Kondisi Alam dan Geografis

15

BAB II SIMANINGGIR HINGGA PERIODE 1954

2.1. Kondisi Alam dan Geografis

Desa Simaninggir secara administratif berada di wilayah Kecamatan Parlilitan, Kabupaten Tapanuli Utara dengan ibukotanya adalah Tarutung. Di Kecamatan Parlilitan terdapat 17 tujuh belas desa, yang salah satunya adalah Desa Simaninggir. Letak geografis kecamatan Parlilitan ini, 300-2000 meter di atas permukaan laut. Dengan luas wilayah 858,50 km. Kecamatan Parlilitan berbatasan dengan : Sebelah Utara : Kec. Harian dan Dairi Sebelah Selatan : Kec. Pakkat Sebelah Barat : Kabupaten Tapanuli Tengah Sebelah Timur : Kec. Dolok Sanggul 11 Simaninggir sendiri pernah menjadi sebuah desa sampai tahun 1993, untuk kemudahan administratif di Desa Simaninggir, maka pada tahun 1993 desa ini telah disatukan dengan Desa Hutari Pusuk II dengan nama baru yaitu Pusuk II Simaninggir. Karena pada tahun 1993 penduduk yang mendiami Desa Simaninggir hanya tinggal beberapa rumah tangga saja, yaitu tidak lebih dari sepuluh rumah tangga. Di mana pada tahun 2002 Desa Simaninggir benar-benar ditinggalkan oleh semua penduduknya. 12 11 BPS, Parlilitan dalam angka 1990, Parlilitan: BPS, 1991, hal.1. 12 Wawancara dengan Parisan Nainggolan dan Tiomina Marbun, Pusuk 1, 25 April 2013. Oleh karena itu, Universitas Sumatera Utara 16 dalam penelitian ini, penulis lebih tertarik dan fokus untuk meneliti pemukiman yang pernah ada di Desa Simaninggir, bukan desa tersebut secara administratif. Berdasarkan letak geografis Kecamatan Parlilitan tersebut, dapat kita simpulkan bahwa kawasan Kecamatan Parlilitan terdapat di dataran tinggi yang memiliki hutan yang cukup karena terletak di perbukitan. Kawasan Parlilitan ini juga memiliki sumber daya alam yang dapat dinikmati oleh masyarakatnya. Disebabkan daerah ini terdapat di perbukitan, maka sejumlah desa, letaknya terdapat di balik bukit-bukit yang tidak dapat dilalui oleh kendaraan. Penyebabnya karena harus melewati bukit-bukit yang berlembah curam dan juga dipisahkan oleh jurang yang dalam. Penduduk desa dapat menyesuaikan kehidupan mereka, dan tetap dapat mempertahankan lahan mereka, khususnya di lereng gunung yang lebih terjal, dan sangat sulit dicapai. 13 Untuk dapat mengakses desa Simaninggir, maka terlebih dahulu dari simpang tiga Desa Pusuk I dengan jarak sekitar 3 km hingga ke Desa Hutari yang sekarang menjadi Desa Pusuk II Simaninggir 14 1. Desa Sampean . Sepanjang jalan tersebut dapat ditempuh dengan kendaraan bermotor roda empat. Nama-nama perkampungan yang ada di sekitar daerah Simaninggir: 2. Hutari Pusuk II Simaninggir 3. Pusuk 1 4. Banua Rea 13 Tania Murray Li, Op.Cit., hal.24. 14 Untuk kemudahan administratif di Desa Simaninggir, maka pada tahun 1993 desa ini telah disatukan dengan Desa Hutari Pusuk II dengan nama baru yaitu Pusuk II Simaninggir. Karena pada tahun 1993 penduduk yang mendiami Simaninggir hanya tinggal beberapa rumah tangga saja, yaitu tidak lebih dari sepuluh rumah tangga. Di mana pada tahun 2002 Desa Simaninggir benar-benar ditinggalkan oleh semua penduduknya. Hasil wawancara dengan Martua Mahulae, Kantor Kepala Desa Pusuk II Simaninggir, 25 April 2013. Universitas Sumatera Utara 17 Desa Pusuk II Simaninggir merupakan satu-satunya desa yang dilalui menuju Simaninggir meskipun ada jalan setapak dari Desa Banua Rea yang secara administratif berbeda kecamatan dengan Desa Simaninggir. Adapun jarak dari Desa Pusuk II Simaninggir menuju Desa Simaninggir sekitar 6 km dan tidak bisa ditempuh dengan kendaraan bermotor karena letaknya yang berada di atas bukit dengan medan jalan setapak, curam di pinggiran jurang dan terjal. Masyarakat akan melalui akses jalan ini hanya dengan berjalan kaki serta melalui jurang yang dihubungkan dengan jembatan terbuat dari susunan batang kayu. 15 1. Sebelah Timur berbatasan dengan Desa Banua Rea, dengan Aek Mas Adapun batas administratif dari desa Simaninggir ini adalah : 16 2. Sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Sijarango, dengan Aek Sipang sebagai pembatas administratif antar desa. di bawah Dolog Pinapan sebagai pembatas administratif antar Desa. 3. Sebelah Barat berbatasan dengan Desa Sampean, dengan Dolog Sipahutu-hutu sebagai sambungan dari Dolog Pinapan menjadi pembatas administratif antar desa. 4. Sebelah Utara berbatasan dengan Desa Pusuk I, dengan Aek Sisira sebagai Pembatas Administratif antar desa. 17 Gambaran geografis yang dimaksud oleh penulis, yaitu penggambaran wilayah- wilayah tanah Batak Toba khususnya desa Simaninggir, sekaligus dengan hasil-hasil bumi 15 Wawancara dengan Parisan Nainggolan dan Magdalena Simanullang, Pusuk 1, 25 April 2013. Penulis juga melakukan observasi ke daerah yang dimaksud, lihat lampiran gambar 4. 16 Disebut sebagai Aek Mas karena memang Dolok Pinapan mengandung emas yang dibawa mengalir oleh Aek Mas tersebut. Hal ini telah disurvei oleh orang Jerman yang pada tahun 2007. Masyarakat Banua Rea juga sering mandulang mencari emas dari aek mas tersebut dengan cara membuat lubang-lubang dan kemudian mengayak pasir tersebut sampai menemukan biji emas. Ibid., Martua Mahulae, Kantor Kepala Desa Pusuk II Simaninggir, 25 April 2013. 17 Ibid., Martua Mahulae, Kantor Kepala Desa Pusuk II Simaninggir, 25 April 2013. Universitas Sumatera Utara 18 serta peternakan yang terdapat di daerah itu. Maksud penggambaran yang demikian untuk dapat diketahui hubungan keadaan wilayah tempat tinggal dengan mata pencaharian, serta kepada latar belakang migrasi mereka yang terjadi kemudian hari. Kampung Simaninggir ini sulit untuk diketahui oleh masyarakat yang mendengar nama Simaninggir. Hal ini disebabkan sangat minimnya sarana yang tersedia dengan ditandai akses jalan yang seadanya untuk bisa menuju Simaninggir, disebabkan kondisi alam yang sulit untuk dijangkau. Dari Observasi yang penulis lakukan, ternyata menuju Simaninggir harus mendaki Dolog Pinapan dengan akses jalan setapak yang curam juga sangat tersembunyi di antara hutan belantara dikurung oleh sungai dan jurang, dan bukit-bukit yang menghalangi pemandangan wajah kampung juga ditutupi oleh batu-batu besar. Pada 1950-an perjalanan menuju kampung Simaninggir kadangkala ditandai dengan suara-suara burung dan binatang lain di antara bukit-bukit dan hutan-hutan. Semakin terdengar jelas suara anjing menggonggong, ayam berkokok, dan ternak lain seperti babi yang masih berkeliaran di halaman rumah penduduk. Kegirangan anak-anak yang sedang bermain-main seperti permainan tradisional Marbilon, marbende-bende, margaltuk, marsitekka dan lain sebagainya serta suara lesung penumbuk padi yang dilakukan oleh muda- mudi secara gotong-royong masih jelas terlihat saat berkunjung ke desa ini. Rumah-rumah penduduk yang khas terbuat dari papan yang telah berwarna coklat hingga kehitam-hitaman dengan atap jerami sebagiannya ada yang berlumut warna hijau. Dibuat bertingkat karena hewan peliharaan dapat dibuat di bawah kolong rumah. 18 Pada umumnya, tanah Batak Toba adalah daerah pegunungan. Bila dibandingkan luas wilayah pegunungan dan dataran rendah, maka dataran rendahnya sempit saja. Karena itu 18 Wawancara dengan Parisan Nainggolan dan Tiomina Marbun, Pusuk 1, 25 April 2013. Universitas Sumatera Utara 19 hutan merupakan wajah tanah Simaninggir, walaupun pada beberapa bagian hanya merupakan hutan ilalang dan sampilpil. 19 Adapun jenis ternak yang digembalakan yaitu hanya kerbau, yang bebas berkeliaran di perbukitan tersebut tanpa diikat dengan tali tambatan. Penduduk yang rata-rata memiliki ternak kerbau hanya menempelkan kalung di leher si kerbau, yang terbuat dari kayu berbentuk seperti lesung dengan ukuran mini, dan diberi lubang di tengah lesung tersebut layaknya seperti lonceng yang menimbulkan bunyi saat kerbau bergerak. Masing-masing pengembala kerbau cukup kreatif untuk membuat jenis kalung kerbau yang berbeda-beda, Hamparan hutan tropis sebagai sumber daya alam yang menghasilkan kemenyan, rotan, batu kapur, sarang wallet dan kotoran wallet. Dolog Pinapan yang aliran airnya mengandung emas serta tersedianya flora dan fauna yang dapat dinikmati oleh masyarakat Simaninggir menjadikan desa ini sebagai tempat yang layak untuk dijadikan sebagai pemukiman. Awalnya daerah ini ditumbuhi oleh semak belukar dan berbagai jenis pepohonan. Salah satu jenis pohon yang tumbuh yaitu rotan. Rotan ini kemudian dibentuk menjadi barang jadi untuk diperdagangkan di pasar. Seiring dengan makin meningkatnya aktivitas kehidupan penduduk di desa ini, hutan belantara tersebut mereka eksploitasi untuk dijadikan lahan pertanian seperti persawahan dan perladangan. Adapun prosesnya yakni dengan cara ditebangi dan kayunya dijadikan papan dan tiang untuk rumah-rumah mereka, serta ada juga dengan membakar hutan. Sebagian wilayah perbukitan yang hanya ditumbuhi oleh rerumputan liar dianggap layak sebagai tempat pengembalaan ternak. 19 Sampilpil, yaitu sejenis tumbuhan liar yang tumbuh di padang luas. Batangnya dipakai sebagai kayu bakar dan alat tulis seperti tangkai pena. Nama latinnya Discranopteris Liniaris. Universitas Sumatera Utara 20 sehingga mereka tetap bisa mengetahui kerbau gembalaan mereka. Rumput liar yang tumbuh subur di perbukitan menjadi santapan kerbau yang diternakkan di sana. Daerah pengembalaan kerbau tersebut lama-kelamaan terbentuk kubangan yang berisi genangan air serta terlihat seperti lapangan, sehingga Desa Banua Rea yang merupakan desa tetangga Simaninggir ikut menjadikan perbukitan ini sebagai lahan pengembalaan ternak mereka. Berbeda hal nya dengan pengembala Simaninggir, para pengembala kerbau dari Desa Banua Rea memberikan tanda dengan mengikat setiap tanduk kerbau tersebut dan juga ada yang mengecat dengan warna hitam di punggung kerbau. Mengandalkan kekayaan alam menjadi ciri khas masyarakat Simaninggir untuk mempertahankan keberlangsungan hidup mereka. Terutama dalam pemenuhan kebutuhan pokok yaitu sandang, pangan, dan papan maka akan mengambilnya dari hutan di sekitar pemukiman mereka. Kegiatan mencari rotan untuk kemudian dijual di pasar pada akhir pekan yang merupakan waktu untuk melakukan transaksi jual-beli dengan penduduk dari desa lain yang akan datang ke pasar, yang pada saat itu ada di Desa Pusuk 1.

2.2 Latar Belakang Historis Desa Simaninggir