Pengaruh pemberian pupuk organik cair air kelapa muda (Cocos nucifera L.) terhadap pertumbuhan tanaman kedelai (Glycine max L.) varietas gamasugen 2

(1)

i

PENGARUH PEMBERIAN PUPUK ORGANIK CAIR AIR KELAPA MUDA (Coccos nucifera L.) TERHADAP PERTUMBUHAN TANAMAN

KEDELAI (Glycine max L.) VARIETAS GAMASUGEN 2

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Biologi

Oleh : Aileen Felicia NIM : 121434017

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA


(2)

(3)

(4)

iv

PERSEMBAHAN

Let Go ... Let God ...

Karya ini kupersembahkan kepada : Tuhan Yesus Kristus Orangtua dan adik-adikku Sahabatku Pendidikan Biologi Universitas Sanata Dharma


(5)

(6)

vi


(7)

vii ABSTRAK

PENGARUH PEMBERIAN PUPUK ORGANIK CAIR AIR KELAPA MUDA (Coccos nucifera L.) TERHADAP PERTUMBUHAN TANAMAN

KEDELAI (Glycine max L.) VARIETAS GAMASUGEN 2

Aileen Felicia

Universitas Sanata Dharma

Peningkatan jumlah penduduk dalam kurun waktu 2010-2015 berpengaruh pada meningkatnya permintaan kedelai lokal sebesar 1,38 % setiap tahunnya. Permintaan kedelai tinggi namun produktivitasnya rendah. Hal ini menyebabkan pemerintah tidak dapat memenuhi kebutuhan kedelai dalam negeri. Salah satu cara untuk meningkatkan produksi kedelai adalah dengan pemenuhan unsur hara dengan cara pemberian pupuk organik cair. Air kelapa muda mengandung hormon auksin dan sitokinin yang berperan dalam pemanjangan sel dan pembentukan daun. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adanya pengaruh pemberian pupuk organik cair air kelapa muda serta konsentrasi yang paling baik untuk pertumbuhan tanaman kedelai Varietas Gamasugen 2.

Metode penelitian yang digunakan adalah rancangan acak lengkap (RAL) dengan 3 macam konsentrasi perlakuan (25 %, 50 %, 75 %) dan kontrol. Setiap perlakuan terdiri dari 8 tanaman ulangan. Parameter yang diamati adalah tinggi tanaman dan jumlah daun. Hasil data diuji dengan one way ANOVA.

Hasil yang didapat menunjukkan bahwa pemberian POC sebesar 25% memberikan hasil yang baik terhadap pertambahan tinggi tanaman kedelai, sedangkan konsentrasi 75 % memberikan hasil yang baik bagi jumlah daun. Namun perhitungan statistik menunjukkan pemberian POC air kelapa muda tidak berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan tanaman kedelai. Berdasarkan hal ini dapat disimpulkan bahwa pemberian pupuk organik cair air kelapa muda tidak berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman kedelai Varietas Gamasugen 2. Kata kunci : POC, Coccos nucifera, pertumbuhan, Glycine max L.


(8)

viii ABSTRACT

THE INFLUENCE OF LIQUID ORGANIC FERTILIZER MADE FROM COCONUT WATER (Cocos nucifera L.) TO THE GROWTH OF

SOYBEAN (Glycine max L.) VARIETY OF GAMASUGEN 2

Aileen Felicia

Universitas Sanata Dharma

The increase of population in the period of 2010-2015 contributed to the increased demand for local soybean by 1.38% every year. Soybean demand is high but productivity is low. This is causing the government can not filling up the needs of the domestic soybean. One way to improve productivity of soybean is the fulfillment of nutrients by providing a organic liquid fertilizer. Coconut water containing auxin and cytokinin hormone that plays a role in cell elongation and leaf formation. This research aim to know the influence of liquid organic fertilizer made from coconut water as well as the concentration of the most good for the growth of soybean.

The method used was complete random design (CRD) with three concentrations of treatment (25 %, 50 %, 75 %) and control. Each treatment consisted of 8 replications plants. Parameters measured were plant height and number of leaves. Yield data was tested by one-way ANOVA.

The results showed that the POC of 25 % gives good results against the increase of soybean plant height, whereas the concentration of 75 % gives good results for the number of leaves. However, statistical calculations showed award POC coconut water did not significantly affect the growth of soybean. It could be can concluded that the organic liquid fertilizer made from coconut water had no effect on Variety Gamasugen 2 soybean growth.


(9)

ix

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala berkat dan rahmat sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik tidak terlepas dari dorongan pihak-pihak yang membantu penulis dari penyusunan proposal sampai penyusunan skripsi ini. Oleh karena itu secara khusus penulis menyampaikan ucapan terimakasih kepada :

1. Catarina Retno Herrani Setyati, M.Biotech, selaku dosen pembimbing yang dengan sabar meluangkan waktu, memberi saran, dan motivasi selama penyusunan skripsi.

2. Seluruh dosen, staff, karyawan Pendidikan Biologi Universitas Sanata Dharma. 3. Orangtuaku yang memberikan dukungan secara moril dan materil serta selalu mendoakan yang terbaik untuk kehidupanku. Adikku tercinta : Alm. Vincentius Budiman, dan Angel Clarissa yang selalu mengingatkan aku untuk selalu bersyukur dan berdoa.

4. Sahabat karibku : Budi Wirnani, Siska Monika H., dan M.Rety Fitriana yang selalu menyemangatiku tanpa lelah. Sahabat seperjuanganku Agni Harjono Putri untuk setiap masukan dan kritik selama penyusunan skripsi ini.

5. Kakak dan teman rohaniku : Oktavia Hanny Sinaga, Fani Permata, Christine P.U, Erlin Purumbawa, Tirza yang tidak pernah berhenti mengingatkan bahwa segala sesuatu akan indah pada waktuNya.

6. UKM NATAS, BEM USD, dan BEM FKIP USD, terimakasih untuk dinamika yang penuh warna bersama kalian selama 4 tahun terakhir ini.


(10)

x

7. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan namanya satu per satu. Terimakasih atas segala bantuan dan dukungan yang diberikan kepada penulis selama proses penyelesaian skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih terdapat kekurangan, oleh karena itu, penulis menghahrapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan skripsi ini.

Yogyakarta, 10 Februari 2017 Penulis


(11)

xi DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING... ii

HALAMAN PENGESAHAN... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN... iv

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA... v

PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI... vi

KATA PENGANTAR... vii

ABSTRAK... ix

ABSTRACT... x

DAFTAR ISI... xi

DAFTAR TABEL... xiii

DAFTAR GAMBAR... xiv

DAFTAR LAMPIRAN... xv

BAB I PENDAHULUAN... 1

A.Latar Belakang... 1

B. Rumusan Masalah... 5

C.Tujuan Penelitian... 5

D.Manfaat Penelitian... 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA... 7

A. Coccos nucifera L... 7

1. Klasifikasi... 7

2. Morfologi... 7

3. Manfaat Kelapa... 11

4. Kandungan air kelapa... 12

B. Glycine max L. ... 13

1. Klasifikasi... 13

2. Morfologi... 13

3. Stadia Pertumbuhan... 18

4. Faktor Eksternal... 19

5. Faktor Internal... 22

6. Kedelai Varietas Unggul Genjah Gamasugen 2... 23

C. Pupuk... 24

1. JenisPupuk... 24

2. Mekanisme Pemupukan... 26

D. Penelitian yang Relevan... 28

E. Kerangka Berpikir... 29

F. Hipotesis... 31

BAB III METODOLOGI PENELITIAN... 32

A. Jenis Penelitian... 32


(12)

xii

C. Desain Penelitian... 33

D. Alat dan Bahan... 33

E. Prosedur Penelitian... 34

F. Metode Analisis Data... 37

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN... 38

1. Pertambahan Tinggi Tanaman Kedelai... 38

2. Pertambahan Jumlah Daun... 41

3. Faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan dan Perkembangan... 43

4. Keterbatasan Penelitian... 52

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN... 53

A. Kesimpulan... 53

B. Saran... 53

BAB VI IMPLEMENTASI HASIL PENELITIAN... 55

A. Kompetensi Inti... 56

B. Kompetensi Dasar... 56

DAFTAR PUSTAKA... 58


(13)

xiii

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Data luas panen, produksi, dan produktifitas kedelai (dalam juta)... 2 Tabel 2.1 Kandungan gizi buah kelapa berdasarkan usia dan air kelapa

per 100 gram... 12 Tabel 2.2 Kandungan air kelapa dalam per 100 gram... 12 Tabel 4.1 Rerata pertumbuhan tinggi tanaman kedelai Var. Gamasugen 2... 39 Tabel 4.2 Hasil uji one way ANOVA tinggi tanaman kedelai

Var. Gamasugen 2... 40 Tabel 4.3 Rerata pertumbuhan jumlah daun tanaman kedelai

Var. Gamasugen 2... 42 Tabel 4.4 Hasil uji one way ANOVA jumlah daun tanaman kedelai... 43


(14)

xiv

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Akar kelapa... 8

Gambar 2.2 Batang pohon kelapa... 8

Gambar 2.3 Daun kelapa... 9

Gambar 2.4 Bunga kelapa... 9

Gambar 2.5 Buah kelapa... 10

Gambar 2.6 Pemanfaatan tanaman kelapa... 11

Gambar 2.7 Akar tanaman kedelai... 14

Gambar 2.8 Batang tanaman kedelai... 15

Gambar 2.9 Daun tanaman kedelai... 16

Gambar 2.10 Bunga tanaman kedelai... 16

Gambar 2.11 Polong tanaman kedelai... 17

Gambar 2.12 Biji kedelai... 17

Gambar 2.13 Stadia pertumbuhan tanaman kedelai... 19

Gambar 2.14 Kerangka berpikir... 30

Gambar 4.1 Grafik rerata tinggi tanaman kedelai Var. Gamasugen 2... 38

Gambar 4.2 Grafik rerata pertambahan jumlah daun tanaman kedelai Var. Gamasugen 2... 41


(15)

xv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Silabus pembelajaran Biologi... 62

Lampiran 2 Rencana Pembelajaran Pembelajaran... 67

Lampiran 3 LKS I... 79

Lampiran 4 LKS II... 81

Lampiran 5 Instrumen Penilaian Kognitif... 83

Lampiran 6 Instrumen Penilaian Psikomotorik... 90

Lampiran 7 Instrumen Penilaian Sikap... 93

Lampiran 8 Penilaian Laporan Tertulis... 96

Lampiran 9 Data Pengukuran Tinggi dan Pertambahan Tinggi Tanaman Kedelai... 100

Lampiran 10 Data Jumlah Daun dan Pertambahan Daun Tanaman Kedelai... 104

Lampiran 11 Hasil Uji Statistik... 108


(16)

1 BAB I PENDAHULUAN

A.Latar Belakang

Glycine max (L.) Merill atau kedelai merupakan salah satu komoditas pangan penghasil protein nabati yang cukup populer bagi masyarakat Indonesia. Kandungan protein nabati pada kedelai mencapai 35 %, sedangkan pada kedelai varietas unggul dapat mencapai 40–43 % (Pringgohandoko dan Padmini, 1999). Menurut Direktorat Jenderal Tanaman Pangan (2015), permintaan kedelai dalam negeri mengalami peningkatan bersamaan dengan bertambahnya jumlah penduduk setiap tahunnya. Peningkatan konsumsi kedelai mencapai 1,38 % per tahun dalam kurun waktu 2010–2015. Kedelai banyak dikonsumsi oleh masyarakat dalam bentuk olahan, antara lain tempe, tahu, susu, kecap, dan tauco. Pusat Data dan Sistem Informasi Kementerian Pertanian mencatat pada tahun 2012, total kebutuhan kedelai nasional diperkirakan mencapai 2,2 juta ton. Jumlah ini diserap untuk produsen tahu dan tempe sebesar 83,7 % (1.849.843 ton) ; industri kecap, tauco, dan lainnya sebesar 14,7 % (325.220 ton) ; benih sebesar 1,2 % (25.843 ton) ; dan untuk pakan sekitar 0,4 % (8.319 ton).

Walaupun demikian, meningkatnya permintaan kedelai tidak sejalan dengan jumlah produksi kedelai di dalam negeri. Kapasitas produksi nasional tahun 2013 hanya mampu menghasilkan 780 ribu ton dari areal panen kedelai seluas 551 ribu hektar. Kekurangan pasokan kedelai sebesar 1,11 juta ton


(17)

dipenuhi melalui kebijakan impor (Pusdatin Kementerian Pertanian, 2015). Pada tahun 2014 kedelai impor yang dipasok ke Indonesia berjumlah 1,96 juta ton. Jumlah ini mengalami peningkatan dari tahun sebelumnya sebesar 1,78 ton (Kementrian Pertanian, 2015). Kenaikan jumlah impor kedelai disebabkan oleh meningkatnya konsumsi produk olahan kedelai terutama tahu dan tempe. Berdasarkan data yang diperoleh dari ARAM I (Angka Ramalan I) tahun 2015, Indonesia diperkirakan masih akan mengalami defisit kedelai pada tahun 2015-2019 sebesar 9,86 % per tahun. Berdasarkan uraian di atas dapat diprediksi bahwa Indonesia akan tetap mengambil kebijakan impor untuk memenuhi kebutuhan kedelai di dalam negeri. Luas panen, produksi, dan produktivitas kedelai ditunjukkan pada tabel 1.1.

Tabel 1.1 Data Luas Panen, Produksi, dan Produktivitas Kedelai (dalam juta)

Sumber : Badan Pusat Statistik (2015)

Penurunan produksi kedelai disebabkan karena berkurangnya luas lahan tanam kedelai dan kondisi iklim di Indonesia yang kurang mendukung bagi pertumbuhan kedelai (Irwan, 2006). Untuk memperoleh produktivitas kedelai yang baik dan memuaskan, pertumbuhan tanaman perlu diperhatikan terutama kebutuhan akan unsur hara. Pemenuhan unsur hara dapat dilakukan melalui penambahan pupuk, khususnya pupuk organik yang dapat berbentuk padat

Tahun 2010 2011 2012 2013 2014

Luas Panen (ha)

660,82 622,25 567,62 550,79 615,01 Produksi (ton) 907,03 851,28 843,15 779,99 935, 95

Produktivitas (kw/ha)


(18)

maupun cair. Pemenuhan unsur hara yang cukup serta perawatan tanaman yang teratur dapat meningkatkan produktivitas tanaman kedelai.

Kelapa (Coccus nucifera L.) dikenal sebagai “Tree of Life” yang seluruh bagian tubuhnya dapat dimanfaatkan. Akar pohon kelapa mampu menangkal banjir karena mampu menyerap air dalam jumlah yang banyak, sedangkan batangnya dimanfaatkan sebagai pilar bangunan, langit – langit, bahkan pintu masuk atau gerbang. Bunganya dapat digunakan sebagai bahan obat tradisional dan kerajinan tangan, sedangkan daunnya biasanya digunakan untuk membuat sapu lidi dan sebagai bahan anyaman. Buah kelapa tersusun atas 3 lapisan yang masing – masing memiliki manfaat yang berbeda, yaitu : (1) mesokarp, berupa serat yang biasa dijadikan sabut, (2) endokarp, bagian kelapa yang keras atau biasa disebut batok atau tempurung, biasanya dimanfaatkan sebagai bahan bakar berupa arang, dan (3) endosperm, bagian dari buah kelapa berupa cairan dan mengandung banyak enzim, cairan ini akan memadat seiring bertambahnya usia kelapa dan dapat dikonsumsi sebagai panganan (daging kelapa yang masih muda) atau dijadikan sebagai bahan dasar minyak kelapa dan santan (daging kelapa yang sudah tua).

Menurut Kristina dan Syahid (2012), setiap 100 ml air kelapa mengandung mineral yang meliputi nitrat 43,00 mg, fosfor 13,17 mg, kalium 14,11 mg, magnesium 9,11 mg, besi 0,25 mg, natrium 21,07 mg, zinc 1,05 mg, dan kalsium 24,67 mg. Selain mengandung vitamin dan mineral, air kelapa mengandung hormon auksin dan sitokinin yang berperan dalam pertumbuhan tanaman.


(19)

Sujarwati dkk (2011) dalam penelitiannya yang berjudul “Penggunaan Air Kelapa untuk Meningkatkan Perkecambahan dan Pertumbuhan Palem Putri

(Veitchia merrilli)” menyatakan bahwa pemberian air kelapa konsentrasi 75% merupakan konsentrasi paling baik untuk mengaktifkan sitokinin yang terdapat dalam biji palem putri. Menurut penelitian Sri Hayanti dkk mengenai

“Produktivitas kedelai (Glycine max (L) Merril var. Lokon) yang diperlakukan

dengan pupuk organik cair lengkap pada dosis dan waktu pemupukan yang

berbeda” menyatakan bahwa metode penyiraman pupuk organik cair (POC) secara langsung melalui daun efektif meningkatkan pertumbuhan tanaman. Hal ini disebabkan karena kandungan dalam POC dapat langsung terserap melalui stomata daun.

Berdasarkan beberapa penelitian yang telah dilakukan sebelumnya, maka air kelapa muda dapat dijadikan sebagai bahan dasar pembuatan pupuk organik cair, sedangkan penyiraman pupuk melalui daun dapat dijadikan salah satu cara untuk memberikan pengaruh yang baik bagi pertumbuhan tanaman. Dengan demikian pada penelitian ini, peneliti mengaplikasikan POC berbahan dasar air kelapa muda pada tanaman kedelai (Glycine max L.) Varietas Gamasugen 2.


(20)

B.Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian permasalahan di atas, maka dapat dibuat rumusan masalah sebagai berikut :

1. Apakah pupuk organik cair air kelapa muda (Coccos nucifera L.) berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman kedelai (Glycine max L.)

Varietas Gamasugen 2 ?

2. Berapakah konsentrasi pupuk organik cair air kelapa muda (Coccos nucifera L.) yang paling baik meningkatkan pertumbuhan tanaman kedelai (Glycine

max L.) Varietas Gamasugen 2 ?

C.Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk :

1. Mengetahui ada atau tidaknya pengaruh pupuk organik cair (POC) air kelapa muda (Coccos nucifera L.) terhadap pertumbuhan tanaman kedelai

(Glycine max L.) Varietas Gamasugen 2.

2. Membandingkan pada konsentrasi berapa, pupuk organik cair (POC) air kelapa muda (Coccos nucifera L.) yang paling baik meningkatkan pertumbuhan tanaman kedelai (Glycine max L.) Varietas Gamasugen 2.


(21)

D.Manfaat Penelitian 1. Bagi Mahasiswa

a. Menambah wawasan dalam bidang pertanian, khususnya dalam budidaya tanaman kedelai.

b. Mendorong mahasiswa untuk melakukan inovasi baru dalam pembuatan pupuk organik yang ramah lingkungan.

c. Mendorong mahasiswa untuk melakukan penelitian yang lebih dalam mengenai air kelapa, seperti varietas yang cocok untuk dijadikan sebagai bahan dasar pembuatan pupuk organik cair (POC).

2. Bagi Dunia Pendidikan

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan pembelajaran bagi siswa SMA kelas XII semester 1 pada materi pertumbuhan dan perkembangan tumbuhan yang merupakan penjabaran dari Kompetensi Dasar 3.1 menganalisis hubungan antara faktor internal dan eksternal dengan proses pertumbuhan dan perkembangan pada mahluk hidup berdasarkan hasil percobaan dan 4.1 Merencanakan dan melaksanakan percobaan tentang faktor luar yang mempengaruhi proses pertumbuhan dan perkembangan tumbuhan dan melaporkan secara tertulis dengan menggunakan tatacara penulisan ilmiah yang benar.

3. Bagi Masyarakat

Penelitian ini dapat dijadikan sebagai sarana informasi kepada masyarakat luas mengenai keunggulan pupuk organik cair.


(22)

7 BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A.Tanaman Kelapa (Coccos nucifera L.) 1. Klasifikasi

Menurut Setyamidjaya (1991), kelapa atau Coccos nucifera diklasifikasikan sebagai berikut :

Kingdom : Plantae

Divisi : Magnoliophyta Kelas : Liliopsida Ordo : Arecales Familia : Arecaceae Genus : Cocos

Spesies : Cocos nucifera L.

Pada penelitian ini, peneliti menggunakan kelapa muda yang masih dalam 1 pohon yang sama, tidak menggunakan jenis kelapa muda tertentu. 2. Morfologi

Kelapa digolongkan dalam famili Arecaceae atau suku pinang-pinangan. Semua bagian kelapa dimanfaatkan, mulai dari akar, batang, bunga, daun, dan buah (Mahmud dan Fery, 2005). Berikut bagian morfologi dari tanaman kelapa, di antaranya :


(23)

a) Akar

Pada awal perkembangannya, kelapa memiliki sistem perakaran akar tunggang. Seiring dengan pertumbuhannya, akar-akar kelapa tumbuh dengan cepat dan bertumpuk sehingga membentuk sistem perakaran akar serabut. Akar serabut (gambar 2.1) bentuk akar bercabang dan memiliki rambut akar yang berfungsi sebagai penyerap unsur hara.

Gambar 2.1 Akar kelapa Sumber : kaskus.co.id (2011) b) Batang

Batang pohon kelapa (gambar 2.2) merupakan batang tunggal yang tumbuh lurus ke atas, tetapi ada yang tumbuh bercabang dan melengkung mengikuti sinar matahari dan lingkungan tumbuhnya seperti di pinggir sungai atau tebing.

Gambar 2.2 Batang pohon kelapa Sumber : petanihebat.com


(24)

c) Daun

Daun kelapa tersusun majemuk, menyirip sejajar tunggal, berwarna kekuningan saat masih muda dan berwarna hijau saat sudah tua. Kelapa digolongkan sebagai tumbuhan berdaun lengkap karena memiliki pelepah, tangkai, dan helaian daun (gambar 2.3).

Gambar 2.3 Daun kelapa Sumber : kaskus.co.id (2011) d) Bunga

Pohon kelapa mulai berbunga pada usia 3-8 tahun, tergantung jenisnya. Bunga mulai tumbuh dari ketiak daun yang bagian luarnya diselubungi oleh seludang yang disebut spatha (gambar 2.4) yang berfungsi sebagai pelindung calon bunga buah kelapa.

Sumber : petanihebat.com (2013) Gambar 2.4 Bunga kelapa


(25)

e) Buah

Bunga betina yang telah dibuahi akan berkembang menjadi buah, kira-kira 3-4 minggu setelah manggar (putik bunga kelapa) terbuka. Tidak semua buah yang terbentuk dapat dipetik, sekitar 1/3 – 2/3 buah kelapa yang masih muda gugur karena pohon tidak bisa membesarkannya. Buah kelapa (gambar 2.5) terdiri dari 3 bagian, yaitu : 1) Epicarp, yaitu kulit bagian luar yang permukaannya licin. Agak keras,

dan tebalnya sekitar 1-7 mm.

2) Mesocarp, yaitu kulit bagian tengah yang disebut sabut. Terdiri dari serat – serat keras, tebalnya sekitar 3-5 cm.

3) Endocarp, yaitu bagian tempurung yang keras. Tebalnya sekitar 3-6 mm. Bagian ini melekat pada kulit luar dari biji yang disebut endosperm.

4) Endosperm, disebut sebagai putih lembaga yang tebalnya mencapai 8

– 10 mm. Di dalam buah terdapat organ khusus yang disebut haustorium, yaitu bakal tunas kelapa.

Gambar 2.5 Buah kelapa


(26)

3. Manfaat Kelapa

Kelapa disebut sebagai “Tree of Life” karena setiap bagian tubuhnya (lihat gambar 2.6) dapat dimanfaatkan oleh manusia, di antaranya :

a. Sabut, biasa dijadikan sapu dan sebagai bahan pembuat spring bed dan matras.

b. Tempurung, dapat dijadikan sebagai karbon aktif, arang, dan kerajinan tangan.

c. Daging buah, dapat dijadikan sebagai minyak kelapa, kopra, dan santan. d. Air kelapa, dapat dijadikan sebagai nata de coco, pupuk organik, dan

cuka.

e. Daun kelapa, dapat dijadikan sebagai barang anyaman dan sapu lidi. f. Nira kelapa dijadikan sebagai gula merah.

Gambar 2.6 Beberapa pemanfaatan tanaman kelapa

a. Kelapa muda sebagai minuman ; b. Tempurung kelapa sebagai bahan dasar arang ; c. Bahan dasar pembuatan santan ; d. Pilar bangunan

Sumber : google.com/image (2016)

a b

d c


(27)

4. Kandungan Air Kelapa

Usia buah kelapa berpengaruh pada kandungan gizinya, semakin tua buah kelapa kandungan lemak, kalsium, fosfor, zat besi, dan kalorinya akan semakin tinggi tetapi jumlah airnya berkurang. Air kelapa mengandung makronutrien dan mikronutrien seperti karbohidrat, protein, lemak, vitamin, dan mineral. Menurut Peddy (2013) dalam Daftar Analisis Makanan FKUI pada tabel 2.1, kandungan kelapa terdiri dari :

Tabel 2.1 Kandungan gizi buah kelapa berdasarkan usia dan air kelapa per 100 gram

Kandungan per 100 g

Daging Buah Muda

Daging buah ½ tua

Daging buah tua

Air kelapa Kalori (kal) 36,04 101.23 202.46 17

Air (g) 44,15 37,1 24,86 95,5

Protein (g) 0,53 2,12 1,80 0,2

Lemak (g) -0,48 7,95 18,39 0,1

KH (g) 7,42 5,3 7,42 3,8

Mineral (g) 0,42 0,53 0,53 0,4

Kalsium

(mg) 3,71 4,24 11,13 15

Fosfor (mg) 15,9 29,15 51,94 8

Besi (mg) 0,53 0,69 1,06 0,2

Vitamin C

(mg) 2,12 2,12 1,06 1

Sedangkan menurut Sutandi (2004) kandungan air kelapa per 100 gram dapat dilihat pada tabel 2.2.

Tabel 2.2 Kandungan air kelapa dalam per 100 gram

Kandungan Jumlah

Folate Acid 0,003 mg/l Nicotinate Acid 0,64 mg/l Panthotenate Acid 0,52 mg/l

Biotin 0,02 mg/l


(28)

B.Kedelai (Glycine max L.) 1. Klasifikasi

Menurut Cambaba (2014), kedelai diklasifikasikan sebagai berikut : Kingdom : Plantae

Divisi : Spermatophyta Kelas : Dicothyledoneae Ordo : Rosales

Familia : Leguminoceae Genus : Glycine

Spesies : Glycine max (L.) Merril 2. Morfologi

Kedelai merupakan tanaman semusim yang berbentuk semak rendah, tumbuh tegak, dan berdaun lebat. Pertumbuhan kedelai dibagi ke dalam 2

Hyboflavine 0,01 mg/l Tyamin

Giberelat Acid Very Little

Auxins 0,07 mg/l

Sitokinin 0,44 mg/l

1.3-difenilurea 5,80 mg/l

M-inositol 0,01 mg/l

Silo-inositol 0,05 mg/l Sorbitol 15 mg/l

Cl 183 mg

Cu 0,040 mg

Fe 0,1 mg

K 312 mg

Na 105 mg

Mg 30 mg

P 37 mg


(29)

fase, yaitu fase vegetatif dan reproduktif. Berikut bagian morfologi tanaman kedelai, diantaranya :

a. Akar

Tanaman kedelai memiliki 2 sistem perakaran yaitu akar tunggang (radix primaria) dan akar sekunder berupa akar serabut (radix lateralis) yang tumbuh dari akar tunggang. Tanaman kedelai seringkali membentuk akar adventif yang tumbuh dari bagian bawah hipokotil, hal ini disebabkan terjadi cekaman tertentu seperti kadar air tanah yang terlalu tinggi (Adisarwanto, 2006). Pada umumnya akar tunggang hanya dapat tumbuh menembus kedalaman lapisan tanah sekitar 30–50 cm, sedangkan akar serabut dapat menembus lapisan kedalaman tanah sekitar 20–30 cm. Akar serabut tumbuh di dekat ujung akar tunggang sekitar 3-4 hari setelah berkecambah (gambar 2.7).

Gambar 2.7 Akar tanaman kedelai Sumber : google.com/image (2016)

b. Batang dan Cabang

Pertumbuhan batang kedelai dibedakan menjadi 2 tipe, yaitu tipe determinate dan ideterminate. Menurut AAK (2012), kedelai dengan pertumbuhan batang determinet memiliki ujung batang yang berakhir


(30)

denngan rangkaian bunga, cabang–cabang batangnya tumbuh tanpa melilit tetapi lurus tegak keatas. Sedangkan pertumbuhan batang ideteminate tidak berakhir dengan rangkaian bunga dan cabang-cabang batangnya tumbuh melilit (gambar 2.8.).

Gambar 2.8 Batang tanaman kedelai Sumber : google.com/image (2016) c. Daun

Tanaman kedelai memiliki 2 bentuk daun yang dominan, yaitu stadia kotiledon yang tumbuh saat tanaman masih berbentuk kecambah dengan dua helai daun tunggal dan daun bertangkai tiga (trifoliate leaves) yang tumbuh setelah masa pertumbuhan. Pada umumnya daun memiliki bulu dengan warna cerah dan jumlahnya bervariasi. Panjang bulu dapat mencapai 1 mm dan lebar 0,0025 mm. Lebat dan tipis bulu pada daun kedelai berhubungan dengan tingkat toleransi varietas kedelai terhadap serangan jenis hama tertentu, misalnya hama penggerek polong yang jarang menyerang kedelai yang berbulu lebat. Gambar daun kedelai dapat dilihat pada gambar 2.9.


(31)

Gambar 2.9 Daun tanaman kedelai Sumber : google.com/image (2016) d. Bunga

Tanaman kacang-kacangan, termasuk tanaman kedelai memiliki 2 fase pertumbuhan, yaitu fase vegetatif dan reproduktif. Fase vegetatif dimulai pada saat tanaman berkecambah sampai berbunga, sedangkan fase reproduktif ditandai dengan pembentukan bunga sampai pemasakan biji.

Bunga kedelai merupakan bunga sempurna, artinya setiap bunga memiliki alat kelamin jantan dan betina. Letak bunga ada pada ruas – ruas batang, berwarna violet atau putih (gambar 2.10). Sekitar 60 % bunga gugur sebelum membentuk polong (Pijoto, 2003). Periode berbunga pada tanaman kedelai cukup lama, yaitu sekitar 3-5 minggu pada daerah subtropik dan 2-3 minggu di daerah tropik.

Gambar 2.10 Bunga tanaman kedelai Sumber : google.com/image (2016)


(32)

e. Polong dan Biji

Polong kedelai (gambar 2.11) pertama kali terbentuk sekitar 7-10 hari setelah munculnya bunga pertama. Panjang polong muda sekitar 1 cm. Jumlah polong yang terbentuk pada setiap ketiak tangkai daun sangat beragam, antara 1-10 buah dalam setiap kelompok. Kecepatan pembentukan polong dan pembesaran biji akan semakin cepat setelah proses pembentukan bunga berhenti. Ukuran dan bentuk polong menjadi maksimal pada saat awal periode pemasakan biji, hal ini diikuti dengan perubahan warna polong yang berwarna hijau menjadi kuning kecoklatan saat masak.

Biji kedelai (gambar 2.12) terbagi menjadi 2 bagian utama, yaitu kulit biji dan embrio. Pada kulit biji terdapat bagian yang disebut hilum yang berwarna kecoklatan, hitam, atau putih. Pada ujung hilum terdapat mikrofil, berupa lubang kecil yang terbentuk pada saat proses pembentukan biji. Biji kedelai tidak mengalami masa dormansi, sehingga biji kedelai dapat langsung ditanam.

Gambar 2.11 dan 2.12 Polong tanaman kedelai dan Biji kedelai a. Polong kedelai ; b. Biji kedelai

Sumber : google.com/image (2016) a


(33)

3. Stadia Pertumbuhan Kedelai

Pengetahuan mengenai stadia pertumbuhan tanaman kedelai merupakan hal yang sangat penting untuk dipelajari, karena hal ini berkaitan dengan pengambilan keputusan untuk optimalisasi produktivitas kedelai, misalnya waktu pemupukan, penyiangan, pengendalian hama dan penyakit, serta penentuan waktu panen. Berikut stadi pertumbuhan tanaman kedelai menurut Adisarwanto (2007) :

a. Stadia Pertumbuhan Vegetatif

Stadia pertumbuhan vegetatif dihitung sejak tanaman mulai muncul ke permukaan tanah sampai mulai berbunga. Stadi perkecambahan dicirikan dengan adanya kotiledon, sedangkan penandaan stadia pertumbuhan vegetatif dihitung dari jumlah buku yang terbentuk pada batang utama. Stadia vegetatif umumnya dimulai pada buku ketiga. b. Stadia Pertumbuhan Reproduktif

Stadia pertumbuhan reproduktif (generatif) dihitung sejak tanaman kedelai mulai berbunga sampai pembentukan polong, perkembangan biji, dan pemasakan biji.


(34)

Gambar 2.13 Stadia pertumbuhan tanaman kedelai Sumber : University of Illionis, 1992

Keterangan :

VE : Stadia kecambah awal R1 : Stadia reproduktif awal VC : Stadia kecambah akhir R3 : Stadia reproduktif V1 : Stadia vegetatif 1 R5 : Stadia pembentukan

polong V2 : Stadia vegetatif 2 R8 : Senesens V3 : Stadia vegetatif 3

4. Faktor Eksternal yang Mempengaruhi Pertumbuhan Tanaman Kedelai Faktor eksternal yang mempengaruhi pertumbuhan tanaman kedelai adalah sebagai berikut :

a. Tanah

Tanaman kedelai dapat tumbuh di semua jenis tanah, tetapi untuk mencapai tingkat pertumbuhan dan produktivitas yang optimal, kedelai harus ditanam pada jenis tanah berstruktur lempung berpasir atau liat berpasir. Pada kondisi lahan yang kurang subur dan asam, kedelai tetap dapat tumbuh dengan baik asal tidak tergenang air karena genangan air mengakibatkan akar menjadi busuk. Toleransi pH pada tanaman kedelai antara 5,8-7 (Rukmana, 2012). Faktor lain yang mempengaruhi keberhasilan penanaman kedelai adalah kedalaman tanah sebagai media pertumbuhan, semakin dalam tanah maka akan tersedia ruang untuk


(35)

pertumbuhan akar sehingga akar tunggang yang terbentuk semakin kokoh dan dalam.

b. Iklim

Tanaman kedelai merupakan tanaman yang peka terhadap perubahan faktor lingkungan tumbuh, khususnya tanah dan iklim. Kebutuhan air sangat tergantung pada pola curah hujan yang turun selama masa pertumbuhan, pengelolaan tanaman, serta umur varietas yang ditanam (Wawan, 2006). Faktor-faktor iklim yang berpengaruh yaitu :

1) Suhu

Tanaman kedelai dapat tumbuh pada kondisi suhu yang beragam. Suhu tanah yang optimal dalam proses perkecambahan yaitu 30ºC. Menurut Pracaya dan Kahono (2010) temperatur optimum dalam pertumbuhan kedelai adalah 28ºC. Apabila suhu rendah (<15ºC) proses perkecambahan melambat, dapat mencapai 2 minggu. Hal ini dikarenakan biji tertekan oleh kelembaban tanah yang tinggi. Sedangkan suhu yang tinggi (>30ºC), biji kedelai akan mati karena respirasi air di dalam biji yang terlalu cepat.

Selain suhu tanah, suhu lingkungan juga berpengaruh pada perkembangan kedelai. Suhu lingkungan sekitar 40ºC saat berbunga mengakibatkan kerontokan bunga yang akan berpengaruh pada jumlah polong dan biji kedelai yang terbentuk. Suhu yang rendah (10ºC) seperti pada lingkungan subtropik, dapat menghambat proses pembungaan dan pembentukan polong kedelai. Suhu lingkungan yang


(36)

optimal untuk pembungaan bunga yaitu 24-25ºC (Pracaya dan Kahono, 2010).

2) Panjang hari (photoperiode)

Kedelai merupakan “tanaman hari pendek” yaitu tanaman yang pembungaannya lebih dipengaruhi oleh panjang hari atau lama penyinaran sinar matahari. Batas kritis tanaman kedelai terhadap lama penyinaran matahari adalah 15 jam, apabila >15 jam tanaman kedelai tidak akan berbunga (Sastra, 2015). Oleh karena itu, bila varietas yang bereproduksi tinggi di daerah subtropik dengan panjang hari 14-16 jam ditanam di daerah tropis yang rata-rata panjang harinya jam maka varietas tersebut akan mengalami penurunan produksi. Hal ini disebabkan oleh masa bunga yang lebih pendek, yaitu dari umur 50-60 hari menjadi 35-40 hari setelah tanam, batang tanaman menjadi lebih pendek dengan ukuran buku subur yang lebih pendek (Wawan, 2006). 3) Curah hujan

Curah hujan yang tinggi dapat menyebabkan kebusukan polong akibat kelembaban udara yang tinggi. Air menjadi faktor yang penting selama perkecambahan karena akan berpengaruh pada proses pertumbuhan tanaman kedelai. Kebutuhan air pada tanaman kedelai akan meningkat seiring dengan pertumbuhan tanaman, terutama pada saat tanaman kedelai memasuki masa berbunga dan pengisian polong (Sastra, 2015).


(37)

5. Faktor Internal yang Mempengaruhi Pertumbuhan Tanaman Kedelai

Pertumbuhan tanaman biji diawali dengan perkecambahan. Ketersediaan air yang cukup dalam media pertumbuhan akan diserap dan digunakan untuk memacu aktivitas enzim-enzim metabolisme perkecambahan (Agustina, 2008). Penyerapan air oleh biji disebut sebagai proses imbibisi yang menyebabkan pecahnya kulit pembungkus biji sehingga memicu pertumbuhan metabolik pada embrio. Perubahan metabolik meliputi proses hidrolisis cadangan makanan yang disimpan dalam kotiledon yang merupakan aktivitas dari enzim α-amilase dan β -amilase, aktivitas metabolik dikendalikan oleh gen – gen yang terdapat dalam tanaman.

Hormon merupakan salah satu komponen yang penting dalam pertumbuhan dan perkembangan tumbuhan. Berikut merupakan hormon yang berperan dalam pertumbuhan dan perkembangan tanaman, yaitu : 1) Auksin, berperan dalam memacu proses pemanjangan sel

2) Gliberelin, berperan dalam merangsang perkembangan dan perkecambahan embrio

3) Etilen, berperan dalam proses pematangan buah dan kerontokan daun 4) Asam abisat, berperan dalam proses penuaan dan gugurnya daun

5) Traumalin, berperan dalam regenerasi sel apabila tumbuhan mengalami kerusakan jaringan

6) Kalin, berperan dalam proses regenerasi sel apabila tumbuhan mengalami kerusakan jaringan


(38)

7) Sitokinin, berperan dalam pembelahan sel

Pemupukan merupakan faktor yang menentukan perolehan hara yang didapat tanaman dalam memenuhi kebutuhannya. Apabila pasokan unsur hara nitrogen dan nutrisi yang lain terpenuhi dengan baik akan memberikan pengaruh yang baik terhadap pertumbuhan tanaman kedelai. Penggunaan pupuk nitrogen yang terlalu banyak akan menekan jumlah dan ukuran bintil akar sehingga mengurangi kemampuan pengikatan nitrogen dari atmosfer. 6. Kedelai Varietas Unggul Genjah Gamasugen 2

Kedelai varietas unggul Gamasugen 2 merupakan tanaman kedelai hasil pemuliaan tanaman Badan Tenaga Nuklir Nasional (BATAN) yang diperkenalkan secara resmi oleh Kementrian RI pada tanggal 17 Juni 2013 yang berasal dari galur Q-298. Tanaman kedelai ini dikategorikan sebagai tanaman kedelai genjah karena umur panennya yang pendek, yaitu sektitar 66-68 hari dengan rata – rata bobot panen 1,5 ton per hektar (Kementrian Pertanian, 2014). Keterangan lebih lanjut mengenai kedelai Varietas Gamasugen 2 adalah sebagai berikut (Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pertanian, 2014) :

Nomor Galur : 4-Psj

Asal : Radiasi Varietas Tidar dosis 200 gray Tipe tumbuh : Determinit

Umur berbunga : 30 hari Umur masak : 68 hari Warna daun : Hijau


(39)

Warna bunga : Ungu

Warna bulu : Putih kecoklatan Warna kulit polong : Coklat

Warna kulit biji : Kuning Cerah Warna biji : Kuning

Ketahanan hama : Tahan terhadap penyakit karat daun (phakospora), tahan terhadap penyakit bercak daun coklat

C.Pupuk

1. Jenis Pupuk

Pupuk adalah bahan yang ditambahkan ke dalam tanah untuk menyediakan unsur esensial bagi pertumbuhan tanaman (Hadisuwito, 2008). Pupuk digolongkan menjadi 2 macam, yaitu pupuk organik dan pupuk anorganik. Pupuk organik adalah pupuk yang sebagian besar atau seluruhnya terdiri dari atas bahan organik yang berasal dari tanaman atau hewan yang telah melalui proses. Pupuk organik dapat berbentuk padat atau cair yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan bahan organik untuk memperbaiki sifat fisik, kimia, dan biologi tanah (Balai Besar Litbang Sumberdaya Lahan Pertanian, 2006). Salah satu kelebihan pupuk organik adalah dapat mengatasi defisiensi unsur hara serta tidak merusak tanah (Purwendro dan Nurhidayat, 2006). Pupuk organik mengandung unsur hara yang lebih lengkap apabila dibandingkan dengan pupuk kimia, walaupun dengan kadar yang lebih kecil (Sutanto, 2006).


(40)

Pupuk organik mengandung berbagai mineral dan zat esensial yang dibutuhkan tanah dan tanaman, serta hormon pertumbuhan tanaman. Pupuk organik yang bersifat cair memiliki kemampuan lebih baik dalam merangsang pertumbuhan dan efektif meningkatkan kapasitas tukar kation pada tanah apabila dibandingkan dengan pupuk kimia (Sutanto, 2002). Kapasitas tukar kation adalah kemampuan tanah untuk meningkatkan interaksi antara ion – ion di dalam tanah sehingga mampu menyediakan berbagai unsur yang dibutuhkan tanaman (Lakitan, 1993).

Pupuk organik cair merupakan larutan dari hasil pembusukan bahan – bahan organik yang berasal dari sisa tanaman, kotoran hewan, sisa makanan, dsb yang mengandung lebih dari satu unsur hara. Bahan dasar pupuk organik cair (POC) mampu mengurai unsur hara yang terikat oleh mineral tanah sehingga semakin banyak unsur hara yang tersedia bagi tanaman (Novrizan, 2005). Menurut Hadisuwito (2008), pupuk organik cair umumnya tidak merusak tanah serta dapat mengatasi defisiensi hara dengan cepat.

Menurut Pusat Penelitian dan Pengembangan Pertanian (2002), berdasarkan jumlah unsur hara, pupuk dibedakan menjadi pupuk tunggal dan majemuk. Pupuk tunggal adalah pupuk yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan 1 jenis unsur hara saja, walaupun di dalamnya terdapat beberapa unsur hara lainnya sebagai ikatan. Sedangkan pupuk majemuk adalah kombinasi campuran secara fisik atau formulasi pupuk untuk memasok kebutuhan unsur hara sekaligus. POC air kelapa muda


(41)

merupakan pupuk majemuk, karena terdapat beberapa unsur penting bagi pertumbuhan tanaman seperti phospor, kalium, sulfur, mangan, dan sebagainya. Tetapi penelitian hanya dibatasi sampai peranan auksin dan sitokinin dalam pertumbuhan kedelai.

2. Mekanisme Pemupukan

Pemupukan merupakan usaha yang dilakukan untuk menambahkan unsur hara pada tanaman. Pemupukan bertujuan untuk memenuhi kebutuhn nutrisi yang dibutuhkan tanaman agar tanaman dapat tumbuh optimal dan menghasilkan produk dengan mutu yang baik (Saraswati, 2007). Pemupukan dapat dilakukan dengan 2 cara, yaitu pemupukan melalui akar tanaman dan pemupukan melalui daun (spraying).

Pemupukan melalui akar dapat dilakukan dengan 3 cara, yaitu :

a. Disebar (broad casting), pupuk disebar merata pada tanah di sekitar tanaman atau pada saat pembajakan lahan. Biasanya metode ini digunakan untuk tanaman padi dan kacang – kacangan yang memiliki jarak tanam yang rapat.

b. Larikan atau barisan, pupuk ditabur diantara larikan tanaman dan kemudian ditutup kembali dengan tanah. Biasanya metode ini digunakan pada tanah yang kurang subur dengan jarak antar tanaman yang tidak terlalu dekat.

c. Lubang, pupuk dibenamkan ke dalam lubang di samping batang sejauh ± 10 cm dan ditutup dengan tanah. Biasanya metode ini digunakan pada tanah yang kurang subur.


(42)

Pemupukan melalui daun dilakukan dengan cara melarutkan terlebih dahulu pupuk yang digunakan, kemudian disemprotkan langsung pada daun dengan alat penyemprot biasa (hand sprayer). Pemberian pupuk daun dapat dilakukan bersamaan dengan pestisida jika diperlukan, tetapi perlu diperhatikan kalau pestisida yang digunakan bebas bahan perekat. Hal ini dikarenakan pupuk dapat merekat di permukaan daun sehingga tidak terserap oleh tanaman, kemungkinan terburuk yang dapat terjadi pupuk dapat menyerap air pada daun sehingga daun kekeringan dan rusak seperti terbakar (Lingga, 2007).

Penyemprotan pupuk daun lebih baik dilakukan pada saat pagi atau sore hari, hal ini dikarenakan mulut daun (stomata) membuka optimal pada saat matahari tidak terlalu terik yang bertujuan untuk mengurangi penguapan. Penyemprotan sebaiknya tidak dilakukan pada saat musim hujan, dikarenakan pupuk dapat terbawa air hujan sehingga tidak diserap oleh tanaman. Sebaiknya penyemprotan dilakukan di bagian bawah daun karena stomata lebih banyak berada di bagian bawah daun. Kelebihan menerapkan pupuk daun adalah respon tanaman yang sangat cepat karena dapat langsung dimanfaatkan oleh tanaman (Lingga, 2007).

Faktor yang mempengaruhi efektivitas pemupukan adalah faktor cuaca dan suhu. Cuaca yang buruk seperti hujan berkepanjangan akan berpengaruh pada efektivitas penyerapan pupuk, sedangkan suhu udara panas menyebabkan daun terbakar karena konsentrasi larutan pupuk yang sampai ke daun meningkat (Kelpitna, 2009).


(43)

D.Penelitian yang Relevan

Hasil penelitian Nana dan Salamah (2014) dalam jurnal penelitian yang

berjudul “Pertumbuhan Tanaman Bawang Merah (Allium cepa L.) dengan Penyiraman Air Kelapa (Coccos nucifera L.) Sebagai Sumber Belajar Biologi

SMA Kelas XII” menjelaskan bahwa perlakuan air kelapa dengan konsentrasi 75 % memberikan pengaruh yang baik bagi pertumbuhan bawang merah. Bawang merah memberikan respon baik karena terpenuhinya unsur hara serta adanya hormon sitokinin dan auksin yang berperan dalam pertumbuhan tanaman. Pada perlakuan air biasa, pertumbuhan bawang merah cenderung lamban dibandingkan dengan perlakuan lainnya. Hal ini dikarenakan unsur hara yang dibutuhkan bawang merah tidak terpenuhi maksimal. Sedangkan pada perlakuan 100 % pupuk organik cair air kelapa, bawang merah mengalami penurunan pertumbuhan karena konsentrasi air kelapa terlalu tinggi yang menyebabkan rusaknya jaringan seperti pecahnya dinding sel.

Hasil penelitian Tiwery (2014) yang berjudul “Pengaruh Penggunaan Air Kelapa (Cocos nucifera L.) Terhadap Pertumbuhan Tanaman Sawi (Brasicca

juncea L.)” memperlihatkan bahwa air kelapa memberikan pengaruh yang baik terhadap pertumbuhan tinggi dan jumlah daun tanaman sawi. Air kelapa dengan volume 250 ml memberikan pengaruh nyata terhadap pertumbuhan tinggi dan jumlah daun tanaman sawi dibandingan kontrol dan 3 perlakuan lainnya (100 ml, 150 ml, 200 ml, dan 250 ml). Menurut Rini, hal ini disebabkan oleh adanya hormon auksin dan sitokinin yang lebih baik.


(44)

Kandungan auksin dan sitokinin memiliki peranan penting dalam proses pembelahan sel sehingga membantu pembentukan tunas dan pemanjangan batang. Air kelapa juga mengandung nutrisi lain yang dibutuhkan oleh tanaman seperti kalium (K) dan kalsium (Ca). Kalium berperan dalam mempercapat pertumbuhan tanaman, sedangkan kalsium berperan dalam proses pembelahan dan pemanjangan sel sehingga tanaman lebih tinggi.

E.Kerangka Berpikir

Selama 5 tahun (2010–2015) terakhir, kedelai mengalami penurunan produktivitas yang cukup signifikan. Hal ini terjadi karena berkurangnya luas lahan tanam dan kondisi iklim yang kurang mendukung pertumbuhan kedelai di Indonesia. Upaya yang dapat dilakukan untuk mengembalikan produktivitas kedelai adalah memperhatikan pemenuhan unsur hara dan cara yang tepat dalam merawat tanaman. Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk memenuhi kebutuhan unsur hara adalah dengan penambahan pupuk organik, khususnya pupuk organik cair.

Pupuk organik cair merupakan larutan dari hasil pembusukan bahan – bahan organik yang berasal dari sisa tanaman, kotoran hewan, sisa makanan, dsb yang mengandung lebih dari satu unsur hara. Bahan dasar yang digunakan untuk membuat pupuk organik cair mampu mengurai unsur hara yang terikat oleh mineral tanah.

Air kelapa muda merupakan bahan alami yang disediakan oleh alam yang dapat digunakan menjadi bahan dasar pembuatan pupuk organik cair. Air


(45)

kelapa muda mengandung 2 hormon penting yaitu auksin dan sitokinin yang berperan dalam pertumbuhan dan perkembangan tanama

dalam pertumbuhan tanaman yaitu auksin dan sitokinin.

Secara umum, kerangka pemikiran dalam penelitian ini dapat dilihat pada gambar 2.14.

Gambar 2.14 Kerangka Berpikir Produksi Kedelai

Ekstensifikasi

Intensifikasi

Berkurangnya luas lahan tanam kedelai Iklim yang tidak sesuai Produktivitas menurun

Diperlukan upaya untuk mengembalikan

produktivitas kedelai

Pemenuhan unsur hara Pemupukan

Pupuk Organik Cair Air Kelapa

Auksin dan Sitokinin

Mempengaruhi pertumbuhan tanaman kedelai


(46)

F. Hipotesis

1. Pupuk organik cair (POC) air kelapa muda (Coccos nucifera L.) berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman kedelai (Glycine max L.) Varietas Gamasugen 2.

2. Pupuk organik cair (POC) air kelapa muda (Coccos nucifera L.) konsentrasi 75 % paling baik dalam meningkatkan pertumbuhan tanaman kedelai (Glycine max L.) Varietas Gamasugen 2.


(47)

32 BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A.Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental yang bertujuan untuk mengetahui pengaruh variabel bebas terhadap variabel lain (terikat). Variabel penelitian yang digunakan, diantaranya :

Variabel bebas : Konsentrasi pupuk organik cair air kelapa (Coccus nucifera L.), yaitu konsentrasi 25 %, 50 %, dan 75 %. Variabel terikat : Pertumbuhan tanaman kedelai (Glycine max L.) varietas

unggul genjah Gamasugen 2 yang meliputi tinggi tanaman dan jumlah daun.

Variabel Kontrol : Volume air untuk penyiraman, interval pemupukan, dan jenis tanah.

B.Batasan Masalah

Batasan permasalahan penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Air kelapa yang digunakan merupakan air kelapa muda yang berasal dari 1 tandan buah yang sama. Air kelapa dibeli dari penjual kelapa muda di daerah babarsari.

2. Kedelai yang digunakan sebagai bahan percobaan merupakan kedelai Varietas Gamasugen 2.


(48)

3. Parameter pertumbuhan yang diamati adalah tinggi tanaman dan jumlah daun. Tinggi tanaman diukur mulai dari kotiledon sampai batas cabang tertinggi, sedangkan jumlah daun yang dihitung merupakan daun yang membuka sempurna.

C.Desain Penelitian

Design penelitian dilakukan dengan model Rancangan Acak Lengkap (RAL) yang dilakukan sebanyak 8 kali ulangan dengan 3 macam perlakuan dan kontrol negatif (tanpa pupuk), yang terdiri dari :

1. Kontrol (K) : 100 ml air

2. Perlakuan 1 (A) : 25 ml POC air kelapa muda + 75 ml air 3. Perlakuan 2 (B) : 50 ml POC air kelapa muda + 50 ml air 4. Perlakuan 3 (C) : 75 ml POC air kelapa muda + 25 ml air

D.Alat dan Bahan

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan beberapa alat dan bahan yang memiliki peranan penting dalam penelitian, yaitu :

1. Alat

Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah penggaris mika ukuran 30 cm, cangkul, sekop, gelas ukur, higrometer,semprotan tanaman, plastisin, polybag ukuran 35 cm x 35 cm, 1 m selang transparan diameter 0,5cm, dan botol kaca.


(49)

2. Bahan

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah biji kedelai Varietas Gamasugen 2, gula merah, EM4, dan air kelapa muda.

E.Prosedur Penelitian

Adapun prosedur yang peneliti lakukan selama penelitian, diantaranya : 1. Persiapan Lahan

Lahan dibersihkan dari rumput dan gulma, kemudian luas lahan diukur menggunakan meteran. Penanaman kedelai menggunakan polybag ukuran 30 x 30 cm yang diatur dengan jarak masing-masing ulangan 20 cm..

2. Pemilihan benih

Biji kedelai yang peneliti gunakan bukan biji yang tersertifikasi karena peneliti membelinya di pasar Stan yang berada di Timur stadion Maguwoharjo. Peneliti tidak menggunakan biji yang tersertifikasi karena pada saat pengambilan data sudah bukan musim tanam kedelai, sehingga kesulitan dalam mencari biji yang tersertifikasi. Biji yang sudah didapat kemudian direndam air selama 1 malam untuk mengangkat kotoran dan biji yang hampa (Rukmana, 2012).

3. Penanaman

Biji kedelai disemai langsung dalam polybag ukuran 30 x 30 cm, dalam 1 polybag ditanam 4 biji kedelai dengan kedalaman 2 cm.


(50)

4. Pembuatan pupuk

Adapun langkah – langkah dalam pembuatan pupuk organik cair (POC) air kelapa muda, yaitu :

a. Air kelapa sebanyak 1500 ml diambil langsung dari buah kelapa dari satu tandan yang sama.

b. 100 gram gula merah dilarutkan ke dalam 50 ml EM 4.

c. Larutan EM4 yang sudah diberi gula merah, dituang perlahan kedalam 1500 ml air kelapa.

d. Air kelapa diaduk perlahan hingga menyatu dengan larutan EM4, kemudian dimasukkan ke dalam botol kaca.

e. Selang transparan ukuran 1 meter dimasukan ke dalam botol kaca, kemudian ditutup rapat menggunakan plastisin.

f. Ujung selang dimasukkan ke dalam wadah terpisah berisi air, bertujuan sebagai pembuangan gas selama proses pematangan pupuk.

g. Pupuk organik cair disimpan selama 7-10 hari. Pupuk organik yang sudah matang dan siap pakai akan beraroma seperti tape.

h. Sebelum diaplikasikan pada tanaman, pupuk organik cair disaring terlebih dahulu untuk memisahkan antara cairan dan ampas pupuk. 5. Pemeliharaan

a. Penyiraman

Tanaman disiram oleh air biasa setiap hari sebanyak 1 hari sekali di pagi hari untuk menjaga kelembaban tanah. Apabila hujan atau tanah masih terlihat basah, tanaman tidak diseram. Penyiraman pupuk


(51)

dilakukan pada pagi hari sebanyak 100 ml setiap tanaman yang dilakukan 1 minggu sekali, dan diberikan sebanyak 4 kali. Pupuk disemprotkan pada semua daun, terutama pada bagian bawah daun.

b. Penyiangan

Penyiangan dilakukan selama masa penanaman sampai selesai pengambilan data yang dilakukan tiga hari sekali bersamaan dengan jadwal pengambilan data. Penyiangan dilakukan dengan cara mencabut gulma yang tumbuh di sekitar tanaman dan membuang hama yang menggangu tanaman.

6. Pengumpulan Data a. Pengambilan Data

Pengambilan data dilakukan setiap 3 hari sekali selama 1 bulan. Ada 8 kali pengambilan data.

b. Pengukuran

Adapun parameter yang diukur selama pengambilan data, di antaranya : 1) Tinggi tanaman (cm)

Tinggi tanaman diukur menggunakan penggaris mika ukuran 30 cm yang dimulai pada saat tanaman berusia 2 minggu setelah tanam. Tinggi tanaman diukur mulai dari kotiledon sampai batas cabang tertinggi.

2) Jumlah daun (helai)

Jumlah daun dihitung bersamaan dengan tinggi tanaman yaitu dimulai pada saat kedelai berusia 2 minggu setelah tanam. Daun


(52)

tanaman yang dihitung adalah daun yang terbuka sempurna. Daun yang berlubang sebesar ½ luas bidang daun tidak dimasukkan ke dalam data pengamatan.

F. Metode Analisis Data

Data tinggi tanaman dan jumlah daun yang telah diperoleh diuji menggunakan program SPSS versi 16.0 dengan menggunakan uji normalitas, homogenitas, dan Analysis of Variance (ANOVA) dengan tingkat signifikansi

0,05 (α = 0,05). Uji normalitas menggunakan uji Kolmogrov-Smirnov yang bertujuan untuk memperlihatkan bahwa data yang diperoleh terdistribusi normal. Uji homogenitas menggunakan uji Levenne yang bertujuan untuk memperlihatkan bahwa data berasal dari populasi yang memiliki varian yang sama. sedangkan uji one way ANOVA bertujuan menguji perbedaan mean (rata-rata) pada data yang lebih dari dua kelompok. Data dinyatakan terdistribusi normal dan homogen apabila nilai signifikansi lebih besar dari α, apabila nilai signifikansi lebih kecil dari α maka data dinyatakan tidak terdistribusi nomal dan tidak homogen. Hasil uji ANOVA dinyatakan signifikan apabila nilai signifikansi yang diperoleh lebih kecil dari α, sedangkan nilai signifikansi yang diperoleh lebih dari α maka data yang diperoleh tidak signifikan (Suparno, 2011). Berdasarkan uraian di atas dapat diketahui bahwa hipotesis dari masing-masing uji adalah sebagai berikut :  Uji Normalitas dan Homogenitas : H0 = < ,05 ; Hi = > ,05


(53)

38 BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

1. Pertambahan Tinggi Tanaman Kedelai Varietas Gamasugen 2

Pertambahan tinggi tanaman Kedelai Varietas Gamasugen 2 sampai usia tanam 36 hari ditunjukkan pada grafik di bawah ini :

Gambar 4.1 Rerata Tinggi Tanaman Kedelai Varietas Gamasugen 2

Berdasarkan hasil penelitian terlihat bahwa tanaman kedelai yang tidak diberikan pupuk organik cair air kelapa memiliki tinggi tanaman terendah dibandingkan dengan semua tanaman perlakuan. Hal ini disebabkan oleh tanaman kedelai kontrol tidak mendapatkan unsur hara tambahan serta hormon-hormon yang terkandung di dalam POC air kelapa sehingga pertumbuhan tinggi tanaman kedelai lebih lambat. Sedangkan tanaman kedelai yang diberikan konsentrasi pupuk sebesar 50 % mengalami penurunan pertumbuhan tanaman pada hari ke 27. Penurunan pertumbuhan yang

0 2 4 6 8 10 12 14 16

15 18 21 24 27 30 33 36

T in g g i T a n a m a n ( cm )

Hari ke -

25% 50% 75% Kontrol


(54)

dimaksudkan disini adalah laju pertambahan tinggi yang lebih lambat dibandingkan dengan pengamatan sebelumnya. Menurut Pamungkas (2007) hal ini bisa terjadi karena homon auksin akan meningkatkan pertumbuhan sampai pada konsentrasi yang optimal. Apabila konsentrasi yang diberikan melebihi konsentrasi optimal, maka akan menganggu metabolisme dan perkembangan tumbuhan sehingga dapat menurunkan pertumbuhan. Hal ini juga semakin diperkuat dengan rata-rata tinggi antara tanaman A (25 %) dan B (50 %) yang tidak jauh berbeda serta rendahnya pertumbuhan tinggi tanaman kedelai yang diberi POC dengan konsentrasi 75 %.

Tabel 4.1 Rerata Pertambahan Tinggi Tanaman Kedelai Varietas Gamasugen 2

Perlakuan

Ulangan

R

1 2 3 4 5 6 7 8

A (25 %) 7 10,5 7,5 10 8 10 10 9 9

B (50 %) 10,5 7,5 7 7 9,5 9 8,5 10 8,63 C (75 %) 6,5 7 6,5 12 7 7,5 9,5 10 8,25 K (0 %) 8 6,5 7,5 9,5 8,5 8,5 8 7 7,94 Pernyataan di atas diperkuat dengan tabel 4.1 mengenai pertambahan tinggi tanaman kedelai. Pada tabel 4.1 dapat dilihat bahwa tanaman yang diberikan konsentrasi pupuk 25 % memiliki rerata pertambahan tinggi tertinggi, sedangkan tanaman kontrol memiliki rerata pertambahan tinggi terendah. Apabila dilihat dari rerata tinggi dan pertambahan tinggi antara tanaman perlakuan dan tanaman kontrol, secara umum dapat dilihat bahwa rerata tinggi tanaman dan pertambahan tinggi antara masing-masing perlakuan tidak jauh berbeda. Hal ini dibuktikan dengan uji statistik menggunakan uji ANOVA yang hasilnya tidak signifikan.


(55)

Data yang diperoleh selama penelitian diproses, kemudian data tinggi tanaman dan jumlah daun diolah menggunakan uji statistik dengan bantuan program SPSS. Data terlebih dahulu diuji menggunakan uji Kolmogrov-Smirnov (normalitas) dan uji Levenne (homogenitas). Uji normalitas dilakukan untuk melihat apakah data terdistribusi normal, sedangkan uji homogenitas bertujuan untuk melihat apakah kelompok data sampel memiliki variasi yang sama. Setelah itu data diuji dengan uji One way ANOVA untuk melihat apakah ada pengaruh nyata terhadap pemberian pupuk organik cair air kelapa muda terhadap pertumbuhan tanaman kedelai Varietas Gamasugen 2. Hasil uji statistik lengkap ada ada lampiran 11.

Berdasarkan uji Kolmogrof-Smirnov data tinggi tanaman terdistribusi normal dengan nilai signifikansi lebih dari 0,05, yaitu sebesar 0,461. Sedangkan berdasarkan uji Levenne menyatakan data tinggi tanaman memiliki variasi yang sama dengan nilai signifikansi lebih dari 0,05, yaitu 0,059. Setelah data terbukti terdistribusi normal dan homogen, langkah selanjutnya adalah uji ANOVA. Berdasarkan uji ANOVA pada tabel 4.2 terlihat bahwa nilai signifikansi lebih dari 0,05, yaitu sebesar 0,510. Hal ini menunjukkan bahwa data tinggi tanaman yang diperoleh tidak signifikan atau dengan kata lain

Tabel 4.2 Hasil Uji One way ANOVA Tinggi Tanaman Kedelai ANOVA

Sum of Squares df Mean Square F Sig.

TinggiTanaman Between Groups 5.086 3 1.695 .790 .510

Within Groups 60.094 28 2.146


(56)

pemberian pupuk organik cair air kelapa muda tidak berpengaruh secara nyata terhadap pertumbuhan tanaman kedelai Varietas Gamasugen 2. Berdasarkan uji ini dapat disimpulkan bahwa ada faktor lain yang mempengaruhi pertumbuhan tinggi tanaman kedelai sehingga POC yang diberikan tidak berpengaruh secara nyata.

2. Pertambahan Jumlah Daun Tanaman Kedelai

Pertambahan jumlah daun tanaman kedelai varietas Gamasugen 2 sampai usia 36 hari ditunjukkan pada grafik di bawah ini :

Gambar 4.2 Rerata Pertambahan Jumlah Daun Tanaman Kedelai Berdasarkan grafik di atas dapat dilihat bahwa tanaman yang diberikan konsentrasi pupuk sebesar 75 % memiliki rerata jumlah daun paling banyak dibandingkan dengan tanaman perlakuan lain. Hal ini dapat disebabkan oleh kandungan hormon sitokinin yang ada dalam air kelapa muda. Pernyataan ini sejalan dengan hasil penelitian Nana dan Salamah (2014) bahwa dalam air kelapa mengandung hormon sitokinin yang berperan dalam pembentukan daun. Hal ini juga semakin diperkuat dengan rerata pertambahan jumlah daun pada

0 2 4 6 8 10 12 14

15 18 21 24 27 30 33 36

H

e

la

i

Hari Ke-

25% 50% 75% Kontrol


(57)

tabel 4.3 yang mana tanaman yang diberi perlakuan konsentrasi POC 75 % memiliki rerata pertambahan jumlah daun paling tinggi dibandingkan dengan tanaman perlakuan lain. Tanaman kontrol yang tidak diberikan pupuk organik cair air kelapa muda memiliki jumlah daun yang paling sedikit dibandingkan dengan tanaman perlakuan. Hal ini dapat disebabkan oleh tanaman kontrol tidak mendapatkan unsur hara tambahan terutama hormon sitokinin yang didapat dari POC air kelapa muda sehingga pertumbuhan daunnya jauh lebih sedikit.

Tabel 4.3 Rerata Pertambahan Jumlah Daun Tanaman Kedelai Varietas Gamasugen 2

Perlakuan

Ulangan

R

1 2 3 4 5 6 7 8

A (25 %) 11 9 9 2 12 8 10 9 8,75

B (50 %) 6 10 13 10 8 9 9 12 9,62

C (75 %) 11 9 11 9 11 10 12 11 10,5

K (0 %) 6 12 10 8 12 7 12 7 9,25

Berdasarkan tabel 4.3 dapat dilihat bahwa tanaman kedelai yang diberikan konsentrasi pupuk sebesar 75 % memiliki rerata pertambahan jumlah daun paling tinggi yaitu 11 helai. Tanaman kedelai yang diberikan konsentrasi POC sebesar 25 % memiliki rerata pertambahan jumlah daun terendah dibandingkan dengan tanaman kedelai yang diberikan POC. Hal ini dapat disebabkan oleh konsentrasi hormon sitokinin yang lebih rendah di dalam POC konsentrasi 25 % dibandingkan dengan perlakuan B dan C sehingga jumlah daun yang terbentuk lebih sedikit.


(58)

Berdasarkan uji Kolmogrof-Smirnov data tinggi tanaman terdistribusi normal dengan nilai signifikansi lebih dari 0,05, yaitu sebesar 0,396. Sedangkan berdasarkan uji Levenne menyatakan data tinggi tanaman memiliki variasi yang sama dengan nilai signifikansi lebih dari 0,05, yaitu 0,271. Setelah data terbukti terdistribusi normal dan homogen, langkah selanjutnya adalah uji ANOVA. Berdasarkan uji ANOVA pada tabel 4.4 terlihat bahwa nilai signifikansi lebih dari 0,05, yaitu sebesar 0,499. Hal ini menunjukkan bahwa data jumlah daun yang diperoleh tidak signifikan atau dengan kata lain pemberian pupuk organik cair air kelapa muda tidak berpengaruh secara nyata terhadap pertumbuhan tanaman kedelai Varietas Gamasugen 2. Berdasarkan uji ini dapat disimpulkan bahwa ada faktor lain yang mempengaruhi pertumbuhan jumlah daun tanaman kedelai sehingga POC yang diberikan tidak berpengaruh secara nyata.

3. Faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan dan Perkembangan Kedelai Varietas Gamasugen 2

Proses pertumbuhan dan perkembangan tanaman dibagi menjadi 2, yaitu fase vegetatif dan generatif. Fase vegetatif ditandai dengan pertambahan volume, jumlah, bentuk, dan ukuran organ vegetatif seperti akar, batang, dan

Tabel 4.4 Hasil Uji One Way ANOVA Jumlah Daun Tanaman Kedelai ANOVA

Sum of

Squares df

Mean Squ

are F Sig.

Jumlah Daun Between Groups 13.094 3 4.365 .810 .499 Within Groups 150.875 28 5.388


(59)

daun. Fase vegetatif dimulai pada saat pembentukan daun pada proses perkecambahan hingga awal terbentuknya organ generatif, sedangkan fase generatif dimulai pada saat terbentuknya primordia (bakal bunga) hingga buah masak (Solikin, 2013). Pernyataan ini sejalan dengan pendapat Adisarwanto (2007) bahwa fase vegetatif tanaman kedelai dimulai pada saat tanaman menembus permukaan tanah hingga berbunga. Fase vegetatif dan generatif juga dapat dilihat dari pertumbuhan tanaman baik tinggi maupun jumlah daunnya. Pada fase vegetatif pertumbuhan cenderung cepat karena pada fase ini pembelahan sel berlangsung cepat sehingga mempengaruhi laju pembentukan daun dan tinggi tanaman. Pada fase generatif laju pertumbuhan daun dan tinggi tanaman akan lebih lambat karena pertumbuhan berfokus pada pembentukan organ generatif, seperti pembentukan bunga, biji, buah, atau pengisian polong. Pernyataan ini dibuktikan dengan hasil data yang didapat selama penelitian. 3 minggu pertama yang terhitung pada saat kedelai menembus permukaan tanah sampai awal terbentuknya promordia (hari ke 10 sampai 30) pertumbuhan tinggi dan jumlah daun relatif cepat. Sedangkan dari hari ke 30 sampai 36 pertumbuhan tinggi lebih stabil, dan daun mengalami kerontokan. Maksudnya pertumbuhan yang stabil disini adalah pertambahan tinggi tanaman kedelai tidak sepesat di fase vegetatif dan hanya beberapa tanaman ulangan saja yang pertambahan tingginya lebih dari 1 cm. Berkurangnya jumlah daun selama penelitian disebabkan oleh 3 hal, yaitu puncak pertumbuhan fase vegetatif, serangan hama, dan stress. Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya saat tanaman memasuki fase generatif


(60)

pertumbuhan tanaman lebih berfokus pada pembentukan organ generatif. Unsur hara makro seperti N,P, dan K yang diserap tanaman dari tanah maupun yang diambil melalui pupuk daun konsentrasinya lebih banyak digunakan untuk perkembangan organ generatif. Hal ini menyebabkan adanya persaingan untuk mendapatkan unsur hara antara organ generatif dan vegetatif khusunya daun. Saat daun kekurangan unsur hara, pembentukan dan pertambahan daun melambat. Untuk mengantisipasi hal ini daun muda yang membutuhkan unsur hara lebih banyak untuk fotosintesis akan mengambil unsur hara yang digunakan oleh daun yang lebih tua, hal ini yang menyebabkan daun tua menjadi rontok karena defisiensi unsur hara serta kemampuannya untuk fotosintesis terganggu.

Berdasarkan uji statistik yang telah dilakukan terhadap tinggi tanaman dan jumlah daun tanaman kedelai dinyatakan bahwa pemberian pupuk organik cair air kelapa muda tidak berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan tinggi dan jumlah daun tanaman kedelai Varietas Gamasugen 2. Hal ini menunjukkan adanya faktor lain yang mempengaruhi pertumbuhan tanaman kedelai, khususnya tinggi tanaman dan jumlah daun. Faktor-faktor ini terdiri dari faktor internal dan eksternal. Faktor internal adalah tanaman kedelai itu sendiri. Sedangkan faktor eksternal meliputi : serangan hama, waktu penyemprotan, curah hujan, intensitas cahaya matahari, media tanam, fisiologi cekaman, dan human error.

Tanaman kedelai yang dijadikan sebagai subjek penelitian ini berasal dari


(61)

merupakan tanaman kedelai hasil pemuliaan tanaman dari galur Q-298 yang dikeluarkan pada 17 Juni 2013. Kedelai ini tergolong baru di pasaran sehingga informasi mengenai karakteristik optimal untuk pertumbuhan varietas kedelai ini sangat sedikit bahkan tidak ada. Alasan peneliti menggunakan varietas kedelai ini adalah kurangnya informasi yang peneliti dapatkan dalam mencari biji atau bibit kedelai yang resmi. Maksudnya resmi disini adalah memiliki label nama varietas yang jelas sehingga dapat diketahui ciri khusus serta cara menanamnya untuk mendapatkan hasil yang optimal. Peneliti mencoba mencari benih kedelai di beberapa toko pertanian yang biasanya menjual benih tanaman tetapi peneliti disarankan untuk mencari di pasar. Beberapa pasar yang sudah peneliti kunjungi tidak mengetahui kedelai varietas apa yang dijual, tetapi salah satu penjual di Pasar Stan mengetahui bahwa salah satu kedelai yang dijual merupakan Varietas Gamasugen 2 sehingga peneliti membeli kedelai di tempat tersebut. Hal ini menjadi salah satu kendala selama penelitian dan kemungkingan menjadi faktor internal yang mempengaruhi pertumbuhan tinggi dan jumlah daun tanaman kedelai. Setiap tanaman berasal dari biji yang akan berkecambah dan menjadi tanaman baru hingga akhirnya menghasilkan biji lagi untuk melestarikan spesiesnya. Tanaman kedelai merupakan tanaman musiman yang idealnya ditanam saat musim kemarau atau di puncak musim penghujan oleh petani di Indonesia, tetapi prinsip ini menjadi terganggu karena global warming yang menyebabkan perubahan musim yang tidak pasti. Hal ini dapat mempengaruhi kualitas biji kedelai yang dipanen. Varietas Gamasugen 2 sudah dapat dipanen pada usia 66 – 68 hari (Balitbang, 2016). Menurut Badan


(62)

Penyuluhan dan Pengambangan SDM Pertanian (2015) kematangan kedelai hingga siap panen dapat bergantung pada varietas, ketinggian tempat, dan tujuan penggunaan. Ketinggian tempat mempengaruhi kematangan fisiologis. Pada daerah yang semakin tinggi dari permukaan laut kematangan fisiologis tertunda, sedangkan semakin rendah daerahnya akan semakin cepat mencapai kematangan fisiologis. Hal ini sejalan dengan pernyataan Wawan (2006) bahwa umur berbunga pada tanaman kedelai yang ditanam di dataran tinggi (<1000 mdpl) mundur sekitar 2-3 hari dibandingkan dengan kedelai yang ditanamn di dataran rendah (<20 mdpl). Kematangan fisiologis ini mempengaruhi pembentukan bunga yang akhirnya pembentukan dan pengisian polong jadi ikut terpengaruh sehingga tanaman kedelai yang secara umur tanaman sudah siap panen tetapi secara fisiologis belum dapat dipanen. Pemanenan kedelai yang terlalu awal menyebabkan kualitas dan kuantitas produksi menurun. Hal inilah yang kemudian menjadi kendala karena peneliti tidak mengetahui apakah biji kedelai yang dijual di pasar dipanen pada waktu yang tepat baik secara fisiologi atau umur panen. Selain itu ada kemungkinan bahwa biji kedelai dicampur antara biji dengan mutu yang baik dan buruk. Faktor eksternal yang pertama adalah serangan hama. Serangan hama terjadi selama penelitian tetapi puncaknya ada pada 2 minggu pertama penelitian (hari ke 15 sampai 24). Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya bahwa pada masa tersebut tanaman kedelai sedang berada pada fase vegetatif. Biasanya pada fase vegetatif sel-sel tanaman sedang aktif membelah baik untuk perpanjangan akar atau batang, atau perbanyak daun. Pada dasanya fase


(63)

vegetatif ini bertujuan untuk mengoptimalisasikan pertumbuhan tanaman sehingga tanaman menjadi siap pada saat memasuki fase generatif. Misalnya dalam pertumbuhan akar, semakin banyak dan panjang akar yang terbentuk penyerapan unsur hara menjadi optimal. Pertumbuhan batang yang tinggi serta kuat berpotensi untuk menopang tanaman kedelai dan menyediakan ruang bagi daun untuk tumbuh, karena semakin tinggi batang tanaman maka daun pun lebih lebat. Serangan hama oleh ulat daun menyebabkan daun menjadi berlubang, beberapa daun juga ada yang yang robek karena dimakan belalang. Daun yang berlubang dan robek ini menyebabkan pemberian pupuk melalui daun menjadi tidak optimal. Pada daun terdapat stomata yang memberikan peranan penting dalam penelitian ini karena kaitannya terhadap pemberian pupuk daun. Daun yang berlubang dan robek mengakibatkan jumlah stomata yang tersebar pada sebidang daun juga berkurang, sehingga jumlah pupuk yang masuk melalui stomata juga menjadi lebih sedikit. Dengan demikian hal ini yang menyebabkan pupuk organik cair air kelapa muda tidak berpengaruh secara nyata terhadap pertumbuhan tanaman kedelai.

Faktor kedua adalah waktu pemberian pupuk. Idealnya pemberian pupuk daun dilakukan pada pagi atau sore saat sinar matahari tidak terlalu terik, hal ini bertujuan untuk meminimalisir penguapan pupuk yang berlebihan. Berdasarkan fakta di lapangan selama peneliti melakukan pengambilan data, Paingan memasuki awal musim penghujan yang menyulitkan peneliti dalam menentukan waktu pemberian POC. POC tidak pernah diberikan pada sore hari karena biasanya hujan deras sering terjadi pada sore hari. Melihat kondisi


(64)

demikian peneliti menyemprotkan POC pada jam 6 pagi. Namun, pada minggu ke- 3 dan 4 peneliti menyemprotkan pupuk menjelang siang hari saat cuaca mendung. Tidak konsistennya peneliti dalam memberikan pupuk bisa saja menjadi faktor yang mempengaruhi pemberian POC air kelapa muda tidak berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan tanaman kedelai. Hal ini juga dipengaruhi oleh waktu membuka dan menutup stomata yang kemungkinan pada saat peneliti menyemprotkan POC, stomata sedang menutup sehingga POC yang diberikan tidak diserap oleh tanaman.

Faktor ketiga adalah curah hujan. Seperti yang sudah dijelaskan di atas bahwa selama penelitian Paingan memasuki awal musim penghujan yang mengakibatkan pemberian pupuk menjadi tidak optimal. Hal ini dikarenakan pupuk yang disemprotkan pada daun larut bersama air hujan sehingga pemberian pupuk menjadi sia-sia.

Faktor keempat adalah intensitas cahaya matahari. Karena awal musim penghujan cuaca menjadi tidak stabil, pada pagi hingga siang hari matahari bersinar terik sedangkan pada sore hari hujan deras atau bahkan hujan seharian. Hal ini menyebabkan cahaya matahari yang diterima oleh tanaman kedelai menjadi tidak menentu, padahal menurut Sastra (2015) tanaman kedelai membutuhkan cahaya matahari dengan batas kritis 15 jam per hari dan minimal 10 jam. Berkurangnya intensitas cahaya matahari yang diterima tanaman kedelai karena perubahan cuaca menyebabkan aktifnya hormon auksin yang ada dalam tanaman kedelai. Peran hormon auksin dalam pemanjangan sel menyebabkan tanaman kedelai lebih tinggi, sehingga POC air kelapa muda


(65)

yang diberikan tidak memberikan pengaruh nyata terhadap pertumbuhan tanaman kedelai.

Faktor kelima adalah media tanam. Seperti yang sudah dijelaskan di awal bahwa tanaman kedelai Gamasugen 2 merupakan varietas yang tergolong baru di pasaran yang jarang dijadikan sebagai subjek penelitian. Hal ini menyebabkan kurangnya informasi yang peneliti dapatkan mengenai varietas kedelai ini. Dalam menyikapi hal ini, peneliti menggunakan referensi kedelai secara umum khususnya untuk lingkungan pertumbuhannya salah satunya media tanam. Tanaman kedelai idealnya ditanam pada tanah lempung berpasir, tetapi pada saat penelitian peneliti menggunakan tanah vulkanik. Pada dasarnya kedelai dapat tumbuh di berbagai jenis tanah tetapi pertumbuhannya dapat lebih optimal pada tanah lempung berpasir. Alasan peneliti tidak menggunakan tanah lempung berpasir karena peneliti menyesuaikan jenis tanah yang ada di kebun pendidikan Biologi.

Faktor keenam adalah fisiologi cekaman. Menurut Campbell (2003), fluktuasi lingkungan menantang kehidupan setiap mahluk hidup. Salah satunya seperti perubahan lingkungan yang drastis dapat membuat tanaman tertekan (stress). Hal demikian yang juga terjadi selama penelitian. Intensitas curah hujan yang tinggi serta panas matahari yang tidak pasti menyebabkan tanaman kedelai tertekan sehingga mempengaruhi pertumbuhannya. Selain faktor lingkungan, perawatan tanaman yang salah juga dapat menyebabkan tanaman menjadi stress. Hal ini dibuktikan pada saat peneliti melakukan kesalahan dalam menggemburkan tanah yang mana tanaman kedelai dicabut sampai akar


(66)

kemudian diletakkan lagi. Respon tanaman pada saat itu adalah layu dan akhirnya kembali normal setelah beberapa menit. Stress yang dialami oleh tanaman memicu produksi hormon Asam Absisat (ABA) yang dapat menyebabkan kerontokan daun, bunga, dan buah. Hal ini dibuktikan selama penelitian bahwa di minggu-minggu terakhir penelitian daun menjadi rontok. Faktor ketujuh adalah human error yang meliputi penggemburan tanah, dan fermentasi. Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya perawatan tanaman yang salah seperti penggemburan tanah yang tidak tepat dapat menyebabkan tanaman menjadi stress. Tanaman yang stress dapat memicu produksi hormon ABA yang dapat menyebabkan gugurnya daun. Semakin banyak daun yang gugur, semakin sedikit jumlah daun yang menerima POC. Pada saat melakukan fermentasi pupuk, peneliti tidak menggunakan botol kaca yang gelap melainkan botol kaca bening yang diletakkan pada ruangan yang temaram. Penggunaan botol kaca yang berwarna gelap membantu dalam meminimalisir cahaya yang masuk karena intensitas cahaya dapat mempengaruhi suhu selama pembuatan pupuk. Selama proses pembuatan pupuk, suhu lingkungan perlu diperhatikan karena akan mempengaruhi kerja mikroorganisme yang membantu selama fermentasi pupuk. Hal inilah yang dapat menjadi faktor POC yang diberikan tidak berpengaruh secara nyata terhadap pertumbuhan tanaman kedelai karena kematangan pupuk yang kurang maksimal.


(67)

4. Keterbatasan Penelitian

a. Penelitian dilakukan pada saat musim penghujan, sehingga peneliti kesulitan menentukan waktu yang tepat untuk penyemprotan POC.

b. Biji kedelai yang digunakan tidak tersertifikasi karena dibeli dari pasar Stan. c. Kelapa muda yang digunakan tidak dibedakan berdasarkan jenis dan umur. d. Jenis tanah yang digunakan dikhawatirkan tidak sesuai dengan karakteristik

tanaman kedelai Varietas Gamasugen 2.

e. Human error, meliputi fermentasi pupuk yang belum maksimal dan cara penggemburan tanah yang kurang tepat sehingga mengakibatkan tanaman menjadi stress. Fermentasi pupuk tidak optimal karena kesalahan peneliti tidak menggunakan botol gelap selama proses fermentasi. Sedangkan penggemburan tanah yang kurang tepat diakibatkan dari cara peneliti yang salah saat menggemburkan tanah hingga akar tanaman tercabut.


(68)

53 BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN A.Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa :

1. Pemberian pupuk organik cair air kelapa muda (Coccos nucifera L.) tidak berpengaruh terhadap pertumbuhan tinggi tanaman dan jumlah daun tanaman kedelai (Glycine max L.) Varietas Gamasugen 2.

2. Pupuk organik cair air kelapa muda (Coccos nucifera L.) konsentrasi 75 % tidak paling baik dalam mempengaruhi pertumbuhan tanaman kedelai (Glycine max L.)

B.Saran

1. Penggunaan pupuk cair khususnya pupuk daun sebaiknya dilakukan pada musim kemarau untuk menghindari larutnya pupuk oleh air hujan.

2. Biji kedelai yang digunakan untuk penelitian sebaiknya menggunakan biji yang sudah tersertifikasi agar ada jaminan bahwa biji itu memiliki kualitas yang baik.

3. Melakukan penelitian yang lebih dalam lagi mengenai air kelapa muda sebagai bahan dasar POC agar dapat diketahui jenis kelapa muda yang airnya baik untuk dijadikan sebagai bahan dasar pupuk.

4. Sebelum melakukan penelitian lebih baik untuk memahami prinsip-prinsip dasar selama penelitian, seperti cara menggemburkan tanah yang benar,


(69)

waktu penanaman (Misal : kedelai ditanam di musim kemarau), dan fermentasi.


(70)

55 BAB VI

IMPLEMENTASI HASIL PENELITIAN SEBAGAI SUMBER PEMBELAJARAN BIOLOGI

Hasil penelitian mengenai “Pengaruh Pemberian Pupuk Organik Cair Air Kelapa Muda (Coccos nuceifera L.) Terhadap Pertumbuhan Tanaman Kedelai

(Glycine max L.) Varietas Gamasugen 2” dapat dijadikan sebagai bahan

pembelajaran yaitu kegiatan praktikum di SMA pada materi “Pertumbuhan dan

Perkembangan Tumbuhan” di kelas XII semester 1. Kurikulum yang digunakan dalam kegiatan pembelajaran ini adalah kurikulum 2013 yang menggunakan pendekatan Scientific. Sedangkan metode yang digunakan terdiri dari diskusi, eksperimen, dan ceramah. Melalui metode tersebut, siswa diharapkan mampu menganalisis hubungan antara faktor internal dan eksternal yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan tumbuhan. Setelah siswa mengetahui faktor apa saja yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan tumbuhan, siswa dibimbing untuk merancang dan melaksanakan percobaan mengenai faktor luar yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan tumbuhan. Praktikum dilakukan di luar jam pembelajaran Biologi dan siswa wajib mengumpulkan tugas akhir berupa laporan tertulis individu sesuai dengan format yang telah ditentukan. Silabus, RPP, dan instrumen penilaian ada pada lampiran 1. Berikut kompetensi inti dan kompetensi dasar yang digunakan sebagai implementasi dari hasil penelitian ini.


(71)

A.Kompetensi Inti

1. Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya.

2. Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli (gotong royong, kerjasama, toleran, damai), santun, responsif, proaktif, dan menunjukkan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia.

3. Memahami, menerapkan, dan menganalisis pengetahuan faktual, konseptual, prosedural, dan metakognitif berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait penyebab fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah.

4. Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri, bertindak secara efektif dan kreatif, serta mampu menggunakan metode sesuai kaidah keilmuan.

B.Kompetensi Dasar

1.3 Peka dan peduli terhadap permasalahan lingkungan hidup, menjaga dan menyayangi lingkungan sebagai manifestasi pengamalan ajaran agama yang dianutnya.


(72)

2.1 Berperilaku ilmiah (memiliki rasa ingin tahu, objektif, jujur, teliti, cermat, tekun, hati-hati, bertanggung jawab, terbuka, kritis, kreatif, inovatif, dan peduli lingkungan) dalam melakukan percobaan dan berdiskusi.

3.1 Menganalisis hubungan antara faktor internal dan eksternal dengan proses pertumbuhan dan perkembangan pada mahluk hidup berdasarkan hasil percobaan.

4.1 Merencanakan dan melaksanakan percobaan tentang faktor luar yang mempengaruhi proses pertumbuhan dan perkembangan tanaman, dan melaporkan secara tertulis dengan menggunakan tatacara penulisan ilmiah yang benar.


(1)

105

PERLKAKUAN B (50%)

Hari ke-

Tanaman Ulangan Ke-

1 2 3 4 5 6 7 8 Rata2

`15 2 2 2 2 2 2 2 2 2

18 5 3 8 5 5 2 5 5 4,8

21 4 3 8 8 8 5 5 5 5,8

24 7 6 11 8 7 5 5 8 7,1

27 8 9 11 11 8 8 8 8 8,88

30 8 12 14 11 11 11 11 1 11,1

33 8 9 12 14 11 11 11 1 10,9

36 8 12 15 12 10 11 11 14 11,6


(2)

PERLKAKUAN C (75%)

Hari ke-

Tanaman Ulangan Ke-

1 2 3 4 5 6 7 8 Rata2

`15 2 2 2 2 2 2 2 2 2

18 4 5 5 5 3 5 5 5 4,6

21 4 5 5 5 5 5 8 8 5,6

24 7 8 6 5 8 5 8 8 6,9

27 11 8 9 8 8 11 11 8 9,3

30 10 11 10 11 11 11 11 11 11

33 13 11 13 11 11 14 14 11 12

36

13

11

13

11

13

12

14 14 13


(3)

107

PERLKAKUAN KONTROL

Hari ke-

Tanaman Ulangan Ke-

1 2 3 4 5 6 7 8 Rata2

`15 2 2 2 2 2 2 2 2 2

18 2 5 5 5 5 4 5 5 4,5

21 5 5 8 7 5 1 8 5 5,5

24 5 8 8 6 8 4 8 7 6,8

27 8 11 11 10 11 7 11 10 9,9

30 8 14 14 13 14 7 14 13 12

33 8 14 13 12 14 10 14 14 12

36

8

14

12

10

14

9

14

9

11


(4)

UJI STATISTIK DATA TINGGI DAN JUMLAH DAUN

TANAMAN KEDELAI VARIETAS GAMASUGEN 2

A.

Uji Normalitas (Kolmogrov-Smirnov)

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

TinggiTanaman JumlahDaun

N 32 32

Normal Parametersa Mean 8.4531 9.5312

Std. Deviation 1.45002 2.29985 Most Extreme

Differences

Absolute .151 .159

Positive .151 .110

Negative -.109 -.159

Kolmogorov-Smirnov Z .853 .898

Asymp. Sig. (2-tailed) .461 .396 a. Test distribution is Normal.

B.

Uji Homogenitas (Levenne-test)

Test of Homogeneity of Variances

Levene Statistic df1 df2 Sig. TinggiTanaman 2.788 3 28 .059


(5)

109

C.

Uji

one way

ANOVA

Sum of

Squares df

Mean

Square F Sig. Tinggi

Tanaman

Between Groups

5.086 3 1.695 .790 .510

Within

Groups 60.094 28 2.146 Total 65.180 31

Jumlah Daun

Between Groups

13.094 3 4.365 .810 .499

Within

Groups 150.875 28 5.388 Total


(6)

DOKUMENTASI PENELITIAN

Biji kedelai Var. Gamasugen 2 Kelapa muda Fermentasi pupuk

Serangan hama Air kelapa, Gula mera, dan EM4

Kedelai minggu ke 3

Kedelai minggu ke 2 Kedelai minggu ke 1