89
1. Bisul
Dalam bahasa daerah setempat penyakit ini dinamakan “baro”. Gejala dan ciri- cirinya adalah terjadi pembengkakan pada kulit, kemerah-merahan serta nyeri dan biasanya
disertai dengan puncak yang bernanah. Menurut keyakinan mereka, penyakit ini disebabkan oleh darah kotor. Usaha pengobatannya dapat dilakukan dengan menggunakan ramuan daun
bunga raya dalam bahasa daerah dan bahasa latinnya adalah Habiscus Rosasinensis. Bunga raya adalah jenis tanaman yang dipelihara, mempunyai bunga warna merah. Biasanya
ditanam di pekarangan rumah. Tinggi pohon dapat mencapai dua meter. Bagian yang dipakai untuk ramuan obat adalah daunnya sebanyak sepuluh lembar. Daun bunga raya ditumbuk
sampai halus, kemudian ditambah dengan air secukupnya lalu diaduk hingga rata. Obat ditempelkan pada kulit di sekitar tumbuhnya bisul.
73
2. Batuk
Dalam bahasa daerah setempat penyakit ini disebut “ batukon” yang biasanya disertai dengan tenggorokan terasa gatal dan influensa. Obat tradisional yang biasa dilakukan dengan
menggunakan ramuan daun sirih segar. Banyak tumbuh di kebun mereka. Bagian yang diperlukan untuk bahan ramuan obat adalah daunnya sebanyak lima lembar. Kemudian
ramuan direbus dengan air sampai mendidih lalu diminum tiga kali sehari. Selain cara tersebut, ada lagi cara lain yaitu dengan menggunakan air yang didapat dalam ruas bambu.
Bambu tumbuh di kebun mereka dan juga di hutan. Air yang ada dalam bambu diminum setengah gelas. Pantangannya adalah menghindari makan pulut, jagung dan merokok.
Pandangan yang kedua berkaitan dengan konsep naturalistik dan personalistik atau faktor fisik dan non fisik. Faktor fisik yang dimaksud disini adalah konsep penduduk
73
Wawancara dengan Magdalena Simanullang dan Tiomina Marbun, Pusuk I, 24 April 2013.
Universitas Sumatera Utara
90
setempat yang mengatakan bahwa penyebab penyakit itu adalah gejala alam seperti angin, panas dan hujan. Faktor non fisik atau personalistik adalah yang berkaitan dengan konsep
penduduk yang menyatakan bahwa penyebab penyakit adalah makhluk halus, seperti roh, kekuatan gaib yang dapat membuat sakit melalui seseorang yang mampu menguasai dan
mengendalikannya. Berdasarkan pandangan ini, pengobatan dapat dilakukan menggunakan jampi atau mantra dan doa penolak atau pengusir. Kalau seseorang yang sakit disebabkan
oleh faktor non fisik si pengobat akan berusaha menyembuhkannya dengan menggunakan ramuan atau pulungan, akan tetapi menurut mereka ramuan hanya berfungsi sebagai motor
pembawa mantra ke dalam tubuh. Jadi menurut mereka obat yang sebenarnya adalah mantra, sedangkan ramuan hanya
berperan sebagai alat untuk membawa mantra supaya sampai ke sasaran yakni supaya masuk ke tubuh orang yang sedang sakit. Masyarakat Simaninggir awalnya masih mempercayai
kekuatan-kekuatan dukun sebagai obat yang mujarab untuk menyembuhkan berbagai penyakit yang diderita oleh penduduk. Mereka percaya adapun berbagai jenis penyakit yang
mereka alami, bersumber dari hal-hal mistik. Penyakit yang diderita oleh seseorang dapat disebabkan oleh pelanggaran terhadap adat-istiadat, guna-guna dari orang lain yang
mengirimkan penyakit kronis karena ada perselisihan atau kecemburuan, melakukan hal yang tidak sopan pada tempat yang mereka anggap keramat, tidak menghormati roh leluhur, dan
lain sebagainya. Peran sebagai penyembuh terhadap penyakit yang diderita oleh penduduk sering dimiliki oleh mereka yang dianggap memiliki kekuatan dan pengetahuan yang sakti,
yaitu seorang dukun. Dukunlah yang mengetahui penyebab penyakit yang diderita oleh penduduk.
Selanjutnya dukun menyarankan berbagai aturan yang harus dilaksanakan dan juga
Universitas Sumatera Utara
91
pantangan-pantangannya agar penyakit bisa sembuh total. Secara umum, saran dukun ialah menganjurkan agar pasien melakukan ritual permohonan maaf kepada roh leluhur dan
meminta perlindungannya yang mereka percaya berkuasa dan mendiami Desa Simaninggir. Dalam ritualnya juga disediakan sesajen yang dulunya menjadi kesukaan dari leluhur atau
sesuai saran dukun. Sesajen pada umumnya berupa itak gurgur, ayam yang berwarna putih atau hitam dan lainnya. Sesajen ditempatkan di beberapa titik yang disarankan dukun,
sedangkan pasien dimandikan dengan air yang langsung dari mata air dan kadang ditambahkan dengan jeruk purut.
Tabel III Banyak Sarana Kesehatan
di Kecamatan Parlilitan Tahun 1990 No .
Jenis Sarana Jumlah
1. Balai Pengobatan
3 2.
Puskesmas 1
3. Tenaga Medis
12 4.
Posyandu 46
Sumber: BPS Kecamatan Parlilitan 2013
Minimnya fasilitas kehidupan yang mendukung kesehatan, menjadi salah satu penyebab penyakit yang diderita oleh penduduk tidak mendapat perawatan medis. Makanan
yang dikonsumsi juga jarang dicuci terlebih dahulu sampai bersih. Dalam hal pola pemukiman penduduk juga kurang meninjau segi kesehatan karena kandang ternak terdapat
di tombara atau kolong rumah. Pakaian juga yang jarang diganti akibat minimnya ketersediaan pakaian pengganti sering menyebabkan penyakit kulit seperti gatal-gatal, borok
atau baroon. Jenis penyakit pada umumnya yang sering diderita oleh penduduk Simaninggir
Universitas Sumatera Utara
92
yaitu penyakit kulit, gatal-gatal, muntaber, cacingan, malaria, flu bahkan ada juga penyakit beri-beri serta penyakit lain yang disebabkan oleh lingkungan yang kurang bersih.
Setiap rumah jarang memiliki tempat untuk buang air besar seperti toilet, karena pada umumnya saat ingin buang air besar mereka pergi ke semak-semak dan kadang diikuti oleh
hewan peliharaan mereka seperti anjing dan babi. Hal ini juga semakin membuat lingkungan mereka dipenuhi lalat yang sewaktu-waktu dapat hinggap pada makanan mereka dan
menyebabkan sakit perut. Sehubungan dengan aktivitas zending yang sampai ke Simaninggir dengan tujuan penyebaran injil, mereka juga mengajarkan dan menanamkan pola hidup sehat
kepada penduduk. Seperti membuat mck mandi, cuci, kakus di belakang rumah agar buang air besar dan kecil tidak disembarang tempat. Penduduk juga memperoleh pengetahuan
tentang pengobatan dan pola hidup sehat untuk terhindar dari penyakit. Pengobatan tersebut lebih bersifat medis dan tidak mengaitkan dengan hal-hal mistis.
Anak-anak yang telah merantau ke luar Simaninggir, mencari pekerjaan dan berhasil di perantauan tidak lagi kembali ke kampung halamannya. Mereka bahkan tinggal menetap
di daerah perantauan tempat mereka bekerja. Akibatnya para orang tua yang masih tetap tinggal di kampung halaman tidak mendapat perhatian dan perawatan yang cukup dari anak-
anak mereka. Semakin lama usia para orang tua mereka semakin lanjut, dan menderita berbagai
macam penyakit orang tua. Sebagai bentuk nyata dari balas budi atas perjuangan orang tua dalam membesarkan dan menyekolahkan anak mereka sampai mendapat pekerjaan yang
layak, anak-anaknya tersebut membawa orang tua mereka untuk ikut dan tinggal menetap bersama mereka di perantauan tempat mereka berdomisili. Orang tua mereka diasuh dan
dirawat oleh anaknya, bahkan hingga akhir hayatnya tidak kembali lagi ke kampung
Universitas Sumatera Utara
93
halamannya. Jasadnya dikuburkan di perantauan tempat tinggal mereka. Beberapa dari mereka ada juga yang membawa jasad orang tua mereka untuk dimakamkan di Simaninggir
sebagai kampung halamannya. Hal ini menjadi salah satu jalan untuk anak-anak mereka dapat kembali ke kampung
halamannya untuk berkunjung ke Simaninggir yang telah kembali menjadi semak belukar. Di Desa Pusuk 1 sekitar tahun 1990-an telah terdapat posyandu sebagai fasilitas untuk kesehatan
masyarakat yang banyak dimanfaatkan oleh penduduk untuk berobat. Penduduk yang sakit kronis sudah bisa dirujuk ke puskesmas kecamatan. Maka hal ini juga menjadi faktor yang
menyebabkan sebagian penduduk Simaninggir meninggalkan kampung mereka menuju daerah yang lebih layak untuk kesehatan. Mereka bermigrasi kebanyakan ke daerah Pusuk 1,
Pakkat, Dolok Sanggul yaitu daerah yang tersedia sarana kesehatannya.
74
Hasil wawancara di lapangan yang penulis peroleh, terdapat beberapa faktor penarik yang secara bersamaan dengan faktor pendorong menyebabkan penduduk Simaninggir
pindah. Mereka menyebutkan bahwa peningkatan taraf kesejahteraan hidup saudara mereka yang sudah pindah ke luar Tapanuli Utara merupakan faktor penarik yang paling dominan
bagi mereka. Hal ini dapat dipahami karena hingga sekarang faktor ekonomi tidak dapat diabaikan untuk menjelaskan mengapa seseorang atau sekelompok masyarakat pindah dari
kampung halamannya dan tinggal sementara atau menetap di daerah lain di luar Tapanuli Utara. Namun demikian keadaan seperti ini tidak berlaku secara umum.
4.3 Faktor Penarik 4.3.1 Rangsangan baru dalam sistem mata pencaharian
74
Wawancara dengan Martua Mahulae dan Tiomina Marbun, Pusuk I, 24 April 2013.
Universitas Sumatera Utara
94
Alasan ekonomi merupakan data yang penulis peroleh dari informan yang keluarganya atau saudaranya pindah dari Desa Simaninggir tahun 1947-an, sehingga tidak
mustahil alasan ekonomi adalah alasan utama karena keadaan di Desa Simaninggir dan Tapanuli Utara tidak mencukupi untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka. Demikian juga
dengan alasan mencari pekerjaan di luar sektor pertanian terutama saudara para informan yang tinggal di Medan menggambarkan perubahan lapangan pekerjaan tetapi tetap
merupakan bagian dari faktor ekonomi. Salah satu faktor penarik dari daerah lain seperti daerah Kisaran dan Asahan terutama di sektor pertanian adalah lahan yang lebih luas dan
lebih subur di daerah tersebut. Dari lahan yang lebih luas tersebut mereka harapkan keadaan ekonomi mereka akan lebih baik dibandingkan dengan Desa Simaninggir yang ditinggalkan
atau dibandingkan dengan keadaan sosial ekonomi orang tua mereka. Sebaliknya penduduk Simaninggir yang pindah ke Kota Medan dan Pulau Jawa
bukan karena tertarik pada lahan pertanian lagi. Hal ini terjadi sekitar tahun 1954-an di mana dominan dari mereka adalah para pelajar yang akan merantau untuk mencari pekerjaan.
Kesempatan kerja sebagai pegawai pemerintahan dan pedagang merupakan rangsangan baru dalam sistem mata pencaharian, yang lebih baik dan penghasilan yang lebih baik merupakan
alasan utama. Hal ini juga menunjukkan bahwa alasan tersebut merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari aspek ekonomi.
4.3.2 Transportasi dan Iptek