Indikasi dan kontraindikasi penggunaan lensa kontak

4. Teknik Penggunaan Lensa Kontak Yang Aman

Menurut Sugani Priandarini, 2010 ada beberapa hal yang harus di perhatikan oleh pemakai lensa kontak, antara lain : 1. Temui dokter ahli mata untuk mendapatkan lensa kontak yang sesuai dan layak. 2. Selalu mencuci tangan sebelum menyentuh lensa kontak. 3. Cuci dan disinfeksi lensa kontak setiap kali setelah pemakaian. 4. Cuci dan keringkan tempat lensa kontak setiap hari, cuci dengan air mendidih seminggu sekali. 5. Simpan wadah lensa kontak ditempat yang lembab dan terlindung dari sengatan sinar matahari. 6. Gantilah tempat lensa kontak secara teratur setiap 3 bulan sekali. 7. Cairan yang telah dipakai harus segera dibuang , jangan digunakan untuk kedua kalinya. 8. Lepaskan lensa kontak sebelum berenang atau berendam ar panas. 9. Konsultasi dengan dokter mata sebelum menggunakan obat tetes mata, karena, ada obat tetes mata termasuk yang dijual bebas yang dapat bereaksi negatif terhadap lensa kontak. 10. Segera hentikan pemakaian jika mata merah atau tidak nyaman saat pemakaian lensa kontak. Bisa jadi anda mengidap alergi terhadap larutan pembasah atau pencuci lenasa kontak. Bila masalah berlanjut, segera datangi dokter mata. 11. Konsultasikan juga dengan dokter atau apoteker setiap kali hendak memakai obat tetes mata. Tidak semua obat tetes mata cocok dengan lensa kontak yang digunakan.

5. Bentuk-bentuk Resiko Gangguan Kesehatan Mata Akibat Lensa Kontak

Bentuk-bentuk resiko gangguan kesehatan mata dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu internal risk dan external risk. Internal risk merupakan resiko yang berasal dari dalam misalnya pengetahuan dn motivasi seseorang terkait penggunaan dna perawatan lensa kontak tersebut. Sedangkan external risk berasal dari faktor luar misalnya fasilitas informasi tentang lensa kontak dan kondisi sosial budaya dari pengguna lensa kontak tersebut Ventocilla, 2010. 1. Kelopak mata a. Giant papillary conjunctivitisGPC adalah komplikasi yang tersering timbul akibat penggunaan soft lens. Ini timbul akibat salah satu dari 3 faktor yaitu peningkatan frekuensi pemakaian lensa, penurunan lama pemakaian lensa kontak, perubahan larutan pembersih yang kuat. Untuk lensa RGP, ia mudah berpindah dari kornea ke forniks atas. Jika tidak dapat dideteksi, maka lensa akan mengikis forniks melewati konjungtiva dan membawanya ke dalam jaringan yang lembut di kelopak mata, dan akan menimbulkan gejala yang relatif asimptomatik. Akibatnya, jaringan yang disekitar lensa kontak akan mengalami iritasi dan inflamasi, dan menimbulkan abses yang steril. Lensa yang dianggap sebagai benda asing akan terbentuk jaringan granulasi disekitar lensa, dan membungkusnya seperti bentuk kista. b. Ptosis, ini timbul akibat adanya massa pada lensa, skar, jaringan fibrosa di kelopak mata. Lensa kontak yang menempel pada kornea mata juga akan membentuk skar dan kontraksi pada jaringan kelopak mata yang mengakibatkan retraksi pada kelopa mata. Ptosis juga dapat timbul akibat dari giant papillary conjunctivitis yang berat Ventocilla, 2010. 2. Konjungtiva a. Alergi kontak merupakan reaksi hipersensitivitas dermatitis kontak akibat dari zat-zat kimia host yang didapati dari larutan lensa kontak. Manifestasi klinisnya adalah rasa gatal yang diikuti dengan adanya injeksi, rasa terbakar, merah, berair, secret mukoid, dan chemosis. Sebagai tambahan kelopak mata bisa edema dan eritema. b. GPC, rata-rata 1-3 pengguna lensa kontak akan mendapatkan simptom GPC yang kompleks, terdiri dari injeksi konjungtiva, sekret mukoid, gatal, debris pada tear film, lapisan lensa, pandangan kabur, dan pergerakan lensa yang berlebihan. c. Contact lens-induced superior limbic keratoconjunctivits CL-ISLK merupakan suatu reaksi imun pada konjungtiva perifer. Manifestasi klinisnya adalah penebalan konjungtiva, eritema, dan timbul berbagai warna pada konjungtiva bulbaris superior. Sel epitelium keratinisasi akan berisi banyak sel-sel goblet yang diinvasi oleh neutrofil.