuk ditebari dengan bibit sesuai seperti berikut. dengan kebutuhan produksi.

1. Siapkan alat dan bahan yang akan

digunakan dan sebutkan fungsi dan

7.2.3 Penebaran Bibit/Inokulasi

cara kerja peralatan tersebut. Setelah media tempat tumbuhnya

2. Tentukan wadah yang akan digunakan pakan alami disiapkan langkah selanjut- untuk membudidayakan pakan alami.

nya, yaitu melakukan penebaran bibit pakan alami. Peristilahan penebaran bibit

3. Bersihkan wadah dengan mengguna- pakan alami biasanya menggunakan kata kan sikat dan disiram dengan air melakukan inokulasi bibit pakan alami ke bersih, kemudian lakukan pensuci- dalam media tempat tumbuhnya pakan hamaan wadah dengan mengguna- alami. Apakah inokulasi itu? Bagaimana kan desinfektan sesuai dengan Anda melakukan inokulasi/menebar bibit dosisnya. pakan alami pada media kultur? Dalam

4. Bilaslah wadah yang telah dibersihkan buku ini akan diuraikan secara singkat dengan menggunakan air bersih.

tentang seleksi/pemilihan bibit pakan alami

5. Pasanglah peralatan aerasi dengan yang akan diinokulasi dan cara melakukan merangkaikan antara aerator, selang inokulasi pada media kultur pakan alami. aerasi dan batu aerasi, masukkan ke

Kata inokulasi diambil dari bahasa dalam wadah budidaya. Ceklah Inggris yaitu inoculate yang mempunyai keberfungsian peralatan tersebut arti menyuntik atau memberi vaksinasi.

dengan memasukkan ke dalam arus Dalam peristilahan dunia perikanan di- listrik.

terjemahkan menjadi memasukkan bibit

6. Masukkan air bersih yang tidak pakan alami ke dalam media kultur dengan terkontaminasi ke dalam wadah cara disuntikkan atau ditebar secara budidaya

dengan menggunakan langsung. Digunakan peristilahan ini selang plastik dengan ke dalaman karena yang ditebarkan ke dalam media air yang telah ditentukan.

kultur adalah mikroorganisme yang memiliki ukuran kecil antara 45 – 300 µm.

7. Tentukan media tumbuh yang akan digunakan dan hitung jumlah pupuk

Ada beberapa langkah yang harus yang dibutuhkan sesuai dengan dosis dilakukan sebelum melakukan inokulasi yang telah ditetapkan.

bibit pakan alami ke dalam media kultur. Pertama, melakukan identifikasi jenis bibit

8. Timbanglah pupuk sesuai dengan pakan alami. Kedua, melakukan seleksi dosis yang telah ditentukan.

terhadap bibit pakan alami. Ketiga,

9. Buatlah larutan terhadap berbagai melakukan inokulasi bibit pakan alami macam pupuk pada wadah yang sesuai dengan prosedur. Identifikasi pakan sesuai. Jika sudah terbentuk larutan, alami perlu dilakukan agar tidak terjadi masukkan ke dalam wadah yang kesalahan dalam melakukan inokulasi.

Identifikasi jenis-jenis pakan alami air laut laut atau perairan tawar. Padat penebaran telah dipelajari pada bab sebelumnya. Oleh bibit phytoplankton ini sangat bergantung karena itu, dalam bahasan selanjutnya kepada volume media, waktu pemanenan, diharapkan sudah dikuasai dan dipahami dan kebutuhan produksi. tentang jenis-jenis pakan alami yang akan

Cara yang dilakukan dalam melaku- dibudidayakan. Ada beberapa jenis

kan inokulasi dengan menebarkannya phytoplakton yang merupakan pakan alami

secara hati-hati ke dalam media kultur bagi ikan hias maupun ikan konsumsi.

sesuai dengan padat tebar yang telah Langkah selanjutnya setelah dapat ditentukan. Penebaran bibit pakan alami mengidentifikasi jenis-jenis pakan alami ini sebaiknya dilakukan pada saat suhu yang akan ditebar ke dalam media kultur perairan tidak terlalu tinggi yaitu pada pagi adalah melakukan pemilihan terhadap bibit dan sore hari. pakan alami. Pemilihan bibit pakan alami

Langkah kerja dalam menebar bibit yang akan ditebar ke dalam media kultur

phytoplankton sebagai berikut. harus dilakukan dengan tepat. Bibit yang

1. Siapkan alat dan bahan yang akan yang sudah dewasa. Perkembangbiakan

akan ditebar ke dalam media kultur harus

digunakan sebelum melakukan pakan alami di dalam media kultur dapat

inokulasi/penebaran bibit pakan alami. dilakukan dengan dua cara, yaitu sexual

2. Siapkan mikroskop dan peralatannya dan asexual. Perkembangbiakan secara

untuk mengidentifikasi jenis pakan asexual (tidak kawin) yang disebut

alami yang akan dibudidayakan. parthenogenesis terjadi dalam keadaan

normal.

3. Ambillah sampel pakan alami dengan menggunakan pipet dan letakkan di

Pakan alami mempunyai umur hidup

atas objec glass.

yang relatif singkat. Untuk kelompok phytoplankton hanya dibutuhkan waktu

4. Letakkan objec glass di bawah beberapa hari saja sudah mencapai

mikroskop dan amati morfologi pakan puncak populasi dan akan mati. Setelah

alami serta cocokkan dengan gambar dilakukan seleksi bibit pakan alami dari

sebelumnya.

kelompok phytoplankton dilakukan

5. Lakukan pengamatan terhadap penebaran bibit pakan alami sesuai

individu pakan alami beberapa kali dengan jenis dan volume media kultur

ulangan agar dapat membedakan yang telah ditentukan. Kultur pakan alami

tahapan stadia pada pakan alami yang phytoplankton biasanya untuk kebutuhan

sedang diamati di bawah mikroskop. produksi menggunakan teknik kultur

6. Lakukanlah pemilihan bibit yang akan massal dan bibit yang ditebarkan pada ditebarkan ke dalam media kultur dan teknik kultur massal ini berasal dari teknik letakkan dalam wadah yang terpisah. kultur semimassal, sedangkan bibit yang

digunakan pada teknik kultur semimassal

7. Tentukan padat penebaran yang akan berasal dari kultur murni. Bibit yang

digunakan dalam budidaya pakan dibudidayakan dari kultur murni berasal

alami tersebut sebelum dilakukan dari hasil inokulasi dari alam yaitu perairan

penebaran.

8. Hitunglah jumlah bibit yang akan di- terdiri dari 2 larutan, yaitu: (1) tebar tersebut sesuai dengan point 7.

Larutan A, terdiri dari 20 gram KNO dalam 100 ml air suling; (2)

9. Lakukan penebaran bibit pakan alami

pada pagi atau sore hari dengan cara Larutan B, terdiri dari: 4 gram menebarkannya secara perlahan-

Na 2 HPO 4 .12H 2 O; 2 gram lahan ke dalam media kultur.

CaCl 2 .6H 2 O; 2 gram FeCl 3 ; dan 2

ml HCl; semuanya dilarutkan

dalam 80 ml air suling.

7.2.4 Pemeliharaan dan Pemanen-

Setiap 1 liter medium, meng-

an Phytoplankton gunakan 2 ml larutan A dan 1 ml

Pada subbab ini akan dibahas

larutan B.

beberapa contoh dalam melakukan

3. Dalam wadah 60 liter atau 1 ton pemeliharaan dan pemanenan Phy-

toplankton antara lain Cholrela, Wadah dicuci dan dibebas-

Tetraselmis, dan Skeletonema costatum. hamakan. Air untuk medium harus disaring. Medium dipupuk dengan

jenis dan takaran: 100 mg/liter

Chlorella

pupuk TSP, Urea se- banyak 10–15 mg/liter dan

Penyiapan Bibit

pupuk KCl sebanyak 10–15

1. Alat-alat yang akan digunakan dicuci

mg/l.

dengan deterjen, kemudian dibilas dengan larutan klorin 150 ppm.

Untuk pertumbuhan dalam wadah besar (1 ton) cukup

2. Dalam wadah 1 galon menggunakan urea dengan takaran 50 gram/m 3 Menggunakan stoples atau botol .

”carboys”, slang aerasi, dan batu aerasi.

Pemeliharaan

Botol diisi medium ± 3 liter, untuk

1. Dalam wadah 1 galon Chlorella air laut menggunakan

Bibit ditebar dalam medium medium dengan kadar garam 15

yang telah diberi pupuk, sampai per mil, dan untuk Chlorella air

airnya berwarna agak kehijau- tawar dapat menggunakan air

hijauan. Bibit yang masuk tawar yang disaring dengan kain

disaring dengan saringan 15 saringan 15 mikron.

mikron.

Air disterilkan dengan cara Wadah disimpan di dalam mendidihkan, klorinasi, atau

ruang laboratorium di bawah penyinaran dengan lampu ultra-

penyinaran lampu neon, dan violet.

air diudarai terus-menerus. Pemupukan dengan mengguna-

Setelah ± 5 hari, Chlorella kan ramuan Allen-Miguel, yang

sudah tumbuh dengan kepadatan sudah tumbuh dengan kepadatan

deterjen dan dibilas dengan Hasil penumbuhan ini larutan klorin 150 ml/ton.

digunakan sebagai bibit pada Wadah diisi air medium dengan penumbuhan dalam wadah yang

kadar garam 28 per mil yang telah lebih besar.

disaring dengan saringan 15 mikron. Kemudian disterilkan

2. Dalam wadah 60 liter atau 1 ton dengan cara direbus, diklorin

Untuk wadah 60 liter mem-

60 ppm, dan dinetralkan dengan butuhkan 1 galon bibit dan untuk

20 ppm Na 2 S 2 O 3 , atau disinari wadah 1 ton membutuhkan

lampu ultraviolet.

5 galon bibit. Medium dipupuk dengan jenis dan

Selain dipupuk, dapat dilepaskan takaran sebagai berikut.

ikan mujair besar 4–5 ekor/m 2 yang diberi makan pelet se- cukupnya, bertujuan sebagai penghasil pupuk organik dari kotorannya.

Wadah disimpan dalam ruangan yang kena sinar matahari langsung.

Setelah 5 hari pertumbuhan terjadi dan pada puncaknya dapat mencapai kepadatan 5 juta sel/ml.

Secara berkala medium perlu dipupuk susulan, penambahan air baru, dan pemberian obat pem- berantas hama.

Pemanenan

Chlorella dipanen dari perairan massal 60 l/1 ton dan dapat langsung

2. Dalam wadah 1 galon (3 liter) diumpankan pada ikan.

Dapat menggunakan botol ”carboys” atau stoples.

Tetraselmis

Persiapan sama dengan dalam Penyiapan Bibit

wadah 1 liter.

1. Dalam wadah 1 liter Medium dipupuk dengan jenis dan Dapat menggunakan botol takaran sebagai berikut.

erlenmeyer. Botol, slang plastik, – Urea–46 = 100 mg/l

– Kalium hidrofosfat – K2HPO4 100.000 sel/ml. Airnya diudarai terus-menerus dan wadah

= 10 mg/l diletakkan dalam ruang ber- AC,

– Agrimin = 1 mg/l dan di bawah sinar lampu neon. – Besi klorida – FeCl3 = 2 mg/l

Setelah 4–5 hari telah ber- – EDTA (Ethyelene Dinitro

kembang dengan kepadatan 4–5 juta sel/ml. Hasilnya digunakan

Tetraacetic Acid) = 2 mg/l sebagai bibit pada penumbuhan – Vitamin B1 = 0,005 mg/l

berikutnya.

– Vitamin B12 = 0,005 mg/l

2. Dalam wadah 1 galon (3 liter)

3. Dalam wadah 200 liter dan 1 ton Bibit dari penumbuhan dalam wadah 1 liter ditebar dalam me-

• Wadah 200 liter dapat meng- dium yang telah diberi pupuk.

gunakan akuarium dan untuk

1 ton menggunakan bak dari Setiap galon membutuhkan bibit 100 ml hingga kepadatan men-

kayu, bak semen, atau bak fiber- capai 100.000 sel/ml.

glass. •

Persiapan lain sama. Wadah ditaruh di dalam ruangan

ber-AC, di bawah lampu neon, •

Medium dipupuk dengan jenis dan dan airnya diudarai terus- takaran sebagai berikut.

menerus.

– Urea-46 = 100 mg/liter Setelah 4–5 hari telah ber- – Pupuk 16-20-0 = 5 mg/liter

kembang dengan kepadatan 4–5 juta sel/ml. Hasilnya digunakan

– Kalium hidrofosfat- K 2 HPO 4 =

sebagai bibit pada penumbuhan

5 mg/liter

dihidrofosfat- K 2 H 2 PO 4 =5

3. Dalam wadah 200 liter dan 1 ton mg/liter

– Agrimin = 1 mg/liter Wadah 200 liter membu-

tuhkan

3 galon bibit,

sedangkan wadah 1 ton 100 ter

– Besi klorida-FeCl 3 = 2 mg/li-

liter.

• Untuk wadah 1 ton dapat hanya Dalam waktu 4–5 hari menggunakan urea 60–100 mg/

puncak perkem- liter dan TSP 20–50 mg/liter.

mencapai

bangan dengan kepadatan 2–4 juta sel/ml.

Pemeliharaan

Hasil penumbuhan di

1. Dalam wadah 1 liter wadah 200 ton digunakan sebagai bibit untuk penum-

Bibit ditebar dalam medium yang buhan di wadah

1 ton, telah diberi pupuk sebanyak

sedangkan dari wadah 1 ton sedangkan dari wadah 1 ton

V 1 : Volume Skeletonema costatum

Pemanenan

yang diperlukan untuk penebaran Cara pemanenan langsung diumpan-

V 2 : Volume kultur Skeletonema kan dan diambil dari budidaya masal 1

costatum yang dibuat dalam ton. Kultur Skeletonema costatum dalam

gelas erlenmeyer gelas erlenmeyer 1 liter.

N 1 : Jumlah Skeletonema costatum per cc yang akan ditebar

N 2 : Jumlah Skeletonema costatum per cc yang dikehendaki dalam

penebaran ( dalam hal ini misal- nya ditentukan yaitu 70.000 sel per cc)

Makin tinggi jumlah N 2 makin cepat kultur ini mencapai kepadatan

maksimal. Oleh karena itu, dalam menentukan besarnya N 2 harus perlu

dipertimbangkan pemanfaatannya. Dengan kepadatan awal 70.000 sel

diharapkan dalam waktu 3–4 hari