2.4.7 Penyembuhan Luka
Mikroangiopati yang terjadi pada penderita diabetes mellitus dapat menyebabkan pembuluh darah menjadi inefektif. Hal inilah yang menyebabkan
penyembuhan luka pada penderita diabetes mellitus menjadi lambat. Prosedur pencabutan gigi pada rongga mulut harus dilakukan dengan cara yang hati-hati dan
halus agar memberikan hasil penyembuhan luka yang optimal. Linggir tulang harus dihaluskan agar menghindari iritasi gingiva. Penjahitan luka suturing juga dapat
membantu agar luka lebih cepat sembuh.
22
2.4.8 Kadar Gula Darah Saat Pencabutan Gigi Dilakukan
Kadar gula darah yang sebaiknya dimiliki pasien diabetes mellitus saat pencabutan gigi akan dilakukan yaitu tidak kurang dari 70 mgdL dan tidak lebih dari
150 mgdL.
4,22
2.5 Keadaan Darurat Pada Diabetes Melitus
Terdapat dua keadaan darurat utama yang akan dihadapi dokter gigi pada pasien diabetes, yaitu syok insulin hipoglikemia dan ketoasidosis hiperglikemia.
Kedua kondisi ini lebih sering timbul pada diabetes tipe 1 daripada tipe 2 karena diabetes tipe 1 lebih sulit dikontrol dan perawatannya memerlukan insulin insulin
dependent. Hipoglikemia adalah kasus yang paling penting, dimana muncul pada saat kadar gula darah lebih rendah daripada 55mg100mL. Hipoglikemia muncul
dengan cepat dan dikarakteristikkan dengan adanya rasa lapar, rasa lelah, berkeringat, kebingungan, vertigo, gemetar, wajah memucat, perasaan gelisah, sakit kepala,
parestesia bibir dan lidah, diplopia dan pandangan mengabur, dan kelainan neurologi. Pada kasus yang lebih parah, dapat terjadi pengeluaran keringat yang berlebihan,
hipertensi otot, dan akhirnya kehilangan kesadaran, koma, bahkan kematian.
1,22
Karena hipoglikemia dapat terbentuk dengan cepat, keadaan ini lebih sering terlihat pada praktik dokter gigi daripada hiperglikemia. Hipoglikemia muncul karena
asupan karbohidrat yang inadekuat dalam hubungannya dengan insulin atau karena
Universitas Sumatera Utara
pemberian obat hipoglikemik. Kemungkinan penyebab yang paling sering yang terjadi pada pencabutan gigi adalah ketika pasien menerima dosis normal insulinnya
pada pagi hari, namun karena rasa cemas dan takut, serta dan pasien tidak makan dengan cukup sebelum pencabutan sehingga asupan karbohidratnya kurang.
1,3
Sementara itu, hiperglikemia atau ketoasidosis biasanya terbentuk secara progresif dalam waktu beberapa hari. Hiperglikemia dikarakteristikkan dengan rasa
lelah, sakit kepala, mual, muntah, xerostomia, dehidrasi, dypsnea, dan akhirnya letargi yang menyebabkan koma.
22
Kehilangan atau kekurangan insulin, ditambah dengan faktor yang meningkatkan kebutuhan insulin, seperti infeksi, trauma, bedah,
kehamilan, dan gangguan emosional yang parah, biasanya merupakan penyebab utamanya.
3
Universitas Sumatera Utara
KERANGKA TEORI
Pencabutan Gigi pada Pasien Diabetes Mellitus
Pengetahuan dan Perilaku
Diabetes Mellitus
Patofisiologi Klasifikasi
DM Tipe 1 DM Tipe 2
GDM Tanda dan
Gejala Diagnosis
Komplikasi Oral
Gingivitis dan Penyakit Periodontal
Disfungsi kelenjar saliva dan xerostomia
Kandidiasis Burning Mouth
Syndrome BMS Lichen Planus
Infeksi Oral Akut Tindakan
Tes Skrining Waktu
Pencabutan Diet
Diabetes dan Infeksi
Pemberian anestesi lokal
Pemberian obat
Penyembuhan luka
KGD saat pembedahan
Keadaan darurat pada DM
Syok insulin Ketoasidosis
Pencabutan Gigi
Universitas Sumatera Utara
KERANGKA KONSEP
Pengalaman Pribadi Penjelasan orang lain
Penalaran deduktif Penalaran induktif
Karakteristik individu dan lingkungan
Pengetahuan Perilaku
Dokter Gigi
Diabetes Mellitus
Patofisiologi DM
Klasifikasi DM
Tanda dan Gejala DM
Diagnosis DM
Komplikasi Oral DM
Keadaan Darurat DM
Pencabutan Gigi yang Optimal
Universitas Sumatera Utara
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Rancangan Penelitian
Jenis rancangan penelitian adalah penelitian deskriptif analitik dengan menggunakan pendekatan cross sectional. Dikatakan penelitian deskriptif analitik
karena penelitian diarahkan untuk menguraikan atau menjelaskan apa yang menjadi permasalahan, tujuan penelitian, dan mencari hubungan antar variabel. Kemudian
menggunakan pendekatan cross sectional karena pengumpulan data dilakukan sekaligus pada sekali waktu.
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian
Lokasi penelitian ini adalah di Praktik-praktik dokter gigi di Kecamatan Medan Selayang. Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari – Februari 2014.
3.3 Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi pada penelitian ini adalah seluruh dokter gigi di Kecamatan Medan Selayang yaitu sebanyak 73 orang. Sampel penelitian adalah dokter gigi yang sesuai
dengan kriteria inklusi serta bersedia untuk dilakukan penelitian di Kecamatan Medan Selayang sesuai jumlah populasi dengan cara total sampling.
Kriteria Inklusi :
1. Berprofesi sebagai dokter gigi.
2. Bekerja di praktik dokter gigi di Kecamatan Medan Selayang.
3. Telah bekerja di praktik dokter gigi, puskesmas, maupun rumah sakit di
Kecamatan Medan Selayang minimal 1 tahun.
Kriteria Eksklusi :
1. Dokter gigi yang menolak untuk diteliti.
2. Bekerja di praktik dokter gigi, puskesmas, maupun rumah sakit di
Kecamatan Medan Selayang kurang dari 1 tahun. 3.
Bukan dokter gigi.
Universitas Sumatera Utara