TRANSFER PENGETAHUAN INTERAKSI SOSIAL DA (1)

TESIS

TRANSFER PENGETAHUAN, INTERAKSI SOSIAL,

DAN EFEKTIVITAS KERJA-KERJA JEJARING ORGANISASI MASYARAKAT SIPIL (OMS) DI YOGYAKARTA WAHYU KUSTININGSIH 10/306427/PSP/03951 PASCA SARJANA SOSIOLOGI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK UNIVERSITAS GADJAH MADA YOGYAKARTA

2012

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam tesis ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Yogyakarta, Januari 2012

Wahyu Kustiningsih

DAFTAR ISI

Halaman Judul i Lembar Pengesahan

ii Lembar Pernyataan

iii Daftar Isi

iv Abstraksi

vii Daftar Singkatan

xi Daftar Gambar

xii Daftar Grafik

xiii Daftar Tabel

xiv

BAB I : PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

B. RUMUSAN MASALAH

C. TUJUAN PENELITIAN

D. KAJIAN PUSTAKA

D.1. Pergerakan Sosial Organisasi Masyarakat Sipil

D.2. Social Network Analysis (SNA)

E. METODE PENELITIAN

E.1. Subjek Penelitian

E.2. Lokasi Penelitian

E.3. Teknik Pemilihan Sampel Penelitian

E.4. Konsep dan Pengukuran

E.5. Jenis Data Penelitian

E.6. Teknik Pengumpulan Data

E.7. Teknik Pengolahan dan Analisis Data

BAB II :DESKRIPSI SUBJEK PENELITIAN

A. SEJARAH ORGANISASI MASYARAKAT SIPIL (OMS) DI INDONESIA

B. ORGANISASI MASYARAKAT SIPIL (OMS) DI YOGYAKARTA

A.1. Deskripsi Organisasi Masyarakat Sipil (OMS)

A.2. Karakteristik Organisasi Masyarakat Sipil (OMS)

C. JEJARING OMS DI YOGYAKARTA

B.1. Deksripsi Jejaring OMS

B.2. Karakteristik Jejaring OMS

D. KESIMPULAN

BAB III : JEJARING OMS

A. TRANSFER PENGETAHUAN DI JEJARING OMS

A.1. Hubungan Antar OMS

A.2. Pengetahuan yang Ditransfer

A.3. Karakteristik Jaringan

A.4. Tipe Proses Transfer Pengetahuan

B. INTERAKSI SOSIAL DI JEJARING OMS

B.1. Intensitas Pertemuan

B.2. Intensitas Komunikasi

B.3. Jenis Media Komunikasi

C. EFEKTIVITAS KERJA-KERJA DI JEJARING OMS

C.1. Kegiatan-kegiatan

C.2. Outputs

C.3. Outcomes 100

C.4. Impacts 101

D. DINAMIKA JEJARING OMS 102

D.1. Transfer Pengetahuan, Interaksi Sosial, dan Efektivitas Kerja-kerja Jejaring OMS.

D.2. Kepentingan OMS terhadap Jejaring OMS 117

E. KESIMPULAN 121

BAB IV : JEJARING OMS DAN GERAKAN SOSIAL BARU 122

A. JEJARING OMS SEBAGAI GERAKAN SOSIAL BARU

B. IMPLIKASI GERAKAN TERHADAP PERUBAHAN (TRANSFORMASI)

C. KEKURANGAN DAN KELEBIHAN PENELITIAN INI

D. REKOMENDASI PENELITIAN SELANJUTNYA 135

E. KESIMPULAN 135

BAB V : PENUTUP 137

DAFTAR PUSTAKA 141 LAMPIRAN

ABSTRAKSI

Terbukanya kran demokrasi di Indonesia membawa dampak terhadap dinamika kehidupan sosial masyarakat. Pola pergerakan sosial pun menjadi dinamis dan banyak bermunculan Organisasi Masyarakat Sipil (OMS) di Indonesia. Salah satu kota yang menjadi barometer pergerakan sosial ialah Yogyakarta. Tidak ada data pasti tentang jumlah OMS di Yogyakarta. Diperkirakan jumlah OMS di Yogyakarta lebih dari 100 OMS. Pada kenyataannya, dinamika keberlangsungan dari OMS tersebut pasang surut. OMS mudah dibentuk dan mudah bubar. Jumlah OMS yang sangat banyak tersebut memiliki kontribusi dalam pembentukan jejaring OMS. Alasan utamanya ialah untuk memperkuat pergerakan sosial secara luas. Banyaknya isu dan kepentingan yang ada memunculkan tidak hanya satu jejaring OMS. Jumlah jejaring OMS pun kemudian menjamur, mudah dibentuk, dan mudah juga bubar.

Penelitian ini memetakan pola jejaring OMS di Yogyakarta, dengan sampel penelitiannya: AJI Damai, Forum LSM, dan JPY. Pemilihan ketiga jejaring OMS tersebut berdasarkan karakteristik yang berbeda satu sama lain. Penelitian ini menggunakan mix-method (kuantitatif dan kualitatif). Subjek penelitian ini yaitu OMS partisipan di ketiga jejaring tersebut, yang berpartisipasi dalam kurun waktu satu tahun terakhir. Penelitian ini menggunakan tiga teknik pengolahan & analisis data, yaitu data kuantitatif diolah melalui statistik dengan SPSS software untuk teknik analisa deskriptif dan inderences statistic, data kualitatif menggunakan teknik analisa deskriptif kualitatif dengan menggunakan atlas.ti, dan PAJEK software untuk SNA (Social Network Analysis). Penelitian ini menggunakan tiga variabel, yaitu tingkat transfer pengetahuan, tingkat interaksi sosial, dan tingkat efektivitas kerja-kerja di jejaring OMS. Fokus penelitian ini ialah bagaimana korelasi di antara ketiga variabel tersebut dalam dinamika di masing-masing jejaring OMS.

Tidak semua variabel memiliki asosiasi yang sama di ketiga jejaring OMS. Dinamika dan karakteristik di masing-masing jejaring OMS mempengaruhi hubungan tersebut. Mayoritas tingkat efektivitas kerja- kerja jejaring pada ketiga jejaring OMS tersebut tergolong tinggi. Tingkat interaksi sosial pada ketiga jejaring OMS tersebut tergolong sedang. Hal Tidak semua variabel memiliki asosiasi yang sama di ketiga jejaring OMS. Dinamika dan karakteristik di masing-masing jejaring OMS mempengaruhi hubungan tersebut. Mayoritas tingkat efektivitas kerja- kerja jejaring pada ketiga jejaring OMS tersebut tergolong tinggi. Tingkat interaksi sosial pada ketiga jejaring OMS tersebut tergolong sedang. Hal

Kata kunci: Jejaring OMS, Transfer Pengetahuan, Interaksi Sosial,

Efektivitas Kerja-Kerja Jejaring OMS

Abstraction

The falling of Soeharto brought democracy in Indonesia. Yogyakarta is as a barometer city of social movement in Indonesia. There’s no accurate data about the total of CSOs in Yogyakarta. Estimated, there’re more than one hundred CSOs in Yogyakarta. In fact, the sustainability of CSOs in Yogyakarta is up and down. CSOs create CSO’s networkings for streghtening the social movement in widely space. There are so many issues and interests as background of CSO’s networkings.

This research maps the patterns of CSO’s networkings in Yogyakarta. The sample of this research is AJI Damai, Forum LSM DIY, and JPY. This research uses mix-method (quantitative and qualitative). It subject is CSOs that are participated in those CSO’s networings in last one year or in 2011. There are three techniques and analysis data. Quantitative data is processed by statistic (using SPSS software) for descriptif and inderence statistic. Qualitative data is processed by descriptive qualitative analysis (using atlas.Ti software) and social network analysis (using PAJEK software). There are three variables: (1) knowledge transfer, (2) social interaction, and (3) the effectiveness works of CSO’s networkings. This research focuses on the correlation betw een those three variebles in each CSO’s networking.

Not all variables in each CSO’s networkings have association. The dynamic and characteristic of each CSO’s networkings influences it. The effectiveness in the three of CSO’s networkings is in high level. The social interaction in the three CSO’s networkings is in middle level. Explicitly, it draws that the participation is still being crucial problem in CSO’s networkings in Yogyakarta. The high level of knowledge Not all variables in each CSO’s networkings have association. The dynamic and characteristic of each CSO’s networkings influences it. The effectiveness in the three of CSO’s networkings is in high level. The social interaction in the three CSO’s networkings is in middle level. Explicitly, it draws that the participation is still being crucial problem in CSO’s networkings in Yogyakarta. The high level of knowledge

Keywords : CSO’s networkings, knowledge transfer, social interaction, the effectiveness works of CSO’s networkings.

DAFTAR SINGKATAN

OMS : Organisasi Masyarakat Sipil AJI Damai

: Aliansi Jogja untuk Indonesia Damai JPY

: Jaringan Perempuan Yogyakarta Forum LSM DIY : Forum Lembaga Swadaya Masyarakat Daerah Istimewa Yogyakarta

DAFTAR GAMBAR

Artikel pemberitaan media cetak tentangkegiatan AJI

1 DAMAI.

2 Information in 5 themes

3 Form data to information to knowledge

4 Kolb‘s Learning Cycle

5 Pesan di maillist AJI Damai Spiral evolution of knowledge conversion and self-

6 transcending process (Nonaka & Konno, 1998)

7 Tingkat Transfer Pengetahuan di Jejaring OMS

8 Tingkat Interaksi Sosial di AJI Damai

9 Tingkat Efektivitas Kerja-Kerja Jejaring OMS Uji Regresi Antara Tingkat Transfer Pengetahuan dengan

10 Tingkat Efektivitas Kerja-Kerja jejaring di AJI Damai

Uji Regresi Antara Tingkat Transfer Pengetahuan dengan

11 Tingkat Efektivitas Kerja-Kerja jejaring di Forum LSM

Uji Regresi Antara Tingkat Interaksi Sosial dengan

12 Tingkat Efektivitas Kerja-Kerja jejaring di Forum LSM

DAFTAR GRAFIK

1 Pemetaan Kedekatan Antar OMS di Jejaring OMS

2 Pemetaan Kedekatan Antar OMS di AJI Damai

3 Pemetaan Kedekatan Antar OMS di Forum LSM DIY

4 Pemetaan Kedekatan Antar OMS di JPY

5 Pola relasi berdasarkan keaktifan di AJI Damai

6 Pola relasi berdasarkan keaktifan di Forum LSM DIY

7 Pola relasi berdasarkan keaktifan di JPY

8 Korelasi antar variabel

9 Output ATLAS.ti: Topologycal layout interview

DAFTAR TABEL

1 Jumlah partisipan menurut jejaring

2 Partisipasi masing-masing OMS dalam jejaring

3 Usia OMS

4 Jumlah staff/ karyawan di OMS

5 Asal Lembaga Donor di Tiap OMS

6 Jenis Kerja-Kerja OMS Crosstabs pemanfaatan jejaring sosial FACEBOOK dan

7 TWITTER dalam kerja-kerja OMS

Crosstabs pemanfaatan jejaring sosial FACEBOOK &

8 WEBSITE dalam kerja-kerja OMS

Crosstabs pemanfaatan jejaring sosial TWITTER dan

9 WEBSITE dalam kerja-kerja OMS

10 Persebaran lokasi OMS berdasarkan kabupaten/kota

11 Visi & Misi Jejaring OMS

12 Wilayah Gerakan Jejaring OMS

13 Bentuk Gerakan Jejaring OMS

14 Keanggotaan & Kepengurusan Jejaring OMS

15 Sumber Dana Jejaring OMS

16 Pendekatan KM menurut Carrillo (1999, dan 2002)

17 Penggunaan Media Komunikasi di AJI Damai

18 Penggunaan Media Komunikasi di Forum LSM DIY

19 Penggunaan Media Komunikasi di JPY

20 Accessing Achievements

BAB I

A. LATAR BELAKANG

Reformasi tahun 1998 merupakan momen bersejarah kehidupan demokrasi di Indonesia. Setelah 32 tahun terbelenggu dalam kekuasaan otoriter orde baru, kran demokrasi terbuka. Ini memunculkan ruang kebebasan berpendapat. Peranan masyarakat sipil sangat diperlukan dalam kehidupan berdemokrasi. Elemen penting dari masyarakat sipil ialah Organisasi Masyarakat Sipil (OMS). Kejatuhan orde baru merupakan agenda bersama OMS saat itu. Agenda tersebut memunculkan berbagai macam bentuk konsolidasi antar OMS.

Hingga saat ini, proses konsolidasi antar OMS menjadi sebuah strategi pergerakan. Alasannya, konsolidasi antar OMS memberikan efektifitas dalam pencapaian agenda bersama. Yogyakarta merupakan salah satu kota di Indonesia yang memiliki banyak jejaring OMS sebagai wadah konsolidasi antar OMS. Hal ini menunjukkan dinamika pergerakan sosial di Yogyakarta. Terlebih, respon yang cukup reaktif dari para aktivis pergerakan sosial di Yogyakarta terhadap isu-isu yang sedang populer, terutama isu politik, HAM, hukum, pluralisme, dan lain sebagainya, semakin memperkuat pergerakan sosial. Media massa juga mengambil peranan dalam proses pergerakan sosial yang terjadi (Lihat Gambar 1).

Seiring dengan tingginya respon terhadap isu-isu kekinian, jejaring OMS yang terbentuk di Yogyakarta juga turut meningkat dalam segi jumlah. Permasalahannya kemudian, banyak terjadi fokus isu yang tumpang- tindih antara satu jejaring OMS dengan jejaring OMS yang lain. Sebagai sebuah strategi pergerakan sosial, mayoritas para aktor dari pergerakan sosial tersebut menganggap semakin banyak jumlah jejaring OMS, maka Seiring dengan tingginya respon terhadap isu-isu kekinian, jejaring OMS yang terbentuk di Yogyakarta juga turut meningkat dalam segi jumlah. Permasalahannya kemudian, banyak terjadi fokus isu yang tumpang- tindih antara satu jejaring OMS dengan jejaring OMS yang lain. Sebagai sebuah strategi pergerakan sosial, mayoritas para aktor dari pergerakan sosial tersebut menganggap semakin banyak jumlah jejaring OMS, maka

Gambar 1 Artikel pemberitaan media cetak tentangkegiatan AJI DAMAI.

Aji Damai Deklarasikan Yogya Kota Toleran

Kamis, 3 Maret 2011 12:34 WIB

Laporan Reporter Tribun Yogya, Rina Eviana

TRIBUNJOGJA.COM, YOGYA - Aliansi Jogja untuk Indonesia Damai (Aji Damai) hari ini

mendeklarasikan ikrar bersama tokoh lintas agama DIY. Deklarasi ini meneguhkan Yogya

sebagai Kota Toleran. Aksi diikuti tokoh-tokoh lintas agama dan sejumlah elemen

masyarakat sebanyak 48 ormas.

Koordinator Pelaksana, Subkhi Ridho, mengatakan ikrar peneguhan Yogya sebagai Kota Toleran dilatarbelakangi adanya tindakan kekerasan di Cikeusik Pandeglang Banten,

kerusuhan Temanggung dan Jawa Timur.

"Aji Damai berkeinginan mewujudkan toleransi di tengah masyarakat Indonesia, khususnya Yogyakarta. Yogyakarta sebagai kota budaya, pendidikan sepantasnya menjadi contoh

konkret dari toleransi umat beragama di negeri ini," jelas Ridho di Pendopo Balaikota, Kamis (3/3/2011).

Ikrar Aji Damai ditandai dengan peluncuran baliho dan empat buah standing banner seruan perdamaian yang diserahkan di Pendopo Balaikota kepada Walikota Yogyakarta, Herry Zudianto.(*)

Sumber: http://jogja.tribunnews.com/m/index.php/2011/03/03/aji-damai-deklarasikan-yogya-kota-

toleran diakses pada tanggal 25 September 2011.

Penelitian ini menitikberatkan pada dinamika jejaring OMS yang ada di Yogyakarta dalam kaitannya dengan pergerakan sosial. Bahasan khusus dalam penelitian ini ialah sejauh mana jejaring-jejaring OMS mampu berkontribusi dalam pencapaian-pencapaian pergerakan sosial di masyarakat. Luasnya lingkup topik terkait jejaring OMS dan pergerakan sosial membawa peneliti untuk fokus pada satu area, yaitu jejaring sosial (social network). Penggunaan SNA (Social Network Analysis)/analisa jejaring sosial menjadi hal utama dalam penelitian kali ini untuk Penelitian ini menitikberatkan pada dinamika jejaring OMS yang ada di Yogyakarta dalam kaitannya dengan pergerakan sosial. Bahasan khusus dalam penelitian ini ialah sejauh mana jejaring-jejaring OMS mampu berkontribusi dalam pencapaian-pencapaian pergerakan sosial di masyarakat. Luasnya lingkup topik terkait jejaring OMS dan pergerakan sosial membawa peneliti untuk fokus pada satu area, yaitu jejaring sosial (social network). Penggunaan SNA (Social Network Analysis)/analisa jejaring sosial menjadi hal utama dalam penelitian kali ini untuk

B. RUMUSAN MASALAH

1. Seberapa besar efektivitas penerapan transfer pengetahuan di dalam jejaring OMS?

2. Seberapa besar tingkat interaksi antar aktor di dalam jejaring OMS?

3. Seberapa besar tingkat efektivitas kerja-kerja/aktivitas-aktivitas jejaring OMS?

4. Bagaimana korelasi antara efektivitas penerapan trasfer pengetahuan dan tingkat interaksi sosial antar aktor terhadap tingkat efektivitas kerja-kerja/aktivitas-aktivitas di jejaring OMS?

5. Bagaimana dinamika jejaring OMS dan kontribusinya dalam pergerakan sosial terutama di Yogyakarta?

C. TUJUAN PENELITIAN

Ada beberapa tujuan dari penelitian ini, antara lain:

1. Memetakan pola-pola transfer pengetahuan di jejaring OMS di Yogyakarta, baik secara internal maupun eksternal.

2. Menggambarkan relasi antar aktor di dalam jejaring OMS melalui pola interaksi sosial yang ada.

3. Merefleksikan dinamika jejaring OMS secara internal dan eksternal.

D. KAJIAN PUSTAKA

D.1. Pergerakan Sosial Organisasi Masyarakat Sipil

Organisasi Masyarakat Sipil (OMS) atau Civil Society Organisation (CSO) sudah ada di Indonesia sejak tahun 1970-an 1 . Pada saat itu, fokus kerja OMS lebih kepada isu-isu pembangunan dengan kerangka kerja developmentalisme yang berada pada tingkat akar rumput. Seiring waktu, fokus kerja OMS pun mengalami pergeseran. Pada tahun 1980- an, fokus kerja OMS bergeser ke advokasi pada berbagai level (lokal, nasional, dan internasional). Pergolakan ideologi dan diskursus pembanguan di OMS mulai terjadi pada era ini. Kemudian, fokus OMS bergeser pada isu-isu yang melawan isu-isu pembangunan. Hal tersebut terjadi menjelang kejatuhan rezim Soeharto. Pasca orde baru tumbang, orientasi OMS pun berubah pada isu-isu seputar Kolusi, Korupsi, dan Nepotisme (KKN). Saat itu, orde baru dianggap sebagai musuh bersama, sehingga pergerakan OMS dan masyarakat sipil lainnya dapat bersatu padu. Gerakan bersama tersebut berupa jejaring OMS dan masyarakat sipil, di mana tujuan pembentukannya ialah untuk menumbangkan rezim orde baru.

Gerakan bersama yang ada, dikategorikan sebagai gerakan sosial (social movement ), dan memiliki berbagai macam pendekatan. Menurut Mansour Fakih (2008), gerakan sosial di negara dunia ketiga seringkali berkaitan dengan perubahan sosial. Maksudnya, perubahan sosial yang direkayasa oleh negara yaitu pembangunan. Pembangunan diasumsikan akan memberikan kemakmuran pada negara-negara di dunia ketiga. Namun pada kenyataannya rakyat di negara-negara dunia ketiga merasa justru pembangunan menjadi penyebab kesengsaraan bagi rakyat.

1 Fakih, Mansour. 2008. Masyarakat Sipil untuk Transformasi Sosial: Pergolakan ideologi LSM. Yogyakarta: Pustaka pelajar.

Ada berbagai macam pendekatan yang digunakan untuk memahami dan mendefinisikan gerakan sosial (social movement). Gerakan sosial dilihat melalui dua kubu yang berbeda satu sama lain. Satu kubu melihat gerakan sosial sebagai sesuatu yang menyimpang dan akan mengganggu stabilitas. Kubu lainnya menganggap gerakan sosial sebagai sesuatu yang positif. Mayoritas teori-teori terkait gerakan sosial dipengaruhi secara dominan oleh teori fungsionalisme. Sedangkan teori lain yang berpengaruh ialah teori konflik. Diasumsikan bahwa gerakan sosial merupakan sesuatu yang positif sebagai sarana konstruktif bagi perubahan sosial.

Pandangan positif terkait gerakan sosial diutarakan oleh Giddens. Secara spesifik, Giddens mengkaitkannya dengan modernitas 2 . Menurut Giddens,

lain kebebasan berbicara/berpendapat, gerakan buruh, gerakan perdamaian, dan gerakan lingkungan (budaya tanding). Giddens mengkaitkan keempat gerakan tersebut dengan dimensi institusional modernitas, yaitu kapitalisme (akumulai kapital dalam konteks kerja dan pasar produk yang kompetitif), pengawasan (kontrol informasi dan supervisi sosial), kekuatan militer (kontrol atas sarana kekerasan dalam konteks industrialisasi perang), dan industrialisme (transformasi alam: perkembangan ―lingkungan yang diciptakan‖).

Gerakan buruh berakar pada tatanan ekonomi kapitalis, di mana berusaha untuk melakukan kontrol defensif di tempat kerja dan meraih kekuasaan negara melalui organisasi politis. Gerakan buruh menjadi pioner dari gerakan kebebasan berekspresi dan hak-hak demokrasi. Pada dasarnya, gerakan buruh dan gerakan kebebasan berpendapat

2 Giddens, Anthony. 2004. Konsekuensi-konsekuensi modernitas. Yogyakarta: Kreasi Wacana. Hal.211 2 Giddens, Anthony. 2004. Konsekuensi-konsekuensi modernitas. Yogyakarta: Kreasi Wacana. Hal.211

Giddens mengutip pendapat Alberto Melluci, yaitu bahwa gerakan sosial menjadi petunjuk kemungkinan masa depan dan sebagian menjadi gerakan untuk merealisasikan tujuan tersebut. Dari perspektif realisme utopis, Giddens menganggap bahwa gerakan sosial tidak niscaya atau menjadi satu-satunya basis perubahan yang mungkin mengarahkan kita pada dunia yang lebih aman dan manusiawi. Pada intinya, Giddens berasumsi bahwa gerakan sosial menyediakan transformasi penting bagi masa depan.

Jejaring OMS bagian dari gerakan sosial. Gerakan sosial diciptakan untuk menjadi stimulus bagi perubahan sosial di masyarakat. Sukses atau tidaknya suatu pergerakan sosial dapat diukur melalui strategi- strategi pergerakan yang sudah direncanakan dan dikembangkan. Gerakan sosial juga diarahkan sebagai pemersatu untuk kepentingan- kepentingan tertentu dalam masyarakat. Pada awalnya, gerakan sosial dibentuk secara formal dan dipengaruhi oleh partisipannya, komposisinya dan ideologi dari kelompok-kelompok sosial. Gerakan sosial membutuhkan komitmen dari partisipannya untuk mencapai tujuan-tujuan dari pergerakan itu sendiri. Komitmen tersebut meliputi usaha untuk menyatukan seluruh kepentingan demi pencapaian tujuan bersama.

Pada umumnya, struktur yang ada dalam gerakan sosial seringkali diabaikan. Ada berbagai alasan untuk hal tersebut. Pertama, mayoritas lebih menekankan pada aspek fungsional. Kedua, mayoritas menganggap bahwa ada kemudahan dalam melakukan perubahan sosial dan sifatnya sementara. Ketiga, terdapat banyak definisi dan tingkatan atas

menyulitkan untuk menggeneralisasikan struktur dari gerakan sosial.

Tujuan utama dari gerakan sosial adalah reorganisasi. Cakupan dari tujuan gerakan sosial mungkin terlalu luas. Selain itu, terdapat banyak sekali varian dari bentuk-bentuk organisasi. Ada gerakan sosial yang terorganisasi dengan baik, ada juga yang diorganisir secara informal.

Sekarang, gerakan sosial muncul dalam bentuk baru. Gerakan tersebut dinamakan Gerakan Sosial Baru (GSB). Ini berbeda dengan gerakan kelompok kepentingan, yang mana hanya merepresentasikan kelompok

kecil dengan kepentingan kecil 3 . Contoh dari GSB antara lain gerakan feminis dan gerakan lingkungan. Secara umum, ada empat karakteristik dari GSB, yaitu:

- GSB cenderung untuk perubahan nilai-nilai sosial dan budaya baru. - GSB berdasarkan pada kelompok spesifik. Misalnya: perempuan. - GSB menekankan pada mobilisasi massa untuk mengubah nilai dan

sikap. - GSB menolak model-model organisasi formal. Aspek yang paling penting di sini ialah partisipasi dari anggotanya.

Jejaring OMS yang ada di Yogyakarta, mayoritas dapat dikategorisasikan sebagai GSB. Jejaring OMS tersebut bergerak berdasarkan isu khusus dengan kelompok yang spesifik. Ada

3 Abercrombie, N., Hill, S., & Turner, B. S. (2010). Kamus Sosiologi (Sociology Dictionary). Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

perubahan-perubahan nilai dan sikap yang ingin diraih oleh masing- masing jejaring OMS. Sifat jejaring OMS yang ada pun informal. Selain itu, dalam setiap aksinya, dipastikan akan selalu memobilisasi massa.

Pada isu pergerakan, organisasi-organisasi pergerakan sosial merupakan kunci penting. Para penganalisa pergerakan telah menguji sebuah tataran dalam memobilisasi struktur dalam pergerakan sosial, termasuk organisasi-organisasi pergerakan, jejaring sosial (social network), organisasi-organisasi yang sudah ada, dan institusi-institusi alternatif. Studi tentang dinamika organisasi telah memperlihatkan hal penting pada efek-efek dari organisasi-organisasi dan pergerakan-pergerakan.

Sidney Tarrow 4 (1998) menganalisa poin-poin dari cycles of contention / lingkaran perdebatan pada pergerakan awal dalam mendemonstrasikan kesempatan-kesempatan politik dan mengkreasikan model-model protes untuk pergerakan yang kemudian ada dalam sebuah protest cyrcle. Hasil penelitian Tarrow menyatakan bahwa ukuran dari industri-industri pergerakan sosial dan sektor pergerakan sosial adalah penting. Asumsinya bahwa perluasan sebuah populasi dari organisasi-organisasi mengkreasikan legitimasi untuk strategi protes dan juga menghasilkan kompetisi di antara organisasi-organisasi.

Aktivitas pergerakan sosial di Indonesia terpetakan oleh Yanuar Nugroho dalam beberapa penelitiannya. Dalam penelitiannya berjudul

Aksi Warga 5 , Yanuar Nugroho mencoba untuk mengetahui bagaimana organisasi dan kelompok masyarakat di Indonesia terlibat dalam

4 McAdam, Doug, Sidney Tarrow, and Charles Tilly. 2001. Dynamics of Contention. Cambride, UK : Cambride University Press. – dikutip dari Ritzer, George. 2005. Encyclopedia of Social Theory : volume 1. London: Sage Publications

5 Nugroho, Yanuar. 2011. @ksi Warga: Kolaborasi, demokrasi partisipatoris dan kebebasan informasi – Memetakan aktivisme sipil kontemporer dan penggunaan media sosial di Indonesia. Laporan. Kolaborasi penelitian antara Manchester Institute of Innovation

Research, University of Manchester dan HIVOS Regional Office Southeast Asia. Manchester dan Jakarta: MIOIR dan HIVOS.

aktivisme sipil (Civic Activism) melalui penggunaan internet dan media sosial, serta dampak keterlibatan mereka terhadap penguatan masyarakat sipil di Indonesia. Penelitian ini mempelajari pola dan proses kolaborasi di antara kelompok masyarakat sipil di Indonesia dalam mendorong demokrasi partisipatoris dan kebebasan informasi menggunakan TIK dan media sosial. Penelitian berjudul Aksi Warga ini merupakan kelanjutan dari penelitian Yanuar Nugroho dan Gindo Tampubolon berjudul Mapping the network society: Network dynamics in

the transition to democracy in Indonesia 6 , yang mengamati berbagai cara inovasi organisasi masyarakat sipil di Indonesia dalam mengadopsi inovasi media baru.

Penelitian berjudul Aksi Warga menghasilkan beberapa hal menarik terkait dengan model-model pergerakan sosial di Indonesia. Pertama, masyarakat sipil di Indonesia ialah ranah yang dinamis yang bukan hanya merupakan hasil persentuhan komunitas masyakat sipil Indonesia dengan masyarakat sipil global. Namun, hal tersebut juga dibentuk oleh dinamika internal dari waktu ke waktu. Kedua, penggunaan internet dan media sosial turut memiliki peran dalam meluasnya ruang-ruang sipil. Menurut Yanuar Nugroho, berbagai karakteristik dari berbagai media sosial baru membuat masyarakat sipil menjadi terbantu dalam mencapai tujuan. Ketiga, Aktivisme sipil di Indonesia tidak hanya dibentuk oleh penggunaan teknologi (satu arah) tapi justru merupakan sebuah proses evolusi bertautan (co-evolution) antara penggunaan teknologi dan perkembangan aktivisme sipil itu sendiri. Keempat, jaringan masyarakat sipil dan juga wilayah sipil itu sendiri merupakan konsekuensi dari keterlibatan sipil. Yanuar Nugroho berpendapat bahwa membangun jaringan harus menjadi bagian dari strategi, karena jaringan

6 Nugroho, Yanuar & Gindo Tampubolon.2005. Mapping the network society: Network dynamics in the transition to democracy in Indonesia. Manchester : Centre for Research on Socio-Cultural

Change (CRESC).

menyediakan berbagai cara dinamis dalam menghantarkan berbagai aktivisme sipil.

Penelitian yang berjudul Mapping the network society: Network dynamics in the transition to democracy in Indonesia, fokus pada kasus di Indonesia selama masa perubahan rezim dari otoritarianisme ke demokrasi. Yanuar Nugroho dan Gindo Tampubolon menginvestigasi peranan organisasi masyarakat sipil global dan nasional selama periode pra- reformasi, reformasi dan pasca-reformasi. Metode yang digunakan yaitu SNA (Social Network Analysis) dan mewawancarai beberapa aktivis masyarakat sipil. Penelitian itu menemukan sebuah gambaran kecil akan relasi-relasi yang terjadi. Menurut hasil penelitian, OMS di Indonesia masuk dalam masyarakat jejaring. Keterlibatan OMS ke dalam masyarakat jejaring memberikan keuntungan bagi OMS dalam kerja- kerja dan tujuan-tujuannya, sehingga lebih fokus dan perspektif terhadap isu-isu tertentu menjadi lebih luas. Berjejaring dinilai mampu memberikan kelebihan untuk memperluas perspektif. Lebih jauh, berperan aktif dalam masyarakat jejaring dapat memfasilitasi pencapaian-pencapaian dari misi dan tujuan OMS, terutama terkait dengan demokrasi.

Society is not merely an agregate of individuals; it is the sum of the relations in which these individuals stand to one another. (Marx)

Masyarakat merupakan kumpulan dari individu atau aktor yang menciptakan relasi atau hubungan satu sama lain. Kunci dari pengertian tersebut ialah relasi. Relasi tersebut muncul melalui proses interaksi

sosial. Interaksi sosial 7 merupakan suatu proses di mana dua atau lebih aktor sosial saling mempengaruhi satu sama lain. Pada umumnya, studi

7 Ritzer, George. 2005. Encyclopedia of Social Theory: volume 1. London: Sage Publications.

tentang interaksi sosial berada pada level Sosiologi mikro. Pada dasarnya, interaksi sosial merupakan suatu hubungan yang bersifat kritis antara individu dan masyarakat. Terkait dengan sturktur sosial,

Erving Goffman 8 berpendapat bahwa secara tidak langsung struktur sosial mempengaruhi pola-pola interaksi sosial.

Unit analisa penelitian ini berada pada level organisasi, sehingga analisa yang digunakan pada level meso. Pada level meso, interaksionis menganalisa bagaimana hubungan-hubungan power (kekuasaan) dan

batasan-batasan sosial bermain pada tingkah laku aktor di organisasi. 9 Sejak tahun 1970-an, para interaksionis menggunakan analisa struktur meso untuk mempelajari organisasi yang lebih besar. Para interaksionis ini menggunakan konsep-konsep seperti meaning (makna), frame, network , metapower, dan mencoba menghubungkan level mikro dan makro dari realitas sosial. Sebagai tambahan dalam mempelajari bagaimana aktor mereproduksi struktur dalam arena interaksional organisasi, maka para interaksionis harus mengarahkan perhatiannya pada dinamika aksi kolektif dan organisasi-organisasi pergerakan sosial.

Inti pada jejaring ialah adanya relasi-relasi antar aktor. Relasi membentuk struktur sosial. Oleh karenanya, relasi merupakan hal yang penting.

Network Sociology is doing the very thing that early Sociologists and Anthropologist saw as crucial —the mapping of the relations that create social structures. (Turner)

8 Goffman, Erving. 1967. Interaction Ritual. Newyork: Random House – dikutip dari Ritzer, George. 2005. Encyclopedia of Social Theory: volume 1. London: Sage Publications

9 Abercrombie, N., Hill, S., & Turner, B. S. (2010). Kamus Sosiologi (Sociology Dictionary). Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Lebih lanjut, Castells (2004) menambahkan bahwa dalam masyarakat berjejaring, struktur sosial dari jejaring didukung oleh basis informasi dan teknologi.

A network society is a society whose social structure is made of networks powered by microelectronics-based information and communication technologies.

(Manuel Castells) 10

...societies are based on information and knowledge as the source of power, wealth, and meaning (Mokyr, 1990; Mazlish, 1993). Information has not much value per se without the knowledge to recombine it for a purpose. And knowledge is, of course, relative to each culture and society. .....if information and knowledge are the key factors for power and wealth in all societies, it is misleading to conceptualize our society as such, even if, for the practical reason of making communication easier, I gave in to the fashion of the times in my labels by characterizing our historical period as the “information age.” What we actually mean, and what I always meant, is that our society is characterized by the power embedded in information technology, at the heart of an entirely new technological paradigm, which I called informationalism. Yet printing is also a most important information technology, and it has been around for quite a while, particularly in China. And we do not usually consider the post-printing societies as information societies.

(Manuel Castells) 11

Pada ranah jaringan, informasi juga merupakan hal penting. Aktor di jejaring setidaknya harus memahami secara menyeluruh jejaring seperti apa yang diikutinya. Aktor di jejaring harus mengetahui pula kelebihan, kekurangan, ancaman, dan lain sebagainya dari jejaring yang diikutinya. Memahami bagaimana jejaring, akan membantu aktor tersebut dalam penanganan masalah dan dapat digunakan untuk merencanakan rencana ke depan dari jejaring tersebut. Tentunya hal ini akan sangat menguntungkan bagi pencapaian tujuan-tujuan dari jejaring.

10 Castells, Manuel. 2004. The Network Society: A cross-cultural Perspective. USA; Edwar Edgar Publiching, Inc. P. 3

11 Idem. P.7.

Transfer pengetahuan selalu digunakan dalam sebuah pengertian umum untuk menyertakan berbagai pertukaran pengetahuan antar individu- individu, tim, kelompok-kelompok, atau organisasi-organisasi, baik yang

diinginkan ataupun tidak diinginkan 12 . Transfer pengetahuan sebagai sebuah proses mendasar dari civilization. Transfer pengetahuan merupakan sebuah fokus dari pembelajaran.

Knowledge transfer is the communication of knowledge from a source so that it is learned and applied by a recipient.

(Argote 13 ; Darr & Kurtzberg 14 )

Pemberi dan penerima pengetahuan dapat berupa individu, kelompok, tim, organisasi dan lain sebagainya. Dalam penelitian ini, baik pemberi maupun penerima pengetahuan ialah OMS yang tergabung dalam suatu jejaring OMS tertentu. Asumsinya, setiap jejaring OMS memiliki pengelolaan pengetahuannya masing-masing yang diimplementasikan dalam kerja-kerjanya. Hal tersebut berkorelasi dengan usaha-usaha untuk mencapai tujuan-tujuan dari jejaring OMS. Oleh karenanya, ada transfer pengetahuan dan juga informasi dalam jejaring OMS tersebut.

12 Schwartz, D. G. (2006). Encyclopedia of Knowledge Management. United Kingdom: Idea Gropus Reference

13 Argote, L. (1999). Organizational Learning: Creating, retaining and transferring knowledge. Boston: Kluwer Academic Publishers. Dikutip dari Schwartz, D. G. (2006). Encyclopedia of

Knowledge Management. United Kingdom: Idea Gropus Reference. P.538 14 Darr, E.D., & Kurtzberg, T.R. (2000). An investigation of partner similarity dimensions on

knowledge transfer. Ogranizational Behavior & Human Decision Processes, 82(1), 28-54. Dikutip dari Schwartz, D. G. (2006). Encyclopedia of Knowledge Management. United Kingdom: Idea Gropus Reference.

D.2. Social Network Analysis (SNA)

Social Network Analysis (SNA) is a method used to explain social change, a method that presupposes ideas about the relational texture of society, and which tries to operationalize

these ideas (Vera & Schupp) 15

Menurut Schwartz, fokus SNA ada pada pola-pola interaksi aktor-aktor. Pada jejaring sosial memiliki dua blok, yaitu nodes (titik-titik) dan ties (pengubung) yang mengubungkan antar nodes. Nodes merepresentasikan aktor-aktor, yaitu individu-individu, kelompok-kelompok, organisasi- organisasi, dan lain sebagainya. Sedangkan ties merepresentasikan hubungan-hubungan antar aktor

Social Network Analysis (SNA)- a tool for mapping and analyzing relationships among people within an organization--- offer a structural means to understand how knowledge creation and sharing occurs within networks.

(Scott 16 ; Waserman & Fraust 17 )

Inti dari penelitian ini terletak pada jejaring sosial organisasi masyarakat sipil. Gambaran umum yang akan diamati ialah terkait dengan jejaring organisasi masyarakat sipil dalam ranah pergerakan sosial. Salah satu metode yang digunakan untuk memetakan ialah Social Network Analysis (SNA). SNA mengukur hubungan-hubungan antar aktor dalam jejaring atau dengan kata lain pada interaksi sosial antar aktor. Dalam bidang Knowledge Management (KM), SNA dapat memetakan pola transfer

15 Vera, E. R., & Schupp, T. (2006). Network Analysis in Comparative Social Sciences. Comparative Education, vol.42, No.3, Special Issue (32): Comparative Methodologies in the Social

Sciences: Cross-Diciplinary Inspirations , 405-429 16 Scott, J. (1990). Social Network Analysis. Thousand Oaks, CA: Sage Publications. Dikutip dari

Cross, Rob, Adrew Parker, dan Laurence Prusak. 2000. Knowing what we know: Supporting knowledge creation and sharing in social networks. Cambridge: IBM Institute for Knowledge Management.

17 Wasserman, S. & Faust, K. (1994). Social Network Analysis: Methods and Applications. Cambridge University Press. Dikutip dari Cross, Rob, Adrew Parker, dan Laurence Prusak. 2000.

Knowing what we know: Supporting knowledge creation and sharing in social networks. Cambridge: IBM Institute for Knowledge Management.

pengetahuan di dalam jaringan. Kutipan di bawah ini memperlihatkan bahwa interaksi yang intensif berperan penting dalam kesuksesan dari transfer pengetahuan dalam jaringan.

Successful transfer usually requires intensive interaction for the knowledge to be succesfully transfered. Shared understanding between the source and recipients is particulary important to

successful knowledge transfer (Ko, Kirsch, & King). 18

Asumsi awal yang terbentuk, transfer pengetahuan yang berjalan baik pada sebuah jejaring OMS, maka akan berdampak positif terhadap pencapaian misi dari jejaring tersebut.

E. METODE PENELITIAN

Penelitian ini merupakan penelitian jejaring sosial (Social Network Research ), di mana menggunakan mix-methods atau metode campuran, yaitu metode kuantitatif (dengan survei melalui kuesioner) dan kualitatif (dengan wawancara mendalam). Pada penelitian jejaring sosial memusatkan perhatian pada relasi-relasi dan pola-pola relasi antar aktor. Sifat penelitian jejaring sosial bisa tergolong mikro pada level individu, atau makro pada level masyarakat. Penelitian jejaring sosial dapat mengintegrasikan beberapa metode penelitian, seperti kuantitatif, kualitatif, termasuk data grafis. Oleh karenanya, penelitian jejaring sosial dianggap lebih detail dan dengan analisa yang mendalam.

18 Ko, D. G., Kirsch, L. J., & King, W. R. (2005). Antecedents of knowledge transfer from consultans to clients in enterprise system implementations. Management Information Systems

Quarterly, 29 (1) , 59-85.

E.1. Subjek Penelitian

Penelitian ini mengambil populasi jejaring OMS di Yogyakarta. Dari populasi tersebut, akan diambil beberapa jejaring OMS berdasarkan isu besar di Yogyakarta (misalnya pluralisme & gender) dan berdasarkan karakteristik dari masing-masing jejaring tersebut. Ada tiga jejaring yang menjadi sampel penelitian ini, yaitu AJI Damai (Aliansi Jogja untuk Indonesia Damai), Forum LSM DIY, dan JPY (Jaringan Perempuan Yogyakarta). Dari segi isu, AJI Damai mewakili isu pluralisme, sedangkan JPY mewakili isu gender. Dari segi karakteristik jejaring, AJI Damai memiliki pengurus, JPY tidak memiliki pengurus, dan Forum LSM DIY secara legal telah menjadi badan hukum sendiri. Unit analisis penelitian ini ialah organisasi. Organisasi yang dimaksud ialah OMS (OMS) yang menjadi anggota dari ketiga jejaring OMS tersebut. Semua OMS yang tergabung dalam jejaring OMS tersebut akan menjadi responden dalam penelitian ini, dengan ketentuan berpartisipasi baik aktif maupun pasif di masing- masing jejaring tersebut dalam kurun waktu satu tahun terakhir atau di tahun 2011. Perwakilan OMS yang mengisi kuesioner ialah orang yang menjadi utusan masing-masing OMS untuk aktif di jejaring OMS.

E.2. Lokasi Penelitian

Penelitian ini mengambil lokasi di Yogyakarta. Yogyakarta dianggap merepresentasikan dinamika gerakan sosial secara nasional. Selain itu, pertumbuhan OMS di Yogyakarta tergolong cepat.

E.3. Teknik Pemilihan Sampel Penelitian

Penelitian ini melihat pemetaan jejaring sosial di jejaring OMS di Yogyakarta. Oleh karenanya, pemilihan sampel penelitian dilakukan atas dasar kebutuhan penelitian. Populasi penelitian ini ialah jejaring OMS di Yogyakarta. Dari populasi yang ada, diambil sampel yaitu jejaring OMS yang berpartisipasi, baik aktif maupun pasif, dalam jejaring OMS AJI Damai, Forum LSM DIY, dan JPY dalam kurun waktu datu tahun terakhir atau di tahun 2011.

Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini lebih pada purposive sampling , atau pengambilan sampel sesuai tujuan peneliti, dengan mempertimbangkan berbagai ketentuan yang sifatnya representatif. Setelah sampel penelitian terpilih, kemudian peneliti menentukan responden penelitian. Penelitian ini mengambil semua OMS anggota dari jejaring OMS AJI Damai, Forum LSM DIY, dan JPY. Alasan utamanya ialah berhubungan dengan penggunaan SNA (Social Network Analysis ) untuk pemetaan/ visualisasi interaksi sosial dan transfer pengetahun yang ada dalam suatu jejaring OMS yang melibatkan semua aktor di dalamnya.

E.4. Konsep dan Pengukuran

Pada penelitian ini terdapat tiga variabel penelitian, yaitu: (1) Tingkat transer pengetahuan, (2) Tingkat interaksi sosial, dan (3) Tingkat efektivitas kerja-kerja jejaring OMS.

Variabel tingkat transer pengetahuan di dalam jejaring OMS akan mengukur sejauh mana transfer pengetahuan terjadi dalam jejaring OMS. Ukuran yang digunakan, terbagi dalam tiga level, yaitu tinggi, sedang dan rendah. Pengetahuan yang ditransfer berhubungan Variabel tingkat transer pengetahuan di dalam jejaring OMS akan mengukur sejauh mana transfer pengetahuan terjadi dalam jejaring OMS. Ukuran yang digunakan, terbagi dalam tiga level, yaitu tinggi, sedang dan rendah. Pengetahuan yang ditransfer berhubungan

jejaring OMS, Argote 19 (1999) memberikan empat kategori untuk mengukur transfer pengetahuan dalam organisasi, yaitu karakteristik hubungan antar organisasi, karakteristik dari pengetahuan yang ditransfer, karakteristik dari organisasi/group, karakteristik dari proses transfer.

Variabel tingkat interaksi sosial antar aktor di jejaring OMS akan mengukur bagaimana interaksi sosial yang terjadi antara aktor dalam jejaring OMS. Interaksi sosial dalam variabel ini berhubungan dengan relasi antar aktor. Ukuran dari tingkat interaksi sosial ini terbagi menjadi tiga, yaitu tinggi, sedang, rendah. Indikator yang digunakan untuk pengukuran antara lain intensitas pertemuan, intensitas komunikasi dan jenis media komunikasi.

Variabel efektivitas kerja-kerja/aktivitas-aktivitas jejaring OMS akan mengukur kinerja dari jejaring OMS. Mengutip pemikiran Alan

Fowler 20 , ada tiga hal yang menjadi ukuran dalam variabel ini, yaitu outputs , outcomes dan impact. Outputs akan mengukur implementasi dari aktivitas-aktivitas jejaring OMS. Outcomes akan mengukur penggunaan dari outputs dan meneruskan kepentingan-kepentingan dari jejaring OMS. Lalu, impact akan mengukur tingkat perubahan yang terjadi.

19 Schwartz, D. G. (2006). Encyclopedia of Knowledge Management. United Kingdom: Idea Gropus Reference

20 Fowler, Alan. 1997. Striking a balance : A guide to enchanging tha effectiveness of non-govermental organisations in international development . London: Earthscan Publications.

E.5. Jenis Data Penelitian

Ada dua jenis data yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu data primer dan data sekunder. Data primer berupa hasil kuesioner yang dibagikan kepada responden. Selain itu, data primer lainnya berupa hasil wawancara secara mendalam dari beberapa informan sesuai dengan kepentingan penelitian ini. Sedangkan data sekunder yang digunakan dalam penelitian ini berupa data jumlah OMS dan jejaring OMS di Yogyakarta, yang diakses melalui Kesbanglinmas Yogyakarta. Kemudian, data dari penelitian terdahulu untuk mendukung penelitian ini. Ada pula data yang diperoleh dari berbagai media massa lokal di Yogyakarta untuk melihat dinamika gerakan sosial di Yogyakarta.

E.6. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dalam penelitian kali ini menggunakan tiga cara, yaitu survei, wawancara, dan kepustakaan. Survei dilakukan dengan menggunakan kuesioner yang disebar kepada masing-masing responden. Sampel penelitian ini ialah OMS yang menjadi anggota dari jejaring OMS di Yogyakarta. Dalam pengisian kuesioner, setiap OMS atau responden diwakili satu orang stafnya yang aktif terlibat dalam jejaring OMS tertentu, untuk mengisi kuesioner. Keaktifan responden diukur melalui intensitas kehadiran dalam setiap kegiatan terutama sesi koordinasi di tiap jejaring OMS. Asumsinya ialah satu orang perwakilan tersebut dianggap mengetahui dinamika jejaring OMS. Teknik pengumpulan data selanjutnya ialah wawancara. Wawancara dalam penelitian ini lebih untuk mendukung data hasil survei. Informan dipilih dari perwakilan-perwakilan OMS yang dinilai memiliki hal menarik sesuai dengan fokus dan syarat pemilihan informan dalam penelitian Teknik pengumpulan data dalam penelitian kali ini menggunakan tiga cara, yaitu survei, wawancara, dan kepustakaan. Survei dilakukan dengan menggunakan kuesioner yang disebar kepada masing-masing responden. Sampel penelitian ini ialah OMS yang menjadi anggota dari jejaring OMS di Yogyakarta. Dalam pengisian kuesioner, setiap OMS atau responden diwakili satu orang stafnya yang aktif terlibat dalam jejaring OMS tertentu, untuk mengisi kuesioner. Keaktifan responden diukur melalui intensitas kehadiran dalam setiap kegiatan terutama sesi koordinasi di tiap jejaring OMS. Asumsinya ialah satu orang perwakilan tersebut dianggap mengetahui dinamika jejaring OMS. Teknik pengumpulan data selanjutnya ialah wawancara. Wawancara dalam penelitian ini lebih untuk mendukung data hasil survei. Informan dipilih dari perwakilan-perwakilan OMS yang dinilai memiliki hal menarik sesuai dengan fokus dan syarat pemilihan informan dalam penelitian

E.7. Teknik Pengolahan dan Analisis Data

Penelitian ini menggunakan tiga macam metode analisis, yaitu SNA (Social Network Analysis), deskriptif kualitatif, serta deskriptif dan inderences statistik. Data kuantitatif yang diperoleh dari lapangan akan diolah menggunakan statistik, yaitu SPSS software untuk teknik analisis deskriptif dan inderences statistik, dan PAJEK software untuk SNA (Social Network Analysis). Sedangkan untuk data kualitatif menggunakan clasical content analysis melalui atlas.ti. Hasil temuan dari wawancara dan statistik digunakan untuk menjelaskan gambaran data yang diperoleh dari SNA.

BAB II DESKRIPSI SUBJEK PENELITIAN

A. SEJARAH ORGANISASI MASYARAKAT SIPIL (OMS) DI INDONESIA

Gerakan Non-Goverment Organization (NGO) atau Civil Society Organization (CSO) / Organisasi Masyarakat Sipil (OMS) di Indonesia

dimulai pada dasawarsa 70-an 21 . Awalnya, OMS berorientasi pada integrasi masyarakat dalam pembangunan negara. Isu-isu modernisasi sosial-ekonomi pada masyarakat marginal menjadi fokus utama. Pada saat itu, Indonesia berada pada era pembangunan. Kemudian, pada dasawarsa 80-an muncul beraneka-ragam OMS, antara lain yang mengkritik konsep modernisasi yang dianggap sebagai landasan dari pembangunan. Umumnya OMS tersebut mempertanyakan tentang dampak-dampak pembangunan.

Pada dasawarsa 90-an, gerakan OMS semakin variatif. Dasawarsa ini merupakan puncak dari kekuasaan orde baru. OMS merubah orientasinya ke kebijakan publik secara struktural. Faktor pengalaman kekalahan yang selalu didapatkan oleh OMS dan beneficiaries/ kelompok penerima manfaat/ kelompok dampingan menjadi alasan utama. Kemudian, mulai bermunculan pembentukan koalisi antar OMS. Arah gerakan OMS kemudian lebih mengarah pada ideologi di balik pembangunan. Inti pergerakannya ialah pada relasi dan distribusi kekuasaan. Isu-isu yang bersifat internasional mempengaruhi dinamika internal di Indonesia. Misalnya, isu hutang luar negeri. Gerakan OMS ini lalu tergabung dengan gerakan mahasiswa. Menjelang jatuhnya rezim

21 http://www.interseksi.org/publications/essays/articles/peta_peran_cso.html diakses pada tanggal 15 Februari 2012 21 http://www.interseksi.org/publications/essays/articles/peta_peran_cso.html diakses pada tanggal 15 Februari 2012