Batasan Objek Penelitian PENDAHULUAN

8

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu yang pernah dilakukan oleh pihak lain yang dapat dipakai sebagai bahan masukan yang berkaitan dengan penelitian ini adalah : Novisari 1999 mengemukakan bahwa pola kemitraaan yang dijalin antara perusahaan dengan petani dalam produksi benih jagung hibrida C-3 sangat menguntungkan kedua belah pihak karena selain petani mendapat pinjaman saprodi, jaminan pasar, dan teknis budidaya secara berkala, secara ekonomis pendapatan usahatani juga meningkat. Pandangan yang sama juga dikemukakan Dewi 2001, bahwa dengan adanya kemitraan perusahaan benih padi antara PT. Sang Hyang Seri dan petani penangkar kerjasama memberikan keuntungan bagi kedua pihak, dimana Sang Hyang Seri memperoleh keuntungan berupa bahan baku yang baik untuk kebutuhan industri benih sedangkan pendapatan petani meningkat. Namun Arifana 1999 memberikan pandangan yang berbeda yaitu bahwa dari hasil usahatani disimpulkan bahwa dengan mengikuti kemitraan agribisnis kedelai dengan PT. Nestle belum mampu memberikan produktifitas dan pendapatan yang lebih baik daripada petani yang tidak mengikuti pola kemitraan, selain itu posisi petani dalam model kemitraaan agribisnis lemah, karena tidak mengetahui harga jual dan tidak dapat menjual langsung. Menurut Hotimah 2002, kemitraaan Kredit Ketahanan Pangan KKP secara tidak langsung berdampak pada hilangnya hak atas saprodi dan benih sebagai imbas dari kredit yang diperoleh. Dari hasil beberapa penelitian tersebut terdapat perbedaan pandangan dari beberapa peneliti, yaitu pelaksanaan pola kemitraan ada yang menguntungkan pihak - pihak yang bermitra dan ada juga yang tidak berpengaruh secara signifikan terhadap pendapatan petani. Oleh karena itu perlu diterapkaan model kemitraan yang baik agar kemitraan juga berpengaruh terhadap kesejahteraan petani dan tidk mengakibatkan hilangnya hak - hak petani. Penelitian mengenai kemitraan juga banyak dilakukan di berbagai negara di dunia. Menurut Behrbaum 2002, kemitraan yang terjalin antara petani kopi dan industri kopi misalnya Starbuck dan Oxfam America di Meciko, menyediakan petani dengan bantuan teknis, informasi pasar dan peningkatan kualitas produk. Petani yang menghasilkan kopi bermutu tinggi akan mendapat harga lebih tinggi dan menghasilkan pendapatan lebih besar untuk keluarga mereka. Kemitraan tersebut akan mendukung usaha petani kecil untuk mendapatkan kopi berkualitas yang secara lingkungan, sosial, dan ekonomis menguntungkan. Marini 1997, mengemukakan kemitraaan antara petani lokal dan investor besar di negara Mozambique merupakan strategi pemerintah Mozambique untuk pengembangan sektor pertanian kaarena kemitraan dapat menjadi suatu cara yang efektif untuk menarik modal oleh petani dari investor. Menurut Sharma 2004, produksi tembakau di Malaysia dan produksi sayuran di India dengan sistem contract farming dapat berjalan sukses dan menguntungkan petani kecil karena pusat pengolah dan pembeli setuju untuk membeli bagian atau semua dari panen mereka. Dalam kemitraan ini perusahaan menyediakan input, menyiapkan lahan, dan menyediakan bimbingan, pengemasan dan jasa pengangkutan. Badiane 2005, memperjelas hubungan antara pengembangan pertanian dan pengurangan kemiskinan melalui penekanan pada perubahan teknik pertanian, pelatihan ketrampilan, dan petani harus mengadopsi suatu strategi bisnis jika mereka akan survive dalam pasar yang modern. Badiane menekankan kepada pemerintah Afrika terus meningkatkan NEPAD New Partnership for Africa’s Development agar menyetujui bahwa pemerintah Afika akan mengalokasikan 10 persen dari anggaran mereka untuk sektor pertanian.