Pada sebuah studi menyatakan bahwa prevalensi penyakit periodontal berkisar 9,8 dari 263 pasien dengan diabetes tipe 1, dibandingkan dengan 1,7 pada pasien
tanpa diabetes. Beberapa studi telah mendemonstrasikan bahwa pasien dengan diabetes tipe 1 dan kronis, kontrol metabolik pada penyakit harus diperpanjang dan
penyakit periodontal lebih parah daripada pasien yang dengan teliti mengontrol diabetesnya. Pasien dengan diabetes tipe 1 dan retinopati cenderung menunjukkan
kehilangan perlekatan gingiva lebih besar. Jadi, oral hygiene yang baik sangatlah penting pada pasien dengan diabetes tipe 1.
21
Terdapat studi yang lebih banyak pada pasien dengan diabetes tipe 2 yang dihubungkan dengan penyakit periodontal. Studi ini menunjukkan bahwa pasien
dengan diabetes tipe 2 dapat mengalami penyakit periodontal tiga kali lipat lebih banyak dibandingkan dengan pasien tanpa diabetes. Suatu studi pada India Pima,
dimana 40 orang-orangnya menderita diabetes tipe 2, orang-orang yang usianya dibawah 40 tahun mengalami peningkatan kehilangan perlekatan gingiva lebih besar
dibandingkan dengan orang-orang tanpa diabetes, sebagaimana juga terjadi kehilangan tulang alveolar yang berhubungan dengan peningkatan intoleransi glukosa
atau kontrol metabolik yang rendah. Pada studi ini pula diketahui bahwa kerusakan jaringan periodontal meningkat berdasarkan usia dan derajat keparahan diabetesnya.
Kehilangan gigi juga memiliki persentase 15 kali lebih tinggi pada penderita diabetes dibandingkan dengan pasien yang tidak memiliki diabetes.
21
2.3.5.2 Disfungsi Kelenjar Saliva dan Xerostomia
Terdapat beberapa laporan bahwa mulut kering xerostomia dan hipofungsi kelenjar saliva ditemukan pada pasien diabetes, yang disebabkan oleh poliuria atau
karena masalah endokrin atau metabolik. Ketika lingkungan normal dalam mulut berubah karena adanya penurunan aliran saliva atau perubahan dalam komposisi
saliva, dalam mulut yang sehat dapat menjadi rentan terhadap karies dental. Kekeringan, atropi, dan mukosa oral yang pecah-pecah merupakan komplikasi
terhadap produksi saliva yang tidak cukup. Disertai dengan mukositis, ulser dan deskuamasi, sebagaimana inflamasi dan depapilasi lidah merupakan masalah yang
Universitas Sumatera Utara
biasa dijumpai. Kesulitan dalam lubrikasi makanan, mengunyah, merasa, dan menelan juga merupakan komplikasi dalam disfungsi saliva dan kemungkinan
berkontribusi dengan gangguan asupan nutrisi.
21
Peningkatan jumlah karies dental telah diketahui terjadi pada pasien muda yang menderita diabetes dan kemungkinan berhubungan dengan disfungsi saliva. Namun,
terdapat hubungan antara pasien dewasa dengan diabetes dan karies yang aktif dan kehilangan gigi dimana hal ini lebih sering ditemui pada pasien diabetes dengan
kontrol glikemik yang rendah.
21
2.3.5.3 Kandidiasis
Kandidiasis oral merupakan infeksi fungal yang biasanya berhubungan dengan hiperglikemia dan merupakan komplikasi pada diabetes yang terkontrol rendah
maupun tidak terkontrol. Lesi oral berhubungan dengan kandidiasis, termasuk median rhomboid glossitis atropi papilla tengah, glositis atropik, denture stomatitis,
pseudomembraneous candidiasis thrush, dan angular cheilitis. Candida albicans adalah komponen flora oral normal yang jarang berkolonisasi dan menginfeksi
mukosa oral tanpa faktor pendukung. Hal ini mencakup kondisi yang berkompromis dengan imun, misalnya AIDS, kanker, atau diabetes, maupun penggunaan gigitiruan
yang digubungkan dengan oral hygiene yang buruk dan penggunaan antibiotik spektrum luas dalam jangka waktu panjang. Disfungsi saliva, kompromis fungsi
imun, dan hiperglikemia yang memberikan potensi substrat untuk pertumbuhan fungi merupakan faktor utama terjadinya kandidiasis oral pada pasien dengan diabetes.
21
2.3.5.4 Sindroma Mulut Terbakar Burning Mouth Syndrome