ANALISIS PENGARUH BRAND EXTENTION DAN BRAND IMAGE TERHADAP LOYALITAS KONSUMEN PRODUK ACER “PROJECTOR” DI PT.GADING MURNI SURABAYA.
ANALISIS PENGARUH BRAND EXTENTION DAN BRAND
IMAGE TERHADAP LOYALITAS PENGGUNA PRODUK
ACER “PROJECTOR” DI PT.GADING MURNI
SURABAYA
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Dalam Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi
Jurusan Manajemen
Diajukan oleh :
Dian Leo Efendi 0512010266 / FE / EM
KEPADA
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”
JAWA TIMUR
(2)
ANALISIS PENGARUH BRAND EXTENTION DAN BRAND
IMAGE TERHADAP LOYALITAS PENGGUNA PRODUK
ACER “PROJECTOR” DI PT.GADING MURNI
SURABAYA
SKRIPSI
Diajukan oleh :
Dian Leo Efendi 0512010266 / FE / EM
KEPADA
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”
JAWA TIMUR
(3)
ANALISIS PENGARUH BRAND EXTENSION DAN BRAND
IMAGE TERHADAP LOYALITAS PENGGUNA PRODUK
ACER “PROJECTOR” DI PT.GADING MURNI
SURABAYA
Yang diajukan
Dian Leo Efendi 0512010266 / FE / EM
Disetujui untuk mengikuti Ujian Lisan oleh
Pembimbing Utama
Drs. Ec. Pandji Sugiono,MM Tanggal : ………..
Mengetahui
Wakil Dekan I Fakultas Ekonomi
Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur
DRS. EC. SAIFUL ANWAR, Msi. NIP. 030 194 437
(4)
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr.Wb.
Dengan memanjatkan puji syukur kepada Tuhan Yesus Kristus, atas rahmat dan berkat-Nya yang diberikan kepada penyusun sehingga skripsi yang berjudul “Analisis Pengaruh Brand Extention Dn Brand Image Terhadap Lyalitas Pengguna Produk Acer “projector” di PT. Gading Murni Surabaya”.
Penyusunan skripsi ini ditujukan untuk memenuhi syarat penyelesaian Studi Pendidikan Strata Satu, Fakultas Ekonomi jurusan Akuntansi, Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
Pada kesempatan ini peneliti ingin menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah memberi bimbingan, petunjuk serta bantuan baik spirituil maupun materiil, khususnya kepada :
1. Bapak Prof. Dr. Ir. Teguh Sudarto, MP selaku Rektor Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
2. Bapak Dr. Dhani Ichsanudin Nur. SE, MM, selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
3. Bapak Drs. Ec. Gendut Sukarno, MS. Selaku Ketua Jurusan Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
4. Bapak Drs. Ec. Pandji Sugiono,MM selaku Dosen Pembimbing Utama yang telah memberikan bimbingan skripsi sehingga peneliti bisa merampungkan tugas skripsinya
(5)
5. Para Dosen yang telah memberikan bekal ilmu pengetahuan kepada penulis selama menjadi mahasiswa Universitas Pembangunan Nasional “Veteran“ Jawa Timur.
6. Kepada kedua orangtuaku tercinta dan adik dan kakakku yang telah memberikan dukungan baik moril ataupun material.
7. Berbagai pihak yang turut membantu dan menyediakan waktunya demi terselesainya skripsi ini yang tidak dapat penyusun sebutkan satu persatu.
Peneliti menyadari sepenuhnya bahwa apa yang telah disusun dalam skripsi ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu penulis sangat berharap saran dan kritik membangun dari pembaca dan pihak lain.
Akhir kata, Peneliti berharap agar skripsi ini bermanfaat bagi semua pihak yang membutuhkan.
Salam hormat,
Surabaya, Maret 2010
(6)
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ... i
DAFTAR ISI ... ii
DAFTAR TABEL ... iii
DAFTAR GAMBAR ... iv
DAFTAR LAMPIRAN ... v
ABSTRAKSI ... vi
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1
1.2 Perumusan Masalah ... 5
1.3 Tujuan Penelitian ... 6
1.4 Manfaat Penelitian ... 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penelitian Terdahulu ... 8
2.2. Landasan Teori... 10
2.2.1. Pengertian Pemasaran ... 10
2.2.2 Pengertian Manajemen Pemasaran ... 11
2.2.3. Konsep Pemasaran ... 12
2.2.4. Tujuan Pemasaran... 13
2.2.5. Merek... 14
2.2.6. Brand Extention ... 16
2.2.6.1. Pengertian Brand Extention... 16
2.2.7. Brand Image... 17
2.2.7.1. Pengertian Brand Image ... 17
2.2.8. Loyalitas Pengguna ... 19
2.2.8.1. Pengertian Loyalitas Pengguna... 19
(7)
2.3. Pengaruh Brand Extention Terhadap Loyalitas Pengguna .. 23
2.3.1. Pengaruh Brand Image Terhadap Loyalitas Pengguna 23 2.4. Kerangka Konseptual ... 25
2.5. Hipotesis... 25
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Definisi Operasional Dan Pengukuran Variabel ... 26
3.1.1. Definisi Operasional ... 26
3.1.2. Pengukuran Variabel... 29
3.2 Teknik Penentuan Sampel ... 29
3.3 Teknik Pengumpulan Data ... 31
3.3.1 Jenis-Jenis Data ... 31
3.3.2 Sumber data ... 31
3.3.3 Pengumpulan Data... 32
3.4. Teknik Analisis dan Uji Hipotesis ... 32
3.4.1. Uji Reliabilitas dan Validitas ... 32
3.4.2. Uji Outliers Univariat dan Multivariat... 33
3.4.2.1. Uji Outlier Univariat... 33
3.4.2.2. Uji Outlier Multivariat... 33
3.4.3. Uji Normalitas... 34
3.4.4. Pemodelan SEM... 34
3.4.5. Uji Hipotesis ... 36
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Deskripsi Obyek Penelitian ... 39
4.1.1.Gambaran Umum Perusahaan... 39
4.2. Deskripsi Hasil Penelitian ... 40
4.2.1. Penyebaran Kusioner ... 40
4.2.2. Keadaan Responden ... 40
4.3. Analisis dan Uji Hipotesis... 41
(8)
4.3.2. Uji Reliabilitas ... 43
4.3.3. Uji Validitas ... 44
4.3.4. Uji Construct Reliability dan Varance Extracted... 45
4.3.5. Uji Normalitas... 46
4.4. Structural Equation Modelling... 46
4.4.1. Evaluasi Model One-Step Approach To SEM ... 46
4.4.2. Uji Hipotesis Kausalitas... 49
4.5. Pembahasan Hasil Uji Hiotesis ... 50
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Kesimpulan... 55
5.2. Saran ... 55
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
(9)
DAFTAR TABEL
Tabel 1 Data penjualan Projector 2008-2009... 3
Tabel 2 Prosentase pangsa pasar Acer Projector 2008-2009 ... 5
Tabel 4.1. Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ... 40
Tabel 4.2 Karakteristik Responden Berdasarkan Usia... 41
Tabel 4.3 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis pekerjaan ... 41
Tabel 4.4 Hasil Uji Outlier... 42
Tabel 4.5 Uji Reliabilitas ... 43
Tabel 4.6. Uji Validitas ... 44
Tabel 4.7 Construct Reliability dan Variance Extracted... 45
Tabel 4.8 Uji Normalitas... 46
Tabel 4.9. Evaluasi Kriteria Goodness Of Fit Indiches Model One Step Aproach – Base Model... 47
Tabel 4.9. Evaluasi Kriteria Goodness Of Fit Indiches Model One Step Aproach – Modification Model... 53
53 Tabel 4.10. Pengujian Hipotesis...
(10)
DAFTAR GAMBAR
Gambar 4.1. Model Pengukuran Dan Struktural: Brand Extention,
Brand Image, Loyalitas pengguna: Base Mdel ... 47 Gambar 4.2 Model Pengukuran Dan Struktural: Brand Extention,
Brand Image, Loyalitas pengguna: Modification Model ... 48
(11)
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 : Kuesioner
Lampiran 2 : Hasil Rekap Jawaban Responden
Lampiran 3 : Hasil Uji Validitas, Reliabilitas dan Normalitas Lampiran 4 : Hasil Uji Outlier
Lampiran 5 : Hasil Uji SEM
(12)
ANALISIS PENGARUH BRAND EXTENTION DAN BRAND
IMAGE TERHADAP LOYALITAS KONSUMEN PRODUK
ACER “PROJECTOR” DI PT.GADING MURNI
SURABAYA
Dian Leo Efendi
Abstraksi
Dalam melakukan strategi perluasan merek ,persepsi terhadap citra merek ( Brand Image) tentunya salah satu hal yang perlu diperhatikan ,sehingga bila pihak produsen merek tersebut akan membuat produk yang berbeda kategorinya dengan kategori merek asal maka pihak produsen harus melihat citra merek yang dipersepsikan konsumen terhadap merek tersebut. Low dan Lamb Jr dalam Albari & Anindyo Pramudito,(2005:198), Obyek yang digunakan dalam penelitian adalah adalah produk Acer “Projector”, dengan meneliti segi brand extension, brand image dan loyalitas konsumen. Indikasi dari penilaian loyalitas konsumen terhadap suatu merek adalah dari data penjualan produk Acer “Projector” tersebut, memang produk projector ini relatif mahal, oleh karena itu mayoritas konsumen yang menggunakan adalah seperti lembaga pendidikan, perkantoran serta tidak menutup kemungkinan bagi individu pribadi, oleh karena harganya, strategi yang dilakukanmaka diangkatlah penelitian ini.
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh konsumen pengguna produk projector Acer di PT.Gading Murni, Tunjungan Plasa Surabaya. Sampel yang diambil adalah sebesar 100 responden. Data yang dipergunakan adalah data primer yaitu data yang berdasarkan kuisioner hasil jawaban responden. Sedangkan analisis yang dipergunakan adalah Structural Equation Modelling.
Berdasarkan dari hasil penelitian yang telah dilakukan telah didapatkan bahwa : a). Faktor Brand Extention berpengaruh positif terhadap Faktor loyalitas konsumen, dapat diterima.b). Faktor Brand Image berpengaruh positif terhadap Faktor loyalitas konsumen, tidak dapat diterima.
(13)
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Di Era globalisasi saat ini, kondisi pemasaran produk yang dinamis,membuat para pelaku pasar dan produsen berlomba untuk memenangkan kompetisi yang sangat ketat ini.setiap saat baik melalui media televisi,radio,koran ,majalah ataupun internet kita melihat peluncuran produk baru yang seolah tidak berhenti.Produk-produk yang ditawarkan begitu beragam dengan merek yang sangat bervariasi.
Acer sebagai vendor PC yg berdiri sejak tahun 1976 menjadi salah satu pemilik pangsa pasar notebook terbesar di Indonesia. Dalam kuartal pertama 2009, vendor PC ini berhasil membukukan pertumbuhan pasar 30,5% dari periode yang sama tahun lalu, sehingga kini pangsa pasar notebook Acer Group Indonesia meningkat menjadi sebesar 43,2%. (http:/www.kilasberita.com)
Sukses dalam penjualan PC dan Notebooknya,Acer masuk pada pasar Projector dengan menggunakan strategi perluasan merek (brand extension).Dengan memanfaatkan merek yang sudah kuat di pasar PC dan Notebook,konsumen diharapkan memiliki loyalitas yang sama pada produk tersebut sehingga konsumen pun akan memiliki pandangan yang serupa terhadap acer “Projector" sebagai produk baru.
Brand Extension adalah penggunaan merek yang sudah ada pada produk baru dimana produk tersebut memiliki kategori yang berbeda dengan merek yang digunakannya( kotler :2000 ),sedangkan menurut Anand Halve mengatakan
(14)
bahwa perluasan merek adalah peluncuran suatu produk baru yang memiliki kategori yang berbeda dengan produk yang sudah ada dan produk yang baru tersebut menggunakan nama produk yang sudah ada.
Dalam melakukan strategi perluasan merek ,persepsi terhadap citra merek ( Brand Image) tentunya salah satu hal yang perlu diperhatikan ,sehingga bila pihak produsen merek tersebut akan membuat produk yang berbeda kategorinya dengan kategori merek asal maka pihak produsen harus melihat citra merek yang dipersepsikan konsumen terhadap merek tersebut. Low dan Lamb Jr dalam Albari & Anindyo Pramudito,(2005:198), karena itu sikap dan tindakan konsumen terhadap suatu merek sangat ditentukan oleh citra merek tersebut. Simamora, (2002) mengatakan bahwa citra adalah persepsi yang relatif konsisten Dalam jangka panjang.Jadi tidak mudah untuk membentuk citra ,sehingga bila terbentuk akan sulit untuk mengubahnya.
Berdasarkan hal tersebut tentu membuat para pengguna akan lebih leluasa dalam menentukan pilihannya. Sementara dampaknya bagi produsen,hal ini akan menjadikan tantangan bagi mereka untuk mempertahankan loyalitas konsumennya. Loyalitas konsumen adalah minat pembelian ulang oleh pelanggan atas suatu produk di masa yang akan datang. Loyalitas berkembang mengikuti tiga tahapan, yaitu kognitif, afektif dan konotif. Ketiga aspek tersebut harus selaras, walaupun dalam disonansi menunjukkan tidak semua kasus mengalami hal yang sama (Dharmmesta, 1999). Menurut Dick dan Basu (1994), loyalitas memerlukan konsistensi dari ketiga struktur psikologi tersebut. Konsumen yang hanya mengaktifkan tahap kognitifnya adalah konsumen yang paling rentan terhadap
(15)
perpindahan merek karena adanya rangsangan pemasaran. Seorang konsumen yang mengalami ketidakpuasan pada masa pasca-konsumsi mempunyai kemungkinan akan merubah perilaku keputusan belinya dengan mencari alternatif merek lain pada konsumsi berikutnya untuk meningkatkan kepuasannya.
Obyek yang digunakan dalam penelitian adalah adalah produk Acer “Projector”, dengan meneliti segi brand extension, brand image dan loyalitas konsumen. Indikasi dari penilaian loyalitas konsumen terhadap suatu merek adalah dari data penjualan produk Acer “Projector” tersebut, memang produk projector ini relatif mahal, oleh karena itu mayoritas konsumen yang menggunakan adalah seperti lembaga pendidikan, perkantoran serta tidak menutup kemungkinan bagi individu pribadi. Berikut ini akan disajikan data penjualan Acer “Projector” di wilayah Surabaya periode triwulan I 2008 – triwulan III 2009
Sumber: PT .Gading Murni
X1160PZ P3150 K10 X1260P X1230S P1266i P1270 P7270i P7280 TOTAL Triwulan I 2008 122,850 352,980 322,080 350,400 212,520 236,400 240,768 356,000 378,900 2,572,898 Triwulan II 2008 105,300 391,140 380,640 420,480 231,840 200,940 273,600 267,000 357,850 2,628,790 Triwulan III 2008 111,150 391,140 402,600 455,520 222,180 224,580 251,712 289,250 399,950 2,748,082 Triwulan IV 2008 105,300 372,060 387,960 438,000 222,180 212,760 229,824 267,000 357,850 2,592,934 444,600 1,507,320 1,493,280 1,664,400 888,720 874,680 995,904 1,179,250 1,494,550
Triwulan I 2009 99,450 352,980 351,360 420,480 202,860 189,120 218,880 244,750 315,750 2,395,630 Triwulan II 2009 99,450 343,440 351,360 402,960 212,520 177,300 207,936 222,500 273,650 2,291,116 Triwulan III 2009 105,300 324,360 387,960 420,480 212,520 189,120 186,048 178,000 273,650 2,277,438 304,200 1,020,780 1,090,680 1,243,920 627,900 555,540 612,864 645,250 863,050
(16)
Dari tabel di atas bahwa penjualan Acer “Projector” Di Surabaya mengalami penurunan .pada tahun 2009 terjadi penurunan sekitar 2,395,630 rupiah
menjadi 2,277,438 rupiah. Hal ini merupakan fenomena yang harus diteliti dan
disikapi dengan segera oleh pihak PT. Gading Murni sebagai Master Dealer produk Acer”Projector” di Surabaya. Turunnya penjualan produk Acer “Projector” di Surabaya yang tidak mencapai tingkat maksimal atau target yang telah ditentukan oleh perusahaan, menunjukkan bukti bahwa konsumen di Surabaya kurang loyal terhadap produk Acer “Projector” yang artinya fungsi penggunaan dari projector tersebut kurang maksimal, dengan harga yag relatif mahal.
Rangkuti (2002) mengatakan bahwa strategi perluasan merek memberikan keuntungan bagi perusahaan karena dengan menggunakan merek yang sudah terkenal dengan loyalitas merek memberikan keuntungan bagi perusahaan karena penelitian membuktikan bahwa konsumen pengguna yang loyal pada suatu merek akan mencoba segala varian yang ada dalam merek tersebut. Schiffman dan Kanuk (1997) menyatakan bahwa Citra merek yang positif dapat membantu konsumen menolak aktivitas yang dilakukan oleh pesaing dan sebaliknya menyukai aktifitas yang dilakukan oleh merek yang disukainya serta selalu mencari informasi yang berkaitan dengan merek tersebut.
Hal ini didukung oleh data brand share Indonesian Best Brand Award (IBBA) 2008-09 dari lembaga riset MARS, ditemukan lima besar merek projector yang merajai pasar adalah sebagai berikut :
(17)
Tabel 2. Prosentase pangsa pasar Projector periode 2008-2009 Nama
Pangsa
pasar Pertumbuhan
Toshiba 42,4% 56,5%.
Sony 8,5% 27,5%
Acer 10,5% 9,4%
DELL 7,4% 7,0%
LG 4,6% 19%
Sumber : Swa.co.id/2009.
Dari tabel diatas menunjukkan bahwa merek produk Toshiba nangkring di urutan wahid dengan pangsa pasar 42,4% pada 2009 atau turun tipis dibandingkan dengan tahun 2008 yang mencapai 56,5%. Disusul merek Sony yang naik pesat dari 8,5% pada 2008 menjadi 27,5% di tahun 2009. Acer berada di urutan ketiga dengan 10,5% tahun 2009 (sebelumnya 9,4%). Lalu, DELL nongol di posisi keempat dengan penguasaan pasar 7,4% di 2008 menjadi 7,0% pada 2009. Merek LG harus puas di peringkat kelima dengan pangsa pasar 4,6% tahun 2008 dan 4,8% di tahun ini. “Kalau mengacu penjualan kuartal I/2009 kami, market share LG sekitar 19%,” ungkap Martin Wibisono, Manajer Pengembangan Pasar Projector LG Indonesia.Swa.co.id/.2009.
Berdasarkan uraian tersebut peneliti tertarik melakukan penelitian dan kajian yang lebih mendalam tentang hubungan kualitas Brand Extension, Brand Image, dan loyalitas konsumen, untuk kemudian dijadikan sebagai penelitian dengan judul “Analisis Pengaruh Brand Extension dan Brand Image Terhadap Loyalitas Konsumen Produk Acer”Projector” di PT.Gading Murni Surabaya.
(18)
1.2. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang permasalahan yang telah diajukan, maka perumusan masalah dalam penelitian ini adalah :
1. Apakah Brand Extention berpengaruh terhadap loyalitas konsumen yang menggunakan produk Acer “Projector” di PT.Gading Murni Surabaya?
2. Apakah Brand Image berpengaruh terhadap loyalitas konsumen yang menggunakan produk Acer”Projector”di PT.Gading Murni Surabaya?
1.3. Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah di atas, maka tujuan pada penelitian ini sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui pengaruh Brand Extension terhadap loyalitas konsumen yang menggunakan produk Acer”Projector” di PT.Gading Murni Surabaya. 2. Untuk mengetahui pengaruh Brand Image konsumen terhadap loyalitas
konsumen yang menggunakan produk Acer”Projector” di PT.Gading Murni Surabaya
1.4. Manfaat Penelitian
Sebagaimana layaknya karya ilmiah ini, hasil yang diperoleh diharapkan dapat memberikan manfaat bagi semua pihak yang berkepentingan dan berhubungan dengan obyek penelitian antara lain :
1. Bagi Universitas
Memberikan sumbangan informasi pihak lain untuk melakukan penelitian lebih lanjut dan dapat menambah kepustakaan sebagai informasi bahan pembanding bagi penelitian lain serta sebagai wujud Darma Bakti kepada
(19)
perguruan tinggi UPN “Veteran” Jatim pada umumnya dan Fakultas Ekonomi pada khususnya.
2. Bagi Perusahaan
Hasil penelitian dapat digunakan sebagai pertimbangan maupun bahan informasi dalam rangka mengatasi permasalahan yang ada kaitannya dengan Brand Extension, Brand Image dan loyalitas pengguna.
3. Bagi Ilmu Pengetahuan
Dapat dipergunakan untuk mengembangkan ilmu pengetahuan atau perluasan pandangan tentang pelajaran yang didapat dari bangku kuliah dan memperdalam pengetahuan terutama dalam bidang yang dikaji serta sebagai referensi ilmiah bagi para peneliti berikutnya.
(20)
BAB II
TINJAUAN KEPUSTAKAAN
2.1. Penelitian Terdahulu
Penelitian terdahulu yang releven dengan penelitian ini adalah penelitian yang dilakukan oleh:
1. Fajrianthi dan Zatul Farrah (2005), dalam jurnal INSAN Vol.7, No.3, Maret 2005 dengan judul “Strategi perluasan merek dan Loyalitas Konsumen”. Permasalahan yang dibahas dalam penilitian tersebut adalah factor-faktor yang mempengaruhi strategi perluasan merek dan citra merek dengan loyalitas konsumen terhadap suatu merek. Faktor-faktor tersebut harus diperhatikan oleh para produsen merek. Tanpa pengelolaan yang tepat terhadap factor-faktor tersebut, strategi perusahaan dalam melakukan perluasan merek akan gagal bahkan loyalitas konsumen pada merek tidak dapat tercipta.
2. Sugiharto, (2007). Dengan judul penelitian “Pengaruh Kepuasan Terhadap Loyalitas Pelanggan”. Permasalahan yang diajukan adalah 1).apakah kebutuhan dasar, pelayanan dan kepuasan berpengaruh terhadap loyalitas pelanggan?.
Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian adalah structural equation modeling (SEM). Hasil analisis sdalam penelitian adalah secara keseluruhan kepuasan pelanggan secara signifikan dipengaruhi faktor kepuasan layanan dan berpengaruh positif terhadap loyalitas pelanggan rumah tangga sedangkan layanan tidak berpengaruh secara signifikan terhadap loyalitas pelanggan.
(21)
9
3. Dharmayanti dalam Jurnal Manajemen Pemasaran,VOL.1.NO.2,OKTOBER 2006, dengan judul penelitian “Analisa Sensitivitas Respon Konsumen Terhadap Ektensifikasi Merek (Brand Extension) Pada Margarine Merek Filma Di Surabaya”.
Hasil penelitian menunjukkan sensivitas respon konsumen terhadap Brand Extension dari minyak goreng menjadi margarine adalah 5,86 yang termasuk kategori sensitif.Perubahan stimuli perluasan merek (Brand Extension) dari minyak goring ke margarine Filma berdasarkan atribut produk dan tahapan hierarchi of effect menunjukkan nilai positif 71.Nilai positif ini menunjukkan bahwa stimuli yang melekat pada margarine Filma mendapat respon lebih tinggi dari para konsumen dibandingkan dengan minyak goreng filma yang telah ada sebelumnya.
4. Setyaningsih dan Darmawan dalam jurnal Media Mahardika VOl.2 No.3 Mei 2004,dengan judul pengaruh citra merek terhadap efektifitas iklan
Atas dasar penelitian terdahulu ini, maka dapat digunakan sebagai acuan penelitian untuk penelitian sekarang dengan menggunakan analisis Structural Equation Models (SEM) sehingga diharapkan dapat sebagai pembanding dari hasil pengujian yang dilakukan oleh peneliti terdahulu.
(22)
10
2.2. Landasan Teori
2.2.1. Pengertian Pemasaran
Banyak definisi pemasaran yang dikemukakan oleh para ahli dalam bidang ini walaupun masing–masing memberikan penekanan yang berbeda namun pada intinya tujuan mereka sama yaitu bertitik tolak pada pemenuhan kebutuhan dan keinginan konsumen. Berikut ini dikutip beberepa definisi tentang pemasaran yang dikemukakan beberapa ahli pemasaran :
1. Kotler (1997:8) mendefinisikan pemasaran sebagai suatu proses sosial dan manajerial yang didalamnya individu dan kelompok mendapatkan apa yang mereka butuhkan dan inginkan dengan menciptakan, menawarkan, dan mempertukarkan produk yang bernilai dengan pihak lain.
2. Sedangkan Swastha (1999:5) mendefinisikan pemasaran sebagai sistem keseluruhan dari kegiatan bisnis yang ditujukan untuk merencanakan, menentukan harga, mempromosikan dan mendistribusikan barang dan jasa yang memuaskan kebutuhan baik kepada pembeli yang ada maupun pembeli potensial.
Dari pengertian-pengertian pemasaran di atas, maka dapat disimpulkan bahwa pemasaran merupakan suatu bentuk kegiatan yang mencakup unsur pemasaran seperti merencanakan, menentukan harga, mempromosikan serta mendistribusikan barang dan jasa tersebut kepada konsumen yang membutuhkannya.
(23)
11
2.2.2. Pengertian Manajemen Pemasaran
Manajemen pemasaran merupakan suatu kegiatan yang dilakukan untuk merencanakan, mengorganisasikan, melaksanakan, dan mengendalikan kegiatan-kegiatan pemasaran untuk membantu dan mendukung proses pertukaran yang efisien dan efektif. Definisi manajemen pemasaran banyak diberikan para ahli dalam pemasaran.
Adapun definisi manajemen pemasaran yang dikemukakan oleh Kotler dan Amstrong (1997:13) adalah bahwa manajemen pemasaran sebagai analsis, perencanaan, implementasi, dan pengendalian program yang dirancang untuk menciptakan, membangun dan mempertahankan pertukaran yang menguntungkan dengan target pembeli dengan mencapai sasaran organisasi. Jadi manajemen pemasaran termasuk olah permintaan yang akhirnya termasuk menata-olah hubungan demi pelanggan.
Manajemen pemasaran menurut Kotler yang dikutip oleh Swasta dan Handoko (2000:4) adalah manajemen pemasaran adalah penganalisaan, perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan program-program yang bertujuan menimbulkan pertukaran dengan pasar yang dituju denga maksud untuk mencapai tujuan perusahaaan. Titik berat diletakkan pada penawaran perusahaan dalam memenuhi kebutuhan dan keinginan pasar tersebut serta menentukan harga, mengadakan komunikasi dan distribusi yang efektif untuk memberi tahu, mendorong serta melayani pasar.
(24)
12
2.2.3. Konsep Pemasaran
Konsep pemasaran selalu menekankan bahwa kunci sukses untuk keberhasilan tujuan perusahaan adalah dengan mengutamakan pada pemuasan kebutuhan dan keinginan konsumen melalui cara yang lebih efektif dan lebih efisien daripada yang dilakukan oleh para pesaing.
Menurut Peter dan Olson (1996:3) menyatakan bahwa perusahaan harus memahami dan tetap dekat dengan konsumen dalam menyajikan produk serta pelayanan yang baik, yang akan dibeli dan digunakan konsumen.
Kotler dan Amstrong (1997:17) mengemukakan bahwa konsep pemasaran merupakan falsafah manajemen pemasaran yang berkeyakinan bahwa pencapaian sasaran organisasi tergantung pada penentuan kebutuhan dan keinginan pasar sasaran dan penyampaian kepuasan yang didambakan itu lebih efektif dan efisien ketimbang pesaing.
Konsep pemasaran menurut Lamb, Hair dan Mc.Daniel (2001:6) adalah alasan keberadaan sosial dan ekonomi bagi suatu organisasi dalah memuaskan kebutuhan konsumen da keinginan tersebut sesuai dengan sasaran perusahaan. Hal tersebut tersebut didasarkan pada pengertian bahwa suatu penjualan tidak tergantung pada agresifnya tenaga penjual tetapi lebih pada keputusan konsumen untuk membeli suatu produk, bahkan apa yang konsumen pikirkan itulah yang mereka beli-nilai yang mereka persepsikan-definisi suatu bisnis.
Konsep pemasaran menurut Lamb, Hair dan Mc.Daniel (2001:6) terdiri dari sebagai berikut :
(25)
13
1. Fokus pada kemauan dan keinginan konsumen sehingga organisasi dapat membedakan produknya dari produk yang ditawarkan oleh para pesaing 2. Mengintegrasikan seluruh aktivitas organisasi, termasuk di dalamnya
produksi untuk memuaskan kebutuhan ini.
3. Pencapaian tujuan jangka panjang bagi organisasi dengan memuaskan kebutuhan dan keinginan konsumen secara hukum dan bertanggung jawab.
2.2.4. Tujuan Pemasaran
Ada empat tujuan pemasaran atau sasaran alternatif yang diajukan menurut Kotler dan Armstrong (1997:17):
1. Memaksimalkan konsumsi
Banyak eksekutif bisnis percaya bahwa jabatan pemasaran semestinya dapat mendorong konsumsi maksimum, yang pada gilirannya akan menciptakan produksi, kesempatan kerja, dan kemakmuran maksimum.
2. Memaksimalkan kepuasan konsumen
Pandangan lain menyatakan bahwa sistem pemasaran adalah untuk memaksimalkan kepuasan konsumen, bukan jumlah konsumsinya.
3. Memaksimalkan pilihan
Memaksimalkan ragam produk dan pilihan konsumen akan memungkinkan konsumen mendapatkan barang yang benar-benar memuaskan selera mereka. 4. Memaksimalkan mutu kehidupan
Mutu kehidupan ini tidak hanya mencakup kualitas, kuantitas, ketersediaan dan harga barang, tetapi juga mutu lingkungan fisik dan budaya.
(26)
14
2.2.5. Merek
Merek memegang peranan penting dalam dunia industri,istilah merek menjadi salah satu kata yang popular.Merek sekarang tidak hanya dikaitkan oleh produk tetapi juga dengan berbagai strategi yang dilakukan oleh perusahaan (Knapp,2000). Menurut American Marketing Association (Kotler,2000) merek adalah nama,istilah ,tanda,symbol rancangan,atau kombinasi yang dapat mengidentifikasikan barang atau jasa dari seorang atau sekelompok penjual agar dapat membedakan produk tersebut dari produk pesaing .
Merek memberikan sejumlah keuntungan pada produsen maupun konsumen.Simamora (2002) menyebutkan dengan adanya merek ,masyarakat mendapat jaminan tentang mutu suatu produk yaitu dengan memperoleh informasi yang berkaitan dengan merek tersebut.Dikenalnya merek oleh masyarakat membuat pihak perusahaan meningkatkan inovasi produk untuk menghadapu persaingan. Sedangkan bagi produsen merek tentunya bermanfaat untuk melakukan segmentasi pasar, menarik konsumen member produk dari merek tersebut serta memberikan perlindungan terhadap produk yang dihasilkan.
Merek mempunyai makna yang berbeda-beda bagi para produsen.Menurut Hermawan Kertajaya (dalam Simamora, 2002), perusahaan memiliki cara yang berbeda-beda dalam memandang merek. Hal itu tergantung pada tipe pemasaran yang digunakan oleh perusahaan tersebut. Berikut ini adalah tipe-tipe pemasaran yang biasa digunakan oleh berbagai perusahaan:
(27)
15
1. No marketing, tipe pemasaran ini dilakukan pada saat perusahaan memonopoli
pasar dan tidak memiliki pesaing. Konsumen pasti mencari produk karena tidak ada pilihan. Dalam hal ini, merek hanya dianggap sekedar nama.
2. Mass marketing, tipe pemasaran ini dilakukan ketika perusahaan sudah
memiliki pesaing walaupun pesaingnya lemah, untuk itu perusahaan masih menguasai sebagian besar pasar dengan melakukan pemasaran missal. (mass
marketing), dan pada saat ini merek tidak lebih dari sekedar mengenalkan
produk (brand awareness).
3. Segmented marketing, dilakukan pada saat persaingan mulai ketat, oleh karena
itu perusahaan perlu melakukan segmentasi pasar. Dalam tipe pemasaran ini, perusahaan harus menancapkan citra yang baik tentang mereknya, karena itu merek diperlukan sebagai jangkar asosiasi (brand association).
4. Niche marketing, ketika persaingan bertambah ketat lagi, perusahaan tidak
bisa hanya mengandalkan segmen, melainkan ceruk pasar (niche marketing) yang ukurannya lebih kecil tetapi memiliki perilaku khas. Oleh karena itu, perusahaan perlu menciptakan kesan bahwa mereknya berkualitas, karena itu merek adalah persepsi kualitas (perceived quality).
5. Individualized marketing, ketika sudah mencapai puncak persaingan, bagi
perusahaan merek berkaitan dengan loyalitas (brand loyalty). Dalam puncak persaingan tentunya jumlah pesaing sangat banyak dengan berbagai strategi yang digunakan dan konsumen tidak mau hanya sekedar dipandang sebagai pembeli saja, karena itu perusahaan harus menjalin kemitraan dengan konsumen melalui individualized marketing.
(28)
16
2.2.6 Brand Extension
2.2.6.1.Pengertian Brand Extension
Kotler (2000): Bahwa perluasan merek(brand extension) didefinisikan sebagai penggunaan merek yang sudah ada pada produk baru dimana produk tersebut memiliki kategori yg berbeda dengan merek yang digunakannya, Anand Halve. (www.etstrategicmarketing.com/smJune-July2/sbrand_2htm) mengatakan bahwa perluasan merek adalah peluncuran suatu produk baru yang memiliki kategori yg berbeda dengan produk yang sudah ada dan produk baru tersebut menggunakan nama produk yang sudah ada.
Aaker (1997:255), perluasan merek adalah penggunaan sebuah merek yang telah mapan pada suatu kelas produk untuk memasuki kelas produk lain. Perluasan merek merupakan strategi alamiah bagi perusahaan yang sedang tumbuh dan mengeksploitasi asetnya. Perluasan merek dapat dilakukan dengan cara menggunakan asset tersebut untuk penetrasi pada kategori produk baru ataumemberi lisensinya kepada produk lain atau mengakuisisi sebuah perusahaan yang mempunyai merek yang bisa dijadikan landasan bagi perusahaan.Perluasan merek secara umum dapat dibedakan menjadi dua kategori, yaitu:
1. Perluasan lini (line extension) Artinya perusahaan membuat produk baru dengan menggunakan merek lama yang terdapat pada merek induk. Meskipun target pasar produk yang baru tersebut berbeda, tetapi kategori produknya sudah dilayani oleh merek induk.
(29)
17
2. Perluasan kategori (category extension) Artinya perusahaan tetap menggunakan merek induk yang lama untuk memasuki kategori produk yang sama sekali berbeda dari yang sedang dilayani oleh merek induk.
Aaker,(1997:225) mendefinisikan indikator – indikator dari perluasan merek adalah sebagai berikut :
1. Kesadaran konsumen, kesadaran terhadap merek produk sebagai merek projector yang mudah diingat oleh konsumennya.
2. Pengetahuan konsumen, pengetahuan tentang merek produk sebagai merek yang mudah dimengerti tujuannya,informasi yang tersedia mudah diserap dan deskripsi tentang merek tersebut.
3. Tingkat kesukaan konsumen, seberapa suka konsumen pada merek produk setelah adanya perluasan merek yaitu merek tersebut mudah disukai,diminati dan menjadi merek favorit.
4. Kecenderungan konsumen, kecenderungan terhadap tingkat pemilihan merek.
5. Tindakan konsumen, tindakan konsumen dalam membeli dan memakai produk.
2.2.7. Brand Image
2.2.7.1. Pengertian Brand Image
Kotler, (2002) mendefinisikan citra merek sebagai seperingkat keyakinan,ide,dan kesan yang dimiliki oleh seseorang terhadap suatu merek.Karena itu sikap dan tindakan konsumen terhadap suatu merek sangat ditentukan oleh citra merek tersebut.
(30)
18
Simamora, (2002) mengatakan bahwa citra adalah persepsi yang relatif konsisten dalam jangka panjang (enduring perception).jadi tidak mudah untuk membentuk citra, sehingga bila terbentuk akan sulit mengubahnya.Citra yang dibentuk harus jelas dan memiliki keunggulan bila dibandingkan dengan pesaingnya.Saat perbedaan dan keunggulan merek dihadapkan dengan merek lain,muncullah posisi merek.
Biel (1993 :43) yang dikutip oleh(setyaningsih dan Darmawan, 2004) menyatakan bahwa terdapat tiga komponen dari suatu citra merek ( Brand Image),yaitu citra korporat ( Corporate image),citra pemakai (image of the user ) dan citra produk (image of the product).dari pernyataan diatas maka dapat disimpulkan bahwayg menjadi indikator dalam memilih suatu merek projector adalah sebagai berikut :
1. Citra korporat (corporate image),
Konsumen mempunyai pengalaman yang baik atas penggunaan berbagai merek produk yang dihasilkan oleh perusahaan’makakonsumen akan memiliki citra positif terhadap perusahaan itu.sebuah organisasi dalam perusahaan harus melakukan survei ulang publiknya selang beberapa waktu untuk mengetahui apakah kegiatan pemasaran yang mereka lakukan telah memperbaiki atau membentuk citra yang diiginkan.Kotler (2000) menurut (Setyaningsih dan Darmawan,2004) menyatakan sikap tidak dapat diubah sekejap,dana untuk kampanye biasanya terbatas,citra publik cenderung tetap,bila tidak ada kemajuan,mungkin progam pemasaran organisasi harus diubah.
(31)
19
2. Citra pemakai (Image of the user)
Dapat dibentuk langsung dari pengalaman dan kontak dengan pengguna merek tersebut.Manfaat adalah nilai pribadi konsumen yang diletakkan terhadap atribut dari produk atau layanan yaitu apa yang konsumen pikir akan mereka dapatkan dari layanan tersebut .(Blackston,1993) menurut (setyaningsih dan Darmawan,2004) berkata bahwa organisasi melaui pemasar tidak hanya memikirkan tentang bagaimana mendekati konsumen dan cara agar konsumen tertarik kepada merek mereka,tetapi bagaimana mendekatkan merek mereka ke konsumen dan bagaimana merek mereka menunjukkan reaksi kepada konsumen.
3. Citra Produk (Image of the product)
Menggambarkan image (gambaran) dari produk tersebut.Hal ini bisa berupa kemasannya,bentuk atau modelnya,dsb.Hal ini sangat berpengaruh di mata konsumen,karena citra dari produk tersebut bisa mendreskripsikan segala hal baik yang negative atau positif.
2.2.8. Loyalitas Konsumen
2.2.8.1. Pengertian Loyalitas konsumen
Loyalitas konsumen (customer loyalty) merupakan dorongan (drive) yang sangat penting untuk menciptakan penjualan. Pelanggan akan menjadi loyal kalau pelanggan memandang perusahaan itu sebagai perusahaan yang baik. Di mata pelanggan, suatu perusahaan itu baik bila pengguna melakukan pembelian pertama dari perusahaan, dan setelah pembelian pertama, pelanggan punya keinginan untuk melakukan pembelian berikutnya.
(32)
20
Pelanggan adalah orang yang biasa membeli pada suatu badan usaha secara tetap. Kebiasaan ini dibangun melalui pembelian dan interaksi pada tiap frekuensi kesempatan selama suatu periode waktu tertentu. Tanpa adanya jalanan hubungan yang kuat dan pembelian secara berulang-ulang, orang tersebut tidak bisa dikatakan sebagai pelanggan, tetapi hanya merupakan seorang pembeli.
Kesetiaan adalah kesediaan dari pelanggan untuk melakukan pembelian produk atau layanan hanya pada satu badan usaha. Seorang pelanggan dapat dikatakan setia terhadap suatu badan usaha jika memiliki ciri-ciri sebagai berikut, yaitu melakukan pembelian secara berulang pada badan usaha yang sama. Membeli melalui line produk dan jasa yang ditawarkan oleh badan usaha yang sama memberitahukan kepada orang lain kepuasan-kepuasan yang didapat dari suatu badan usaha dan menunjukkan kekebalan terhadap tawaran usaha pesaing.
Hal terpenting yang harus dilakukan untuk memenangkan persaingan adalah memuaskan konsumen. Perusahaan yang berhasil menjaga agar konsumennya selalu puas akan lebih mudah untuk mempertahankan bahkan mengembangkan usahanya karena konsumennya lebih setia, sehingga konsumen tersebut kerapkali melakukan pembelian ulang dan rela membayar lebih. Kesetiaan pelanggan mencerminkan komitmen psikologis terhadap merek tertentu. Kesetiaan sebagai suatu komitmen untuk membeli kembali secara konsisten barang atau jasa di masa yang akan datang.
Kesetiaan konsumen pada suatu merek tidak terbentuk dengan sendirinya dalam waktu yang singkat tetapi perlu proses belajar dan pengalaman dari konsumen itu sendiri. bila dari pengalamannya konsumen tidak mendapatkan
(33)
21
merek produk yang memuaskan maka konsumen akan terus membeli dan mencoba bermacam-macam merek sampai mendapatkan produk yang sesuai dengan keinginannya.
Menurut Mowen (1995: 108) Kesetiaan merek didefinisikan sebagai suatu keadaan dimana konsumen memiliki sikap yang positif terhadap suatu merek, memiliki komitmen pada merek tersebut dan berniat untuk melakukan pembelian ulang terhadap produk dengan merek tertentu tersebut di masa yang akan datang. Pendapat ini didukung oleh Keegan, Moriarty dan Duncan (1995: 6) Konsumen yang setia akan bersikap positif terhadap produk dan cenderung melakukan pembelian yang berulang-ulang terhadap produk tersebut.
Kesetiaan merek di pengaruhi secara langsung oleh kepuasan atau ketidakpuasan dengan merek yang telah diakumulasi dalam jangka waktu tertentu sebagaimana persepsi kualitas produk. Karena empat sampai enam kali lebih murah untuk mempertahankan pelanggan lama daripada memperoleh yang baru, maka para manajer harus memberi prioritas tertinggi pada penciptaan strategi yang membangun dan mempertahankan kesetiaan merek.
Produsen selalu berusaha memuaskan keinginan konsumen agar konsumen setia pada suatu merek, karena dengan semakin banyaknya konsumen yang setia penjualan akan semakin meningkat, biaya pemasaran dapat berkurang dan timbulnya kemungkinan untuk menarik konsumen baru. Setia tidaknya konsumen pada suatu merek dapat dilihat dari sikapnya, seperti yang dinyatakan Assael (1995 : 131) yaitu kesetiaan merek merupakan sikap terhadap suatu merek yang ditunjukkan dengan pembelian yang konsisten dan terus menerus terhadap merek
(34)
22
tersebut. Jika konsumen sudah membeli suatu produk dengan merek tertentu secara berulang-ulang maka konsumen tersebut memiliki loyalitas terhadap merek.
2.2.8.2. Dimensi Loyalitas Konsumen
Oliver (1999) dalam Wenny dan Rizal (2008: 48) mengemukakan empat dimensi loyalitas konsumen yang terdiri dari :
1. Cognitive loyalty, meliputi keinginan untuk selalu memakai projector, dan anggapan pelanggan terhadap priority projector.
2. Affective loyalty, meliputi kesenangan untuk bekerja sama dengan provider, dan anggapan pelanggan terhadap kualitas projector.
3. Conative loyalty, meliputi keyakinan untuk menggunakan terus menerus, dan merekomendasikan projector.
4. Action loyalty, meliputi sikap untuk membeli hanya dari satu provider saja, dan sikap hanya memakai jasa projector saja.
Zeithaml et.al, (1996) dalam Edwin (2005; 37) menjelaskan bahwa loyalitas konsumen diukur dengan menggunakan 3 indikator, antara lain:
1. Say Positive things adalah mengatakan hal yang positif tentang produk yang telah dikonsumsi.
2. Recommend Friends adalah memberikan rekomendasi tentang produk yang telah dikonsumsi kepada orang lain .
3. Continue Purchasing adalah melakukan pembelian secara terus-menerus terhadap produk yang telah dikonsumsi.
(35)
23
2.3. Pengaruh Brand Extension Terhadap Loyalitas Konsumen
Rangkuti (2002) mengatakan bahwa strategi perluasan merek memberikan keuntungan bagi perusahaan karena dengan menggunakan merek yang sudah terkenal akan memberikan pengakuan dan penerimaan yang lebih cepat pada kategori produk baru hal ini diharapkan dapat memberikan jaminan kualitas dan keyakinan kepada para konsumen atas merek tersebut. Tetapi strategi perluasan merek ini tentunya tidak lepas dari resiko,karena dapat memberikan pengaruh negative pada merek induk akan mengalami penipisan merek (brand diluation).
Dengan adanya penipisan merek ini maka konsumen pengguna tidak akan menghubungkan merek tersebut dengan produk yang spesifik. Kumar (2002) juga mengemukakan bahwa Loyalitas merek memberikan keuntungan bagi perusahaan karena penelitian membuktikan bahwa konsumen pengguna yang loyal pada suatu merek akan mencoba segala varian yang ada dalam merek tersebut.
2.3.1. Pengaruh Brand Image Terhadap Loyalitas Konsumen
Schiffman dan Kanuk (1997) menyatakan bahwa Citra merek yang positif dapat membantu konsumen menolak aktivitas yang dilakukan oleh pesaing dan sebaliknya menyukai aktifitas yang dilakukan oleh merek yang disukainya serta selalu mencari informasi yang berkaitan dengan merek tersebut.
Rangkuti, (2002) menyatakan bahwa konsumen pengguna yang terbiasa menggunakan merek tertentu cenderung memiliki konsistensi terhadap citra dari merek tersebut.Jadi dapat dikatakan citra yang baik dari suatu merek dapat mengarahkan pada loyalitas konsumen terhadap suatu merek. Penting bagi perusahaan untuk mebangun citra dari merek yang dihasilkannya, agar citra merek
(36)
24
yang dibangun dapat dipersepsikan dengan baik oleh konsumen.Bagaimanapun juga citra merek yang baik ikut membantu terwujudnya loyalitas merek,sehingga merek tersebut dapat berkembang menjadi merek yang kuat di pasaran.Karena itu ,keberhasilan produk hasil perluasan merek ini tidak lepas dari reputasi yang dibangun atas kualitas yang diberikan oleh merek tersebut.
(37)
25
2.4. Kerangka Konseptual
Loyalitas Konsumen (Y) Brand image (X2) Brand Extension (X1) Kesadaran Konsumen (X1.1) Pengetahuan konsumen (X1 2) Tindakan konsumen (X1 5) kecenderungan konsumen (X1.4) Tingkat kesukaan konsumen (X1.3)
Image of the Product (X2.3) Corporate Image
(X2.1)
Continue purchasing (Y3) Say positive (Y1)
Recommend friends (Y2)
image of the User (X2.2)
2.5. Hipotesis
Berdasarkan kajian teori yang telah dikemukakan sebelumnya, maka dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut:
1. Brand Extention berpengaruh positif terhadap loyalitas konsumen yang menggunakan produk Acer “Projector” di PT.Gading Murni Surabaya.
2. Brand Image berpengaruh positif terhadap loyalitas konsumen yang menggunakan produk Acer “Projector” di PT.Gading Murni Surabaya.
(38)
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel
Variabel adalah suatu konsep atribut atau karakteristik yang memiliki harga atau nilai yang bervariasi dan memiliki suatu ukuran.Definisi opersional dan
pengukuran variabel berisi pernyataan tentang pengoperasian atau pendefinisian konsep-konsep penelitian menjadi variabel-variabel penelitian termasuk penetapan cara dan satuan pengukuran variabelnya.Variabel yang digunakan pada penelitian ini adalah :
1. Brand Extension ( X1)
Merupakan strategi alamiah bagi perusahaan yang sedang tumbuh dan mengekploitasi asetnya,perluasan merek dapat dilakukan dengan cara menggunakan aset tersebut untuk penetrasi pada kategori produk baru atau memberi lisensinya kepada produk lain.Aaker,(1997:225). Adapun indikator– indikator dari perluasan merek adalah sebagai berikut:
a. Kesadaran Konsumen (X1.1) kesadaran terhadap merek produk sebagai
merek projector yang mudah diingat oleh konsumennya.
b. Pengetahuan konsumen (X1.2) pengetahuan tentang merek produk sebagai
merek yang mudah dimengerti tujuannya,informasi yang tersedia mudah diserap dan deskripsi tentang merek tersebut.
(39)
c. Tingkat kesukaan konsumen (X1.3) seberapa suka konsumen pada merek
produk setelah adanya perluasan merek yaitu merek tersebut mudah disukai,diminati dan menjadi merek favorit.
d. kecenderungan konsumen (X1.4) kecenderungan terhadap tingkat
pemilihan merek.
f. Tindakan konsumen (X1.5) tindakan konsumen dalam membeli dan
memakai produk . 2. Citra Merek / Brand Image (X2)
Biel (1993: 43) yang dikutip oleh (Setyaningsih dan Darmawan, 2004) menyatakan bahwa terdapat tiga komponen dari suatu citra merek (Brand Image), yaitu citra korporat (Corporate Image), citra pemakai (Image of the User) dan citra produk (Image of the Product). Dari pernyataan diatas maka dapat disimpulkan menjadi indikator dalam memilih suatu merek minuman adalah sebagai berikut:
a. Citra Korporat /Corporate Image (X2.1)
Konsumen mempunyai pengalaman yang baik atas penggunaan berbagai merek produk yang dihasilkan oleh perusahaan, maka konsumen akan mempunyai citra yang positif terhadap atas perusahaan itu. Sebuah organisasi dalam perusahaan harus melakukan survei ulang publiknya selang beberapa waktu untuk mengetahui apakan kegiatan pemasaran yang mereka lakukan telah memperbaiki atau membentuk citra yang diinginkan.
(40)
b. Citra Pemakai /image of the User (X1.2)
Dapat dibentuk langsung dari pengalaman dan kontak dengan pengguna merek tersebut Manfaat adalah nilai pribadi konsumen yang diletakkan terhadap atribut dari produk atau layanan yaitu apa yang konsumen pikir akan mereka dapatkan dari layanan tersebut.
c. Citra Produk /Image of the Product (X1.3)
Menggambarkan image (gambaran) dari produk tersebut. Hal ini bisa berupa kemasannya, bentuk/modelnya, dsb. Hal ini sangat berpengaruh di mata konsumen, karena citra dari produk tersebut bisa mendeskripsikan segala hal baik yang negatif maupun positif.
3. Loyalitas Konsumen (Y)
Loyalitas pengguna merupakan suatu keadaan dimana konsumen memiliki sikap yang positif terhadap suatu produk atau jasa, memiliki komitmen pada produk atau jasa tersebut dan berniat untuk melakukan pembelian ulang di masa datang.
Menurut Sigiharto,(2007:56) bahwa loyalitas pengguna (Y) diukur oleh 3 indikator, antara lain:
a. Say positive things (Y1)
mengatakan hal yang positif tentang produk projector yang telah digunakan.
b. .Recommend friends (Y2)
memberikan rekomendasi tentang produk projector yang telah digunakan kepada orang lain
(41)
c. Continue purchasing (Y3)
melakukan pembelian ulang terhadap produk projector
3.1.2. Pengukuran Variabel
Skala pengukuran yang digunakan adalah skala interval dengan teknik pengukuran menggunakan semantic differential scale. Analisis ini dilakukan dengan meminta responden untuk menyatakan pendapatnya tentang serangkaian pertanyaan yang berkaitan dengan obyek yang diteliti dalam bentuk nilai yang berada dalam rentang dua sisi. Digunakan jenjang 7 dalam penelitian ini mengikuti pola sebagai berikut :
1 7
Sangat tidak setuju Sangat setuju
Tanggapan atau pendapat konsumen dinyatakan dengan memberi skor yang berada dalam rentang nilai 1 sampai dengan 7 pada kotak yang tersedia di sebelahnya, dimana nilai 1 menunjukkan nilai terendah dan nilai 7 nilai tertinggi. Jawaban dengan nilai antara 1-4 berarti kecenderungan untuk tidak setuju dengan pernyataan yang diberikan, sedangkan jawaban dengan nilai antara 5-7 berarti cenderung setuju dengan pernyataan yang diberikan.
3.2. Teknik Penentuan Sampel a. Populasi
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas : obyek atau subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. (Sugiyono, 2008:80).
(42)
Populasi dalam penelitian ini adalah semua pengguna produk projector Acer di PT.Gading Murni, Tunjungan Plasa Surabaya.
b. Sampel
Sampel adalah bagian dari jumlah karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut (Sugiyono, 2008:80).
Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah teknik non probability sampling tepatnya Purposive sampling yaitu pemilihan sampel berdasarkan ciri-ciri atau katakteristik tertentu, yaitu :
1. Konsumen yang membeli dan menggunakan produk Proyektor Acer baik untuk keperluan individu atau institusi.
2. Konsumen yang membeli Produk Acer dalam triwulan I Tahun 2008 – 2009. Besarnya sampel ditentukan dengan menggunakan rumus Unknown Populations :
2
2 /
e Za
n
... (Riduwan 2004: 67)
Keterangan :
n = Jumlah sampel
Za = Ukuran tingkat kepercayaan dengan a = 0,05 (tingkat kepercayaan 95 % berarti Z ½ .95 % = Z. 0,475 dalam tabel ditemukan 1,96). = Standar deviasi
(43)
Dengan perhitungan: 2 2 / e Za n 2 05 , 0 ) 25 , 0 ).( 96 , 1 (
= 100
Penentuan sampel juga dapat didasarkan pada pedoman ukuran sampel yang menyatakan bahwa besarnya jumlah sampel yaitu 5-10 kali parameternya yang di estimasi (Augusty, 2002:48). Pada penelitian ini ada 11 indikator, Adapun jumlah sampel yang ditetapkan dalam penelitian ini adalah sebesar (11 x 10) = 55-110 responden. Hal ini dilakukan agar dapat memenuhi persyaratan jumlah minimal sampel yang dikehendaki oleh alat analisis kuantitatif yang ditetapkan 3.3. Teknik Pengumpulan Data
3.3.1. Jenis Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitan ini adalah jenis data primer yaitu jenis yang diperoleh dengan jalan penyebaran kuisioner secara langsung pada konsumen yang melakukan pembelian produk Acer Projector di PT Gading Murni tunjungan Plasa Surabaya, untuk mengetahui pendapat mereka secara langsung.
3.3.2. Sumber Data
Sumber data yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah diperoleh dari konsumen yang sedang melakukan pembelian produk produk Acer Projector di PT Gading Murni tunjungan Plasa Surabaya.
(44)
3.3.3. Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan dengan mengadakan riset lapangan yaitu kegiatan penelitian dengan tujuan langsung ke obyek penelitian dengan :
a. Kuesioner
yaitu cara pengumpulan data dengan jalan memberikan pertanyaan-pertanyaan tertulis yang dibagikan kepada para responden.
b. Interview
yaitu suatu penelitian yang dilakukan dengan mengadakan wawancara secara langsung terhadap responden untuk mengetahui pendapat mereka secara langsung
3.4. Teknik Analisis dan Uji Hipotesis 3.4.1. Uji Reliabilitas dan Validitas
Variabel atau dimensi yang diukur melalui indikator-indikator dalam daftar pertanyaan perlu dilihat reliabilitasnya dan validitasnya, dimana hal ini dijelaskan sebagai berikut :
a. Uji Validitas
Validitas yang digunakan adalah validitas konstruk (construct validity) yang merujuk pada sejauh mana uji dapat mengukur apa yang sebenarnya kita ukur. Uji validitas diukur ditafsirkan dengan menggunakan Item to Total Correlation,
jika nilai r > 0,5 maka indikator valid, dan jika nilai r < 0,5 maka indikator
tidak valid. b. Uji Reliabilitas
(45)
Uji ini ditafsirkan dengan menggunakan koefisien Alpha Cronbach. Jika nilai alpha cukup tinggi (berkisar 0,50 – 0,60) dapat ditafsirkan suatu hasil pengukuran relatif konsisten apabila pengukuran diulangi dua kali atau lebih, dengan kata lain instrumen tersebut dapat diandalkan. (Augusty, 2002 : 193) 3.4.2. Uji Outlier Univariat dan Multivariat
Outlier adalah observasi yang muncul dengan nilai-nilai ekstrim baik secara univariat maupun multivariat yaitu yang muncul karena kombinasi kharakteristik unik yang dimilikinya dan terlihat sangat jauh berbeda dari observasi-observasi lainnya (Augusty, 2002 : 52).
3.4.2.1. Uji Outlier Univariat
Deteksi terhadap adanya outlier univariat dapat dilakukan dengan menentukan ambang batas yang akan dikategorikan sebagai outlier dengan cara mengkonversi nilai data penelitian ke dalam standar score atau yang biasa disebut dengan z-score, yang mempunyai rata-rata nol dengan standar deviasi sebesar satu. Bila nilai-nilai itu telah dinyatakan dalam format yang standar (z-score), maka perbandingan antar besaran nilai dengan mudah dapat dilakukan. Untuk sampel besar (diatas 80 observasi), pedomana evaluasi adalah nilai ambang batas dari z-score itu berada pada rentang 3 sampai dengan 4 (Hair dkk, 1995 dalam Augusty, 2002 : 98). Oleh karena itu apabila ada observasi-observasi yang memiliki z-score > 3,0 akan dikategorikan sebagai outlier.
3.4.2.2. Uji Outlier Multivariat
Evaluasi terhadap multivariat ouliers perlu dilakukan sebab walaupun data yang dianalisis menunjukkan tidak ada outlier pada tingkat univariat, tetapi
(46)
observasi itu dapat menjadi outliers bila sudah saling dikombinasikan. Jarak Mahalanobis (the Mahalanobis distance) untuk tiap observasi dapat dihitung dan menunjukkan jarak sebuah observasi dari rata-rata semua variabel dalam sebuah ruang multidimensional. Uji terhadap multivariat dilakukan dengan menggunakan kriteria Jarak Mahalanobis pada tingkat < 0,001. Jarak Mahalanobis itu dapat dievaluasi dengan menggunakan nilai 2 pada derajat kebebasan sebesar jumlah item yang digunakan dalam penelitian. Apabila nilai Jarak Mahalanobisnya lebih besar dari nilai 2Tabel adalah Outlier Multivariat.
3.4.3. Uji Normalitas Data
Adapun metode yang digunakan untuk mengetahui apakah data tersebut berdistribusi normal atau tidak adalah menggunakan uji critical ratio dari Skewness dan Kurtosis dengan ketentuan sebagai berikut :
Kriteria Pengujian :
Pedoman dalam mengambil keputusan apakah sebuah distribusi data mengikuti distribusi normal adalah :
1. Jika nilai critical yang diperoleh melebihi rentang + 2,58 maka distribusi adalah tidak normal.
2. Jika nilai critical yang diperoleh berada pada rentang + 2,58 maka distribusi adalah normal.
3.4.4. Pemodelan SEM (Structural Equation Modeling)
Sebuah pemodelan SEM yang lengkap pada dasarnya terdiri dari Measurement Model dan Structural Model. Measurement Model atau Model Pengukuran ditujukan untuk mengkonfirmasikan sebuah dimensi atau faktor
(47)
berdasarkan indikator-indikator empirisnya. Structural Model adalah model mengenai struktur hubungan yang membentuk atau menjelaskan kausalitas antara faktor. (Augusty, 2002 : 34)
Untuk membuat pemodelan yang lengkap beberapa langkah berikut ini yang perlu dilakukan :
a. Pengembangan model berbasis teori.
Langkah pertama dalam pengembangan model SEM adalah pencarian atau pengembangan sebuah model yang mempunyai justifikasi teoritis yang kuat. Setelah itu, model tersebut divalidasi secara empirik melalui program SEM. b. Pengembangan diagram alur untuk menunjukkan hubungan kausalitas.
Pada langkah kedua, model teoritis yang telah dibangun pada langkah pertama akan digambarkan dalam path diagram. Path diagram tersebut memudahkan peneliti melihat hubungan-hubungan kausalitas yang ingin diujinya.
c. Konversi diagram alur kedalam persamaan.
Setelah teori atau model dikembangkan dan digambarkan dalam sebuah diagram alur, spesifikasi model dikonversikan kedalam rangkaian persamaan. d. Memilih Matriks Input dan Estimasi Model.
Perbedaan SEM dengan teknik multivariat lainnya adalah dalam input data yang akan digunakan dalam pemodelan dan estimasinya. SEM hanya menggunakan matriks varians kovarians atau matriks korelasi sebagai data input untuk keseluruhan estimasi yang dilakukannya.
(48)
e. Menilai Problem Identifikasi.
Problem identifikasi pada prinsipnya adalah problem mengenai ketidakmampuan dari model yang dikembangkan untuk menghasilkan estimasi yang unik.
Problem identifikasi dapat muncul melalui gejala-gejala berikut ini : 1. Standard error untuk satu atau beberapa koefisien sangat besar.
2. Program tidak mampu menghasilkan matrik informasi yang seharusnya disajikan.
3. Muncul angka-angka yang aneh seperti adanya varians error yang negatif. 4. Muncul korelasi yang sangat tinggi antar korelasi estimasi yang didapat
(misalnya lebih dari 0,9). f. Evaluasi Model.
Pada langkah ini kesesuaian model dievaluasi, melalui telaah terhadap bebagai kriteria goodness-of-fit. Kriteria-kriteria tersebut adalah :
1. Ukuran sampel yang digunakan adalah minimal berjumlah 100 dan dengan perbandingan 5 observasi untuk setiap astimated parameter.
2. Normalitas dan Linieritas. 3. Outliers.
4. Multicolinierity and Singularity. 3.4.5. Uji Hipotesis
Dalam analisis SEM umumnya berbagai jenis fit index yang digunakan untuk mengukur derajad kesesuaian antara model yang dihipotesakan dengan data
(49)
yang disajikan. Berikut ini adalah index kesesuaian dan cut-off valuenya untuk digunakan dalam menguji apakah sebuah model dapat diterima atau ditolak. a. 2 (Chi Square Statistic).
Alat uji yang paling fundamental untuk mengukur overall fit adalah likehood ratio Chi-Square Statistic. Model yang diuji akan dipandang baik atau memuaskan apabila nilai chi-squarenya rendah. Semakin kecil nilai 2 semakin baik model itu dan diterima berdasarkan probabilitas dengan cut-off value sebesar > 0,05 atau > 0,10.
b. RMSEA (The Root Mean Square Error of Approximation)
RMSEA adalah sebuah indeks yang dapat digunakan untuk mengkompensasi chi-squre statistic dalam yang besar. Nilai RMSEA menunjukkan goodness-of-fit yang dapat diharapkan bila model diestimasi dalam populasi. Nilai RMSEA yang lebih kecil atau sama dengan 0,08 merupakan index untuk dapat diterimanya model yang menunjukkan sebuah close fit dari model itu berdasarkan degree of freedom.
c. GFI (Goodness of Fit Index).
Indeks keseusaian (fit index) ini akan menghitung proporsi tertimbang dari varians dalam matriks kovarians sampel yang dijelaskan oleh matriks populasi yang terestimasikan. GFI adalah sebuah ukuran non-statistikal yang mempunyai rentang nilai antara 0 (poor fit) sampai dengan 1.0 (perfect fit). Nilai yang tinggi dalam indeks ini menunjukkan sebuah better fit.
(50)
d. AGFI (Adjusted Goodness-of-Fit Index).
GFI adalah analog dari R2 dalam regresi linier berganda yaitu suatu koefisien yang mengukur ketepatan sebuah model yang digunakan. Tingkat penerimaan yang direkomendasikan adalah bila AGFI mempunyai nilai sama dengan atau lebih besar dari 0,90. GFI maupun AGFI adalah kriteria yang memperhitungkan proporsi tertimbang dari varians dalam sebuah matriks kovarians sampel.
e. CMIN/DF.
The Minimum Sample Discrepancy Function (CMIN) dibagi dengan degree of freedomnya akan menghasilkan indeks CMIN/DF, yang umumnya dilaporkan oleh para peneliti sebagai salah satu indikator untuk mengukur tingkat fitnya sebuah model. Nilai 2 relatif kurang dari 2.0 atau bahkan kadang kurang dari 3.0 adalah indikasi dari acceptable fit antara model dan data.
f. TLI (Tucker Lewis Indeks)
TLI adalah sebuah alternatif incremental fit index yang membandingkan sebuah model yang diuji terhadap sebuah baseline model. Nilai yang direkomendasikan sebagai acuan untuk diterimanya sebuah model adalah penerimaan > 0.95 dan nilai yang sangat mendekati 1 menunjukkan a very good fit.
g. CFI (Comparative Fit Index).
Merupakan besaran indeks ini adalah pada rentang nilai sebesar 0 – 1, dimana semakin mendekati 1, mengidentifikasikan tingkat fit yang paling tinggi (a very good fit). Nilai yang direkomendasikan adalah CFI > 0,95.
(51)
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1. Deskripsi Obyek Penelitian 4.1.1. Gambaran Umum Perusahaan
Sebagai pelopor atau pendahulu yang berdiri sejak tahun 1948, kami telah terbukti berpengalaman dan mampu bertahan selama puluhan tahun di bidang office solution. Mulai dari perkakas kantor biasa sampai mesin-mesin perkantoran berteknologi terkini, telah kami tekuni.Ditunjang dengan kerjasama international menandakan bahwa kami telah mampu berkecimpung di dunia internasional. Dari Trodat Stempel (Austria), Artline ( Jepang), Pelikan (Malaysia), HSM (Jerman) adalah branded - branded internasional yang kami pegang.
Dari satu Kota yaitu Surabaya hingga kini telah tersebar di beberapa daerah dari barat ( Jakarta s/ d Nusat Tenggara) mengindikasikan perkembangan serta perluasan usaha kami. Untuk semua kebutuhan office solution mulai office stationery, office equipment, office automation dan office technology paling lengkap dan terjamin.
Bulan Juni tahun 1962, merupakan awal beredarnya mesin photo copy merek "Minolta" di pasaran. Pemasaran mesin photo copy merek "Minolta" untuk wllayah Jawa Timur saat ini dilakukan oleh PT GADING MURNI, yang lokasinya terletak di jalan Tunjungan 27 Surabaya (60275). Dipilihnya jalan Tunjungan, karena alasan :
(52)
- Jalan Tunjungan merupakan pusat perdagangan.
- letak jalan Tunjungan sangat strategis, yaitu di Jantung kota Surabaya, sehingga dapat dengan mudah dicapai di segala penjuru kota.
4.2. Deskripsi Hasil Penelitian 4.2.1. Penyebaran Kuisioner
Kuisioner disebarkan untuk mendapatkan sampel dengan menggunakan teknik purposive sampling yaitu teknik penarikan sampel non probabilitas yang menyeleksi responden dengan pertimbangan tertentu dan data yang ada, diolah dengan menggunakan structural equation modelling.
4.2.2. Keadaan Responden
Data mengenai keadaan responden dapat diketahui melalui jawaban responden dari pertanyaan–pertanyaan yang diajukan didalam pertanyaan umum kuisener yang telah diberikan. Dari jawaban–jawaban tersebut diketahui hal–hal seperti dibawah ini.
a. Jenis Kelamin
Dari 100 responden yang menjawab kuisioner yang telah diberikan dapat diketahui jenis kelamin dari responden yakni pada tabel dibawah ini.
Tabel 4.1 : Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
53 53.0 53.0 53.0
47 47.0 47.0 100.0
100 100.0 100.0
laki-laki perempuan Total Valid
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
(53)
b. Usia
Dari 100 responden yang menjawab kuisioner yang telah diberikan dapat diketahui usia para responden yakni pada tabel dibawah ini.
Tabel 4.2: Karakteristik Responden Berdasarkan Usia
9 9.0 9.0 9.0
30 30.0 30.0 39.0 34 34.0 34.0 73.0 27 27.0 27.0 100.0 100 100.0 100.0
18 - 25 Tahun 26 - 33 Tahun 34 - 41 Tahun 41 - 49 Tahun Total
Valid
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Sumber: Data Diolah c. Pekerjaan
Dari 100 responden yang menjawab kuisioner yang telah diberikan dapat diketahui pekerjaan para responden yakni pada tabel dibawah ini.
Tabel 4.3: Karakteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan
9 9.0 9.0 9.0
46 46.0 46.0 55.0 27 27.0 27.0 82.0 18 18.0 18.0 100.0 100 100.0 100.0
Pelajar / Mahasiswa Karyawan Swasta PNS / POLRI / TNI Wiraswasta Total Valid
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Sumber: Data Diolah
4.3. Analisis Dan Pengujian Hipotesis 4.3.1. Uji Outlier
Outlier adalah observasi atau data yang memiliki karakteristik unik yang terlihat sangat berbeda jauh dari observasi-observasi lainnya dan muncul dalam bentuk nilai ekstrim untuk sebuah variabel tunggal atau variabel kombinasi atau mutivariat (Hair, 1998). Evaluasi terhadap outlier multivariate (antar variabel)
(54)
perlu dilakukan sebab walaupun data yang dianalisis menunjukkan tidak ada outliers pada tingkat univariate, tetapi observasi itu dapat menjadi outliers bila sudah saling dikombinasikan. Jarak antara Mahalanobis untuk tiap-tiap observasi dapat dihitung dan akan menunjukkan sebuah observasi dari rata-rata semua variabel dalam sebuah ruang multidimensional (Hair.dkk, 1998; Tabachnick & Fidel, 1996). Uji terhadap outliers multivariate dilakukan dengan menggunakan jarak Mahalanobis pada tingkat p < 1%. Jarak Mahalanobis itu dievaluasi dengan menggunakan χ² (chi kuadrat) pada derajat bebas sebesar jumlah variabel yang digunakan dalam penelitian ini. Hasil uji outlier tampak pada tabel berikut:
Tabel 4.4. Hasil Uji Outlier
Residuals Statistics (a)
Minimum Maximum Mean Std.
Deviation N Predicted Value 38.127 56.559 50.500 3.455 100 Std. Predicted Value -3.581 1.754 0.000 1.000 100 Standard Error of Predicted Value 3.283 12.511 5.615 1.650 100 Adjusted Predicted Value 35.021 57.128 50.453 3.900 100 Residual -52.978 49.643 0.000 28.805 100 Std. Residual -1.811 1.697 0.000 0.985 100 Stud. Residual -1.864 1.709 0.001 1.005 100 Deleted Residual -56.128 50.328 0.047 29.989 100 Stud. Deleted Residual -1.889 1.726 0.001 1.009 100 Mahalanobis Distance [MD] 0.257 17.119 2.970 2.646 100 Cook's Distance 0.000 0.067 0.010 0.012 100 Centered Leverage Value 0.003 0.173 0.030 0.027 100
(a) Dependent Variable : NO. RESP
Sumber : Data Diolah
Deteksi terhadap multivariat outliers dilakukan dengan menggunakan kriteria Jarak Mahalanobis pada tingkat p < 0,001. Jarak Mahalanobis itu dievaluasi dengan menggunakan 2 pada derajat bebas sebesar jumlah variabel yang digunakan dalam penelitian. Bila kasus yang mempunyai Jarak Mahalanobis lebih besar dari nilai chi-square pada tingkat signifikansi 0,001 maka terjadi
(55)
31,264. Hasil analisis Mahalanobis diperoleh nilai 17,119 yang kurang dari 2 tabel 40,790 tersebut. Dengan demikian, tidak terjadi multivariate outliers.
4.3.2. Uji Reliabilitas
Seperti telah dijelaskan pada bab sebelumnya bahwa Cronbach’s Alpha ini digunakan untuk mengestimasi reliabiltas setiap skala (variabel atau observasi indikator). Sementara itu item to total correlation digunakan untuk memperbaiki ukuran-ukuran dan mengeliminasi butir-butir yang kehadirannya akan memperkecil koefisien Cronbach’s Alpha yang dihasilkan (Purwanto, 2002). Hasil selengkapnya dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 4.5. Uji Reliabilitas
Pengujian Reliability Consistency Internal Konstrak Indikator Item to Total
Correlation
Koefisien Cronbach's Alpha
X11 0.693
X12 0.665
X13 0.602
X14 0.726
Brand Extention
X15 0.783
0.869
X21 0.620
X22 0.755
Brand Image
X23 0.737
0.839
Y1 0.612
Y2 0.544
Brand Loyalty
Y3 0.699
0.780
: tereliminasi
Sumber: Data Diolah
Proses eleminasi diperlakukan pada item to total correlation pada indikator yang nilainya < 0,5 [Purwanto,2003]. Terjadi eliminasi karena nilai item to total correlation indikator seluruhnya ada yang tidak ≥ 0,5. Indikator yang tereliminasi tidak disertakan dalam perhitungan cronbach's alpha. Perhitungan cronbach's
(56)
dilakukan setelah proses eliminasi. Hasil pengujian reliabilitas konsistensi internal untuk setiap construct di atas menunjukkan hasil cukup baik dimana koefisien Cronbach’s Alpha yang diperoleh seluruhnya memenuhi rules of thumb yang disyaratkan yaitu ≥ 0,7 (Hair et.al.,1998; Sekaran,2003).
4.3.3. Uji Validitas
Validitas menyangkut tingkat akurasi yang dicapai oleh sebuah indikator dalam menilai sesuatu atau akuratnya pengukuran atas apa yang seharusnya diukur, karena indikator multidimensi, maka uji validitas dari setiap latent variable / construct akan diuji dengan melihat loading factor dari hubungan antara setiap observed variable dan latent variable. Hasil analisis tampak pada tabel di bawah ini.
Tabel 4.6. Uji Validitas
Standardize Faktor Loading dan Construct dengan Confirmatory Factor Analysis
Faktor Loading Konstrak Indikator
1 2 3 4
X11 0.794
X12 0.699
X13 0.507
X14 0.754
Brand Extention
X15 0.952
X21 0.690
X22 0.874
Brand Image
X23 0.837
Y1 0.586
Y2 0.456
Brand Loyalty
Y3 1.198
Sumber: Data Diolah
Berdasarkan hasil confirmatory factor analysis terlihat bahwa factor loadings masing masing butir pertanyaan yang membentuk setiap construct sebagian besar ≥ 0,5, sehingga butir-butir instrumentasi setiap konstruk tersebut dapat dikatakan validitasnya cukup baik.
(57)
4.3.4. Uji Construct Reliability dan Variance Extracted
Selain melakukan pengujian konsistensi internal Cronbach’s Alpha, perlu juga dilakukan pengujian construct reliability dan variance extracted. Kedua pengujian tersebut masih dalam koridor uji konsistensi internal yang akan memberikan peneliti kepercayaan diri yang lebih besar bahwa indikator-indikator individual mengukur suatu pengukuran yang sama (Purwanto, 2002). Dan variance extracted direkomendasikan pada tingkat 0,50. Hasil perhitungan construct reliability dan variance extracted dapat dilihat dalam tabel 4.7.
Tabel 4.7. Construct Reliability dan Variance Extracted
Construct Reliability & Variance Extrated Konstrak Indikator Standardize
Factor Loading
SFL
Kuadrat Error [εj]
Construct Reliability
Variance Extrated
X11 0.794 0.630 0.370
X12 0.699 0.489 0.511
X13 0.507 0.257 0.743
X14 0.754 0.569 0.431
Brand Extention
X15 0.952 0.906 0.094
0.865 0.570
X21 0.690 0.476 0.524
X22 0.874 0.764 0.236
Brand Image
X23 0.837 0.701 0.299
0.845 0.647
Y1 0.586 0.343 0.657
Y2 0.456 0.208 0.792
Brand Loyalty
Y3 1.198 1.435 -0.435
0.832 0.662
Batas Dapat Diterima ≥ 0,7 ≥ 0,5
Sumber: Data Diolah
Hasil pengujian reliabilitas instrumen dengan construct reliability dan variance extracted menunjukkan instrumen cukup reliabel, yang ditunjukkan dengan nilai construct reliability belum seluruhnya ≥ 0,7. Meskipun demikian angka tersebut bukanlah sebuah ukuran “mati” artinya bila penelitian yang dilakukan bersifat exploratory, maka nilai di bawah 0,70 pun masih dapat diterima sepanjang disertai alasan–alasan empirik yang terlihat dalam proses eksplorasi. Dan variance extracted direkomendasikan pada tingkat 0,50.
(58)
4.3.5. Uji Normalitas
Uji normalitas sebaran dilakukan dengan Skewness Value dari data yang digunakan yang biasanya disajikan dalam statistik deskriptif. Nilai statistik untuk menguji normalitas itu disebut z-value. Bila nilai-z lebih besar dari nilai kritis maka dapat diduga bahwa distribusi data adalah tidak normal. Nilai kritis dapat ditentukan berdasarkan tingkat signifikansi 0,01 (1%) yaitu sebesar 2,58. Hasilnya diperoleh nilai c.r. multivariat diantara 2,58 dan itu berarti asumsi normalitas terpenuhi dan data layak untuk digunakan dalam estimasi selanjutnya. Hasil analisis tampak pada tabel berikut:
Tabel 4.8. Uji Normalitas
Assessment of normality
Variable min max kurtosis c.r.
X11 5 7 0.363 1.483
X12 5 7 0.581 2.371
X13 5 7 0.762 3.110
X14 5 7 0.194 0.792
X15 5 7 0.304 1.239
X21 5 7 0.148 0.605
X22 5 7 0.334 1.363
X23 5 7 0.245 1.000
Y1 5 7 0.555 2.265
Y2 5 7 0.768 3.136
Y3 5 7 0.028 0.115
Multivariate -0.772 -0.228
Batas Normal ± 2,58
Sumber: Data Diolah
4.4. Structural Equation Modelling
4.4.1. Evaluasi Model One – Step Approach to SEM
Dalam model SEM, model pengukuran dan model struktural parameter-parameternya diestimasi secara bersama-sama. Cara ini agak mengalami kesulitan dalam memenuhi tuntutan fit model. Kemungkinan terbesar disebabkan oleh terjadinya interaksi antara measurement model dan structural model yang
(59)
diestimasi secara bersama-sama (one-step approach to SEM). One-step approach to SEM digunakan apabila model diyakini bahwa dilandasi teori yang kuat serta validitas dan reliabilitas data sangat baik. (Hair.et.al, 1998). Hasil estimasi dan fit model one-stepapproach to SEM dengan menggunakan program aplikasi AMOS 4.01 terlihat pada gambar dan tabel Goodness of Fit dibawah ini.
Gambar 4.1 X1 X15 er_5 1 1 X14 er_41 X13 er_31 X12 er_21 X11 er_11 X2 X23 er_8 1 1 X22 er_7 1 X21 er_6 1 Y Y1 er_9 1 1
Y2 1 er_10 Y3 er_11 0.05 d_arp 1 d_arc 1 d_arb 1
Model Pengukuran & Struktural Brand Extention, Brand Image & Loyalitas P Model Specification : One Step Approach-Bas
engguna e Model
1
Sumber: data diolah
Tabel 4.9.
Evaluasi Kriteria Goodness of Fit Indices Model One- Step Approach – Base Model
Evaluasi Kriteria Goodness of Fit Indices
Kriteria Hasil Nilai Kritis Evaluasi Model Cmin/DF 2.645 ≤ 2,00 kurang baik Probability 0,000 ≥ 0,05 baik
RMSEA 0,129 ≤ 0,08 kurang baik GFI 0,837 ≥ 0,90 kurang baik AGFI 0,749 ≥ 0,90 kurang baik TLI 0,821 ≥ 0,95 kurang baik CFI 0,860 ≥ 0,94 kurang baik
(60)
Dari hasil evaluasi terhadap model one step approach base model ternyata dari semua kriteria goodness of fit yang digunakan, seluruhnya belum menunjukkan hasil evaluasi model yang baik, berarti model belum sesuai dengan data. Artinya, model konseptual yang dikembangkan dan dilandasi oleh teori belum sepenuhnya didukung oleh fakta.
Gambar 4.2 X1 X15 er_5 1 1 X14 er_41 X13 er_31 X12 er_21 X11 er_11 X2 X23 er_8 1 1 X22 er_7 1 X21 er_6 1 Y Y1 er_9 1 1
Y2 1 er_10 Y3 1 er_11
0.05 d_arp 1 d_arc 1 d_arb 1 Model Penguk Brand Extention, Brand Im Model Specification : One St
uran & Struktural
age & Loyalitas Pengguna ep Approach-Modification Model
Sumber: data diolah
Tabel 4.10.
Evaluasi Kriteria Goodness of Fit Indices Model One- Step Approach – Eliminasi
Evaluasi Kriteria Goodness of Fit Indices
Kriteria Hasil Nilai Kritis Evaluasi Model Cmin/DF 0.817 ≤ 2,00 baik Probability 0.876 ≥ 0,05 baik RMSEA 0.000 ≤ 0,08 baik GFI 0.935 ≥ 0,90 baik AGFI 0.900 ≥ 0,90 baik TLI 1.016 ≥ 0,95 baik CFI 1.000 ≥ 0,94 baik
(61)
Dari hasil evaluasi terhadap model one step approach modifikasi ternyata dari semua kriteria goodness of fit yang digunakan, seluruhnya menunjukkan hasil evaluasi model yang baik, berarti model telah sesuai dengan data. Artinya, model konseptual yang dikembangkan dan dilandasi oleh teori telah sepenuhnya didukung oleh fakta. Dengan demikian model ini adalah model yang terbaik untuk menjelaskan keterkaitan antar variabel dalam model.
4.4.2. Uji Hipotesis Kausalitas
Dilihat dari angka determinant of sample covariance matrix: 0.00000066953 > 0 mengindikasikan tidak terjadi multicolinierity atau singularity dalam data ini sehingga asumsi terpenuhi. Dengan demikian besaran koefisien regresi masing-masing faktor dapat dipercaya sebagaimana terlihat pada uji kausalitas di bawah ini.
Tabel 4.11. Pengujian Hipotesis
Uji Hipotesis Kausalitas Regression Weights
Ustd Std
Faktor Faktor Estimate Estimate Prob.
Users_Loyalty Brand_Extention 0.320 0.474 0.016
Users_Loyalty Brand_Image 0.014 0.038 0.688
Batas Signifikansi ≤ 0,10
Sumber : Lampiran Di olah
Dilihat dari tingkat Prob. arah hubungan kausal, maka hipotesis yang menyatakan bahwa :
a. Faktor Brand Extention berpengaruh positif terhadap Faktor loyalitas pengguna, dapat diterima [Prob. kausalnya 0,016 ≤ 0,10 [signifikan [positif]. b. Faktor Brand Image berpengaruh positif terhadap Faktor loyalitas pengguna,
(62)
4.5. Pembahasan Hasil Penelitian
Berdasarkan hasil di atas bahwa Brand Extention berpengaruh positif terhadap loyalitas pengguna, dapat diterima. Hal ini didukung oleh penelitian yang dilakukan Dharmayanti, (2006) sebagai berikut “Brand extension yang dilakukan Sinar Mas Group dapat juga dilakukan pada produk lain yang mempunyai positioning yang tepat dan telah diterima konsumen, sehingga dengan strategi brand extension yang dilakukan dapat mengangkat citra produk yang lama.”
Dari hasil penelitian bahwa Brand Extention berpengaruh positif terhadap Faktor loyalitas pengguna, dapat diterima. Hal ini menunjukkan bahwa strategi Brand Extention yang dilakukan oleh perusahaan khususnya produk “Projector” dari brand induk Acer memberikan langkah yang jitu dan berhasil, sehingga perlunya pengelolaan yang baik, inovasi terhadap produk tersebut, mengingat harga produk “Projector” sendiri yang begitu mahal, sehingga dimasa yang akan datang diperlukan strategi yang tidak hanya perluasan merek tetapi lebih mengacu pada pemahaman akan kebutuhan penggunanya agar tercipta loyalitas bagi penggunanya.
Stratgi perluasan merek yang berhasil akan menguatkan lini produk yang ada, sehingga produk-produk dalam satu lini itu akan saling menguatkan, Dapat membuat konsumen akan loyal pada produk tersebut, karena produk perluasan merek tersebut bersifat memakan produk yang sudah ada dan memiliki konsep pemasaran yang baik. Sehingga hal tersebut secara tidak langsung dapat menguatkan loyalitas merek. Disamping itu produk hasil perluasan merek tetap
(63)
harus menjaga mutunya karena kesuksesan dari perluasan merek tidak lepas dari perceived risk yang dimiliki konsumen, sehingga bila konsumen merasa banyak mendapat kerugian setelah melakukan pembelian produk tersebut, bukan tidak mungkin hal tersebut akan menggagalkan perluasan merek.
Berdasarkan hasil hipotesis faktor Brand Image berpengaruh positif terhadap faktor loyalitas pengguna, tidak dapat diterima. Hal ini menunjukkan bahwa citra merek suatu produk harus didukung dengan kualitas produknya sendiri artinya bahwa produk yang memiliki harga yang relatif mahal tentunya harus diimbangi dengan kualitas yang baik pula, dari perspektif konsumen, Chevron menyatakan bahwa merek yang terpercaya merupakan jaminan atas konsistensi kinerja suatu produk dan menyediakan manfaat apapun (dalam bentuk status atau gengsi) yang dicari konsumen ketika membeli produk tertentu. Lebih lanjut, merek adalah sebuah janji kepada konsumen bahwa dengan hanya menyebut namanya, timbul harapan bahwa merek tersebut akan memberikan kualitas yang terbaik, kenyamanan, status, dan lain-lain yang menjadi pertimbangan ketika melakukan pembelian (Shimp, 2000: 8) .
Jadi tidak mudah untuk membentuk citra, sehingga bila terbentuk akan sulit untuk mengubahnya. Citra yang dibentuk harus jelas dan memiliki keunggulan bila dibandingkan dengan pesaingnya apabila citra dari suatu merek produk tersebut cacat maka konsumen pun akan enggan juga untuk memakai apalagi membelinya. Kita lihat saja ”Projector” merek produk Acer di saat perbedaan dan keunggulan merek dihadapkan dengan merek lain, muncullah posisi merek. Pada dasarnya sama dengan proses persepsi, karena citra merek
(1)
harus menjaga mutunya karena kesuksesan dari perluasan merek tidak lepas dari perceived risk yang dimiliki konsumen, sehingga bila konsumen merasa banyak mendapat kerugian setelah melakukan pembelian produk tersebut, bukan tidak mungkin hal tersebut akan menggagalkan perluasan merek.
Berdasarkan hasil hipotesis faktor Brand Image berpengaruh positif terhadap faktor loyalitas pengguna, tidak dapat diterima. Hal ini menunjukkan bahwa citra merek suatu produk harus didukung dengan kualitas produknya sendiri artinya bahwa produk yang memiliki harga yang relatif mahal tentunya harus diimbangi dengan kualitas yang baik pula, dari perspektif konsumen, Chevron menyatakan bahwa merek yang terpercaya merupakan jaminan atas konsistensi kinerja suatu produk dan menyediakan manfaat apapun (dalam bentuk status atau gengsi) yang dicari konsumen ketika membeli produk tertentu. Lebih lanjut, merek adalah sebuah janji kepada konsumen bahwa dengan hanya menyebut namanya, timbul harapan bahwa merek tersebut akan memberikan kualitas yang terbaik, kenyamanan, status, dan lain-lain yang menjadi pertimbangan ketika melakukan pembelian (Shimp, 2000: 8) .
Jadi tidak mudah untuk membentuk citra, sehingga bila terbentuk akan sulit untuk mengubahnya. Citra yang dibentuk harus jelas dan memiliki keunggulan bila dibandingkan dengan pesaingnya apabila citra dari suatu merek produk tersebut cacat maka konsumen pun akan enggan juga untuk memakai apalagi membelinya. Kita lihat saja ”Projector” merek produk Acer di saat perbedaan dan keunggulan merek dihadapkan dengan merek lain, muncullah posisi merek. Pada dasarnya sama dengan proses persepsi, karena citra merek
(2)
produk Acer ”Projector” terbentuk dari persepsi yang telah terbentuk lama. Setelah melalui tahap yang terjadi dalam proses persepsi, kemudian dilanjutkan pada tahap keterlibatan konsumen. Level keterlibatan ini selain mempengaruhi persepsi juga mempengaruhi bagaimana nantinya pengguna tersebut akan menggunakannya kembali apa tidak.
Citra akhirnya akan menjadi baik, ketika konsumen mempunyai penaglaman yang cukup dengan realitas baru. Realitas baru yang dimaksud yaitu bahwa sebenarnya organisasi bekerja lebih efektif dan mempunyai kinerja yang baik.
(3)
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Setelah melakukan penelitian, pengumpulan dan menganalisis terhadap data–data yang telah diperoleh dari para responden, maka dalam bab ini akan dicoba untuk menarik kesimpulan dan saran sebagai berikut :
Berdasarkan dari hasil penelitian yang telah didapatkan bahwa :
a. Faktor Brand Extention berpengaruh positif terhadap Faktor loyalitas pengguna, dapat diterima.
b. Faktor Brand Image berpengaruh positif terhadap Faktor loyalitas pengguna, tidak dapat diterima.
5.2. Saran
Adapun saran yang dapat disampaikan oleh peneliti adalah :
1. Merek produk “Projector” Acer di masa datang lebih memfokuskan tentang bagaimana, pengguna itu dapat membeli produk “Projector” kembali, dibutuhkan strategi yang jitu yang tidak hanya sekedar menjual produk, tetapi lebih mngedepankan kebutuhan dan prioritas, sehingga loyalitas pengguna dapat terbrntuk dengan baik.
(4)
DAFTAR PUSTAKA
Aaker, David. A. 1996. Building Strong Brands. New York: The Free Press. _______, 1997. Ekuitas Merek. Edisi Indonesia. Jakarta : Mitra Utama.
Amstrong dan Kotler, Philip. 1999. Dasar – dasar pemasaran, Jilid I, alih bahasa: Wilhelmus W, Intermedia Jakarta.
_______, 2001. Dasar – dasar pemasaran,Jilid II, alih bahasa: Wilhelmus W, Intermedia Jakarta.
Assael, Henry, 1992, Consumer Behaviour and Marketing Action, 4th Edition, USA – Kent Publishing Company.
_______, 1995. Consumer Behaviour and Marketing Action, Ninth Edition, Kent Publishing Company, Boston.
Bei, Lien-Ti; Chiao Yu-Ching (1993). “An Integrated Model for the Effect of Perceived Product, Perceived Service Quality And Perceived Price Fairness on Consumers,” Kumpulan Jurnal Terjemahan Bidang Pemasaran I, Magister Manajemen, Universitas Diponegoro.
Blackston, M., 1992, A Brand with an Attitude: A Suitable Case for the Treatment,
Journal of the Market Research Society, Vol.34, No.3, pp. 231–241.
Charles W. Lamb, Joseph F. Hair, Carl McDaniel, 2001. Pemasaran II, Edisi 5. Salemba 4.Jakarta
Dharmayanti, Diah. 2006.” Analisa sensitivitas respon konsumen terhadap Ekstensifikasi merek (brand extension) pada margarine Merek filma di surabaya. Jurnal manajemen pemasaran, vol. 1, no. 2, oktober 2006: 65-73 Dharmmesta, B.S. 1999. Loyalitas Pelanggan: Sebuah Kajian Konseptual Sebagai
Panduan Bagi Peneliti. Jurnal Ekonomi dan Bisnis Indonesia.Vol 14 No.3, pp73-88.
Farah dan Fajrianthi, 2005. “Strategi Perluasan Merek dan Loyalitas Konsumen” INSAN Vol. 7 No. 3, Desember 2005.
Ferdinand, Augusty [2002], Structural Equation Modeling Dalam Penelitian Manajemen, Penerbit BP Undip, Semarang.
Keegan, Moriarty, dan Thomas R. Duncan. 1995. Marketing. Englewood Cliffts,. NJ: Prentice Hall.
(5)
Kotler, Phillip, 1997, Manajemen Pemasaran, Analisis, Perencanaan, Implementasi, dan Kontrol, Edisi Revisi, Jilid 1, Penerbit PT Prenhallindo, Jakarta.
Kartajaya H.,2002 “Hermawan Kertajaya on Marketing”, PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Knapp, Duanne E. 2000, he Brand Mindset (edisi Bahasa Indonesia). Yogyakarta: Penerbit Andi.
_______, 2000. Manajemen Pemasaran. Edisi Milennium. Prehalindo. Jakarta. Mowen. John C and Michael Minor. 1995. Perilaku Konsumen. Jakarta: Penerbit
Erlangga.
Olson, Peter, 1993. Consumer Behaviour, Prentice Hall, Inc, Englewood Cliffs, New Jersey.
_______, 1966, Consumer Behavior and Marketing Strategy, 4th ed., Chicago: Richard D. Irwin, Inc.
Oliver, Richard L, 1999. Whence Consumer Loyalty. Journal of marketing vol.63. Rangkuti, Freddy, 2002, The Power of Brands: Teknik Mengelola Brand Equity
dan Strategi Pengembangan Merek, Gramedia Pustaka Utama.Jakarta. ______, 2004, The Power of Brands: Teknik Mengelola Brand Equity dan
Strategi Pengembangan Merek (Plus Analisis Kasus dengan SPSS), PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Schiffman, Leon G. & Kanuk, Leslie L. 1997. Consumer Behavior (sixth edition). New Jersey: Prentice Hall.
Setyaningsih dan Darmawan, Didit, 2004. “Pengaruh citra merek terhadap efektifitas iklan”. Jurnal Media Mahardika Vol.2 No.3 Mei 2004
Sugiharto, 2007. ” Pengaruh Kepuasan Terhadap Loyalitas Pelanggan”. Visi Edisi XV/2007.52
Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Bisnis. Cetakan Kelima. Bandung: Penerbit CV. Alfabeta.
Swastha, Basu dan Irawan, 1983, Manajemen Pemasaran Modern, Penerbit: Liberty, Yogyakarta.
Swastha, Basu dan Handoko, Tani, 1987, Manajemen Pemasaran, Analisa Perilaku Konsumen, Penerbit: Liberty, Yogyakarta.
(6)
Simmamora, Bilson, 2002, Panduan Riset Perilaku Konsumen, Jakarta: PT.Gramedia Pustaka Utama
Zeithaml, Valerie A. A. Parasuraman and Leonard L. Berry, 1990. Delivering Quality
Service: Balancing Customer Perception and Expectation. The Free Press, New
York.
(http:/www.kilasberita.com) Swa.co.id/.2009.