ANALISIS FAKTOR YANG MEMPENGARUHI STRUKTUR MODAL SERTA PENGARUHNYA TERHADAP HARGA SAHAM PERUSAHAAN JASA TRANSPORTASI YANG GO PUBLIC DI BURSA EFEK INDONESIA.
ANALISIS FAKTOR YANG MEMPENGARUHI STRUKTUR MODAL SERTA PENGARUHNYA TERHADAP HARGA SAHAM
PERUSAHAAN JASA TRANSPORTASI YANG GO PUBLIC DI BURSA EFEK INDONESIA
SKRIPSI
Oleh :
VISCA YANUAR PRITALOKA 0712010121 / FE / EM
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAWA TIMUR
(2)
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT karena berkat rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul : “Analisa Faktor yang Mempengaruhi Struktur Modal Serta Pengaruhnya terhadap Harga Saham Perusahaan Jasa Transportasi yang Go Public di Bursa Efek Indonesia”
Skripsi ini diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh gelar Sarjana Ekonomi Progdi Manajemen pada Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini tidak akan berhasil tanpa adanya dukungan dari berbagai pihak, oleh karena itu pada kesempatan ini dengan segala ketulusan hati penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada :
1. Bapak Prof. Dr. Ir. Teguh Soedarto, MP, selaku Rektor Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
2. Bapak Dr. Dhani Ichsanudin Nur, MM, selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur
3. Bapak Dr. Muhadjir Anwar, MM, selaku Ketua Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
4. Ibu Dra. Ec. Nuryanti Takarini, MSi, selaku Dosen Pembimbing Utama yang telah memberikan bimbingan dan dorongan kepada peneliti dalam menyelesaikan skripsi ini.
(3)
5. Segenap staff Dosen Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur yang telah memberikan banyak pengetahuan selama masa perkuliahan.
6. Bapak dan Ibu, yang telah memberikan dukungan, doa dan semangat dan segalanya.
7. Semua pihak yang ikut membantu, yang tidak bisa penulis sebutkan satu-persatu.
Penulis menyadari bahwa apa yang telah disajikan masih banyak kekurangan, untuk itu kritik dan saran yang membangun dari semua pihak sangat diharapkan demi kesempurnaan skripsi ini. Akhirnya dengan segala keterbatasan yang penulis miliki, semoga skripsi ini bermanfaat bagi pihak yang berkepentingan.
Surabaya, April Mei Penulis
(4)
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ... i
DAFTAR ISI ... iii
DAFTAR TABEL ... vi
DAFTAR GAMBAR... vii
DAFTAR LAMPIRAN ... viii
ABSTRAKSI ... ix
BAB I PENDAHULUAN ... 1
1.1. Latar Belakang Masalah ... 1
1.2. Rumusan Masalah ... 5
1.3. Tujuan Penelitian ... 6
1.4. Manfaat Penelitian ... 7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 8
2.1. Penelitian Terdahulu ... 8
2.2. Landasan Teori ... 12
2.2.1. Pengertian Manajemen Keuangan ... 12
2.2.1.1 Tujuan Manajemen Keuangan... 14
2.2.1.2. Fungsi Manajemen Keuangan ... 15
2.2.2 Saham ... 16
2.2.2.1 Harga Saham... 16
2.2.3 Pengertian Modal... 19
2.2.4 Sumber-sumber Penawaran Modal... 20
(5)
2.2.5.1 Teori Struktur Modal ... 24
2.2.5.2. Pengukuran Struktur Modal... 25
2.2.5.3. Faktor-faktor yang mempengaruhi stuktur modal ... 26
2.2.5.4. Struktur Aktiva ... 29
2.2.5.5. Tingkat Pertumbuhan Penjualan... 29
2.2.6. Profitabilitas ... 30
2.2.7. Pengaruh Tingkat Pertumbuhan Terhadap Struktur Modal 31
2.2.7.1. Rasio Hutang ... 31
2.2.8. Pengaruh Rasio Hutang Terhadap Stuktur Modal... 34
2.2.9. Pengaruh Tingkat Pertumbuhan Terhadap Harga Saham ... 35
2.2.10. Pengaruh Struktur Aktiva Terhadap Harga Saham ... 35
2.2.11. Pengaruh Profitabilitas Terhadap Harga Saham... 35
2.2.12. Pengaruh Rasio Hutang Terhadap Harga Saham ... 36
2.2.13 Pengaruh Struktur Modal Terhadap Harga Saham... 36
2.3 Model Konseptual... 38
2.4 Hipotesis Penelitian ... 39
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel ... 40
3.2 Populasi Dan Sampel Penelitian ... 43
3.2.1 Populasi ... . 43
3.2.2 Sampel ... 43
3.3 Jenis Data dan Sumber Data ... 44
(6)
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1. Deskripsi Obyek Penelitian ... 57
4.1.1 Gambaran Umum Bursa Efek Indonesia ... 57
4.1.2. Visi dan Misi PT. Bursa Efek Indonesia ... 58
4.2. Hasil Penelitian dan Pembahasan ... 59
4.2.1. Uji Outlier Multivariate ... 59
4.2.2. Uji Normalitas ... 60
4.2.3. Evaluasi Model One-Steep Approach to SEM ... 61
4.2.4. Uji Kausalitas ... 63
4.4 Pembahasan ... 64
4.4.1. Pengaruh rasio hutang terhadap struktur modal ... 65
4.4.2. Pengaruh pertumbuhan penjualan terhadap struktur modal . 66 4.4.3. Pengaruh struktur modal terhadap harga saham... 67
4.4.4. Pengaruh struktur aktiva terhadap harga saham ... 68
4.4.5. Pengaruh profitabilitas terhadap harga saham... 68
4.4.6. Pengaruh pertumbuhan penjualan terhadap harga saham... 69
4.4.7. Pengaruh rasio hutang terhadap harga saham... 70
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 72
5.1. Kesimpulan ... 72
5.2. Saran ... 72 DAFTAR PUSTAKA
(7)
DAFTAR TABEL
Tabel 4.1. Hasil Uji Outlier Multivariate ...60
Tabel 4.2. Assessment of Normality ...61
Tabel 4.3. Evaluasi Kriteria Goodness of Fit Indeces ...62
(8)
DAFTAR GAMBAR
(9)
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Tabel Harga Saham Perusahaan Transportasi di BEI Lampiran 2. Hasil Output Olah Data
(10)
ANALISIS FAKTOR YANG MEMPENGARUHI STRUKTUR MODAL SERTA PENGARUHNYA TERHADAP HARGA SAHAM
PERUSAHAAN JASA TRANSPORTASI YANG GO PUBLIC DI BURSA EFEK INDONESIA
Visca Yanuar Pritaloka
ABSTRAK
Dalam dunia bisnis yang sedang memasuki era globalisasi mengakibatkan persaingan semakin tajam, sehingga perusahaan dituntut senantiasa berproduksi secara efisien bila ingin memiliki keunggulan daya saing. Perkembangan ekonomi yang tidak stabil mengakibatkan kelangsungan perusahaan-perusahaan di Indonesia menjadi tidak menentu. Apalagi dengan adanya krisis ekonomi yang dampaknya sampai saat ini masih belum berakhir, membuat ruang gerak perusahaan semakin sempit. Perusahaan menjadi kesulitan untuk dapat terus tumbuh dan berkembang dalam upaya pencapaian tujuan, yaitu memaksimumkan nilai perusahaan, yang juga berarti memaksimumkan kekayaan pemegang saham. tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis faktor yang mempengaruhi struktur modal serta pengaruhnya terhadap harga saham perusahaan jasa transportasi yang go public di Bursa Efek Indonesia.
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan Jasa Transportasi yang go public di Bursa Efek Indonesia (BEI) yang berjumlah 9 perusahaan mulai masuk go public sampai dengan tahun 2009 dan telah menerbitkan laporan keuangan yang meliputi neraca dan laporan laba rugi serta harga saham secara terus-menerus. Model yang digunakan dalam penelitian ini adalah Structural Equation Modeling (SEM).
Berdasarkan hasil pengujian yang telah dilakukan didapatkan bahwa variabel rasio hutang tidak berpengaruh negatif terhadap struktur modal, pertumbuhan penjualan tidak berpengaruh negatif terhadap struktur modal, struktur modal tidak berpengaruh negatif terhadap harga saham, Struktur Aktiva berpengaruh negatif terhadap harga saham, Profitabilitas berpengaruh positif terhadap harga saham, Pertumbuhan penjualan tidak berpengaruh negatif terhadap harga saham, rasio hutang tidak berpengaruh positif terhadap harga saham.
Keywords : Struktur modal, harga saham, profitabilitas, sktruktur aktiva, rasio hutang, pertumbuhan penjualan
(11)
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Balakang
Dalam dunia bisnis yang sedang memasuki era globalisasi mengakibatkan persaingan semakin tajam, sehingga perusahaan dituntut senantiasa berproduksi secara efisien bila ingin memiliki keunggulan daya saing. Perkembangan ekonomi yang tidak stabil mengakibatkan kelangsungan perusahaan-perusahaan di Indonesia menjadi tidak menentu. Apalagi dengan adanya krisis ekonomi yang dampaknya sampai saat ini masih belum berakhir, membuat ruang gerak perusahaan semakin sempit. Perusahaan menjadi kesulitan untuk dapat terus tumbuh dan berkembang dalam upaya pencapaian tujuan, yaitu memaksimumkan nilai perusahaan, yang juga berarti memaksimumkan kekayaan pemegang saham.
Struktur modal atau kapitalisasi perusahaan adalah pembiayaan permanen yang terdiri dari hutang jangka panjang, saham preferen , dan modal pemegang saham (Weston & Copeland, 1999;19). Dalam manajemen keuangan, salah satu unsur yang perlu diperhatikan adalah mengenai seberapa besar kemampuan perusahaan dalam memenuhi kebutuhan dana yang akan digunakan untuk beroperasi dan mengembangkan usahanya. Modal menjadi salah satu elemen penting dalam perusahaan karena baik dalam pembukaan bisnis maupun dalam pengembangan bisnis modal sangatlah diperlukan.
(12)
Struktur modal merupakan masalah yang sangat penting bagi perusahaan karena baik buruknya struktur modal akan mempunyai efek langsung terhadap posisi finansial perusahaan yang pada akhirnya akan mempengaruhi nilai perusahaan.. Kesalahan dalam menentukan struktur modal akan mempunyai dampak yang luas terutama apabila perusahaan terlalu besar dalam menggunakan hutang, maka beban tetap yang harus ditanggung perusahaan semakin besar pula. Hal ini juga berarti akan meningkatkan resiko finansial, yaitu resiko saat perusahaan tidak dapat membayar beban bunga atau angsuran-angsuran hutangnya. Struktur modal yang optimal yaitu struktur modal yang dapat meminimumkan biaya modal rata-rata dan memaksimumkan biaya nilai perusahaan (Riyanto; 1990 ; 226).
Makin banyaknya perusahaan yang menjual sahamnya di pasar modal menyebabkan investor mempunyai banyak pilihan dalam menginvestasikan dananya pada saham tersebut, baik pada satu saham atau beberapa saham yang dikeluarkan perusahaan, dengan harapan mendapatkan return yang maksimal baik yang berupa deviden maupun capital gain yang lebih besar atau paling tidak sama dengan hasil yang diharapkan (expected return). Seorang investor akan memilih investasi yang menjanjikan tingkat pengembalian yang tinggi, karena itulah seringkali investor mengabaikan tingkat risiko yang mungkin dihadapi.
(13)
Lamanya seorang investor menahan dananya pada saham tertentu untuk waktu tertentu merupakan hal yang menarik untuk diteliti. Dikarenakan pada investor atau pemilik saham bebas untuk memilih jenis saham selain besar dan lamanya memegang financial asset tersebut. Tentu dengan pertimbangan untuk mengurangi risiko sampai serendah-rendahnya untuk mendapatkan gain yang optimal.
Analisis terhadap berbagai faktor yang berkenaan dengan investasi harus selalu dilakukan, diantaranya dengan menggunakan analisis rasio keuangan untuk mengetahui kinerja perusahaan yang akan difokuskan pada keuangan perusahaan dan risiko yang mungkin timbul atas investasi yang ditanamkan.
Penelitian ini mengambil sampel perusahaan transportasi yang go public di BEI (Bursa Efek Indonesia), karena terdapat suatu permasalahan yang sedang dihadapi oleh perusahaan jasa transportasi yang go public di BEI. Permasalahan tersebut adalah nilai harga saham perusahaan yang go public di BEI selalu turun. Jika keadaan ini bertahan dan tidak segera dibenahi, maka akan membahayakan bagi kelangsungan hidup perusahaan tersebut, seperti yang terlihat pada harga saham perusahaan jasa transportasi di BEI (Lampiran 1).
Penelitian ini ingin membuktikan penelitian yang dilakukan Kesuma (2009) yang menyatakan bahwa Pertumbuhan penjualan mempunyai pengaruh negatif atau berlawanan arah dengan sturktur modal dengan besarnya pengaruh langsung pertumbuhan penjualan dengan
(14)
struktur modal. Profitabilitas mempunyai pengaruh berlawan arah dengan struktur modal dan besarnya pengaruh langsung profitabilitas dengan struktur modal. Rasio Hutang mempunyai pengaruh yang signifikan dan searah dengan struktur modal dengan besarnya pengaruh Pertumbuhan penjualan mempunyai pengaruh negatif dan tidak signifikan terhada harga saham serta besarnya pengaruh langsung terhadap harga saham.
Perusahaan jasa transportasi digunakan dalam penelitian ini, karena industri terbesar didunia adalah pada bidang jasa. Perusahaan ini merupakan kelompok perusahaan yang cukup besar dan berkembang pesat di Indonesia. Perusahaan jasa transportasi memiliki iklim persaingan yang sangat ketat, karena transportasi merupakan salah satu kebutuhan yang penting untuk mobilisasi dalam menjalankan kegiatan perekonomian Di samping itu, perusahaan ini juga membutuhkan modal yang sangat besar dan kuat untuk mendukung finansial perusahaan, agar dapat bersaing dalam memberikan fasilitas jasa yang terbaik.
Melihat kondisi yang demikian, banyak perusahaan yang ingin masuk ke sektor tersebut sehingga persaingannya sangat tajam. Untuk itu perusahaan harus memperkuat faktor internal agar dapat tetap berkembang dan bertahan dalam persaingan. Salah satu usaha untuk memperkuat faktor internalnya adalah dengan mengelola struktur modal yang baik.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa struktur modal sangat penting bagi setiap perusahaan karena naik turunnya struktur modal ditandai dengan besarnya hutang dibandingkan dengan besarnya
(15)
modal yang dimiliki. Sehingga hal tersebut akan mempengaruhi nilai harga saham di Bursa Efek Indonesia. Secara ringkas dapat disimpulkan, penelitian ini dimaksudkan untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi struktur modal serta pengaruhnya terhadap harga saham perusahaan jasa transportasi. Permasalahan dalam penelitian ini sangat menarik peneliti untuk melakukan penelitian dengan mengambil judul : “ Analisa Faktor yang Mempengaruhi Struktur Modal Serta Pengaruhnya terhadap Harga Saham Perusahaan Jasa Transportasi yang Go Public di Bursa Efek Indonesia. ”
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut :
a. Apakah faktor pertumbuhan penjualan berpengaruh terhadap struktur modal pada perusahaan jasa transportasi yang Go Public di BEI ? b. Apakah faktor rasio hutang berpengaruh terhadap struktur modal pada
perusahaan jasa transportasi yang Go Public di BEI ?
c. Apakah faktor pertumbuhan penjualan berpengaruh terhadap harga saham pada perusahaan jasa transportasi yang Go Public di BEI ? d. Apakah faktor struktur aktiva berpengaruh terhadap harga saham pada
perusahaan jasa transportasi yang Go Public di BEI ?
e. Apakah faktor profitabilitas berpengaruh terhadap harga saham pada perusahaan jasa transportasi yang Go Public di BEI ?
(16)
f. Apakah faktor rasio hutang berpengaruh terhadap harga saham pada perusahaan jasa transportasi yang Go Public di BEI ?
g. Apakah faktor struktur modal berpengaruh terhadap harga saham pada perusahaan jasa transportasi yang Go Public di BEI ?
1.3. Tujuan Penelitian
Atas dasar perumusan masalah, maka tujuan penelitian ini adalah :
a. Untuk menganalisa faktor pertumbuhan penjualan berpengaruh terhadap struktur modal pada perusahaan jasa transportasi yang Go Public di BEI
b. Untuk menganalisa faktor rasio hutang berpengaruh terhadap struktur modal pada perusahaan jasa transportasi yang Go Public di BEI
c. Untuk menganalisa faktor pertumbuhan penjualan berpengaruh terhadap harga saham pada perusahaan jasa transportasi yang Go Public di BEI
d. Untuk menganalisa faktor struktur aktiva berpengaruh terhadap harga saham pada perusahaan jasa transportasi yang Go Public di BEI
e. Untuk menganalisa faktor profitabilitas berpengaruh terhadap harga saham pada perusahaan jasa transportasi yang Go Public di BEI
f. Untuk menganalisa faktor rasio hutang berpengaruh terhadap harga saham pada perusahaan jasa transportasi yang Go Public di BEI
g. Untuk menganalisa faktor struktur modal berpengaruh terhadap harga saham pada perusahaan jasa transportasi yang Go Public di BEI
(17)
7
1.4. Manfaat Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang telah dikemukakan sebelumnya, adapun manfaat dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Manfaat Bagi Perusahaan
Diharapkan dapat memberi kontribusi dan menjelaskan secara empiris tentang faktor-faktor yang mempengaruhi struktur modal dan harga saham pada perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia, khususnya lagi perusahaan jasa transportasi.
2. Manfaat Bagi Investor
Merupakan informasi yang dapat dijadikan untuk pertimbangan dalam pengambilan keputusan berinvestasi.
(18)
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Penelitian Terdahulu
a) Kesuma (2009) dengan judul Analisis Faktor yang Mempengaruhi Struktur Modal Serta Pengaruhnya Terhadap Harga Saham Perusahaan Real Estate yang Go Public di Bursa Efek Indonesia
Pertumbuhan penjualan mempunyai pengaruh negatif atau berlawanan arah dengan sturktur modal dengan besarnya pengaruh langsung pertumbuhan penjualan dengan struktur modal 19,1%; Profitabilitas mempunyai pengaruh berlawan arah dengan struktur modal dan besarnya pengaruh langsung profitabilitas dengan struktur modal 4,1%; Rasio Hutang mempunyai pengaruh yang signifikan negative dan berlawan arah dengan struktur modal dengan besarnya pengaruh -58,7%; Pertumbuhan penjualan mempunyai pengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap harga saham serta besarnya pengaruh langsung terhadap harga saham 9,4% serta pengaruh tidak langsung 2,5% dan total pengaruh 12%; Struktur aktiva mempunyai pengaruh negatif atau berlawanan arah dengan harga saham dan tidak signifikan dengan besarnya pengaruh langsung struktur aktiva dengan harga saham 12,2%; Profitabilitas mempunyai pengaruh signifikan dan positif yang memiliki hubungan searah dengan harga saham dan signifikan dengan besarnya pengaruh langsung 54,4% serta pengaruh tidak langsung 0,5% dan total
(19)
pengaruh 53,8%; Rasio Hutang mempunyai pengaruh yang tidak signifikan terhadap harga saham dan besarnya pengaruh langsung rasio hutang dengan dan harga saham 18,2% serta pengaruh tidak langsung 7,8% dan total pengaruh 26,1%; Struktur modal mempunyai pengaruh tidak signifikan dan searah dengan harga saham. Besarnya pengaruh langsung struktur modal dengan harga saham 12,2%
b) Ulupui (2009) Dengan judul : Analisis pengaruh rasio likuiditas, leverage, struktur aktiva, dan struktur modal terhadap harga saham Berdasarkan hasil pembahasan di atas, penelitian ini menemukan hal-hal sebagai berikut.
• Variabel struktur modal memiliki pengaruh signifikan dan positif yang memiliki hubungan searah terhadap harga saham satu periode ke depan.
• Variabel struktur aktiva berpengaruh signifikan dan positif yang memiliki hubungan searah terhadap harga saham satu periode ke depan.
• Variabel debt to equity rasio menunjukkan hasil yang positif, signifikan.
c) Pudjo, 2003, Pengaruh Faktor Fundamental Terhadap Harga Saham Pada Perusahaan Food And Bavareges Yang Go Publik Di BES
Secara Statistik dengan memakai serangkaian uji baik t atau uji F signifikan berpengaruh terhadap harga saham. Hal ini dapat sebagai bukti sekaligus membenarkan hipotesis awal bahwa diduga ada pengaruh
(20)
rasio-rasio keuangan terhadap harga saham emiten dalam sampel. Seperti yang tertera pada hasil uji hipotesis, tabel 4.4. disana dapat disimpulkan bahwa setiap variabel bebas yang menjadi bahan penelitian berpengaruh secara signifikan terhadap harga saham, secara rincinya :
a. Variabel Cash Ratio (CR) mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap harga saham perusahaan Food and Baverages karena t-hitung 2.96 lebih besar daripada t-tabel 1,96.
b. Variabel Return on Equity (ROE) mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap harga saham perusahaan Food and Baverages karena t-hitung 2.17 lebih besar daripada t-tabel 1,96.
c. Variabel Debt to Equity Ratio mempunyai pengaruh yang signifikan negative dan berlawan arah terhadap harga saham perusahaan Food and Baverages karena t-hitung -2.27 lebih besar daripada t-tabel - 1,96.
d. Variabel bebas secara bersama-sama mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap kenaikan harga saham, karena F-hitung 10,31 lebih besar daripada F-tabel 2,65.
d) Riadi, 2007, Analisis Tingkat Kesehatan Korporasi Dan Harga Saham Terhadap Tingkat Pertumbuhan Dan Kebijakan Dividen Pada Perusahaan Automotive And Allied Products Di Bursa Efek Jakarta Dari hasil penelitian tersebut dapat diketahui bahwa pengaruh tingkat pertumbuhan dan kebijakan dividen terhadap harga saham pada
(21)
perusahaan Automotive and Allied Products berpengaruh secara gabungan sebesar 90,3% dan sisanya sebesar 9,7% dipengaruhi oleh faktor lainnya. Sedangkan pengaruh parsial pertumbuhan perusahaan mempunyai pengaruh yang signifikan dan positif yang memiliki hubungan searah terhadap harga saham masing-masing sebesar 95,27 % yang berarti terdapat hubungan liniear atau korelasi positif dengan harga saham. Pengaruh tingkat pertumbuhan, kebijakan dividen dan harga saham terhadap tingkat kesehatan korporasi menurut analisis MDA adalah sebesar 47,30 %. Sedangkan sisanya sebesar 52,70 % dipengaruhi oleh faktor-faktor lainnya di luar model ini. Adapun hubungan liniear antara tingkat pertumbuhan, kebijakan dividen dan harga saham terhadap tingkat kesehatan korporasi mempunyai hubungan yang tidak signifikan. e) Anwar, 2009, Pengaruh Risiko Bisnis, Strategi Pertumbuhan, Struktur
Modal terhadap Kinerja Perusahaan di BEJ
Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa resiko bisnis berpengaruh positif dan searah terhadap struktur modal, strategi pertumbuhan berpengaruh signifikan dan positif yang memiliki hubungan searah terhadap struktur modal dan struktur modal berpengaruh negative dan berlawanan arah terhadap kinerja perusahaan, strategi pertumbuhan berpengaruh negative terhadap kinerja perusahaan.
(22)
Perbedaan dengan penelitian ini bahwa variabel bebas yang digunakan adalah Struktur Aktiva, Tingkat pertumbuhan Penjualan, Tingkat pertumbuhan aktiva dan Profitabilitas . Dan berbeda dalam jenis perusahaan yang digunakan, dimana dalam penelitian ini studi perusahaan yang digunakan adalah perusahaan makanan dan minuman yang go public di Bursa Efek Indonesia
2.2 Landasan Teori
2.2.1. Pengertian Manajemen Keuangan
Menurut Sutrisno (2001:3) Pada dewasa ini manajer keuangan memegang peranan yang sangat penting. Seiring dengan perkembangannya, tugas manajer keuangan tidak hanya mencatat, membuat laporan, mengendalikan posisi kas, membayar tagihan-tagihan, dan mencari dana. Akan tetapi, manajer keuangan juga harus mampu menginvestasikan dana, mengatur kombinasi sumber dana yang optimal, serta pendistribusian keuntungan (pembagian dividen) dalam rangka meningkatkan nilai perusahaan penginvestasian dana merupakan tolok ukur besar kecilnya suatu perusahaan, baik dilihat dari aspek laba, risiko usaha, maupun likuiditasnya. Pengaturan kombinasi sumber dana (hutang dan modal sendiri) berikut kebijakan dividen merupakan penentu besar kecilnya beban finansial dan risiko finansial. Semua variabel tersebut akan mempengaruhi penilaian perusahaan secara keseluruhan.
Setiap perusahaan selalu membutuhkan dana dalam rangka memenuhi kebutuhan operasi sehari-hari maupun untuk mengembangkan perusahaan. Kebutuhan dana tersebut berupa modal kerja maupun untuk pembelian aktiva tetap.
(23)
Untuk memenuhi kebutuhan dana tersebut, perusahaan harus mampu mencari sumber dana dengan komposisi yang menghasilkan beban biaya paling murah. Kedua hal tersebut harus bisa diupayakan oleh manajer keuangan.
Dengan demikian manajemen keuangan atau sering disebut pembelanjaan dapat diartikan sebagai semua aktivitas perusahaan yang berhubungan dengan usaha-usaha mendapatkan dana perusahaan dengan biaya yang murah serta usaha untuk menggunakan dan mengalokasikan dana tersebut secara efisien Usaha mendapatkan dana sering disebut pembelanjaan pasif, dan bila kita lihat di neraca akan terlihat di sisi pasiva, sedangkan usaha mengalokasikan dana disebut pembelanjaan aktif dan di neraca akan terlihat di sisi aktiva. Fungsi manajemen keuangan tidak bisa dipisahkan dengan fungsi-fungsi perusahaan yang lainnya seperti pemasaran, produksi, maupun sumberdaya manusia. Kegagalan dalam mendapatkan sumber dana akan menghambat proses produksi, menghambat program-program pemasaran yang telah ditetapkan menghambat dalam penarikan sumberdaya manusia yang ahli, sehingga akhirnya akan mengakibatkan kerugian perusahaan secara keseluruhan.
Manajemen pemasaran, manajemen produksi, manajemen sumber daya manusia, akuntansi, maupun lingkungan ekonomi berpengaruh terhadap keputusan keuangan. Oleh karena itu manajer keuangan harus bekerja sama dengan semua menajer-manajer fungsi tersebut. Apalagi dengan perkembangan perekonomian dan semakin meningkatnya kesadaran masyarakat akan arti pentingnya lingkungan hidup, telah memberikan tekanan yang besar bagi perusahaan untuk memperkecil kemungkinan negatif yang timbul sebagai akibat kelalaian perusahaan. Manajer
(24)
keuangan harus saling bekerjasama dengan manajer produksi dan pemasaran dalam menterjemahkan kebijakan perusahaan, misalnya dalam program pengembangan produk baru, rencana promosi, distribusi, dan penentuan harga jangan sampai produk baru tersebut nantinya tidak diterima oieh masyarakat hanya arena melalaikan lingkungan, demikian pula dengan program pemasaran.
2.2.1.1 Tujuan Manajemen Keuangan
Menurut Sutrisno (2001:4) Kita tahu bahwa tujuan perusahaan adalah meningkatkan kemakmuran para pemegang saham atau pemilik, kemakmuran para pemegang saham diperlihatkan dalam wujud semakin tingginya harga saham, yang merupakan pencerminan dari keputusan-keputusan investasi, pendanaan, dan kebijakan dividen. Oleh karena itu kemakmuran para pemegang saham dapat dijadikan sebagai dasar analisis dari tindakan rasional dalam proses pembuatan keputusan. Kadang-kadang memaksimumkan laba dicanangkan sebagai tujuan perusahaan, akan tetapi hal itu tidak dapat mencapai sasaran memaksimalkan kemakmuran para pemegang saham. Yang tebih penting bukanlah laba melainkan laba per lembar saham (earning per share). Laba didapatkan dengan mengurangkan penghasilan dengan biaya yang dikeluarkan, sehingga untuk meningkatkan keuntungan bisa menarik modal baru (mengeluarkan saham baru), dan menginvestasikan dana yang diperoleh tersebut pada investasi yang bebas risiko (misalnya deposito atau obligasi pemerintah), tetapi apakah dengan cara semacam ini akan meningkatkan nilai saham, tentu saja tidak, karena pemegang saham tidak mau menerima imbalan sebesar bunga deposito yang relatif lebih kecil,
(25)
sementara mereka harus menanggung risiko. Jika hal ini terjadi keuntungan memang meningkat, tapi nilai saham justru akan menurun. Demikian pula halnya, memaksimumkan laba per lembar saham bukan merupakan tujuan utama, karena tidak memperlihatkan waktu maupun lamanya laba yang diharapkan, dan juga tidak memperhatikan faktor risiko maupun ketidakpastian di masa yang akan datang, serta tidak mempertimbangkan kemampuan perusahaan dalam membagi dividen.
Dengan memperhatikan hal-hal di atas, maka dapat dikatakan bahwa tujud memaksimumkan laba per lembar saham tidak sama dengan memaksimumkan harga pasar saham. Harga pasar saham mencerminkan nilai riil perusahaan. Harga pasar saham. sendiri dipengaruhi oleh beberapa faktor yakni (1) laba per lermbar saham, (2) tingkat bunga bebas risiko, dan (3) tingkat ketidakpastian operasi perusahaan. Misalnya perusahaan melakukan investasi yang bersifat spekulatif ada kecenderungan harga saham akan turun karena risiko usahanya menjadi semakin besar.
2.2.1.2. Fungsi Manajemen Keuangan
Menurut Sutrisno (2001:5) Fungsi manajemen keuangan terdiri dari tiga keputusan utama yang hanya dilakukan oleh suatu perusahaan: keputusan investasi, keputusan pendanaan, dan keputusan dividen. Masing-masing keputusan harus berorientasi pada pencapaian tujuan perusahaan. Kombinasi dari ketiganya akan memaksimumkan nilai perusahaan.
Ketiga keputusan keuangan diimplementasikan dalam kegiatan sehari-hari untuk mendapatkan laba. Laba yang diperoleh diharapkan mampu meningkatkan
(26)
nilai perusahaan yang tercermin pada makin tingginya harga saham, sehingga kemakmuran para pemegang saham dengan sendirinya makin bertambah.
2.2.2 Saham
Saham adalah surat berharga yang dikeluarkan oleh sebuah perusahaan yang berbentuk perseroan terbatas (PT) atau yang biasa disebut emiten saham, merupakan salah satu jenis surat berharga berupa secarik kertas yang menunjukkan hak pemodal (pihak yang memiliki kertas tersebut). Untuk memperoleh bagian dari kekayaan atau prospek organisasi yang menerbitkan sekuritas tersebut dan berbagai kondisi yang memungkinkan pemodal tersebut menjalankan haknya (Husnan, 2001:285).
2.2.2.1 Harga Saham
Harga saham adalah besaran nilai rupiah yang disepakati oleh penjual dan pembeli pada saat trasansaksi.
Didalam pasar modal terjadi tawar-menawar harga atas suatu efek tersebut, maka harga yang terjadi di pasar disebut harga pasar saham atau kurs.
Pada dasarnya harga saham ditentukan oleh interaksi antara permintaan dan penawaran secara kontinue, sehingga pasar saham menyelesaikan secara cepat dengan setiap perubahan informasi. Di pasar modal terdapat harga penutupan yaitu harga yang diminta oleh penjual atau pembeli pada saat akhir hari bursa (Widoatmojo, 2000:47).
(27)
Harga pasar saham yang terjadi selalu berfluktuasi dari hari ke hari. Hal ini terus berlangsung selama saham tersebut masih listing atau terdaftar. Menurut Widoatmojo (2000:45), mengemukakan pendapatnya tentang harga saham diantaranya:
a. Harga Nominal
Harga ini merupakan nilai yang telah ditetapkan oleh emiten, untuk menilai setiap lembar saham yang dikeluarkan. Besar harga nominal ini tergantung dari keinginan emiten.
b. Harga Perdana
Harga ini merupakan harga sebelum saham tersebut dicatatkan di bursa efek. Setelah bernegosiasi dengan penjamin emisi (underwriter) akan diketahui berapa saham perusahaan emiten itu akan dijual kepada masyarakat. Besarnya harga perdana ini tergantung dari persetujuan antara emiten dan penjamin emisi. Untuk menentukan harga perdana ada beberapa hal yang perlu dipertimbangkan antara lain kondisi pasar, prospek perusahaan dan lain-lain. Jadi tidak ada patokan khusus mengenai patokan harga perdana.
c. Harga Pasar
Kalau harga perdana merupakan harga jual dari penjamin emisi kepada investor, maka harga pasar adalah harga jual dari investor yang satu dengan investor yang lain. Harga ini terjadi setelah saham tersebut dicatatkan di bursa. d. Harga Pembukaan
Setelah saham dicatatkan di bursa, saham ini akan diperdagangkan setiap hari kecuali terjadi sesuatu yang menyebabkan saham tersebut dilarang
(28)
diperdagangkan misalnya terjadi pemalsuan atau emitennya melakukan pelanggaran peraturan yang berlaku. Jadi harga pembukaan adalah harga yang diminta penjual dan pembeli pad saat jam bursa dibuka.
e. Harga Penutupan
Harga penutupan merupakan harga yang diminta penjual atau pembeli pada saat akhir hari bursa.
f. Harga Tertinggi
Transaksi atas suatu saham tidak hanya terjadi sekali atau dua kali dalam satu hari bursa tetapi bias berkali-kali dan tidak terjadi harga yang sama. Bisa saja pada awal hari bursa harga suatu saham mencapai harga yang tertinggi, kemudian terus menurun pada hari akhir bursa atau sebaliknya. Dari harga-harga yang terjadi itu tentu ada harga-harga yang paling tinggi, pada suatu hari bursa inilah yang dimaksud dengan harga tertinggi.
g. Harga Terendah
Harga ini merupakan lawan dari harga tertinggi yaitu harga yang terjadi di bursa, pada suatu saham mencapai harga terendah.
h. Harga Rata-Rata
Harga rata-rata merupakan perantara dari harga tertinggi dan harga terendah. Harga ini juga bisa dicatatkan untuk transaksi harian, bulanan atau tahunan. Mengetahui ketiga harga ini (harga tertinggi, terendah, dan rata-rata) cukup penting, sebab dari sini dapat diketahui seberapa jauh kekuatan dan kelemahan suatu harga saham dalam satu hari bursa, satu bulan bursa atau satu tahun bursa.
(29)
2.2.3 Pengertian Modal
Setiap perusahaan dalam menjalankan kegiatan operasional atau usahanya tentu memerlukan modal. Tersedianya modal yang memadai bagi perusahaan akan mendorong kelancaran usahanya. Hal ini berarti bahwa kebutuhan nodal bagi setiap perusahaan adalah sangatlah penting, karena modal merupakan salah satu faktor produksi. Dan apabila suatu perusahaan tidak didukung oleh tersedianya faktor produksi modal tersebut, maka perusahaan tidak dapat berjalan dengan lancar dalam menjalankan kegiatan usahanya.
Menurut Munawir (1997 : 19) pengertian modal diartikan sebagai hak atau bagian yang dimiliki oleh perusahaan yang ditunjukkan dalam pos modal atau modal saham, surplus dan laba yang ditahan. Atau kelebihan nilai aktiva yang dimiliki oleh perusahaan terhadap seluruh hutang-hutangnya.
Modal menurut Lukas (2003 : 115) adalah dana yang digunakan untuk membiayai pengadaan aktiva dan operasi perusahaan. Modal terdiri dari dua item yang ada di sisi kanan dalam suatu neraca yaitu hutang, saham biasa, saham preferen, dan laba ditahan.
Sedangkan menurut Riyanto (1995 : 17) mengemukakan bahwa pengertian modal menurut pandangan klasik diartikan secara fisik, yaitu hasil produksi yang digunakan untuk memproduksi lebih lanjut, dan dalam perkembangan selanjutnya ternyata pengertian modal mulai bersifat non fisik, dimana antara lain pengertian modal ditekankan pada nilai, daya beli, atau kekuasaan memakai atau menggunakan yang terkandung dalam barang-barang modal.
(30)
Dari beberapa pengertian modal diatas, maka dapat disimpulkan bahwa modal adalah suatu kekayaan yang ditekankan pada nilai, daya beli, atau kekuasaaan memakai atau menggunakan, berada di neraca sebelah kredit dan diinvestasikan dalam barang-barang modal yang berada di neraca sebelah debet serta digunakan untuk menghasilkan kekayaan selanjutnya.
2.2.4 Sumber-sumber Penawaran Modal
Menurut beberapa ahli, sumber-sumber penawaran modal dapat ditinjau dari berbagai segi, yaitu sebagai berikut :
Menurut Riyanto (1995 : 209) berdasarkan asalnya, sumber penawaran modal dapat dibedakan menjadi dua, yaitu :
1. Sumber intern (internal sources)
Modal yang berasal dari sumber intern adalah modal atau dana yang dibentuk atau dihasilkan sendiri dalam perusahaan. Sumber intern atau sumber dana yang dibentuk dalam perusahaan adalah keuntungan yang ditahan (retained net profit) dan penyusutan (depretiation).
2. Sumber eksternal (external sources)
Modal yang berasal dari sumber eksternal adalah modal atau dana yang berasal dari luar perusahaan. Dana yang berasal dari sumber eksternal adalah dana yang berasal dari para kreditur dan pemilik, peserta atau pengambil bagian di dalam perusahaan.
(31)
Ditinjau dari cara terjadinya, sumber penawaran modal dapat dibagi menjadi tiga, yaitu :
1. Tabungan dari subyek-subyek ekonomi.
2. Penciptaan atau kreasi uang atau kredit dari bank-bank. 3. Intensifikasi penggunaan uang (Riyanto, 1995 : 222).
Jika ditinjau dari jenisnya, maka sumber penawaran modal perusahaan dapat dibagi menjadi dua, yaitu :
1. Modal asing
Modal asing adalah modal yang berasal dari luar perusahaan yang sifatnya sementara bekerja di dalam perusahaan, dan bagi perusahaan yang bersangkutan modal tersebut merupakan hutang, yang pada saat jatuh tempo harus dibayar kembali. Modal asing atau hutang dapat digolomgkan menjadi tiga, yaitu :
a. Modal asing atau hutang jangka pendek (short-term debt) adalah hutang yang jangka waktunya pendek, yaitu kurang dari satu tahun. Adapun jenis-jenis daripada modal asing (hutang atau kredit) jangka pendek yang terutama adalah kredit rekening koran, kredit dari penjual, kredit dari pembeli, dan kredit wesel.
b. Modal asing atau hutang jangka menengah (intermediate-term debt) adalah hutang yang jangka waktunya antara satu tahun sampai sepuluh
(32)
tahun. Bentuk-bentuk utama dari kredit jangka menengah yaitu term loan dan leasing.
c. Modal asing atau hutang jangka panjang (long-term debt) adalah hutang yang jangka waktunya panjang, umumny lebih dari sepuluh tahun. Adapun jenis atau bentuk-bentuk utama dari hutang jangka panjang adalah pinjaman obligasi (bond payables) dan pinjaman hipotik (mortgage).
2. Modal sendiri
Modal sendiri pada dasarnya adalah modal yang berasal dari pemilik perusahaan dan tertanam di dalam perusahaan untuk jangka waktu yang tidak tertentu lamanya. Oleh karena itu, modal sendiri ditinjau dari sudut likuiditas merupakan dana jangka panjang yang tidak tertentu waktunya. Modal sendiri selain berasal dari luar perusahaan dapat juga berasal dari dalam perusahaan sendiri, yaitu modal yang dihasilkan atau dibentuk sendiri dalam perusahaan. Modal sendiri di dalam perusahaan yang berbentuk perseroan terbatas (PT) terdiri atas :
a. Modal saham
Saham adalah tanda bukti pengambilan bagian atau peserta dalam suatu PT. Adapun jenis-jenis saham adalah saham biasa, saham preferen, dan saham kumulatif.
(33)
b. Cadangan
Cadangan yang dimaksud adalah sebagai cadangan yang dibentuk dari keuntungan yang diperoleh perusahaan selama beberapa kurun waktu yang lampau dari tahun yang berjalan (reserve that are surplus). Cadangan yang termasuk dalam modal sendiri adalah cadangan ekspansi, cadangan modal kerja, cadangan selisih kurs, dan cadangan untuk menampung hal-hal yang tidak terduga sebelumnya (cadangan umum).
c. Laba ditahan
Keuntungan yang diperoleh suatu perusahaan dapat sebagian dibayarkan sebagai deviden dan sebagian ditahan oleh perusahaan. Perusahaan yang belum mempunyai tujuan tertentu mengenai penggunaan keuntungan tersebut, maka keuntungan tersebut merupakan keuntungan yang ditahan (retained earning), Riyanto (1995 : 224-227).
Jika dilihat dari posisi pemilik modal dalam perusahaan, maka sumber penawaran modal dapat dibagi menjadi dua, yaitu :
1. Sumber modal pemilik
Sumber modal pemilik adalah sumber modal yang penyerahannya dimaksudkan untuk tidak ditarik kembali. Oleh karena itu, investasinya dinamakan investasi permanen.
(34)
2. Sumber modal kreditur
Sumber modal kreditur adalah sumber modal yang penyerahannya untuk jangka waktu tertentu, jangka waktu yang terbatas dan untuk peiode tertentu saja. Penanamannya dinamakan penanaman sementara, dikatakan sementara karena kreditur akan menarik kembali investasinya bila jangka waktunya sudah tiba.
2.2.5. Teori dan Pengertian Struktur Modal 2.2.5.1 Teori Struktur Modal
Dalam pembahasan mengenai struktur modal maka yang menjadi pusat perhatian utama adalah penggunaan modal berdasarkan jenisnya, karena persoalan struktur modal adalah persoalan penentuan komposisi antara modal asing yang berupa hutang jangka panjang dan modal sendiri. Akan tetapi struktur modal mempunyai hubungan dengan struktur keuangan atau struktur finansial. Hal ini disebabkam karena struktur modal merupakan bagian dari struktur keuangan.
Sependapat dengan hal tersebut diatas. Maka Riyanto (1995 : 22) berpendapat bahwa struktur modal adalah pembelanjaan permanen dimana mencerminkan perimbangan antara hutang jangka panjang dengan modal sendiri. Apabila struktur finansial tercermin pada keseluruhan pasiva dalam neraca, maka struktur modal hanya tercermin pada hutang jangka panjang dan unsur-unsur modal sendiri, dimana kedua golongan tersebut merupakan dana permanen atau dana jangka panjang.
(35)
Selanjutnya struktur modal adalah paduan sumber dana jangka panjang yang digunakan oleh perusahaan. Sedangkan struktur keuangan adalah paduan semua pos yang muncul di sisi kanan neraca perusahaan. Keown (2000 : 542).
Selanjutnya menurut Weston dan Copeland (1992 : 3) pengertian struktur keuangan adalah bagaimana cara perusahaan membiayai aktivanya. Struktur keuangan dapat dilihat pada seluruh sisi kanan neraca. Ini terdiri dari hutang jangka pendek, hutang jangka panjang dan modal pemegang saham. Struktur modal atau kapitalisasi perusahaan adalah pembiayaan permanen yang terdiri dari hutang jangka panjang, saham preferen dan modal pemegang saham. Jadi struktur modal suatu perusahaan hanya merupakan sebagian dari struktur keuangannya.
Dan menurut Sartono (2001 : 225) struktur modal adalah merupakan perimbangan jumlah hutang jangka pendek yang bersifat permanen, hutang jangka panjang, saham preferen, dan saham biasa. Sementara itu, struktur keuangan adaalah perimbangan antara total hutang dengan modal sendiri. Dengan kata lain, struktur modal merupakan bagian dari struktur keuangan.
Dengan demikian dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa yang dimaksud dengan struktur modal adalah bagian dari struktur keuangan dimana mencerminkan perimbangan hutang jangka menengah dengan modal sendiri.
2.2.5.2. Pengukuran Struktur Modal
Struktur modal dapat diukur berdasarkan pada pengertian yang ditemukan oleh beberapa ahli. Menurut Horne dan Wachowicz (2007:232) struktur modal
(36)
adalah bauran (atau proporsi) pendanaan permanen jangka panjang perusahaan yang diwakili oleh utang, saham preferen dan ekuitas saham biasa. Sedangkan menurut Weston dan Copeland (1992:3), struktur modal atau kapitalisasai perusahaan adalah pembiayaan permanent yang terdiri dari hutang jangka panjang, saham preferen dan modal pemegang saham. Dan menurut Agnes Sawir (2005:10) struktur modal adalah pendanaan permanen yang terdiri dari utang jangka panjang, saham preferen dan modal pemegang saham.
Sesuai dengan definisi yang diuraikan di atas, maka pengukuran struktur modal pada penelitian ini dapat dihitung dengan menggunakan rasio antara total hutang dengan modal sendiri.
2.2.6. Faktor-faktor yang mempengaruhi stuktur modal
Masalah struktur modal merupakan masalah yang penting bagi setiap perusahaan, karena baik buruknya struktur modal akan mempunyai efek yang langsung terhadap posisi keuangan perusahaan. Agar dapat menentukan komposisi struktur modal yang optimal maka manajemen keuangan perlu mempertimbangkan faktor-faktor yang mempengaruhi struktur modal sebelum menentukan kebijakan-kebijakan yang berhubungan dengan struktur modal.
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi struktur modal perusahaan, dimana beberapa penulis memberikan pendapat yang berbeda. Menurut Weston dan Brigham (1997 : 174) menyatakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi struktur modal adalah :
(37)
1. Stabilitas penjualan (sales stbility) 2. Struktur aktiva (asset structure)
3. Elastisitas operasi / resiko bisnis (business risk) 4. Tingkat pertumbuhan (growth rate)
5. Profitabilitas (profitability) 6. Pajak (taxes)
7. Pengendalian (control)
8. Sikap manajemen (management attitudes)
9. Sikap pemberi kredit (lender and rating regency attitudes) 10. Kondisi pasar (market condition)
11. Kondisi internal perusahaan (firm size) 12. Fleksibilitas keuangan (financial flexibility)
Sedangkan menurut Riyanto (1995 : 297), faktor-faktor yang mempengaruhi struktur modal adalah sebagai berikut :
1. Tingkat bunga
2. Stabilitas dari earning 3. Susunan dari aktiva 4. Kadar resiko dari aktiva
(38)
5. Besarnya pasar modal yang dibutuhkan 6. Keadaan pasar modal
7. Sifat manajemen
8. Besarnya suatu perusahaan
Sedangkan menurut Mc Cue dan Ozcan (1992 : 333) dalam jurnal Saidi (2004) struktur modal dipengaruhi oleh struktur aktiva, pertumbuhan aktiva (asset growth), kemampulabaan (profitability), risiko (risk), ukuran perusahaan (size), pajak, sistem pembayaran dari konsumen (payment system), dan kondisi pasar (market conditions).
Sedangkan menurut Sartono (2001) faktor-faktor yang mempengaruhi struktur modal optimal adalah tingkat penjualan, struktur asset, tingkat pertumbuhan perusahaan, profitabilitas, variabel laba dan perlindungan pajak, skala perusahaan, kondisi intern perusahaan dan ekonomi makro.
Senada dengan pendapat diatas, Lukas (2003) menyatakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi pada struktur modal adalah kelangsungan hidup jangka panjang, konservatisme manajemen, pengawasan, struktur aktiva, resiko bisnis, tingkat pertumbuhan, pajak, cadangan kapasitas peminjaman dan profitabilitas.
Karena adanya perbedaan dalam literature, maka peneliti membatasi variabel yang digunakan. Variabel-variabel tersebut adalah Struktur Aktiva, Tingkat pertumbuhan pernjualan, tingkat pertumbuhan aktiva dan profitabilitas
(39)
Alasan pemilihan variabel tersebut didasarkan pada adanya penggunaan dasar perhitungan rumus-rumus dan dinyatakan dalam bentuk angka-angka. Adapun penjelasan dari faktor-faktor yang digunakan adalah :
2.2.6.1. Struktur Aktiva
Menurut Bambang (1995; 298), kebanyakan perusahaan industry dimana sebagian besar daripada modalnya tertanam dalam aktiva tetap (fixed assets), akan mengutamakan pemenuhan modalnya dari modal yang permanen, yaitu modal sendiri, sedang hutang sifatnya sebagai pelengkap.
Moh’d, Larry dan James (1998) dalam penelitiannya menunjukkan bahwa perubahan struktur aktiva berpengaruh negative terhadap perubahan struktur modal yang dilakukan oleh manajer. Demikian pula dengan penelitian yang dilakukan oleh Bhaduri (2002) yang menunjukkan adanya pengaruh yang bersifat negatif dari struktur aktiva terhadap struktur modal. Penelitian lain yang dilakukan oleh Krishnan (1996) pada perusahaan-perusahaan besar di negara industri juga menunjukkan adanya pengaruh negatif struktur aktiva terhadap struktur modal.
2.2.6.2. Tingkat Pertumbuhan Penjualan
Brigham dan Houston(2001;39) mengatakan bahwa perusahaan dengan penjualan yang relative stabil dapat lebih aman memperoleh lebih banyak pinjaman dan menanggung beban tetap yang lebih tinggi dibandingkan dengan perusahaan yang penjualannya tidak stabil. Penelitian empiris yang dilakukan antara lain oleh Krishnan (1996), Badhuri (2002) (1999) menunjukkan bahwa pertumbuhan penjualan merupakan salah satu variable yang berpengaruh terhadap
(40)
struktur modal perusahaan. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa pertumbuhan penjualan berpengaruh positif terhadap struktur modal.
2.2.6.3. Profitabilitas
Profitabilitas dari sudut manajemen menyangkut efektifitas manajemen dalam menggunakan total aktiva seperti yang tercatat dalam neraca. Efektivitas dinilai dengan menghubungkan laba bersih yang didefinisikan dengan berbagai cara terhadap aktiva yang digunakan untuk menghasilkan laba.
Menurut Brigham dan Houston (2006:43), perusahaan-perusahaan yang memiliki tingkat pengembalian atas investasi yang sangat tinggi menggunakan utang yang relatif sedikit. Tingkat pengembalian yang tinggi memungkinkan melakukan sebagian besar pendanaan secara internal.
Menurut Lukas (2003:274), pada umumnya perusahaan yang memiliki tingkat keuntungan tinggi menggunakan hutang yang relatif kecil karena tingkat keuntungan yang tinggi memungkinkan mereka untuk memperoleh sebagian besar pendanaan dari laba ditahan. Perusahaan dengan tingkat pengembalian yang tinggi atas investasi menggunakan hutang yang relatif kecil. Tingkat pengembalian yang tinggi memungkinkan untuk membiayai sebagian besar kebutuhan pendanaan.
Dalam penelitian ini, variabel profitabilitas yang digunakan adalah Net Profit Margin. Net Profit Margin merupakan laba bersih setelah pajak dibanding dengan penjualan (Riyanto, 1995:37).
(41)
Secara matematik dirumuskan sebagai berikut:
% 100 EBIT
ROA x
a TotalAktiv
2.2.6.4. Rasio Hutang
Menurut Kartadinata (1999:57), rasio hutang atau disebut juga dengan debt ratio mengukur persentase kebutuhan modal yang dibelanjai dengan hutang. Meningkatnya rasio hutang berarti bahwa kegiatan operasional perusahaan lebih banyak diperoleh dari hutang. Asumsi itu menguatkan bahwa kenaikan atau penurunan rasio hutang akan berpengaruh pada komposisi struktur modal.
2.2.7. Pengaruh Tingkat Pertumbuhan Terhadap Struktur Modal Menurut Lukas (2003:274), perusahaan dengan tingkat pertumbuhan yang tinggi pada umumnya lebih tergantung pada modal dari luar perusahaan. Pada perusahaan dengan tingkat pertumbuhan yang rendah, kebutuhan modal baru relatif kecil sehingga dapat dipenuhi dari laba ditahan. Perusahaan dengan tingkat pertumbuhan tinggi cenderung menggunakan hutang yang lebih besar daripada perusahaan dengan pertumbuhan yang rendah.
Menurut Brigham dan Houston (2006:43), perusahaan yang tumbuh dengan cepat harus lebih banyak mengandalkan diri pada modal eksternal. Lebih jauh, biaya emisi yang terkait dalam penjualan saham biasa melebihi biaya yang terjadi ketika menjual utang, yang selanjutnya mendorong perusahaan yang tumbuh dengan pesat untuk lebih mengandalkan diri pada utang.
(42)
Tingkat pertumbuhan diukur dari perubahan total sales perusahaan dari tahun tertentu dengan tahun sebelumnya. Pandey (2001) dalam Titik Indrawati dan Suhendro (2006) mengemukakan bahwa perusahaan dengan tingkat pertumbuhan penjualan yang tinggi sering membutuhkan tambahan asset untuk mendukung pertumbuhan penjualannya. Tingkat pertumbuhan penjualan yang tinggi juga merupakan indikasi bahwa perusahaan akan lebih banyak mempunyai retained earning sekaligus juga membutuhkan dana lebih banyak untuk mendukung pertumbuhannya. Menurut Brigham dan Edhart (2005) dalam Titik Indrawati dan Suhendro (2006) perusahaan dengan tingkat pertumbuhan yang tinggi akan bergantung kepada external capital dikarenakan internal fund perusahaan tidak mencukupi untuk mendukung pertumbuhannya yang tinggi, lebih lanjut floating cost untuk mengeluarkan saham lebih tinggi dibandingkan dengan mengeluarkan obligasi.
Dari teori dan uraian yang ada maka dapat disimpulkan bahwa tingkat pertumbuhan berpengaruh positif yang signifikan terhadap struktur modal, hal ini didukung oleh penelitian Pandey (2001) dalam Titik Indrawati dan Suhendro (2006) dan penelitian Saidi (2004) mendapatkan hasil bahwa tingkat pertumbuhan berpengaruh positif yang signifikan terhadap struktur modal. Tingkat pertumbuhan perusahaan transportasi dengan tingkat pertumbuhan yang tinggi akan lebih banyak mengeluarkan surat utang dibandingkan dengan perusahaan yang tingkat pertumbuhaanya rendah.
(43)
2.2.8. Pengaruh Rasio Hutang Terhadap Stuktur Modal
Menurut Kartadinata (1999:57), rasio hutang atau disebut juga dengan debt ratio mengukur persentase kebutuhan modal yang dibelanjai dengan hutang. Meningkatnya rasio hutang berarti bahwa kegiatan operasional perusahaan lebih banyak diperoleh dari hutang. Asumsi itu menguatkan bahwa kenaikan atau penurunan rasio hutang akan berpengaruh positif pada komposisi struktur modal.
Menurut Riyanto (1990:226), dengan mendasarkan pada konsep cost of capital maka struktur modal yang optimum adalah struktur modal yang dapat meminimumkan biaya penggunaan modal rata-rata (average cost of capital). Dari teori dan uraian yang ada maka dapat disimpulkan bahwa rasio hutang akan berpengaruh negative pada komposisi struktur modal, hal ini didukung penelitian Weston dan Brigham (1997:150), struktur modal yang optimal adalah struktur modal yang mengoptimalkan keseimbangan antara resiko dan pengembalian sehingga memaksimumkan harga saham. Struktur modal perusahaan transportasi yang memaksimumkan kemakmuran para pemilik atau pemegang saham atau memaksimumkan nilai perusahaan atau harga saham perusahaan
2.2.9. Pengaruh Tingkat Pertumbuhan Terhadap Harga Saham
Pertumbuhan bagi suatu perusahaan merupakan suatu yang harus dimaksimalkan. Bila pertumbuhan perusahaan meningkat maka pangsa pasar dan keuntungan perusahaan meningkat pula. Untuk memperluas pangsa pasar atau ekspansi perusahaan selanjutnya maka memerlukan modal dalam jumlah yang besar. Apabila modal atau dana yang dimiliki perusahaan tidak mencukupi maka perusahaan harus mencari tambahan dana untuk keperluan tersebut.
(44)
Dari teori dan uraian yang ada maka dapat disimpulkan bahwa pertumbuhan penjualan mempunyai pengaruh positif terhadap harga saham, hal ini membuktikan bahwa perusahaan transportasi dengan tingkat pertumbuhan yang cepat harus lebih banyak mengandalkan pada modal eksternal. Biaya pengambangan pada emisi saham biasa adalah lebih tinggi dibanding pada emisi obligasi.
2.2.10. Pengaruh Struktur Aktiva Terhadap Harga Saham
Struktur aktiva adalah penentuan berapa besar alokasi untuk masing-masing komponen aktiva, baik dalam aktiva lancar maupun dalam aktiva tetap (Syamsudin, 1998 : 9). Sedangkan menurut Riyanto (1995 : 22) Struktur aktiva adalah perimbangan atau perbandingan baik dalam artian absolut maupun dalam artian relatif antara aktiva lancar dengan aktiva tetap. Selain itu menurut Riyanto (1995 : 298), kebanyakan perusahaan industri dimana sebagian besar daripada modalnya tertanam dalam aktiva tetap (fixed assets), akan mengutamakan pemenuhan modalnya dari modal yang permanen, yaitu modal sendiri, sedang hutang sifatnya sebagai pelengkap.
Dari teori dan uraian yang ada maka dapat disimpulkan bahwa struktur aktiva berpengaruh mempunyai pengaruh positif harga saham. Hal ini didukung oleh teori Weston dan Brigham (1997 : 175), apabila aktiva perusahaan cocok untuk dijadikan agunan kredit, perusahaan tersebut cenderung menggunakan banyak utang. Aktiva multiguna yang dapat digunakan oleh banyak perusahaan merupakan agunan yang baik, sedangkan aktiva yang hanya digunakan untuk
(45)
tujuan tertentu tidak. Karena itu, perusahaan transportasi biasanya mempunyai leverage yang tinggi, sedangkan perusahaan yang berkecimpung dalam penelitian teknologi lazimnya menggunakan jumlah utang yang kecil.
2.2.11. Pengaruh Profitabilitas Terhadap Harga Saham
Pada umumnya profitabilitas dilihat dari angka laba, hal demikian berarti dari jangka pendek. Sedangkan untuk jangka panjang yang dipertimbangkan adalah net profit margin. Profitabilitas dari sudut manajemen menyangkut efektifitas manajemen dalam menggunakan total aktiva maupun aktiva bersih seperti yang tercatat dalam neraca. Efektifitas dinilai dengan menghubungkan laba bersih yang didefinisikan dengan berbagai cara terhadap aktiva yang digunakan untuk menghasilkan laba.
Pada umumnya perusahaan yang memiliki tingkat keuntungan tinggi menggunakan hutang yang relatif kecil. Karena tingkat keuntungan yang tinggi memungkinkan mereka untuk memperoleh sebagian besar pendanaan dari laba ditahan. Tingkat pengembalian yang tinggi memungkinkan untuk membiayai sebagian besar kebutuhan pendanaan. Lukas (2003 : 274).
Dari teori dan uraian yang ada maka dapat disimpulkan bahwa profitabilitas mempunyai pengaruh positif terhadap harga saham, hal ini membuktikan bahwa, semakin tinggi profitabilitas perusahaan transportasi, maka semakin rendah tingkat penggunaan hutang dalam struktur modalnya. Hal ini disebabkan karena perusahaan yang mempunyai profitabilitas tinggi akan mempunyai dana internal yang besar.
(46)
2.2.12. Pengaruh Rasio Hutang Terhadap Harga Saham
Menurut Riyanto (1990:226), dengan mendasarkan pada konsep cost of capital maka struktur modal yang optimum adalah struktur modal yang dapat meminimumkan biaya penggunaan modal rata-rata (average cost of capital). Sedangkan menurut (Napa I. Awat dan Muljadi, 1995:29), struktur modal yang optimal dapat didefinisikan sebagai suatu struktur modal yang memaksimumkan kemakmuran para pemilik atau pemegang saham atau memaksimumkan nilai perusahaan atau harga saham perusahaan.
Dari teori dan uraian yang ada maka dapat disimpulkan bahwa rasio hutang mempunyai pengaruh negatif terhadap harga saham, hal ini menunjukkan bahwa struktur modal perusahaan transportasi mengoptimalkan keseimbangan antara resiko dan pengembalian sehingga memaksimumkan harga saham.
2.2.13 Pengaruh Struktur Modal Terhadap Harga Saham
Struktur modal atau kapitalisasi perusahaan adalah pembiayaan permanen yang terdiri dari hutang jangka panjang, saham preferen, dan modal pemegang saham (Weston & Copeland, 1999:19). Besar kecilnya angka rasio struktur modal menunjukkan banyak sedikitnya jumlah pinjaman jangka panjang daripada modal sendiri yang diinvestasikan pada aktiva tetap yang digunakan untuk memperoleh laba operasi.
Dari teori dan uraian yang ada maka dapat disimpulkan bahwa struktur modal mempunyai pengaruh positif terhadap harga saham, hal ini didukung menunjukkan bahwa semakin besar angka rasio struktur modal perusahaan
(47)
transportasi berarti semakin banyak jumlah pinjaman jangka panjang, sehingga semakin banyak bagian dari laba operasi yang digunakan untuk membayar beban bunga tetap, dan semakin banyak aliran kas yang digunakan untuk membayar angsuran pinjaman, akibatnya semakin sedikit jumlah laba bersih sesudah pajak yang akan diterima oleh perusahaan.
(48)
2.3 Model Konseptual
Struktur Modal Pertumbuhan Penjualan
Rasio Hutang Struktur Aktiva
Harga Saham Profitabilitas
(49)
39
2.4 Hipotesis Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah dan mengacu pada landasan teori yang telah dikemukakan sebelumnya, maka hipotesis penelitian yang diajukan adalah:
a. Diduga faktor pertumbuhan penjualan mempunyai pengaruh positif terhadap struktur modal pada perusahaan jasa transportasi yang Go Public di BEI
b. Diduga faktor rasio hutang mempunyai pengaruh negatif terhadap struktur modal pada perusahaan jasa transportasi yang Go Public di BEI
c. Diduga faktor pertumbuhan penjualan mempunyai pengaruh positif terhadap harga saham pada perusahaan jasa transportasi yang Go Public di BEI
d. Apakah faktor struktur aktiva berpengaruh mempunyai pengaruh positif harga saham pada perusahaan jasa transportasi yang Go Public di BEI
e. Apakah faktor profitabilitas mempunyai pengaruh positif terhadap harga saham pada perusahaan jasa transportasi yang Go Public di BEI f. Apakah faktor rasio hutang mempunyai pengaruh negatif terhadap
harga saham pada perusahaan jasa transportasi yang Go Public di BEI g. Apakah faktor struktur modal mempunyai pengaruh positif terhadap
(50)
BAB III
METODELOGI PENELITIAN
Dalam bab ini dijelaskan beberapa hal yang berkaitan dengan metode penelitian yang meliputi variabel penelitian, populasi dan sampel penelitian, sumber data, dan tehnik analisis data.
3.1 Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel
Definisi operasional dalam variabel ini adalah segala sesuatu yang dapat digunakan menjadi obyek penelitian berdasarkan atas sifat-sifat atau hal-hal yang dapat didefinisikan dan dapat diamati atau diobservasi. Tujuannya adalah agar konsep yang digunakan dapat diukur secara empiris. Serta menghindari terjadinya kesalahan penafsiran dan pengertian yang berbeda.
Adapun definisi operasional variabel yang akan dipakai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
Variabel Terikat :
a. Struktur modal (Y1)
Menurut Weston dan Copeland (1999 : 19) menyatakan bahwa struktur modal adalah pembiayaan permanen yang terdiri dari hutang jangka panjang, saham preferen, dan modal saham. Cara pengukurannya adalah dengan membandingkan antara hutang jangka panjang dengan ekuitas (modal sendiri). Satuan ukur dari variabel ini adalah prosentase,sehingga skala datanya adalah skala rasio. Variabel ini dapat dihitung dengan rumus menurut
(51)
% 0 x10 Ekuitas Panjang Jangka Hutang Modal Struktur
b. Harga saham (Y2)
Harga saham merupakan nilai nominal penutupan (closing price) dari penyertaan atau kepemilikan seseorang atau badan dalam suatu perusahaan atau perseroan terbatas yang berlaku secara reguler di pasar modal di Indonesia. Satuan ukuran dari variabel ini adalah rupiah dan skala datanya menggunakan skala rasio.
Variabel Bebas :
a. Pertumbuhan pendapatan (X1)
Pertumbuhan pendapatan merupakan kenaikan jumlah pendapatan dari tahun ke tahun atau dari waktu ke waktu. Variabel ini diukur dengan membandingkan pendapatan pada tahun ke t setelah dikurangi pendapatan pada periode sebelumnya terhadap pendapatan pada periode sebelumnya. Satuan ukur dari variabel ini adalah prosentase,sehingga skala datanya adalah skala rasio. Kesuma (2009) varibel ini dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut : % 0 x10 S S Refenues of Growth 1 -t 1 1 St
(52)
Keterangan:
S1 : pendapatan pada tahun ke t
St-1 : pendapatan pada periode sebelumnya
b. Struktur aktiva (X2)
Struktur aktiva merupakan kekayaan atau sumber-sumber ekonomi yang dimiliki oleh perusahaan yang diharapkan akan memberikan manfaat dimasa yang akan datang, yang terdiri dari aktiva tetap, aktiva tidak berwujud, aktiva lancer,aktiva tidak lancar. Cara mengukurnya adalah dengan perbandingan atau perimbangan antara aktiva tetap dengan total aktiva. Satuan ukur dari variabel ini adalah prosentase,sehingga skala datanya adalah skala rasio Untuk mengukur variabel ini digunakan rumus menurut Titman dan Wessels
(1998) sebagai berikut :
x100% Aktiva Total Tetap Aktiva Aktiva
Sktruktur
c. Profitabilitas (X3)
Variabel ini diukur dengan menggunakan Return On Assets (ROA) yang menunjukkan kemampuan keseluruhan dana yang ditanamkan dalam aktiva untuk menghasilkan laba yang merupakan perbandingan antara laba bersih dengan total aktiva. Satuan ukur dari variabel ini adalah prosentase,sehingga skala datanya adalah skala rasio. Untuk mengukur variabel ini digunakan rumus menurut Weston dan Copeland (1997 : 240) sebagai berikut :
x100% Aktiva
Total EBIT
(53)
d. Rasio hutang (X4)
Menurut Umar (2004 : 214) rasio hutang adalah mengukur sejauh mana kewajiban perusahaan digunakan untuk mendanai pembelian atau investasi atas aktiva perusahaan. Cara pengukurannya adalah dengan membandingkan antara total hutang dengan total aktiva yang dimiliki perusahaan. Satuan ukur dari variabel ini adalah prosentase,sehingga skala datanya adalah skala rasio. Variabel ini dapat dihitung dengan rumus menurut Umar (2004 : 214) adalah sebagai berikut :
x100% Aktiva
Total
Hutang Total
Ratio
Debt
3.2 Tehnik Penentuan Sampel
3.2.1 Populasi
Populasi disini adalah keseluruhan perusahaan yang menjadi obyek penelitian sebagai sumber data yang memiliki karakteristik tertentu dalam penelitian. Dimana populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan Jasa Transportasi yang go public di Bursa Efek Indonesia (BEI) yang berjumlah 12 akan tetapi jumlah perusahaan yang dapat menjadi populasi hanya 9 perusahaan di karenakan terdapat 3 perusahaan yang tidak lengkap laporan keuangan yang meliputi neraca dan laporan laba rugi serta harga saham secara terus-menerus.
3.2.2 Sampel
Menurut Djarwanto (1998 : 108) Sampel adalah sebagian dari populasi yang karakteristiknya hendak diselidiki dan dianggap bisa mewakili kaseluruhan populasi.
(54)
Sampel penelitian ini berjumlah 9 perusahaan Jasa transportasi yang go public mulai tahun 2005 sampai dengan tahun 2009 dan telah menerbitkan laporan keuangan yang meliputi neraca dan laporan laba rugi serta harga saham secara terus-menerus, 9 perusahaan tersebut adalah :
1. PT. Arpeni Pratama Ocean Line Tbk 2. PT. Berlian Laju Tanker Tbk
3. PT. Centris Multi Persada P. Tbk 4. PT. Humpuss Intermoda Trans. Tbk 5. PT. Pelayaran Tempuran Emas Tbk 6. PT. Rig Tenders Tbk
7. PT. Samudra Indonesia Tbk 8. PT. Steady Safe Tbk
9. PT. Zebra Nusantara Tbk
3.3 Tehnik Pengumpulan Data
3.3.1 Jenis Data
Data merupakan faktor yang penting dalam penyusunan ini adalah jenis data sekunder, yaitu data berupa harga saham dan laporan keuangan perusahaan yang terdapat pada Bursa Efek Indonesia mulai tahun 2005 sampai tahun 2009. Laporan keuangan yang digunakan terdiri dari laporan neraca konsolidasi serta laporan laba rugi masing-masing perusahaan jasa transportasi.
(55)
3.3.2 Sumber Data
Sumber data yang diperlukan dalam penelitian ini adalah laporan keuangan perusahaan berupa laporan neraca serta laporan laba rugi masing-masing perusahaan jasa transportasi yang diambil dari data ICMD.
3.3.3 Pengumpulan Data
Dalam rangka memperoleh data-data yang diperlukan, maka metode pengumpulan data yang akan digunakan yaitu metode dokumentasi. Metode dokumentasi adalah cara-cara pengumpulan data yang berkaitan dengan objek penelitian.
3.4 Tehnik Analisis dan Uji Hipotesis
3.4.1 Teknik Analisis Data
Teknik analisis data yang digunakan dalam mencari pemecahan atas permasalahan yang diangkat pada penelitian ini adalah melakukan Structural Equation Modeling (SEM).
Teknik SEM dengan analisis jalur digunakan untuk menguji model kausalitas yang telah dinyatakan sebelumnya dalam berbagai hubungan sebab akibat, melalui model SEM akn terlihat ada atau tidaknya kesesuaian model dari hubungan kausalitas yang dibangun dalam model yang di uji.
(56)
Persamaan-persamaan struktural dibangun dengan pedoman berikut :
Variabel Endogen = Variabel Eksogen + Variabel Endogen + Error
Y1 = 1X1 + 2X2 + 3X3 + 4X4 + ζ1
ζ2
Y2 = 1X1 + 2X2 + 3X3 + 4X4 + 1Y1+
Dimana :
Y1 = Struktur modal
Y2 = Harga saham
X1 = Pertumbuhan pendapatan
X2 = Struktur aktiva
X3 = Profitabilitas
X4 = Rasio hutang
= regression weigh
= disturbance term
Berdasarkan model yang terbentuk akan dapat diketahui apakah semua variabel bebas secara bersama-sama mempunyai pengaruh yang signifikan atau tidak terhadap struktur modal serta pengaruhnya terhadap harga saham. Sehingga dapat disimpulkan apakah hipotesis penelitian ini diterima atau ditolak.
(57)
3.4.2 Asumsi SEM (Structural Equation Modeling)
Asumsi-asumsi yang harus dipenuhi dalam prosedur pengumpulan dan pengolahan data yang dianalisis dengan pemodelan SEM, menurut Ferdinand (2003) adalah sebagai berikut :
1. Normalitas dan Linearitas
Sebaran data harus dianalisis untuk melihat apakah asumsi normalitas dipenuhi sehingga data dapat diolah lebih lanjut untuk pemodelan SEM ini. Normalitas dapat diuji dengan melihat gambar histogram data atau dapat diuji dengan metode-metode statistik. Uji normalitas ini perlu dilakukan baik untuk normalitas terhadap data tunggal maupun normalitas multivariat dimana beberapa variabel digunakan sekaligus dalam analisis terakhir.
Uji linearitas dapat dilakukan dengan mengamati scatterplots dari data yaitu dengan memilih pasangan data dan dilihat pola penyebarannya untuk menduga ada tidaknya linearitas.
2. Outliers
Outliers adalah observasi yang muncul dengan nilai ekstrim baik secara univariat maupun multivariat. Dapat diadakan perlakuan khusus pada outliers ini asalkan diketahui bagaimana munculnya outliers itu.
(58)
1) Karena kesalahan prosedur seperti kesalahan dalam memasukkan
(mengentry) data,
2) Karena keadaan yang benar-benar khusus tetapi peneliti harus mempunyai penjelasan mengenai penyebab munculnya nilai ekstrim,
3) Karena adanya suatu alasan tetapi peneliti tidak dapat mengetahui apa penyebabnya atau tidak ada penjelasan dasar munculnya nilai ekstrim,
4) Outliers dapat muncul dalam interval nilai yang ada, biasanya disebut dengan multivariate outliers.
3. Multicollinearity dan Singularity
Multikolinearitas dapat dideteksi dari determinan matriks kovarians. Nilai-nilai determinan matriks kovarians yang sangat kecil (extremely small) memberi indikasi hadirnya problem multikolinearitas atau singularitas.
4. Goodness of Fit Model
Dalam analisis SEM terdapat beberapa alat uji statistik yang digunakan untuk mengukur derajat kesesuaian dengan model yang dihipotesiskan dengan data yang disajikan. Adapun indeks kesesuaian dan nilai Cut-off yang dapat digunakan untuk menguji apakah sebuah model dapat diterima atau ditolak adalah sebagai berikut :
(59)
1) X² - Chi – Square Statistic
Chi Square (Xy) ini bersifat sangat sensitif terhadap besarnya sampel yang digunakan yaitu terhadap sampel yang terlalu kecil maupun terlalu besar.
Penggunaan Chi Square hanya sesuai bila ukuran sampel antara 100 dan 200. Bila sampel ada di luar tentang itu, uji signifikan menjadi kurang variabel. Oleh karena itu pengujian ini perlu dengan alat uji yang lain.
2) Significance probability
Significance probability adalah uji signifikansi terhadap perbedaan matriks covariance data dan matriks covariance yang diestimasi.
3) RMSEA (The Root Mean Square Error of Approximation)
RMSEA adalah sebuah indeks yang dapat digunakan untuk mengkompensasi Chi Square dalam sampel besar. Nilai RMSEA mewujudkan Goodness of Fit yang dapat diharapkan bila model diestimasi dalam populasi. Nilai RMSEA yang lebih kecil atau sama dengan 0,08 menunjukkan indeks untuk dapat diterimanya suatu model yang menunjukkan Close Fit dan model itu berdasarkan
(60)
4) GFI (Goodness of Fit Index)
GFI adalah analog dari R² dalam regresi berganda. Indeks kesesuaian ini menghitung proporsi tertimbang dari varians dalam matriks kovarian sampel yang dijelaskan oleh matriks kovarians yang terestimasi.
5) AGFI (Adjusted Goodness of Fil Index)
GFI maupun AGFI adalah kriteria yang memperhitungkan proporsi tertimbang, dari varians dalam sebuah matriks kovarians sampel. Tingkat penerimaan yang direkomendasikan adalah bila AGFI mempunyai nilai sama dengan atau lebih besar dari 0,90.
6) CMIN/DF
The minimum sample discrepancy function (CMIN) dibagi dengan
degree of freedomnya akan menghasilkan indeks CMIN/DF, yang umumnya dilaporkan oleh para peneliti sebagai salah satu indikator untuk mengukur tingkat fitnya sebuah model. Dalam hal ini CMIN/DF tidak lain adalah statistik chi-square, X² dibagi DFnya sehingga disebut X²-relatif. Nilai X²-relatif kurang dari 2,0 atau bahkan kadang kurang dari 3,0 adalah indikasi dari acceptable fit
(61)
7) TLI (Tucker Lewis Index)
TLI adalah sebuah alternatif incremental fit index yang membandingkan sebuah model yang diuji terhadap sebuah baseline model. Nilai yang direkomendasikan sebagai acuan untuk diterimanya sebuah model adalah penerimaan > 0,95 dan nilai yang sangat mendekati 1 menunjukkan a fery good fit.
8) CFI (Comparative Fit Index)
Besaran indeks adalah rentang nilai sebesar 0 – 1, dimana semakin mendekati 1, mengidentifikasikan tingkat fit yang paling tinggi. Nilai yang direkomendasikan adalah CFI > 0,95. Keunggulan dari indeks ini besarnya tidak dipengaruhi oleh sampel.
Dengan demikian indeks-indeks yang dapat digunakan untuk menguji kelayakan sebuah model adalah seperti yang diringkas dalam table berikut ini.
Goodness of Fit Index Cut- off Value
X²-Chi-Square Diharapkan kecil
Significance Probability ≥ 0,05
RMSEA ≤ 0,08
GFI ≥ 0,90
AGFI ≥ 0,90
CMIN/DF ≤ 2,00
TLI ≥ 0,95
(62)
3.4.3 Evaluasi atas Asumsi-asumsi SEM
1. Evaluasi Normalitas Sebaran
Sebaran data harus dianalisis untuk mengetahui apakah asumsi normalitas dipenuhi, sehingga data dapat diolah lebih lanjut pada path diagram. Untuk menguji normalitas distribusi data yang digunakan dalam analisis, peneliti dapat menggunakan uji-uji statistik. Uji statistik yang paling mudah adalah dengan mengamati skewness value dari data yang digunakan, yang biasa disajikan dalam statistik deskriptif dari hampir semua program statistik.
Nilai statistik untuk menguji normalitas itu disebut sebagai Z-value
yang dihasilkan melalui rumus berikut ini :
Nilai = Skewness
√6/N
Dimana N adalah ukuran sampel.
Bila nilai Z lebih besar daripada nilai kritis atau critical ratio
(Ferdinand, 2000 : 95) maka dapat diduga bahwa distribusi data adalah tidak normal. Nilai kritis ini dapat ditentukan berdasarkan tingkat signifikansi yang dikehendaki. Nilai kritis yang umum digunakan adalah nilai kritis sebesar ± 1,96 yang berarti asumsi normalitas ditolak pada tingkat signifikansi 0,05 (5%).
(63)
2. Evaluasi Outliers
Outliers merupakan observasi data atau data yang memiliki karakteristik unik yang terlihat sangat berbeda jauh dari observasi-observasi yang lain dan muncul dalam bentuk nilai ekstrim, baik untuk sebuah variabel tunggal maupun variabel-variabel kombinasi (Hair et.al, 1995). Adapun outliers dapat dievaluasi dengan dua cara, yaitu analisis terhadap univariate outliers dan analisis terhadap multivariate outliers
(Hair et.al.1995).
a) Univariate Outliers
Deteksi terhadap adanya outliers univariate dilakukan dengan menentukan nilai ambang yang akan dikategorikan sebagai outliers
dengan cara mengkonversi nilai data penelitian ke dalam standard score atau dengan standar sebesar 1 (Hair et.el, 1995).
b) Multivariate Outliers
Uji terhadap outliers multivariate dilakukan dengan menggunakan jarak mahalanobis pada tingkat p < 0,001. Jarak mahalanobis ini dievaluasi menggunakan X² pada derajat bebas sebesar jumlah variabel yang digunakan dalam penelitian.
(64)
3. Evaluasi Multicolinearity dan Singularity
Untuk melihat apakah pada data penelitian terhadap multicollinearity
atau singularity dalam sebuah kombinasi variabel, maka yang perlu diamati adalah determinan matriks kovarians.
Determinan yang kecil atau mendekati NOL akan mengindikasikan adanya multikolinearitas atau singularitas, sehingga data itu tidak digunakan untuk penelitian (Ferdinand, 2000 : 108).
3.4.4 Uji Validitas dan Uji Reliabilitas
Validitas instrumen kuesioner adalah suatu derajat ketepatan alat ukur pengukuran penelitian tentang isi yang sebenarnya diukur. Uji validitas item untuk menguji apakah tiap butir pertanyaan benar-benar sahid atau valid. Sebagai alat ukur yang digunakan, analisis ini dilakukan dengan cara mengkorelasikan masing-masing skor item dengan skor totalnya. Dalam hal ini korelasi dinilai dengan tingkat signifikan ≤ 5%. Validitas data penelitian ditentukan oleh proses pengukuran yang akurat, karena itu jika sinonim realibilitas adalah konsistensi, maka esensi dari validitas adalah akurasi.
Reliabilitas adalah ukuran mengenai konsistensi internal dari indikator-indikator sebuah konstrukyang menunjukkan derajat sampai dimana masing-masing indikator itu mengindikasikan sebuah konstruk/faktor laten yang umum, dengan kata lain bagaimana hal-hal
(65)
yang spesifik saling membantu dalam menjelaskan sebuah fenomena yang umum.
Composite Reliability diperoleh melalui rumus berikut ini :
Construct-Reliability = (ΣStandarized Loading)² (ΣStandarized Loading)² + Σεφ
Keterangan :
1) Standarized Loading diperoleh langsung dari Standarized Loading
untuk tiap-tiap indikator yang didapat dari perhitungan komputer.
2) εφ adalah measurement error dari tiap indikator (measurement error
diperoleh dari 1 reliabilitas indikator).
Tingkat reliabilitas yang dapat diterima adalah 0,7. Walaupun angka ini bukanlah ukuran yang mati, artinya apabila penelitian yang dilakukan bersifat eksplanatori maka nilai dibawah 0,7 masih dapat diterima sepanjang disertai dengan alasan-alasan empirik yang terlihat dalam proses eksplorasi.
Ukuran reliabilitas yang kedua adalah Variance Extracted, yang menunjukkan jumlah varians yang dari indikator-indikator yang diekstrasi oleh konstruk laten yang dikembangkan. Nilai variance extracted yang tinggi menunjukkan bahwa indikator-indikator itu telah mewakili secara baik konstruk laten yang dikembangkan.nilai variance extracted ini direkomendasikan pada tingkat paling sedikit 0,50.
(66)
56
Variance Extrated diperoleh melalui rumus berikut ini :
Construct-Reliability = ΣStandarized Loading² ΣStandarized Loading² + Σεφ
Keterangan :
1) Standarized Loading diperoleh langsung dari Standarized Loading
untuk tiap-tiap indikator yang didapat dari perhitungan komputer.
2) εφ adalah measurement error dari tiap indikator (measurement error
(67)
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1. Deskripsi Obyek Penelitian
4.1.1. Gambaran Umum Bursa Efek Indonesia
Perkembangan Bursa di Indonesia dimulai dari pendirian Badan Pelaksana Pasar Modal (Bapepam) sebagai pengelola Bursa pada tahun 1977. Pada saat itu merupakan masa paling sulit bagi Bapepam untuk memperkenalkan dan mengembangkan Bursa di Indonesia. Dengan usaha yang begitu besar baik dari tenaga SDM maupun dari dana yang dikeluarkan oleh Pemerintah melalui Bapepam, untuk pengembangan Bursa di Indonesia nilainya cukup besar yang tidak mungkin dilakukan oleh pihak swasta/SRO seperti dewasa ini.
Pengembangan Bursa membutuhkan waktu kurang lebih 15 tahun untuk dapat menghasilkan 162 emiten. Baru setelah Bapepam berhasil mengembangkan Bursa di Indonesia dan Bursa sudah menjadi kebutuhan masyarakat Indonesia khususnya emiten dan investor, kemudian Bursa diswastanisasikan (tahun 1992).
Dalam perjalanan penswastanisasian Bursa, untuk mendorong percepatan pencatatan emiten dan perdagangan saham di Indonesia khususnya di wilayah timur, Pemerintah melalui Bapepam mempelopori pendirian BES pada tahun 1989. BES merupakan Bursa swasta pertama kali didirikan di Indonesia pada tanggal 16 Juni 1989, dan kemudian dilanjutkan
(68)
dengan pendirian BEJ pada tanggal 13 Juli 1992. Pendirian BEJ adalah seiring dengan penswastanisasian Bursa Efek Indonesia. Pada tahun 1992, Pemerintah mengalihkan peran Bapepam sebagai penyelenggara Bursa kepada BEJ melalui swastanisasi Bursa. Selanjutnya, pada tahun 1993 Pemerintah melalui Perserikatan Perdagangan Uang dan Efek (PPUE) mendirikan Bursa Paralel Indonesia (BPI) untuk mengakomodasi transaksi di luar Bursa (over the counter). Perkembangan berikutnya, pada tahun 1995 BPI digabungkan dengan BES dan setelah penggabungan BES telah mampu mengembangkan fasilitas pencatatan dan perdagangan bagi perusahaan menengah kecil serta obligasi/ surat utang.
Setelah Bursa Efek Indonesia diswastanisasikan menjadi BEJ dan BPI digabungkan dengan BES, perkembangan percepatan emiten saham, emiten obligasi mengalami kenaikan. Namun, lima tahun terakhir (sejak 2002 hingga sekarang) emiten saham dan obligasi mengalami perlambatan, dan di bidang instrumen lainnya seperti derivatif dapat dikatakan belum mengalami kemajuan berarti. Kondisi ini mendorong perlunya perhatian Pemerintah, dalam hal ini Bapepam dan LK, SRO, dan pelaku pasar, untuk melakukan sesuatu yang strategis untuk mencapai percepatan pertumbuhan jumlah emiten saham dan obligasi serta perkembangan produk-produk yang dapat diperdagangakan di Bursa. Salah satu pendekatan yang direncanakan oleh Pemerintah sebagaimana dituangkan dalam Master Plan Pasar Modal 2005-2009 yaitu penggabungan BES dan BEJ. Penggabungan kedua Bursa ini diyakini dapat menghasilkan sinergi sehingga efisiensi pasar modal dapat
(69)
tercapai. Bursa Efek Indonesia (BEI) didirikan oleh pemerintah Indonesia pada tanggal 1 Desember 2007 yang merupakan penggabungan antara Bursa Efek Jakarta (BEJ) dan Bursa Efek Surabaya (BES).
4.1.2. Visi dan Misi PT. Bursa Efek Indonesia a. Visi
Visi Bursa Efek Indonesia tidak terlepas dari latar belakang dilakukannya penggabungan BES-BEJ sebagaimana dituangkan dalam Master Plan Pasar Modal 2005-2009 yaitu adanya suatu keinginan untuk memiliki suatu Bursa yang kuat, bernilai, kredibel, kompetitif dan berdaya saing global. Bertitik tolak pada keinginan tersebut, maka visi Bursa Efek Indonesia dapat dinyatakan:
“To be a Strong, Valuable, Credible and World Wide Competitive Bourse”.
b.Misi
Dalam usaha mencapai visi tersebut, Bursa Efek Indonesia perlu menetapkan misi yang harus diemban setidaknya mencakup hal-hal sebagai berikut:
1. to produce variety of sellable high standard capital market product.
2. to provide high technology infrastructures. 3. to meet customer satisfaction priority. 4. to strengthen investor’s protection.
(70)
5. to create market integrity and transparency.
6. to create high competencies and favorable choice for human resource.
4.2. Hasil Penelitian dan Pembahasan 4.2.1. Uji Outlier Multivariate
Tabel 4.1. Hasil Uji Outlier Multivariate
Minim um Maxim um Mean
St d.
Dev iat ion N
Predict ed Value 12.762 26.638 18.500 3.385 36
St d. Predict ed Value - 1.696 2.405 0.000 1.000 36
St andard Error of Predict ed
Value 2.650 7.514 4.608 1.480 36
Adj ust ed Pr edict ed Value 12.165 31.666 18.728 4.569 36
Residual - 21.734 17.803 0.000 9.977 36
St d. Residual - 1.983 1.624 0.000 0.910 36
St ud. Residual - 2.205 1.726 - 0.009 1.009 36
Delet ed Residual - 26.869 20.100 - 0.228 12.423 36
St ud. Delet ed Residual - 2.374 1.790 - 0.012 1.029 36
Mahalanobis Dist ance [ MD] 1.073 1 5 .4 7 4 5.833 4.406 36
Cook's Dist ance 0.000 0.313 0.037 0.058 36
Cent ered Leverage Value 0.031 0.442 0.167 0.126 36
Sumber : Lampiran
Berdasarkan tabel diatas, setelah dilakukan pengujian ditemukan bahwa terdapat outlier multivariat [antar variabel], karena MD Maksimum 15,474 < 22,458
4.2.2. Uji Normalitas
Uji normalitas sebaran dilakukan dengan kurtotis value dari data yang digunakan yang biasanya disajikan dalam bentuk statistik deskriptif. Nilai statistik untuk menguji normalitas itu disebut Z-value. Bila nilai Z lebih besar dari nilai kritis maka distribusi data adalah tidak normal.
(1)
Hasil ini tidak sesusai dengan teori yang menyatakan bahwa pertumbuhan bagi suatu perusahaan merupakan suatu yang harus dimaksimalkan. Bila pertumbuhan perusahaan meningkat maka pangsa pasar dan keuntungan perusahaan meningkat pula. Untuk memperluas pangsa pasar atau ekspansi perusahaan selanjutnya maka memerlukan modal dalam jumlah yang besar. Apabila modal atau dana yang dimiliki perusahaan tidak mencukupi maka perusahaan harus mencari tambahan dana untuk keperluan tersebut
4.4.7. Pengaruh rasio hutangterhadap harga saham
Untuk hipotesis ketujuh rasio hutang tidak berpengaruh positif terhadap harga saham.. Hasil ini menunjukkan bahwa semakin besar debt rationya berarti risiko finansiil perusahaan semakin tinggi dan hal ini dapat menurunkan harga saham perusahaan di pasar modal dan sebaliknya semakin ratio antara hutang dengan seluruh assets perusahaan berarti risiko finansiil perusahaan semakin kecil dan ini dapat menaikkan harga saham. Hal ini disebabkan semakin naiknya nilai hutang perusahaan seperti pada perusahaan Arpeni Pratama Ocean Line Tbk. Pada tahun 2006 hutangnya sebesar 1.93%, naik pada tahun 2007 sebesar 2.28 naik pada tahun 2008 sebesar 3.52 naik
(2)
(Napa I. Awat dan Muljadi, 1995:29), struktur modal yang optimal dapat didefinisikan sebagai suatu struktur modal yang memaksimumkan kemakmuran para pemilik atau pemegang saham atau memaksimumkan nilai perusahaan atau harga saham perusahaan.
(3)
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan analisis data dengan menggunakan SEM (Stuctural Equation Modeling) dan pembahasan hasil penelitian yang telah dikemukakan, dapat disimpulkan hal-hal untuk menjawab permasalahan sebagai berikut :
a. rasio hutang tidak berpengaruh negatif terhadap struktur modal, b. pertumbuhan penjualan berpengaruh negatif terhadap struktur modal, c. struktur modal tidak berpengaruh negatif terhadap harga saham, d. Struktur Aktiva berpengaruh negatif terhadap harga saham, e. Profitabilitas berpengaruh positif terhadap harga saham,
f. Pertumbuhan penjualan tidak berpengaruh negatif terhadap harga saham, g. rasio hutang tidak berpengaruh positif terhadap harga saham.
5.2 Saran
(4)
73
debt rationya berarti risiko finansiil perusahaan semakin tinggi dan hal ini dapat menurunkan harga saham perusahaan di pasar modal dan sebaliknya semakin ratio antara hutang dengan seluruh assets perusahaan berarti risiko finansiil perusahaan semakin kecil dan ini dapat menaikkan harga saham.
b. Sebagai pertimbangan untuk penelitian berikutnya, disarankan agar menggunakan variabel lain diluar penelitian ini yang diduga mempunyai hubungan dengan struktur modal dan harga saham.
(5)
DAFTAR PUSTAKA
Atmajaya, Lukas Setia, 2003, Manajemen Keuangan, Edisis revisi, Penerbit Andi Offset, Yogyakarta.
Awat, Napa. I, dan Muljadi, 1995, Keputusan- Keputusan Keuangan Perusahaan: Teori dan Hasil Pengujian Empirik, Yogayakarta: Liberty.
Bentler, P.M. and C.P. Chou, 1987. Practical Issue in Structural Modeling, Sociological Methods and Research. 16 (1) : 78-117
Brigham, Eugene F. dan Joel F. Houston, 2001, Manajemen Keuangan, Edisi 8, Penerbit Erlangga, Jakarta.
_________., 2006. Manajemen Keuangan. Alih Bahasa: Ali Akbar Yulianto. Edisi Kedelapan. Jakarta: Erlangga.
Ferdinand, Augusty, 2002, Structural Equation Modeling Dalam Penelitian Manajemen : Aplikasi Model-model Rumit Dalam Penelitian untuk Tesis dan Disertai Doktor, Edisi Kedua, Penerbit BPUNDIP, Semarang.
Hair Jr, Joseph F, Rolph E. Anderson, Ronald L.Tatham and William C Black, 1995,Multivariate Data Analysis, Edisi Keempat, Penerbit Prentice Hall, New Jersey.
Kartadinata, Abas, 1999, Pembelanjaan, Penerbit Rineka Cipta, Jakarta.
Keown, Arthur J.dkk, 2000, Dasar-dasar Manajemen Keuangan, Buku Dua, Penerbit Salemba Empat, Jakarta.
Munawir, S, 1997, Analisa Laporan Keuangan, Edisi Keempat, Cetakan Ketujuh, Penerbit Liberty, Yogyakarta.
Riyanto, Bambang, 1990, Dasar-Dasar Pembelanjaan Perusahaan, Edisi Keempat, Penerbit BPFE, Yogyakarta.
(6)
Suad, Husnan, 2001. Dasar-Dasar Teori Portofolio dan Analisis Sekuritas, Edisi Ketiga. UPP AMP YKPN, Yogyakarta.
Umar, Husein, 2001, Metode Penelitian untuk Skripsi dan Tesis Bisnis, Penerbit PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta.
Weston, J. Fred and Thomas E. Copeland, 1992, Manajemen Keuangan, terjemahan staff editor Erlangga, Jakarta.
Weston, J. Fred and Thomas E. Copeland, 1999, Manajemen Keuangan, Edisi Kesembilan, Jilid Kedua, Penerbit Binarupa Aksara, Jakarta.
Weston, J. Fred and Eugene F. Brigham, 1997, Dasar-dasar Manajemen Keuangan (terjemahan), Edisi Kesembilan, Jilid Kedua, Penerbit Erlangga, Jakarta.
Jurnal :
Kesuma, Ali, 2009, ”Analisis Faktor yang Mempengaruhi Struktur Modal Serta Pengaruhnya Terhadap Harga Saham Perusahaan Real Estate yang Go Public di Bursa Efek Indonesia”, Jurnal Manajemen dan Kewirausahaan, Vol 11, No. 1, Maret 2009, Hal 38-45.
Ulupui, 2009, Dengan judul : Analisis pengaruh rasio likuiditas, leverage, struktur aktiva, dan struktur modal terhadap harga saham, Jurnal Ekonomi dan Bisnis,Vol 2 No. 1, Maret 2009
Riadi, 2007, Analisis Tingkat Kesehatan Korporasi Dan Harga Saham Terhadap Tingkat Pertumbuhan Dan Kebijakan Dividen Pada Perusahaan Automotive And Allied Products Di Bursa Efek Jakarta. Jurnal Program Studi Pendidikan Ekonomi