40
BAB III DINAMIKA KEHIDUPAN SOSIAL BUDAYA MASYARAKAT SIMANINGGIR
1954-2002
3.1 Pelaksanaan Tradisi Upacara Adat dan Perkembangan Kepercayaan Masyarakat
Kepercayaan keagamaan Batak asli bertumpu pada kekuatan roh nenek moyang yang dinamakan tondi maupun hantu atau begu. Untuk memperkuat diri melawan hantu-hantu
jahat, maka diperlukan media perantara yang bernama datu atau dukun. Dengan ucapan tabas atau mantra, seorang dukun dapat memperkuat roh seseorang atau dapat mengusir roh jahat.
Oleh orang Batak Toba, mantra tersebut ditulis dalam kitab Pustaha. Pada dasarnya orang Batak Toba tidak memiliki konsep dasar tentang Ketuhanan. Seperti disebutkan di atas,
mereka hanya percaya kepada kekuatan tondi dan begu roh orang-orang yang pernah hidup atau kepercayaan animisme.
Roh tersebut disanjung dan dipuja melalui persembahan mamele. Mamele berasal dari bahasa Batak tulen yang terdiri dari kata ‘pele’ yang artinya sembah. Jadi pengertian mamele
secara umum adalah suatu upacara ritual yang dilakukan oleh orang Batak Toba Simaninggir untuk menyembah dan menghormati roh-roh leluhur serta sekaligus meminta bantuan dan
restu kepada roh-roh leluhur supaya keinginan mereka dapat terkabul. Agama Hindu kemudian memperluas wawasan tersebut dengan memperkenalkan Tuhan yang kemudian
dinamakan debata mula jadi nabolon, serta tiga dewa penguasa lapisan bumi lapisan atas, tengah dan bawah yang dinamakan debata na tolu atau trimurti. Adanya persamaan trimurti
Universitas Sumatera Utara
41
tersebut menurut Parkin mempermudah diterimanya agama Kristen oleh orang Batak Toba.
37
37
Bungaran Antonius Simanjuntak, Konflik Status dan Kekuasaan Orang Batak Toba: Bagian Sejarah Batak, Jakarta: Yayasan Pustaka Obor Indonesia, 2011, hal. 66-67.
Penulis dapat menerima apa yang diperkenalkan oleh agama Hindu pada kepercayaan masyarakat Batak Toba, bahwa walaupun ada pengaruh Hindu tersebut, akan tetapi pengaruh
agama tersebut tidaklah murni diterima seperti yang di India, namun dengan penyesuaian terhadap kepercayaan dan kebudayaan setempat, sesuai dengan sifat masyarakat Batak Toba
sendiri. Ajaran baru itu diterima, namun disesuaikan dengan kepercayaan, kebutuhan dan
kebudayaan asli mereka. Itulah yang terjadi pada masyarakat Batak Toba. Ketika Sir Stamford Raffles menjadi Letnan Gubernur di Jawa, rasa takutnya muncul bila orang Islam
Aceh bergabung dengan Islam Minangkabau menjadi satu kekuatan raksasa yang dapat mengancam kekuatan Inggris. Karenanya, sejak berkuasa di Jawa, dan Sumatera pada tahun
1811 ia mulai mencanangkan strategi pemisahan kedua suku bangsa itu. Cara yang ditempuh Raffles ialah memberikan izin bahkan mendorong para misionaris Kristen untuk
mengembangkan agama ke daerah Tapanuli, daerahnya orang Batak. Strategi ini menginginkan agar ada satu suku bangsa pemisah yang memeluk agama
lain. Pilihan itu jatuh pada orang Batak yang waktu itu masih belum memeluk suatu agama. Tokoh pengembang agama Kristen di Tanah Batak yang paling terkenal ialah Nomensen. Ia
tiba pada 23 Juni 1862 dan memulai tugasnya di Barus untuk mempelajari bahasa dan kebudayaan Batak. Nomensen dipandang sebagai misionaris yang telah melakukan pekerjaan
raksasa dalam pengembangan agama Kristen bagi orang Batak.
Universitas Sumatera Utara
42
Para penulis Barat maupun Batak menonjolkan sejarah pekerjaan Nomensen, baik sebagai misionaris, pemimpin gereja, juru damai, juru obat, penyembuh penyakit dan lain
sebagainya. Bahkan kesuksesan pengembangan agama Kristen difokuskan kepadanya, walaupun ia bukan satu-satunya dan bukan yang pertama mengembangkan agama Kristen di
Tapanuli dan daerah sekitarnya. Beberapa strategi pengembangan keagamaan yang dilakukan oleh Nomensen dan
kawan-kawan antara lain mempertahankan sistem adat perkawinan tradisional, dan mencoba menempatkan adat kebiasaan dalam konteks tata cara hidup orang Kristen yang baru.
Nomensen juga memakai metode pendekatan atas yakni menjalin persahabatan dengan para kepala marga, raja-raja huta, serta orang-orang yang punya pengaruh. Metode pendekatan
bawah dilakukan lewat pelayanan sosial secara langsung kepada rakyat baik berupa pengobatan, pendidikan anak-anak, pendidikan pertanian, pertukangan, kesehatan,
kebersihan, maupun perdamaian.
38
Penghargaan terhadap kebiasaan ini menyebabkan rakyat semakin menempatkannya sebagai bagian dari mereka, bukan sebagai orang asing. Metode modern terakhir yang
diterapkannya untuk persiapan lahirnya orang Batak Kristen modern ialah mendirikan sekolah-sekolah formal, baik sekolah teologia maupun sekolah umum. Menurut beberapa
informan, penduduk Simaninggir pada umumnya sudah memeluk agama Kristen dari nenek Dengan mendekati rakyat secara langsung, membuat
rakyat percaya padanya. Pendekatan lainnya ialah dengan cara memahami adat Batak secara sempurna, sehingga persahabatannya selalu dilandasi adat dan kebiasaan rakyat.
38
Ibid., hal. 67-77.
Universitas Sumatera Utara
43
moyang mereka selama 3 keturunan
39
Menurut mereka hal ini terjadi karena ada perbuatan yang tidak baik terjadi di desa tersebut. Untuk mengembalikan mata air supaya keluar kembali, maka para penatua atau raja
huta mengumpulkan penduduk untuk membuat sesajian. Dalam ritual mamele, sesajian sangat diperlukan agar roh leluhur yang mendiami mual tersebut dapat mengabulkan
permintaan mereka. Sesajian itu berupa itak gur-gur, napuran atau sirih, juga ayam yang sudah dimasak dan kembali dibentuk polanya disusun seperti bentuk utuh, dan lain
sebagainya. Sesajian yang dipersembahkan disebut pelean. Kemudian mereka berdoa memanggil oppung namula jadi nabolon untuk memaafkan mereka dan kembali mengasihani
, akan tetapi masih mempercayai kekuatan roh nenek moyang atau leluhur mereka, juga masih mengkeramatkan pohon besar yang ada desa
tersebut, di mana pohon itu adalah pohon hariara atau pohon beringin yang letaknya tepat berada di mual sipitu yang merupakan mata air yang memiliki tujuh mata air sebagai sumber
penghidupan mereka sehari-hari.
Sebagai contoh penganalogian konsep kristiani dengan konsep kepercayaan tradisional yaitu, kepercayaan agama Batak Toba mempersembahkan sesaji kepada roh
nenek moyang satu kelompok marga penghuni pohon hariara, dilakukan pada upacara mamele atau memuja saat mata mual atau mata air mereka benar-benar mengalami
kekeringan sampai berminggu-minggu. Upacara mamele adalah suatu tradisi yang dilakukan oleh penduduk Simaninggir yang diwariskan secara turun-temurun ke generasi selanjutnya.
Upacara ini juga merupakan salah satu unsur yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan mereka.
39
Menurut informan, ajaran Nomensen lah yang juga sampai ke Simaninggir yang diperkirakan juga saat ajaran Agama Kristen sampai ke tanah Batak Toba. Pada tahun 1954 penduduk Simaninggir sudah semua
menganut agama Kristen protestan. Wawancara dengan Parisan Nainggolan, Pusuk 1, 25 April 2013.
Universitas Sumatera Utara
44
mereka dengan menghidupkan kembali mata air tersebut. Padahal setiap hari minggu mereka pergi ke gereja dengan mendengarkan pendeta berkotbah dan berdoa dengan ajaran alkitab.
Jadi masih terdapat dua kepercayaan yang berlaku dan berlangsung di desa Simaninggir. Keduanya secara prinsip bertentangan, dan kontroversi dalam alam pikiran maupun perilaku
sosial mereka. Konsep ini berbeda dengan konsep kristiani yang menyatakan bahwa Tuhan hanya
berwujud satu. Dengan demikian, setelah penduduk Simaninggir menerima agama Kristen, mereka tidak serta merta mampu meninggalkan kepercayaan tradisional orang Batak Toba.
Hal ini juga terbukti dalam upacara-upacara adat yang menggelar upacara menari atau manortor baik dalam perkawinan maupun kematian, masih terdengar doa panggilan kepada
Ompu mula-mula, naso marmula naso marujung atau Tuhan yang utama, yang tanpa permulaan dan tanpa akhir, maksudnya debata mulajadi nabolon. padahal sebelum upacara
dimulai, sebagai penganut agama Kristen, suhut yang punya hajat meminta pendeta atau penatua untuk membuka upacara dengan doa orang Kristen.
Salah satu contoh interpretasi adat terhadap konsep kristiani yang dilakukan orang Batak Toba khususnya penduduk Simaninggir, ialah konsep penghormatan kepada orang tua.
Dalam alkitab konsep ini termasuk hukum taurat yang kelima. Berbunyi: Ingkon pasangaponmu do natorasmu asa martua ho jala leleng mangolu di tano nanilehon ni
jahowa debatam diho artinya kau harus menghormati orangtuamu supaya kamu lanjut umur di tanah yang diberi oleh Tuhan Allahmu.
Orang Batak Toba Kristen menerjemahkan perintah tersebut secara antusias, karena konsep kristiani tersebut sama dengan konsep adat yang menghormati orang tua sampai
nenek moyang. Upacara manulangi menyulang adalah salah satu bentuk upacara
Universitas Sumatera Utara
45
menghormati orang tua, terutama hula-hula maupun orang tua kandung yang sedang menghadapi kematian.
Tradisi manulangi tetap bertahan pada masyarakat Simaninggir karena ada konsep kristiani yang dianggap melegalisasi adat tersebut, yakni penghormatan kepada orang tua.
Demikian juga penghormatan kepada orang yang sudah mati, secara adat dilakukan dengan mendirikan tugu bagi mendiang, dan kerangka tulang-belulang nenek-kakek seasal, serta
mendirikan tugu satu marga. Ketika orang Batak yang sudah memiliki sumber nilai moral agama, bertemu dengan kekristenan, maka terjadilah ketegangan antara nilai adat batak
denga injil. Ketegangan itu muncul karena tidak seluruhnya yang berlaku dalam adat batak dapat dibenarkan dan diterima dalam kekristenan dan sebaliknya.
Ada adat yang dapat dan tidak dapat ditransformasikan ke dalam nilai kekristenan. Dalam kondisi seperti itu, kekristenan yang masih muda itu tidak terlalu matang berhadapan
dengan masalah kehidupan sehari-hari. Bahkan perangkat hukum adat batak lebih lengkap dari pada hukum kekristenan. Akibatnya, orang Kristen Batak Toba cenderung memakai
pemahaman budaya dan kepercayaan tradisionalnya dalam menghadapi pergumulan dan tantangan hidup yang dialaminya. Akhirnya, sekalipun sudah Kristen, tetapi kebiasaan
budaya yang bertentangan dengan iman Kristen, dan kepercayaan hasipelebeguon, sering dipakai sebagai landasan bertindak dan berperilaku dalam kehidupan sehari-hari.
Di Desa Simaninggir, penduduknya hampir seluruhnya sudah menganut agama Kristen sejak masa kemerdekaan. Di sana telah terdapat gereja HKBP yang dibangun dengan
konsep pargodungon
40
40
Pargodungon merupakan sebuah sebutan untuk menunjukkan kompleks gereja.
. Para misionaris mendirikan gereja dengan konsep pargodungon pada sebidang tanah. Di atas lahan pargodungon itu didirikanlah bangunan gereja, sekolah SD,
Universitas Sumatera Utara
46
dan sekaligus mendirikan rumah di belakang gereja sebagai perumahan para pelayan. Bagian tertentu dari lahan itu dimanfaatkan juga sebagai penanaman berbagai tumbuh-tumbuhan
yang berfungsi sebagai ‘apotik hidup’. Setelah 1993 Gereja HKBP yang ada di Simaninggir dibongkar dan dipindahkan ke Desa Lumban Nauli karena penduduknya yang tinggal di Desa
Simaninggir hanya tinggal 8 kepala keluarga lagi. Sekolah Dasar SD yang ada di Desa Simaninggir kemudian dibongkar oleh penduduk setempat.
41
Akibatnya, masuknya seseorang menjadi penganut agama Kristen, turut ditentukan oleh kepala keluarga, raja huta atau pemimpin non formal yang ada di tengah masyarakat
Simaninggir tersebut. Pelayanan sosial HKBP Huria Kristen Batak Protestan sifatnya adalah humanis universal.
Artinya membantu manusia untuk tetap hidup sebagai manusia yang bermartabat. Sebagai manusia yang diciptakan Tuhan untuk turut hidup meramaikan
dunia ini. Sebagai lembaga yang didirikan oleh satu gereja berbasis etnis Batak Toba, tentunya landasan kulturalnya sangat kuat, yakni budaya Batak Toba. Di dalam kebudayaan
Batak pada umumnya ada filosofi yang kuat untuk saling membantu sesama mereka. Salah Gagasan membangun gereja dengan konsep pargodungon, merupakan realisasi
konkret untuk memperoleh hamajuon- kemajuan masyarakat Simaninggir. Di sini gereja berfungsi sebagai pelopor pemberitaan injil, pendidikan masyarakat, dan kesehatan jasmani
walaupun sangat sederhana. Sementara itu, penduduk Simaninggir sangat kuat dengan ikatan kekeluargaan yang dijalin oleh nilai-nilai budayanya, seperti kekerabatan dalam keluarga.
Ketika kepala keluarga telah masuk dan menganut agama Kristen dengan bergereja di HKBP, maka semua anggota keluarga mereka, termasuk keluarga dekatnya, akan turut
masuk dan memeluk agama yang sama.
41
Wawancara dengan Martua Mahula, Kantor Kepala Desa Pusuk II Simaninggir, 25 April 2013.
Universitas Sumatera Utara
47
satu filosofi itu ialah saling membantu, saling gotong royong. Ungkapan yang kuat milik orang Batak, terutama Toba ialah si sada anak, si sada boru. Si sada lungun si sada las ni
roha. Artinya kepemilikan kolektif. Lembaga agama dan kepercayaan merupakan lembaga peredam konflik. Pada masa
Kristen, gereja merupakan organisasi keagamaan yang efektif untuk meredam konflik. Ketika gereja melaksanakan upacara tahun baru yang dinamakan mangoes taon, maka semua
konflik harus dilupakan. Ritual tersebut menciptakan rekonsiliasi. Ada beberapa ritual orang Kristen yang dapat digunakan sebagai peredam konflik, diantaranya Natal, Paskah pada saat
perjamuan kudus. Adat ataupun hukum adat, walaupun tidak tertulis sudah merupakan peraturan yan
mengatur cara hidup manusia yang takluk kepada adat ataupun hukum adat tersebut. Manusia sebagai makhluk sosial memerlukan hidup bermasyarakat. Hidup bermasyarakat itu
melahirkan kebiasaan di kalangan anggota masyarakat itu dan kebiasaan berjalan turun- temurun dari dahulu, adat kebiasaan ataupun kebiasaan yang sudah diadatkan. Sesuai dengan
perumpamaan Batak Toba, “tuatma nadolok, martungkot siala gundi, napinukka ni najolo, ihuthonon ni na dipudi” artinya keturunan mengikuti jejak langkah atau kebiasaan nenek
moyangnya. Keluarga di Simaninggir dalam melaksanakan suatu adat kebiasaan seperti: haroan,
pamuli boru, pangolihon anak, mangompoi jabu na imbaru, mamestahon tambak ni ompu acara ibu hamil, menikahkan putri dan putra, memasuki rumah baru, pesta kuburan nenek
moyang dan yang lainya, tidaklah diselesaikan dengan sendirinya, tetapi harus dimusyawarahkan pelaksanaannya dengan kaum keluarga dekat, ataupun dengan anggota
Universitas Sumatera Utara
48
sekampung. Biasanya pelaksanaan harus dibarengi dengan pesta, jumlah orang yang diundang dan disesuaikan dengan jenis pesta.
Pesta serupa inilah yang termasuk pesta adat yang sudah turun-temurun dari nenek moyang penduduk Simaninggir yang notabene adalah Batak Toba, dan telah menjadi
pegangan hidup masyarakat Simaninggir. Jika masyarakat Simaninggir tidak mematuhi adat tersebut, ada sanksinya. Jika kegiatan pesta seperti pembaptisan anak, lepas sidi ataupun
lahirnya seorang bayi, boleh dikatakan sama sekali tidak ada sanksinya. Tetapi bila satu keluarga hendak menikahkan putra atau putrinya pamuli boru dan atau pangoli anak
kejadian seperti ini harus disertai dengan pesta adat. Masyarakat pada umumnya berpendapat bahwa sudah selayaknya diberikan sanksi
bagi mereka yang tidak melaksanakan pesta adat, namun konkretnya sanksi tersebut tidak pernah dilakukan. Tetapi ada juga sanksi yang mungkin lebih hebat lagi daripada sanksi yang
konkret tersebut yaitu, bahwa keluarga bersangkutan dianggap ‘tidak beradat’. Dalam pelanggaran yang berat, seperti perkawinan semarga, mereka akan dikucilkan dari
lingkungan adat. Hukuman serupa ini bagi mereka lebih berat, karena hukuman itu berlaku seumur hidup dan juga turun-temurun. Identifikasi “anakni naso maradat” merupakan
penghinaan yang sangat berat. Oleh karena itu orang seperti ini selalu dijauhi ataupun ‘dibursikhon’
42
Pelaksanaan Pesta dahulu umpamanya pangolihon anak, pada langkah pertama diadakan tonggoraja hal ini juga dilakukan di Desa Simaninggir guna membicarakan
pelaksanaan pesta tersebut. Tonggo raja itu biasanya diadakan oleh penduduk Simaninggir yang mempunyai hajatan, dengan mengundang raja adat dan raja huta di partungkoan.
oleh masyarakat.
42
Bursik artinya diludahi; diacuh tak acuhkan orang lain; disepelekan.
Universitas Sumatera Utara
49
Pokok pembicaraan pada pertemuan tersebut adalah: a.
Manjujur ari untuk mata ni pesta itu, dan dianggap penting karena penentuan hari yang kurang tepat, dapat menimbulkan bala kepada pasangan yang akan mengadakan
perkawinan itu. b.
Menentukan parjuhud atau hewan sembelihan dari pesta yang akan digelar tersebut. apakah namarmiak-miak, atau horbo toba. Hal ini perlu pembahasan terlebih dahulu
di kalangan raja adat oleh karena parjuhud tersebut harus sesuai dengan status yang melaksanakan adat tersebut. Yang paling menentukan dalam penentuan hagabeon,
kemudian hamoraon. Orang yang sudah sejak lama terkenal mamora, akan lebih memilih horbo toba, sedangkan kalangan masyarakat biasa, biasanya mengambil
namarmiak-miak sebagai parjuhut pestanya. Jadi tidak sembarang keluarga yang mengambil horbo toba sebagai parjuhut dari pestanya seperti sekarang ini.
c. Menentukan jumlah pinggan panganan yang diperlukan. Makanan pada pesta dahulu
dihidangkan pada anduri atau tempayan yang besar, yang dikelilingi oleh 4-6 orang. Tetapi kepada raja adat, raja parhata dan raja huta disediakan pinggan panganan
sebagai penghormatan.
43
Sebelum masuknya agama Kristen ke Tapanuli, pengesahan perkawinan hanya ada pengesahan secara adat. Tetapi setelah Penduduk Simaninggir memeluk agama Kristen,
sudah ada pengesahan tambahan, yaitu pemberkatan di gereja. Sulit dikatakan mana yang lebih penting diantara keduanya sebab sepasang suami-istri yang perkawinannya sudah
43
Wawancara dengan Martua Mahulae dan Parisan Nainggolan, Kantor Kepala Desa Pusuk II Simaninggir, 25 April 2013.
Universitas Sumatera Utara
50
disahkan secara agama, yakni sudah diberkati oleh pendeta, mereka merasa perkawinan itu belum sempurna selama belum disahkan secara adat dan sebaliknya.
Begitu juga halnya dengan tortor. Tortor Batak toba, sebagai tarian tradisional yang membudaya, mempunyai tempat dan kedudukan yang penting dalam kehidupan masyarakat
adat Simaninggir. Dalam setiap pelaksanaan adat, mereka selalu menggelar tortor. Dalam pelaksanaan adat, baik yang berhubungan dengan kematian maupun peristiwa sukacita
tortor selalu diadakan. Tortor merupakan bagian penting dalam masyarakat Batak Toba, demikian halnya dengan penduduk Simaninggir. Melalui tortor itulah masyarakat
Simaninggir menyatakan rasa sukacita dan dukacitanya. Peragaan sikap dan perasaan melalui tortor selalu menggambarkan kondisi dan situasi
yang dialami oleh pemeraganya. Sehingga pelaksanaan tortor selalu memiliki sifat situasional. Hal itu dapat dilihat dalam jenis tortor, diantaranya: tortor simonang-monang
kemenangan,tortor somba-somba tarian penyembahan dan lainnya. Pelaksanaan tortor tidak lepas dari kegiatan adat, yang di dalamnya terdapat unsur-unsur dalihan na tolu.
Setiap tortor yang dilakukan pihak tertentu selalu ada pihak yang menyambutnya, yang biasanya diperankan oleh pihak boru.
Artinya, pelaksanaan tortor tersebut selalu terdiri dari ketiga pihak dalihan natolu, yaitu dongan tubu, hulahula dan boru. Setiap permintaan gondang, yaitu seperangkat
musik Batak Toba tradisional yang diminta untuk dimainkan selalu diikuti tortor yang akan ditarikan. Oleh karena itu setiap jenis gondang dalam artian bukan instrumennya melainkan
musiknya, memiliki tortor masing-masing. Gondang patujolo adalah gondang dan tarian pembukaan. Yang termasuk gondang patujolo adalah gondang mula-mula, gondang
pangurason, dan gondang somba-somba. Gondang mula-mula merupakan pembukaan
Universitas Sumatera Utara
51
setiap acara gondang. Tidak ada suatu acara tortor yang dilaksanakan tanpa dimulai dengan gondang mula-mula.
Dalam tradisi kepercayaan Batak Toba, pelaksanaan gondang
44
Terakhir yaitu gondang liat-liat yang kemudian dilanjutkan dengan gondang dan tortor hasahatan yang selalu dipadukan dengan gondang sitio-tio. Gondang hasahatan
maksudnya sampai pada tujuan yang dimaksud bahwa semua permohonan yang dimohon dan diperagakan dengan gondang dan tortor telah sampai kepada Tuhan dan itu akan
mula-mula ini dikaitkan langgsung dengan kepercayaan bahwa segala sesuatu selalu ada awalnya, dan
awal segala sesuatu itu adalah dari Debata Mulajadi Nabolon. Setelah Pelaksanaan gondang mula-mula, dilakukanlah gondang pangurason, dengan maksud membersihkan,
mentahirkan, dan menyakralkan acara gondang tersebut. Ritual pangurason ini dilakukan dengan memercikkan air dari sebuah cawan putih yang di dalamnya terendam sebuah jeruk
yang bernama pangir sejenis jeruk purut. Dengan pangurason tersebut, maka pelaksanaan acara pesta adat secara umum, dapat dilaksanakan dengan sonangsohariburibuan, damai
tanpa ada kecemasan. Selanjutnya, yaitu gondang pitta-pitta artinya permohonan yang penuh dengan
pengharapan. Gondang pitta-pitta ini merupakan inti dari semua maksud pelaksanaan gondang dan tortor yang diadakan. Sebab segala permohonan dan pengharapan seperti hal
kehidupan yang lebih baik, di bidang kehidupan jasmani dan rohani, atau pengharapan yang selalu menjadi cita-cita orang batak yaitu hamoraon, hagabeon dan hasangapon dapat
disampaikan kepada Tuhan melalui gondang dan tortor pitta-pitta ini.
44
Gondang adalah seperangkat alat musik khas Batak Toba yang mengiringi tor-tor. Dulunya dipakai pada saat pesta perkawinan dan kematian. Hal ini juga dilaksanakan di Desa Simaninggir, yang mana gondang
tersebut mereka dapatkan dari daerah Tapanuli Utara. Wawancara dengan Parisan Nainggolan, 24 April 2013.
Universitas Sumatera Utara
52
menjadi kenyataan. Gondang sitio-tio menggambarkan air yang jernih dimaksudkan bahwa semua maksud dan tujuan diadakannya gondang dan tortor merupakan upaya memperolah
dan menerima sumber penghidupan, kebahagiaan dan sukacita yang bagaikan air yang jernih yang selalu dibutuhkan dalam kehidupan.
Dengan diadakannya gondang dan tortor hasahatan dan sitio-tio ini, maka berakhirlah acara gondang dan tortor tersebut. Pada gilirannya kemudian, semua kegiatan
pesta adat yang selanjutnya, memakai umpama Batak Toba, seperti pada saat penyerahan ulos, mangulosi.
Misalnya: ‘eme sitambatua parlinggoman ni siborok’ Debata do silehon tua, sai horasma hita
saluhutna diparorot. Dari uraian tentang pelaksanaan gondang dan tortor Batak Toba tersebut, dapat
disimpulkan bahwa gondang dan tortor Batak terdiri dari tiga bagian, pembukaan, isi dan penutup. Setiap bagian mempunyai makna yang berkaitan dengan satu sama lain. Setiap
pesta adat yaitu perkawinan, anak lahir, kematian dan sebagainya pembagian jambar
45
45
Dalam hal ini jambar adalah simbol status dalam tingkatan keturunan atau relasi. Misalnya, jambar hulahula tetap jagal daging, jambar boru tetap dekke ikan. Artinya kalau boru berkunjung ke rumah
hulahula, maka siboru tidak boleh membawa dekke, karena dekke adalah pemberian hulahula kepadanya. Tidak boleh dibalik. Hulahula tetap membawa dekke kepada boru, tidak boleh daging. wawancara dengan Parisan
Nainggolan, Raba-raba, 25 April 2013 .
selalu dilakukan. Setiap yang hadir harus mendapat pembagian sesuai dengan statusnya dalam
kekerabatan. Siapapun yang melakukan upacara adat, orang lain yang hadir tetap mendapat jambar. Masing-masing pihak lalu membagi jambar itu kepada dongan tubu, hulahula dan
borunya serta semua undangannya.
Universitas Sumatera Utara
53
Dalam pembagian jambar ini haruslah hati-hati dan teliti. Tidak boleh ada yang tertinggal atau dilangkahi dalam penyampaiannya. Pembagian harus dimulai dari tingkatan
kekerabatan yang terdekat, sampai kepada yang terjauh yaitu paling atas nenek moyang mereka. Kalau terjadi pelompatan pemberian jambar, akan segera timbul reaksi yang keras.
Si pembagi jambar dianggap tidak mengetahui susunan keturunan kekerabatan sejak nenekmoyang sampai kepada yang terakhir, dan hal itu dianggap menghina kelompok marga
yang harus didahulukan. Seorang pembagi jambar adalah mereka yang benar-benar mengetahui susunan kekerabatannya, bukan sembarang orang.
Mereka mengatakan bahwa adat batak adalah soli-soli. Artinya, Pelaksanaan adat dilakukan secara bergantian. Diberi sekarang, member besok. Menerima adat sekarang,
memberi adat besok.
3.2 Struktur dan Sistem Sosial Masyarakat 3.2.1. Susunan Masyarakat Simaninggir