Sering pula ditemukan faktor predisposisi genetik dimana faktor ini lebih banyak ditemukan pada populasi Afrika-Amerika, Spanyol, dan Amerika-India.
6,14
2.3.2.3 Diabetes Melitus Gestasional
Jenis diabetes ini ditandai dengan adanya derajat intoleran glukosa dengan onset atau pertama kali dikenali pada masa kehamilan. Di Amerika, GDM
mengkomplikasi sekitar 4 dari seluruh kehamilan. Pada kebanyakan kasus, regulasi glukosa akan kembali normal setelah melahirkan. Bagaimanapun juga, wanita yang
menderita GDM memiliki resiko untuk mengalami DM tipe 2 setelah masa kelahiran.
6,15
2.3.3 Tanda dan Gejala Diabetes Melitus
Adapun tanda-tanda dan gejala pada diabetes mellitus adalah sebagai berikut
2,4,18,19
: 1. Poliuria, yaitu urinasi yang berlebihan.
2. Polidipsia, yaitu perasaan haus yang berlebihan. 3. Polifagia, yaitu peningkatan selera makan.
4. Glikosuria, yaitu terdapat kandungan glukosa di dalam urin. 5. Retinopati diabetik, yaitu suatu mikroangiopati progresif yang ditandai oleh
kerusakan dan sumbatan-sumbatan pembuluh halus yang meliputi arteriol
prekapiler retina, kapiler-kapiler, dan vena-vena. 6.
Neuropati diabetik, yaitu kerusakan saraf sebagai komplikasi serius akibat
diabetes. Tergantung dari tingkat kerusakan, neuropati diabetik dapat menimbulkan nyeri, mati rasa dan gangguan pada saluran pencernaan,
kemih, pembuluh darah dan jantung. 7.
Nefropati diabetik, yaitu komplikasi Diabetes mellitus pada ginjal yang
dapat berakhir sebagai gagal ginjal. 8.
Peningkatan resiko penyakit arteri koroner. 9. Infeksi kandung kemih, terutama infeksi yang disebabkan oleh fungi.
10. Gatal-gatal, kulit kering, dan lambatnya penyembuhan luka.
Universitas Sumatera Utara
11. Lemah, lelah, dan simptom seperti flu. 12. Rasa gatal atau terbakar pada tangan atau kaki terutama pada DM tipe 2.
13. Pandangan mengabur. 14. Tanda-tanda diabetes lainnya yang timbul di rongga mulut.
2.3.4 Diagnosis Diabetes Melitus
Kedua jenis utama DM tipe 1 dan tipe 2 menyebabkan hiperglikemia atau kadar gula darah tinggi jika tidak dilakukan perawatan.
4
Pada Februari 2010, ADA American Diabetes Association secara resmi merekomendasikan penggunaan uji
hemoglobin glikosilasi HbA1c untuk mendiagnosis dan memantau DM. Hemoglobin terglikosilasi HbA1c merupakan gugus heterogen yang terbentuk dari
reaksi kimia antara glukosa dan hemoglobin. Kecepatan pembentukan HbA1c proporsional dengan konsentrasi glukosa darah. Pemeriksaan ini sangat diperlukan
dalam upaya manajemen DM yang optimal untuk memperkecil risiko komplikasi diabetes.
Laporan tahunan ADA mengusulkan bahwa penemuan tingkat HbA1c yang lebih dari 6,5 menghasilkan terdiagnosanya diabetes. Standard baru ini didasarkan
pada sebagian besar bukti ilmiah oleh Diabetes Control and Complication Trial DCCT. Uji diagnostik diabetes lainnya mencakup tingkat gula darah puasa yang
lebih dari 126 mgdL, tingkat gula darah 2 jam yang lebih dari 200 mgdL selama uji toleransi glukosa oral OGTT, dan tingkat glukosa acak lebih dari 200 mgdL pada
pasien simptomatik untuk krisis hiperglikemia atau hipoglikemia.
15,20
Pemeriksaan HbA1c telah digunakan sebagai penaksiran jangka panjang, menyediakan pengukuran untuk regulasi glukosa rata-rata selama 6 sampai 12
minggu sebelumnya. Tujuan pada pasien diabetes adalah untuk menjaga level HbA1c kurang dari 7 dimana glukosa dianggap terkontrol dengan baik. Uji lain, seperti uji
toleransi glukosa, biasanya digunakan untuk mengidentifikasi pasien dengan diabetes gestasional dan gangguan absorpsi glukosa.
15
Pasien diabetes harus menjalani pemantauan reguler dengan menguji tingkat gula darah puasa dan tingkat HbA1c. Uji serum fruktosamin digunakan untuk
mengukur kontrol glikemik pasien diabetes selama 2 sampai 3 minggu sebelum
Universitas Sumatera Utara
pemeriksaan. Telah dilaporkan pada suatu studi adanya korelasi positif antara derajat perdarahan gingiva dan tingkat fruktosamin yang tinggi. Pemeriksaan serum
fruktosamin sering kali terlihat pada wanita hamil dan khususnya wanita hamil yang kebutuhan insulin dan glukosanya untuk waktu tertentu dipengaruhi oleh penyakit
akut maupun sistemik.
15
Pemeriksaan gula darah puasa yang hasilnya lebih dari 126 mgdL terdiagnosa akan adanya diabetes. Jika pengukuran gula darah puasa antara 110 sampai 126
mgdL, maka pemeriksaan toleransi glukosa oral harus dilakukan untuk menentukan derajat intoleransi glukosa. Gula darah puasa lebih dari 126 mgdL, tingkat glukosa
acak lebih dari 200 mgdL, dan di samping gejala DM lainnya polidipsia, poliuria, polifagia, kehilangan berat badan, dan rasa lemah merupakan indikator yang pasti
untuk mendiagnosis DM. Penemuan gula darah positif harus dikonfirmasi dengan mengulang pemeriksaan pada hari-hari berikutnya.
15
2.3.5 Komplikasi Oral yang Ditimbulkan Oleh Diabetes Melitus