Gingivitis dan Penyakit Periodontal

pemeriksaan. Telah dilaporkan pada suatu studi adanya korelasi positif antara derajat perdarahan gingiva dan tingkat fruktosamin yang tinggi. Pemeriksaan serum fruktosamin sering kali terlihat pada wanita hamil dan khususnya wanita hamil yang kebutuhan insulin dan glukosanya untuk waktu tertentu dipengaruhi oleh penyakit akut maupun sistemik. 15 Pemeriksaan gula darah puasa yang hasilnya lebih dari 126 mgdL terdiagnosa akan adanya diabetes. Jika pengukuran gula darah puasa antara 110 sampai 126 mgdL, maka pemeriksaan toleransi glukosa oral harus dilakukan untuk menentukan derajat intoleransi glukosa. Gula darah puasa lebih dari 126 mgdL, tingkat glukosa acak lebih dari 200 mgdL, dan di samping gejala DM lainnya polidipsia, poliuria, polifagia, kehilangan berat badan, dan rasa lemah merupakan indikator yang pasti untuk mendiagnosis DM. Penemuan gula darah positif harus dikonfirmasi dengan mengulang pemeriksaan pada hari-hari berikutnya. 15

2.3.5 Komplikasi Oral yang Ditimbulkan Oleh Diabetes Melitus

Komplikasi oral yang terjadi pada diabetes mellitus yang tidak terkontrol sangatlah merusak. Hal ini mencakup gingivitis dan penyakit periodontal, xerostomia dan disfungsi kelenjar saliva, kerentanan pada bakteri yang meningkat, infeksi viral dan fungal kandidiasis, karies, abses periapikal, kehilangan gigi, terganggunya kemampuan untuk menggunakan protesa berhubungan dengan disfungsi kelenjar saliva, gangguan pengecapan, lichen planus, dan sindrom mulut terbakar. 21

2.3.5.1 Gingivitis dan Penyakit Periodontal

Kerentanan terhadap penyakit periodontal merupakan komplikasi oral yang paling sering ditemukan pada pasien diabetes mellitus. Pasien dengan kontrol diabetes mellitus yang rendah memiliki risiko tertinggi dalam pembentukan penyakit periodontal. Hal ini dimulai dari gingivitis dan kemudian, dengan kontrol glikemik yang rendah, berkembang ke penyakit periodontal lanjutan. Anak-anak dengan diabetes dan orang dewasa dengan kontrol metabolik yang dibawah optimal menunjukkan kecendrungan ke arah skor gingivitis yang lebih tinggi. 21 Universitas Sumatera Utara Pada sebuah studi menyatakan bahwa prevalensi penyakit periodontal berkisar 9,8 dari 263 pasien dengan diabetes tipe 1, dibandingkan dengan 1,7 pada pasien tanpa diabetes. Beberapa studi telah mendemonstrasikan bahwa pasien dengan diabetes tipe 1 dan kronis, kontrol metabolik pada penyakit harus diperpanjang dan penyakit periodontal lebih parah daripada pasien yang dengan teliti mengontrol diabetesnya. Pasien dengan diabetes tipe 1 dan retinopati cenderung menunjukkan kehilangan perlekatan gingiva lebih besar. Jadi, oral hygiene yang baik sangatlah penting pada pasien dengan diabetes tipe 1. 21 Terdapat studi yang lebih banyak pada pasien dengan diabetes tipe 2 yang dihubungkan dengan penyakit periodontal. Studi ini menunjukkan bahwa pasien dengan diabetes tipe 2 dapat mengalami penyakit periodontal tiga kali lipat lebih banyak dibandingkan dengan pasien tanpa diabetes. Suatu studi pada India Pima, dimana 40 orang-orangnya menderita diabetes tipe 2, orang-orang yang usianya dibawah 40 tahun mengalami peningkatan kehilangan perlekatan gingiva lebih besar dibandingkan dengan orang-orang tanpa diabetes, sebagaimana juga terjadi kehilangan tulang alveolar yang berhubungan dengan peningkatan intoleransi glukosa atau kontrol metabolik yang rendah. Pada studi ini pula diketahui bahwa kerusakan jaringan periodontal meningkat berdasarkan usia dan derajat keparahan diabetesnya. Kehilangan gigi juga memiliki persentase 15 kali lebih tinggi pada penderita diabetes dibandingkan dengan pasien yang tidak memiliki diabetes. 21

2.3.5.2 Disfungsi Kelenjar Saliva dan Xerostomia