Proses dan Hambatan Pengembangan Kemitraan
4 Mengembangkan Program Setelah informasi dikumpulkan kemudian dikembangkan menjadi suatu
rencana yang taktis dan strategi yang akan diimplementasikan. Rencana yang telah disepakati kemudian dikomunikasikan dengan setiap orang yang
terlibat dalam pelaksanaan. 5 Memulai Pelaksanaan
Memulai pelaksanaan berdasarkan ketentuan yang disepakati. Pada tahap awal yang perlu dilakukan adalah mengecek kemajuan - kemajuan yang
dialami. Pada tahap ini akan timbul berbagai masalah dan ini harus dicarikan jalan keluarnya. Penyelesaian dilakukan dengan mengadakan penyesuaian -
penyesuaian yang dianggap perlu. 6 Memonitor dan Mengevaluasi Perkembangan
Perkembangan pelaksanaaan perlu dimonitor terus - menerus agar target yang ingin dicapai benar - benar dapat menjadi kenyataan. Di samping itu
perlu terus dievaluasi pelaksanaannya untuk perbaikan pada pelaksanaan berikutnya.
b. Hambatan Pengembangan Kelembagaan Kemitraan Hafsah 2004 dalam pengembangan kelembagaan masih terdapat
beberapa kelemahan yang dapat menghambat kesinambungan dan kemajuan sistem agribisnis. Beberapa kelemahan yang menjadi hambatan masih
ditemukan antara lain sebagai berikut : 1 Lemahnya posisi petani karena kurangnya kemampuan manajerial, wawasan,
dan kemampuan kewirausahaan. Kondisi ini mengakibatkan petani kurang dapat mengelola usahatani secara efisien dan komersial.
2 Keterbatasan petani dalam bidang permodalan, teknologi, informasi, dan akses pasar. Kondisi ini menyebabkan pengelolaan usaha tani kurang
mandiri sehingga mudah tersubordinasi oleh kepentingan pihak lain yang lebih kuat.
3 Kurangnya kesadaran pihak perusahaan agribisnis dalam mendukung permodalan petani yang lemah. Hal ini menyebabkan petani menjadi
kesulitan mengembangkan produk usahatani sesuai dengan kebutuhan pasar. Selain itu, penerapan pola konsinyasi dalam pembayaran perusahaan
terhadap produk petani melemahkan hubungan kemitraan agribisnis. Hal tersebut dikarenakan pola konsinyasi akan menambah beban moda petani
sehingga akan membebani petani. 4 Informasi tentang pengembangan komoditas belum meluas dikalangan
pengusaha. Keadaan ini menyebabkan kurangnya calon investor akan menanamkan investasinya di bidang agribisnis. Selain itu, jaminan atas
tingginya resiko usaha agribisnis masih berkurang. 5 Etika bisnis
yang berprinsip “win-win solution” di kalangan investor agribisnis di daerah masih belum berkembang sesuai dengan dunia agribisnis.
6 Komitmen dan kesadaran petani terhadap pengendalian mutu masih kurang. Hal tersebut mengakibatkan mutu komoditas yang dihasilkan tidak sesuai
dengan kebutuhan pasar.
2.3 Tinjauan tentang Usahatani Organik 2.3.1 Definisi Usahatani dan Ilmu Usahatani
Kadarsan 1993 Usahatani adalah suatu tempat dimana seseorang atau sekumpulan orang berusaha mengelola unsur - unsur produksi seperti alam,
tenaga kerja, modal dan ketrampilan dengan tujuan berproduksi untuk menghasilkan sesuatu di lapangan pertanian. Dapat disimpulkan bahwa ilmu
usahatani adalah ilmu terapan yang membahas atau mempelajari bagaimana menggunakan sumberdaya secara efisien dan efektif pada suatu usaha
pertanian agar diperoleh hasil maksimal. Sumber daya itu adalah lahan, tenaga kerja, modal dan manajemen.
Soekartawi 2002 bahwa ilmu usahatani adalah ilmu yang mempelajari bagaimana seseorang mengalokasikan sumber daya yang ada secara efektif dan
efisien untuk memperoleh keuntungan yang tinggi pada waktu tertentu. Dikatakan efektif bila petani dapat mengalokasikan sumber daya yang mereka
miliki sebaik - baiknya, dan dapat dikatakan efisien bila pemanfaatan sumberdaya tersebut mengeluarkan output yang melebihi input.