Gambaran Tingkat Pengetahuan Pelajar Putri Tentang penggunaan Lensa Kontak di SMK Nusantara 1 Ciputat Kota Tengerang Selatan Tahun 2015

(1)

(2)

(3)

iii

SYARIF HIDAYATULLAH STATE ISLAMIC UNIVERSITY OF JAKARTA

Undergraduate Thesis, january 2016

RizkaNazhriyah, NIM: 1111104000025

The Portrayal Knowledge Level of Female Student on The Use of Contact Lenses in SMK Nusantara 1 Ciputat South Tangerang City 2015.

xviii + 71 pages + 7 tables + 2 schemes + 9 appendixes

ABSTRACT

Background. Contact lenses are lenses mounted against the anterior corneal and sclera tissuesto improve visual acuity and cosmetics. Today, the use of contact lenses is very popular with people of all ages, work and educational background. The presence of the contact lens is a lot to help those who are less comfortable with the glasses, but a lack of understanding on the use of contact lenses can cause a negative impact on its user.

Purposes. To know a brief overview of the level of understanding of female students in SMK Nusantara 1 Ciputat on the use of contact lenses. The research was conducted in SMK Nusantara 1 Ciputat South Tangerang City. The samples used were 60 people (total sampling). Methode. This research is a quantitative study, with descriptive research design and Cross-sectional studies approach to describe the problem of research. Descriptive statistics is used as data analysis techniques with the help of a computer program Microsoft Excel and Statistical Package for Social Science (SPSS). Results. This study shows that the respondents' level of understandingon the use of contact lenses isin good level as many as 56 people (93.3%). Researchers suggest that further research is expected to usemore variables to obtain comparison and connection variables can also be developed in order to produce new concepts and more in-depth discussion.

Keywords:Contact Lens, Knowledge , female student. References: 59 ( 2001-2015)


(4)

iv

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA Skripsi, Januari 2016

Rizka Nazhriyah, NIM: 1111104000025

Gambaran Tingkat Pengetahuan Pelajar Putri Tentang penggunaan Lensa Kontak di SMK Nusantara 1 Ciputat Kota Tengerang Selatan Tahun 2015 xviii + 71 Halaman + 7 Tabel + 2 Bagan + 9 Lampiran

ABSTRAK

Latar Belakang. Lensa kontak adalah lensa yang dipasang menempel pada jaringan anterior kornea dan sklera untuk memperbaiki ketajaman penglihatan dan kosmetik. Saat ini penggunaan lensa kontak sangat digemari masyarakat dari berbagai kalangan usia, latar belakang pekerjaan maupun pendidikan. Kehadiran lensa kontak memang banyak membantu mereka yang kurang nyaman dengan kacamata namun kurangnya pengetahuan pemakaian lensa kontak bisa menimbulkan dampak negatif pada pemakinya.

Tujuan. Mengetahui gambaran tingkat pengetahuan pelajar putri di SMK Nusantara 1 Ciputat tentang penggunaan lensa kontak. Penelitian ini dilakukan di SMK Nusantara 1 Ciputat Kota Tangerng Selatan. Sampel yang digunakan sebanyak 60 orang (total sampling). Metode. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif, dengan rancangan penelitian deskriptif dan menggunakan pendekatan penelitian Cross-Sectional untuk menggambarkan masalah penelitian. Teknik analisa data menggunakan Statistik Deskriptif dengan menggunakan bantuan program komputer yaitu Microsoft Exel dan Statistical package for social science (SPSS). Hasil.penelitian ini memperlihatkan bahwa tingkat pengetahun responden tentang penggunaan lensa kontak dalam kategori baik yaitu sebanyak 56 orang (93,3 %). Peneliti menyarankan agar penelitian selanjutnya diharapkan dapat memperbanyak variabel penelitian untuk mendapatkan perbandingan dan hubungan variabel juga dapat dikembangkan agar dapat menghasilkan konsep baru dan pembahasan yang lebih mendalam.

Kata Kunci: Lensa Kontak, Pengetahuan, pelajar putri Referensi : 69 ( 2001-2015)


(5)

(6)

(7)

(8)

RIWAYAT HIDUP

Nama : Rizka Nazhriyah

Tempat, Tgl lahir : Palembang, 25 oktober 1993 Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Status : Belum Menikah

Alamat : Jl. Mentok komplek SMK 1 Desa Puding Besar, Kec. Puding Besar Propinsi Bangka Belitung

Hp : 089605080182

Email :sinkopkece@yahoo.com

Fakultas/Jurusan :Kedokteran dan Ilmu Kesehatan/Program Studi Ilmu Keperawatan

PENDIDIKAN :

1. TK Puding Besar : 1997-1999

2. SD N 3 Puding Besar , Bangka Belitung : 1999-2005 3. SMP 1 Puding Besar , Bangka Belitung : 2005-2008 4. SMAN 2 Kota Pangkal Pinang, Bangka Belitung : 2008-2011 5. UIN Syarif Hidayatullah Jakarta : 2011-Sekarang

ORGANISASI :

1. OSIS : 2008-2010

2. Rohis : 2008-2010


(9)

Skripsi iniAku persembahkan Untuk Bapak dan Ibuku Tercinta Setiap tetesan keringat yang jatuh dari keningmu

Menjadi penyemangat untuk menggantikan posisimu di masa depan Bapak Setiap lelah yang selalu kau sembunyikan menjadi motivasi untukku Ibu

Lantunan doa yang kalian panjatkan disetiap shalat malam

Menjadi kekuatan dan keyakinan untuk mengarungi hidupku wahai orang tua ku Untuk Kakak dan adik tersayang

Setiap canda dan tawa yang kalian berikan menjadi energy baru untukku Untuk Sahabat sahabat terbaik

Setiap suka duka yang kita lewati bersama menjadiken angan tak terlupakan Terima kasih untuk selalu menjadi penyemangat hidupku

Terima kasih Allah telah Engkau anugerahi mereka untukku Karena perjuangan tidak pernah mengkhianati hasil

Sebab kehidupan adalah sebuah pembelajaran

Ya Allah Ya Rabbi..Sayangilah mereka orang orang yang kusayang aamiin

viii

Skripsi iniAku persembahkan Untuk Bapak dan Ibuku Tercinta Setiap tetesan keringat yang jatuh dari keningmu

Menjadi penyemangat untuk menggantikan posisimu di masa depan Bapak Setiap lelah yang selalu kau sembunyikan menjadi motivasi untukku Ibu

Lantunan doa yang kalian panjatkan disetiap shalat malam

Menjadi kekuatan dan keyakinan untuk mengarungi hidupku wahai orang tua ku Untuk Kakak dan adik tersayang

Setiap canda dan tawa yang kalian berikan menjadi energy baru untukku Untuk Sahabat sahabat terbaik

Setiap suka duka yang kita lewati bersama menjadiken angan tak terlupakan Terima kasih untuk selalu menjadi penyemangat hidupku

Terima kasih Allah telah Engkau anugerahi mereka untukku Karena perjuangan tidak pernah mengkhianati hasil

Sebab kehidupan adalah sebuah pembelajaran

Ya Allah Ya Rabbi..Sayangilah mereka orang orang yang kusayang aamiin

Skripsi iniAku persembahkan Untuk Bapak dan Ibuku Tercinta Setiap tetesan keringat yang jatuh dari keningmu

Menjadi penyemangat untuk menggantikan posisimu di masa depan Bapak Setiap lelah yang selalu kau sembunyikan menjadi motivasi untukku Ibu

Lantunan doa yang kalian panjatkan disetiap shalat malam

Menjadi kekuatan dan keyakinan untuk mengarungi hidupku wahai orang tua ku Untuk Kakak dan adik tersayang

Setiap canda dan tawa yang kalian berikan menjadi energy baru untukku Untuk Sahabat sahabat terbaik

Setiap suka duka yang kita lewati bersama menjadiken angan tak terlupakan Terima kasih untuk selalu menjadi penyemangat hidupku

Terima kasih Allah telah Engkau anugerahi mereka untukku Karena perjuangan tidak pernah mengkhianati hasil

Sebab kehidupan adalah sebuah pembelajaran

Ya Allah Ya Rabbi..Sayangilah mereka orang orang yang kusayang aamiin


(10)

x

KATA PENGANTAR

Bismillahirahmaniirrahim Assalamualaikum Wr.Wb...

Segala puji hanya milik Allah Tuhan semesta alam yang hanya kepada-Nyalah kita meminta pertolongan dan memohon ampunan. Salawat serta salam tak lupa tercurahkan kepada junjungan Nabi Agung Nabi Muhammad SAW berkat perjuangan Beliau kita bisa sampai zaman ini.

Alhamdulillah atas rahmat, karunia dan Ridha Allah sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN PELAJAR PUTRI TENTANG PENGGUNAAN LENSA KONTAK DI SMK NUSANTAR 1 CIPUTAT KOTA TANGERANG SELATAN TAHUN 2015”.

Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat guna memperoleh gelar Sarjana Keperawatan (S.Kep) pada Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Dalam penyusunan skripsi ini, penulis banyak sekali mendapat kesulitan yang disebabkan karena keterbatasan pengetahuan, pengalaman dan kemampuan penulis dalam memecahkan masalah yang ada. Namun, berkat dukungan, bantuan, semangat dan doa dari berbagai pihak, baik secara langsung dan tidak langsung, sehingga penulis dapat menyelesaikan proposal skripsi ini dengan sebaik-baiknya. Dengan ini, penulis ingin mengungkapkan rasa hormat dan terimakasih serta penghargaan yang tidak terhingga, kepada:


(11)

x

2) Bapak Prof. Dr. H. Arif Sumantri, S.KM.,M. Kesselaku Dekan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3) Ibu Maulina Handayani, S.Kp., M.Sc selaku Ketua Program Studi Ilmu Keperawatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan Ibu Ernawati, S.Kp, M.Kep, Sp. KMB selaku Sekretaris Program Studi IImu Keperawatan. 4) Ibu Nia Damiati, S.Kep., MNS Selaku Dosen Pembimbing Akademik

yang senantiasa memberikan saran dan masukan selama penulis melakukan studi di Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran Dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

5) Bapak Jamaludin, S.Kp, M.Kep selaku pembimbing I yang telah membimbing dan memberikan masukan dalam penulisan proposal penelitian ini.

6) Ibu Ns. Gusrina Komara Putri, S.kep, M.S.N selaku pembimbing II yang telah membimbing dan memberikan masukan serta support demi terselesainya penulisan skripsi ini.

7) Bapak dan Ibu Dosen Program Studi Ilmu Keperawatan yang telah mengajarkan dan membimbing penulis selama 4 tahun dibidang pendidikan keperawatan, serta staf akademik yang telah memudahkan dalam proses birokrasi.

8) Ibunda saya tercinta, Ibu Mariyatul Kiptiah yang telah menjadi semangat dan motivasi terbesar dalam hidup saya, ibu yang selalu sabar, tegar dan


(12)

xi

selalu mendukung saya baik moral maupun material serta doanya yang tidak pernah putus untuk saya.

9) Bapak saya tercinta, Bapak Aminuddin S.pdi yang telah menjadi sumber energi dan kekuatan batin saya, bapak yang tidak pernah lelah memberikan nasihat-nasihat yang membangun dan dukungan nya baik moral maupun material serta doa nya yang selalu mengiringi perjalanan hidup saya.

10) kakak saya tersayang , Ahmad Rifqy Fuadi S.KM yang selalu menjadi kakak terbaik untuk saya, menjadi kakak yang selalu memberikan contoh terbaik untuk saya .

11) Adik saya tersayang, Hiya Wirda Tussiva yang sudah menjadi adik terbaik untuk saya.

12)Moodboster saya, Dicky Alvisca , yang selalu ada untuk saya, menjadi kekuatan dan penyemangat saya disaat saya mulai merasa putus asa. 13) sahabat terbaik saya, Silvia Rahmawati, Nur Triningtyas Putri dan Diza

Liane Saputri, yang selalu membuat hari-hari saya lebih berwarna dan bermakna.

14) Teman-teman PSIK 2011 yang selalu kompak dan menyenangkan selama menjalani perkuliahan di UIN syarif Hidayatullah Jakarta.

Akhir kata, saya berharap ALLAH SWT berkenan membalas segala kebaikan untuk semua pihak yang telah membantu, semoga tulisan ini membawa manfaat bagi pengembangan ilmu dalam bidang kesehatan. Dengan memanjatkan doa kepada Allah SWT, penulis berharap semua


(13)

xii Wassalamua’laikum Wr.Wb

Jakarta , 7 Januari 2016


(14)

x iii DAFTAR ISI

Halaman Judul... i

Pernyataan Keaslian Karya ... ii

Abstract ... iii

Abstrak ... iv

Pernyataan Persetujuan ... v

Lembar Pengesahan ... vi

Daftar Riwayat Hidup ... vii

Lembar Persembahan ... viii

Kata Pengantar ... ix

Daftar Isi... xiii

Daftar Tabel ... xvi

Daftar Bagan ... xvii

Daftar Lampiran ... xviii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang... 1

B. Rumusan Masalah ... 7

C. Pertanyaan Penelitian ... 8

D. Tujuan Penelitian ... 8

E. Manfaat Penelitian... 9


(15)

x i

1. Pengertian Pengetahuan... 11

2. Tahapan Pengetahuan ... 11

3. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Pengetahuan ... 13

4. Pengukuran Pengetahuan... 17

B. Lensa Kontak ... 18

`1. Definisi Lensa Kontak... 18

2. Fungsi Lensa Kontak ... 19

3. Pola Pemakaian Lensa Kontak ... 20

4. Indikasi dan Kontraindikasi Penggunaan Lensa Kontak ... 22

5. Klasifikasi Lensa Kontak... 24

6. Teknik Penggunaan Lensa Kontak Yang Aman... 27

7. Bentuk-bentuk Resiko Gangguan kesehatan Mata Akibat Lensa Kontak... 28

C. Kerangka Teori ... 34

BAB III KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL A. Kerangka Konsep Penelitian... 35

B. Definisi Operasional Penelitian ... 36

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN A. Desain Penelitian ... 38

B. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 39

C. Populasi dan Sampel ... 39

D. Besar Sampling ... 41

E. Metode Pengumpulan Data ... 41

F. Prosedur Pengumpulan Data ... 43

G. Uji Validitas dan Reabilitas Instrumen ... 44

H. Pengolahan Data ... 46

I. Analisis Data ... 48


(16)

x BAB V HASIL PENELITIAN

A. Gambaran Umum SMK Nusantara 1 Ciputat Kota Tangerang Selatan

... 51

B. Gambaran Populasi Sampel ... 53

C. Analisa Univariat ... 53

D. Analisa Demografi ... 54

BAB VI PEMBAHASAN A. Distribusi Gambaran Tingkat Pengetahuan Pelajar PutriTentang penggunaan lensa kontak ... 58

B. Distribusi Usia Pelajar Putri... 61

C. Distribusi Riwayat Penggunaan Lensa Kontak... 63

D. Distribusi Alasan penggunaan Lensa Kontak ... 65

E. Distribusi Pengetahuan dilihat dari Usia ... 68

F. Keterbatasan Penelitian ... 69

BAB VII PENUTUP A. Kesimpulan ... 70

B. Saran... 71 Daftar Pustaka


(17)

x Tabel 3.1 Definisi Operasional Variabel Tabel 4.1 Skoring

Tabel 5.1 Distribusi Gambaran Tingkat Pengetahuan Tabel 5.2 Distribusi Gambaran Usia Pelajar Putri

Tabel 5.3 Distribusi Gambaran Riwayat Penggunaan Lensa Tabel 5.4 Distribusi Gambaran Alasan Penggunaan Lensa

Tabel 5.5 Distribusi Gambaran Tingkat Pengetahuan Tentang Lensa Kontak di Lihat dari Usia


(18)

x

DAFTAR BAGAN

Bagan 2.1 Kerangka Teori Penelitian ... 34 Bagan 3.1 Kerangka Konsep Penelitian... 35


(19)

x Lampiran 1. Lembar Informed Consent Lampiran 2. Kuesioner A

Lampiran 3. Kuesioner B

Lampiran 4. Surat Izin Studi Pendahuluan

Lampiran 5. Surat Izin Uji Validitas dan Reliabilitas Lampiran 6. Surat Izin Penelitian

Lampiran 7. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Lampiran 8. Hasil Analisa Univariat


(20)

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Mata adalah sistem optik yang memfokuskan berkas cahaya dan fotoreseptor, yang mengubah energi cahaya menjadi impuls saraf (Sloane,2004). Mata adalah organ penglihatan yang tidak sama seperti organ tubuh manusia pada umumnya karena secara anatomis mata memiliki struktur yang khusus dan kompleks, berperan dalam penerimaan dan pengiriman data ke korteks serebral (Brunner & Suddarth,2001). Kesehatan mata merupakan suatu aspek yang penting dan harus dijaga demi memperoleh informasi yang diperlukan. Namun, banyak manusia yang mengabaikan bahkan tidak peduli pada kesehatan mata, sehingga dapat menimbulkan gangguan pada mata.

Salah satu dari jalur informasi utama dari panca indera adalah mata. Adanya kelainan refraksi pada sistem penglihatan akan menurunkan produktivitas dan menimbulkan keluhan seperti nyeri kepala, penglihatan kabur dan lain-lainnya yang dapat menghambat kelancaran aktifitas seharian. Kelainan refraksi ini merupakan kelainan pembiasan sinar pada mata sehingga pembiasan sinar tidak dapat difokuskan pada retina atau bintik kuning. Kekuatan pembiasan dari kornea atau lensa yang tidak sesuai akan menyebabkan sinar difokuskan lebih ke depan retina pada rabun jauh yaitu miopi dan di belakang retina pada rabun dekat yaitu hipermetropi ataupun pembiasan sinar terjadi di lebih dari satu titik pada astigmat (Ilyas, 2006).


(21)

Kebanyakan kelainan refraksi pada mata dapat di atasi dengan koreksi refraksi. Koreksi kelainan refraksi dapat dilakukan dengan penggunaan alat bantu penglihatan seperti kacamata. Namun keberadaan lensa kontak untuk membantu penglihatan serta operasi lasik mulai menjadi alternatif bagi pengguna kaca mata.

Lensa kontak adalah lensa yang dipasang menempel pada jaringan anterior kornea dan sklera untuk memperbaiki tajam penglihatan dan kosmetik (Kemenkes,2008). Lensa kontak merupakan suatu alat bantu penglihatan alternatif selain kaca mata. Terdapat kira- kira lebih dari 125 million pemakai lensa kontak di seluruh dunia (Rumpakis, 2010 dalam Narainasamy, 2009).

Menurut Chrismer (2010) Lensa kontak adalah alternatif pengganti kacamata untuk mengatasi kelainan refraksi mata yang merupakan suatu hasil perkembangan teknologi di bidang oftalmologi yang digunakan sebagai ide pertama sekali pembuatan lensa kontak dikemukakan oleh Leonardo Da Vinci pada tahun 1508. Perkembangan dan penggunaan lensa kontak semakin pesat, baik di negara maju maupun negara berkembang. Saat ini, telah tersedia beragam jenis lensa kontak.

Saat ini penggunaan lensa kontak sangat digemari masyarakat dari berbagai kalangan usia, latar belakang pekerjaan maupun pendidikan. Perkembangan ini ditunjang gaya hidup kita, sebagai konsumen, yang semakin dinamis menuntut alat bantu penglihatan disamping kacamata. Namun, lensa kontak paling digemari oleh kalangan wanita karena selain bisa menggantikan fungsi kaca mata lensa kontak juga mampu mempercantik penampilan karena


(22)

3

warna-warnanya yang cerah membuat mata tampak lebih indah (American Academy of Opththalmology,2003).

Penggunaan lensa kontak semakin hari semakin meningkat dengan rekaan terbaru dari bahan yang digunakan dan disesuaian mengikut setiap kemauan pengguna. Di laporkan sebanyak 61.2% mengatakan mereka lebih memilih untuk memakai lensa kontak kerana selesa dan mudah. Antara sebab pemakaian lensa kontak adalah untuk tujuan kosmetik(42.9%), pembetulan refraktif, pemakaian terapeutik pada yang mengalami penyakit kelainan mata (Quraisy, 2009 dalam Amirah,2010). Masalah yang timbul dari pemakaian lensa kontak bisa berhubungan dengan jenis lensa yang digunakan (soft, rigid, gas permeable), cara pembersihan dan lain-lain. Antara komplikasi yang timbul bisa dari masalah minor sehingga ke keratitis (Fatin, 2010).

Berdasarkan American Optometric Association pada tahun 2006 , alasan orang memilih menggunakan lensa kontak dari pada kacamata karena lensa kontak mengikuti pergerakan bola mata dan tidak sedikitpun mengurangi lapangan pandang mata, sehingga tidak mengganggu penglihatan, memperindah penampilan, nyaman, lebih terang, tidak ada bingkai yang mengganggu pandangan mata, mengurangi distorsi, tidak berkabut, tidak mudah terkena air hujan, dan tidak menghalangi aktivitas.

Menurut statistik yang dikumpulkan oleh Institute Lensa Kontak pada tahun 2004, diperkirakan bahwa 125 juta orang (2%) menggunakan lensa kontak seluruh dunia. Pada 2010, usia rata-rata pemakai lensa kontak secara global adalah 31 tahun dan dua pertiga dari pemakai adalah perempuan. Selain itu, pada tahun 2009 suatu penelitian dijalankan dari 18 perguruan


(23)

tinggi yang berbeda dari coastal Karnataka dengan total mahasiswa adalah 6850. Hasil penelitian menunjukkan 392 mahasiswa yang ditemukan pengguna saat lensa kontak. Dari total disurvei 79,5% yaitu 295 adalah perempuan dan mayoritas pengguna lensa kontak adalah orang berada di kelompok usia 17-22 tahun (Tiarasan,2013).

Lensa kontak yang digunakan dengan tepat sesuai dengan prosedur yang berlaku dapat membawa dampak positif bagi penggunanya, salah satunya adalah penggunanya dapat memperoleh keuntungan diantaranya lapang penglihatan yang jauh lebih baik, terhindar dari kaca mata yang cendrung mengganggu aktifitas dan lensa tidak berpengaruh pada perubahan suhu (Ilyas, 2004).

Menurut (Ibrahim, 2007 dalam Khaerunnisa, 2012) Kehadiran lensa kontak memang banyak membantu mereka yang kurang nyaman dengan kacamata, tapi dari beberapa dampak positif penggunaan lensa kontak belum banyak yang tahu ternyata hal tersebut juga dapat memicu beberapa efek samping yang buruk pada mata seperti keratitis. Pemakaian lensa kontak adalah salah satu penyebab yang paling tinggi terjadinya keratitis di seluruh dunia terutama pada negara-negara berkembang. Keratitis bisa disebabkan bakteri, parasit, jamur, trauma dan lain-lain. Hubungan antara keratitis Acanthamoeba dan pemakaian lensa kontak mencapai angka sebanyak 95% pada kasus yang telah dilaporkan . Sebelum munculnya populasi yang memakai lensa, keratitis Acanthamoeba adalah sangat jarang. Pada tahun 2000, dianggarkan bilangan pemakai lensa kontak adalah sebanyak 80 milyar dan 90% darinya adalah jenis hydrogel soft lenses (Fatin, 2010).


(24)

5

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Wakarie (2010) pada mahasiswa FK UNSRAT angkatan 2010-2013, Secara keseluruhan diperoleh sebanyak 30 sampel yang memenuhi kriteria inklusi, 15 orang menggunakan contact-lens (50%), yang berbahan soft contact-lens dengan lama penggunaan >2 tahun (80%), mayoritas menggunakan jenis pemakaian daily wear (73,3%). Tujuan penggunaan contact-lens tersebut mayoritas adalah untuk mengoreksi kelainan refraksi (66,7%). Hasil akhir penelitian menunjukkan sampe wanita (24 sampel) lebih banyak dari sampel laki-laki (6 sampel) dengan rata-rata umur 19,4 + 2.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Winda (2011) di fakultas kedokteran sumatera utara, bahwa tingkat pengetahuan yang dimiliki oleh pengguna lensa kontak sangat penting sebagai prepalensi untuk tidak terjadinya komplikasi akibat penggunaan lensa kontak yang salah. Dari hasi penelitian yang dilakukan Winda (2011) Secara keseluruhan diperoleh sebanyak 21 responden (36,9%) yang berpengetahuan baik, 36 responden (63,1%) yang berpengetahuan sedang, dan tidak ada responden (0%) yang berpengetahuan kurang. Dari hasil data tersebut, terdeskripsi bahwa mayoritas tingkat pengetahuan Mahasiswa FK USU pengguna lensa kontak terhadap dampak negatif penggunaannya pada angkatan 2007, 2008, dan 2009 berada pada kategori sedang.

Menurut penelitian yang dilakukan oleh Narainasamy (2012) mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara pada mahasiswa/I FKUSU tambuk 2010-2011 pengguna lensa kontak menunjukkan adanya perilaku buruk terutamanya dalam tidak melakukan pemeriksaan


(25)

mata secara rutin ke dr mata sepanjang pemakaian lensa kontak. Hal ini adalah penting sebagai aftercare untuk mendeteksi komplikasi pada mata sepanjang pemakaian lensa kontak menurut (American Optometric Association(AOA, 2006). Selain itu dilihat dari distribusi jawaban pada kuesioner, jawaban terhadap 5 pertanyaan (melepas lensa kontak bila mandi atau cuci muka, mencuci tangan sebelum menyentuh lensa kontak, membersihkan lensa setiap pemakaian, menggunakan kembali larutan pencuci, membersihkan kotak penyimpanan) adalah sedang. Hal ini perlu diperhatikan, karena berdasarkan AOA setiap tindakan harus dilakukan demi pencegahan terhadap infeksi mata.

Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti pada bulan April 2015, dari 676 orang mahasiswi didapatkan 60 orang yang menggunakan lensa kontak, yang didapat dari beberapa jurusan yaitu : jurusan pemasaran sebanyak 8 orang, jurusan akutansi sebanyak 17 orang, jurusan multimedia sebanyak 4 orang, jurusan farmasi sebanyak 18 orang, jurusan Tata boga sebanyak 3 orang, jurusan APH (akademi perhotelan) sebanyak 4 orang, dan jurusan RPL (rekayasa perangkat lunak) sebanyak 6 orang. Dari sini maka peneliti menyimpulkan pengguna lensa kontak sebanyak 10 % dan dari wawancara yang dilakukan kepada seluruh responden di dapatkan bahwa penggunaan lensa kontak adalah untuk alasan kosmetik atau kecantikan.

Fenomena diatas menggugah ketertarikan peneliti untuk meneliti tingkat pengetahuan terhadap penggunaan lensa kontak yang marak sekarang ini dikalangan masyarakat khusus nya remaja. Sebagai mahasiswa kedokteran dan ilmu kesehatan, sudah sewajar nya mampu memberikan pendidikan


(26)

7

kesehatan bagi masyarakat yang belum mengerti makna dari penggunaan lensa kontak seperti indikasi, kontraindikasi, cara perawatan dan hal-hal yang harus diperhatikan saat menggunakan lensa kontak sehingga lensa kontak digunakan dengan alasan yang tepat sehingga mampu mencegah terjadinya resiko gangguan kesehatan mata.

B. Rumusan Masalah

Kita ketahui bersama penggunaan lensa kontak sedang marak di zaman modern sekarang ini. Penggunaan lensa kontak semakin hari mengalami meningkat, baik yang menggunakan untuk memperbaiki kesalahan dalam refraksi mata atau yang menggunakannya untuk tujuan kosmetik dan mempercantik penampilan khususnya perempuan. Dari semua hal-hal yang menuntut mereka untuk menggunakan lensa kontak tersebut tidak sedikit masyarakat yang belum mengerti makna dari penggunaan lensa kontak seperti indikasi, kontraindikasi, teknik penggunaan lensa kontak yang aman, dan hal-hal yang harus diperhatikan saat menggunakan lensa kontak, sehingga tidak menimbulkan dampak-dampak negatif seperti gangguan kesehatan pada mata akibat penggunaan lensa kontak tersebut. Oleh karena rumusan masalahnya adalah “Gambaran Tingkat Pengetahuan Pelajar Putri Tentang Penggunaan Lensa Kontak Di SMK Nusantara 1 Ciputat Kota Tangerang Selatan Tahun 2015


(27)

C. Pertanyaan Penelitian

Melihat rumusan permasaahan diatas, maka yang menjadi pertanyaan penelitian adalah:

1. Gambaran tingkat pengetahuan pelajar putri tentang penggunaan lensa kontak di SMK Nusantara 1 Ciputat Kota Tangerang Selatan Tahun 2015 ? 2. Gambaran usia penggunaan lensa kontak di Smk Nusantara 1 Ciputat Kota

Tangerang Selatan Tahun 2015 ?

3. Gambaran riwayat penggunaan lensa kontak di SMK Nusantara 1 Ciputat Kota Tangerang Selatan Tahun 2015 ?

4. Gambaran alasan penggunaan lensa kontak di SMK Nusantara 1 Ciputat Kota Tangerang Selatan Tahun 2015 ?

5. Gambaran pengetahuan dilihat dari usia penggunaan lensa kontak di SMK Nusantara 1 Ciputat Kota Tangerang Selatan Tahun 2015 ?

D. Tujuan

1. Tujuan Umum

Berdasarkan hal tersebut diatas, maka tujuan umum adalah Mengetahui tingkat pengetahuan pelajar putri SMK Nusantara 1 Ciputat tentang penggunaan lensa kontak.

2. Tujuan Khusus

a) Mengidentifikasi gambaran tingkat pengetahuan pelajar putri tentang penggunaan lensa kontak di SMK Nusantara 1 Ciputat Kota Tangerang Selatan Tahun 2015 ?


(28)

9

b) Mengidentifikasi gambaran usia penggunaan lensa kontak di SMK Nusantara 1 Ciputat Kota Tangerang Selatan Tahun 2015 ?

c) Mengidentifikasi gambaran riwayat penggunaan lensa kontak di SMK Nusantara 1 Ciputat Kota Tangerang Selatan Tahun 2015 ?

d) Mengidentifikasi gambaran alasan penggunaan lensa kontak di SMK Nusantara 1 Ciputat Kota Tangerang Selatan Tahun 2015 ?

e) Mengidentifikasi gambaran pengetahuan dilihat dari usia penggunaan lensa kontak di SMK Nusantara 1 Ciputat Kota Tangerang Selatan Tahun 2015 ?

E. Manfaat Penelitian 1) Bagi Peneliti

Penelitian ini dapat memberikan pengalaman dan mengembangkan daya nalar, pengetahuan peneliti dalam mempraktikkan teori–teori yang diperoleh peneliti selama kuliah.

2) Bagi Peneliti lain

Hasil penelitian ini dapat dijadikan referensi oleh peneliti lain baik secara teoritis maupun secara metodologis mengenai penelitian terkait tingkat pengetahuan pelajar putri tentang penggunaan lensa kontak di smk nusantara 1 ciputat tangerang selatan tahun 2014.

3) Bagi instansi pendidikan keperawatan

Untuk memperkaya kajian-kajian dalam imu kesehatan khususnya bidang oftalmologi, khususnya bagi profesi keperawatan agarr dapat mengembangkan teori-teori yang telah ada. Selain itu, bisa digunakan


(29)

untuk memberikan dasar pertimbangan kepada tenaga kesehatan dalam pemberian pelayanan kesehatan.

F. Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini untuk mengidentifikasi gambaran tingkat pengetahuan pelajar putri tentang penggunaan lensa kontak Di SMK Nusantara 1 Ciputat Kota Tangerang Selatan tahun 2015 . Populasi penelitian ini adalah Siswi yang menggunakan lensa kontak diambil dari beberapa jurusan yang ada di Smk Nusantara ciputat. Penelitian ini dilakukan dengan metode analitik kuantitatif dan Rancangan penelitian bersifat deskriptif dengan rancangan studi cross-sectional. Data yang dikumpulkan merupakan data primer yang diperoleh dengan cara mengajukan pertanyaan tertutup melalui kuesioner yang akan dijawab oleh Siswi dan lembar observasi yang diisi oleh peneliti.


(30)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengetahuan

1. Pengertian Pengetahuan

Pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi setelah seseorang melakukan penginderaan terhadap suatu obyek tertentu. Penginreraan ini terjadi melalui panca indera manusia, yaitu penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan perabaan. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga (Natoatmodjo, 2007).

Menurut Notoatmodjo (2003) pengetahuan merupakan hasil dari tahu , dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indra manusia, yakni indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa, dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Oleh karena itu pengetahuan merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya perilaku seseorang.

2. Tahapan Pengetahuan

Menurut Bloom (1956, dalam Budiman dan Riyanto, 2013) Tahapan pengetahuan menurut ada 6 tahapan, yaitu sebagai berikut :

1. Tahu(know).

Berisikan kemampuan untuk mengenali dan mengingat peristilahan, definisi, fakta-fakta, gagasan, pola, urutan, metodologi,


(31)

prinsip dasar, dan sebagainya. Misalnya ketika seorang perawat diminta untuk menjelaskan tentang imunisasi campak, orang yang berada di tahapan ini dapat menguraikan dengan baik dari definisi campak, manfaat imunisasi campak, waktu yang tepat pemberian campak, dan sebagainya (Budiman dan Riyanto, 2013).

2. Memahami(comprehension).

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui, dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar (Budiman dan Riyanto, 2013).

3. Aplikasi(application).

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi tersebut secara benar (Budiman dan Riyanto, 2013).

4. Analisis(analysis).

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam satu struktur organisasi, dan masih ada kaitannya satu sama lain (Budiman dan Riyanto, 2013).

5. Sintesis(synthesis).

Sintesis merujuk pada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru (Budiman dan Riyanto, 2013).


(32)

13

6. Evaluasi(evaluation).

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek (Budiman dan Riyanto, 2013).

1. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Pengetahuan

Menurut Budiman & Riyanto (2013) pengetahuan seseorang dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu :

1. Pendidikan.

Pendidikan adalah suatu usaha untuk mengembangkan kepribadian dan kemampuan di dalam dan di luar sekolah (baik formal maupun nonformal), berlangsung seumur hidup. Pendidikan adalah sebuah proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok dan juga usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan.Pendidikan memengaruhi proses belajar, makin tinggi pendidikan seeorang, makin mudah orang tersebut untuk menerima informasi. Dengan pendidikan tinggi, maka seseorang akan cenderung untuk mendapatkan informasi, baik dari orang lain maupun dari media massa. Semakin banyak informasi yang masuk semakin banyak pula pengetahuan yang didapat tentang kesehatan. Pengetahuan sangat erat kaitannya dengan pendidikan di mana diharapkan seseorang dengan pendidikan tinggi, orang tersebut akan semakin luas pula pengetahuannya. Namun, perlu ditekankan bahwa seorang yang berpendidikan rendah tidak berarti mutlak berpengetahuan rendah pula.Peningkatan pengetahuan tidak mutlak


(33)

diperoleh di pendidikan formal, akan tetapi juga dapat diperoleh pada pendidikan nonformal. Pengetahuan seseorang tentang sesuatu objek juga mengandung dua aspek yaitu aspek positif dan negatif. Kedua aspek inilah yang akhirnya akan menentukan sikap seseorang terhadap objek tertentu. Semakin banyak aspek positif dari objek yang diketahui, maka akan menumbuhkan sikap makin positif terhadap objek tersebut (Budiman dan Riyanto, 2013).

2. Informasi/ media massa.

Informasi adalah “that of which one is apprised or told: intelligence, news” (Oxford English Dictionary). Kamus lain menyatakan bahwa informasi adalah sesuatu yang dapat diketahui, namun ada pula yang menekankan informasi sebagai transfer pengetahuan. Informasi adalah suatu teknik untuk mengumpulkan, menyiapkan, menyimpan, memanipulasi, mengumumkan, menganalisis, dan menyebarkan informasi dengan tujuan tertentu (Undang-Undang Teknologi Informasi). Adanya perbedaan definisi informasi dikarenakan pada hakikatnya informasi tidak dapat diuraikan (intangible), sedangkan informasi tersebut dapat dijumpai dalam kehidupan sehari-hari, yang diperoleh dari data dan pengamatan terhadap dunia sekitar kita, serta diteruskan melalui komunikasi. Informasi mencakup data, teks, gambar, suara, kode, program komputer, dan basis data. Contohnya: seseorang mendapatkan informasi dari media cetak mengenai penyakit demam berdarah disebabkan oleh vektor nyamuk Dengue. Penyebaran penyakit demam


(34)

15

berdarah disebabkan karena lingkungan tidak sehat dengan indikator banyak genangan air yang menjadi perkembangbiakan nyamuk Aedes Aegepty. Informasi yang diperoleh baik dari pendidikan formal maupun nonformal dapat memberikan pengaruh jangka pendek (immediate impact) sehingga menghasilkan perubahan atau peningkatan pengetahuan. Berkembangnya teknologi akan menyediakan bermacam-macam media massa yang dapat memengaruhi pengetahuan masyarakat tentang inovasi baru. Sebagai sarana komunikasi, berbagai bentuk media massa seperti televisi, radio, surat kabar, majalah, dan lain-lain mempunyai pengaruh besar terhadap pembentukan opini dan kepercayaan orang. Dalam penyampaian informasi sebagai tugas pokoknya, media massa juga membawa pesan-pesan yang berisi sugesti yang dapat mengarahkan opini seseorang. Adanya informasi baru mengenai sesuatu hal memberikan landasan kognitif baru bagi terbentuknya pengetahuan terhadap hal tersebut. (Budiman dan Riyanto, 2013).

3. Sosial, budaya, dan ekonomi.

Kebiasaan dan tradisi yang dilakukan orang-orang tanpa melalui penalaran apakah yang dilakukan baik atau buruk. Dengan demikian, seseorang akan bertambah pengetahuannya walaupun tidak melakukan. Status ekonomi seseorang juga akan menentukan tersedianya suatu fasilitas yang diperlukan untuk kegiatan tertentu sehingga status sosial ekonomi ini akan memengaruhi pengetahuan seseorang (Budiman dan Riyanto, 2013).


(35)

4. Lingkungan.

Lingkungan adalah segala sesuatu yang ada di sekitar individu, baik lingkungan fisik, biologis, maupun sosial. Lingkungan berpengaruh terhadap proses masuknya pengetahuan ke dalam individu yang berada dalam lingkungan tersebut. Hal ini terjadi karena adanya interaksi timbal balik ataupun tidak, yang akan direspons sebagai pengetahuan oleh setiap individu (Budiman dan Riyanto, 2013).

5. Pengalaman.

Pengalaman sebagai sumber pengetahuan adalah suatu cara untuk memperoleh kebenaran pengetahuan dengan cara mengulang kembali pengetahuan yang diperoleh dalam memecahkan masalah yang dihadapi masa lalu. Pengalaman belajar dalam bekerja yang dikembangkan memberikan pengetahuan dan keterampilan profesional, serta pengalaman belajar selama bekerja akan dapat mengembangkan kemampuan mengambil keputusan yang merupakan manifestasi dari keterpaduan menalar secara ilmiah dan etik yang bertolak dari masalah nyata dalam bidang kerjanya (Budiman dan Riyanto, 2013).

6. Usia.

Usia memengaruhi daya tangkap dan pola pikir seseorang. Semakin bertambah usia akan semakin berkembang pula daya tangkap dan pola pikirnya sehingga pengetahuan yang diperolehnya semakin membaik. Pada usia madya, individu akan lebih berperan aktif dalam


(36)

17

masyarakat dan kehidupan sosial, serta lebih banyak melakukan persiapan demi suksesnya upaya menyesuaikan diri menuju usia tua. Selain itu, orang usia madya akan lebih banyak menggunakan banyak waktu untuk membaca. Kemampuan intelektual, pemecahan masalah, dan kemampuan verbal dilaporkan hampir tidak ada penurunan pada usia ini. Dua sikap tradisional mengenai jalannya perkembangan selama hidup adalah sebagai berikut.

a. Semakin tua semakin bijaksana, semakin banyak informasi yang dijumpai dan semakin banyak hal yang dikerjakan sehingga menambah pengetahuannya.

b. Tidak dapat mengajarkan kepandaian baru kepada orang yang sudah tua karena telah mengalami kemunduran baik fisik maupun mental. Dapat diperkirakan bahwa IQ akan menurun sejalan dengan bertambahnya usia, khususnya pada beberapa kemampuan yang lain, seperti kosa kata dan pengetahuan umum. Beberapa teori berpendapat ternyata IQ seseorang akan menurun cukup cepat sejalan dengan bertambahnya usia (Budiman dan Riyanto, 2013).

4. Pengukuran Pengetahuan

Pengukuran pengetahuan menurut Arikunto (2006), dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dengan objek penelitian atau responden. Data yang bersifat kualitatif digambarkan dengan kata-kata, sedangkan data yang bersifat kuantitatif terwujud angka-angka, hasil perhitungan atau pengukuran, dapat diproses dengan cara dijumlahkan, dibandingkan dengan jumlah


(37)

yang diharapkan dan diperoleh persentase, setelah dipersentasekan lalu ditafsirkan ke dalam kalimat yang bersifat kualitatif.

a. Kategori baik yaitu menjawab benar 76%-100% dari yang diharapkan b. Kategori cukup yaitu menjawab benar 56%-75% dari yang diharapkan. c. Kategori kurang yaitu menjawab benar <56% dari yang diharapkan B. Lensa Kontak

1. Definisi Lensa Kontak

Lensa kontak adalah lensa kaca atu plastik yang dipakai dibawah kelopak mata dalam kontak langsung dengan konjungtiva ( pengganti kaca mata) untuk tujuan traupetik atau kosmetik (Brooker, 2008). Lensa kontak merupakan suatu lensa yang digunakan untuk membantu penglihatan cacat mata. Berbeda dengan kacamata,lensa konntak diletakkan menempel pada kornea mata. Pada sistem kacamata, mata berada pada jarak beberapa cm dari lensa sehingga bayangan yang tampak berbeda dengan ukuran bendanya walaupun pembesaran ini tidakah terlalu penting ( ketika pertama kali memakai kacamata anda akan melihat dunia tampak lebih kecil atau lebih besar namun hal ini tidakberlangsung lama karena otak anda segera dapat menyesuaikan diri). Untuk lensa kontak tidak demikian. pada sistem lensa ini, bayangan tidak bertambah kecil (Surya, 2009) .

Menurut (Ilyas, 2006) Lensa kontak merupakan lensa tipis yang diletakkan di depan kornea untuk memperbaiki kelainan refraksi dan pengobatan. Lensa tipis ini mempunyai diameter 8-10 mm, yang dengan nyaman dapat dipakai akibat ia terapung pada selaput bening seperti kertas yang terapung pada air.


(38)

19

2. Fungsi Lensa kontak

Menurut Mannis, karla, Ceusa dan Newton (2003) menyatakan bahwa lensa konta memiliki fungsi sebagai berikut :

1. Alat bantu penglihatan

Lensa korektif fidesain untuk mengoreksi kelainan refraksi pada mata dan kelainan ppada mata lainnya, sehingga akan memperbaiki penglihatan sepperti halnya kacamata. Kondisi-kondisi yag dapat diperbiki dengan menggunakan lensa kontak adalah miopia, hipermetropia, astigmatisma dan presbiopia (Mannis, karla, Ceusa dan Newton, 2003)

2. Kosmetik

Lensa kontak untuk kepentingan kosmetik didesain untuk mengubah warna dan penmpilan mata. Lensa jenis ini sebenarnya bisa juga berfungsi untuk memperbiki penglihatan. Namun terkadang desain maupun warna dari lensa kontak jenis ini bisa saja membuat pandangan menjadi kabur ataupun tidak jelas. Lensa kontak non-korektif untuk kepentingan kosmetik ini sering disebut dengan decorative contact lensesataupunplano cosmetic.

Lensa kontak kosmetik afektif untuk mengubahwarna dan penampilan mata dan juga digunakan dalam aplikasi berbagai terapi seperti perlindungan pada mata. Lensa mata kosmetik juga sering digunakan untuk menciptakan efek khusus diindustri film . walaupun untuk kepentingan kosmetik, namun biokomfabilitasnya tetap harus diperhatikan sama halnya dengan lensa kontak konvensional lainnya


(39)

karena lensa kontak kosmetik biasanya membuat oksigen yang dapat masuk ke mata lebih sedikit daripada lensa kontak korektif. Hal tersebut dapat mengganggu dan menimbulkan kerusakan pada mata (Mannis, karla, Ceusa dan Newton, 2003)

3. Terapetik

Lensa kontak sering digunakan untuk pengobatan dan penanganan non-refraksi pada mata. Bebat lensa kontak dapat melindungi kornea yang sakit atau cedera dari gesekan akibat kedipan dari kelopak mata terus menerus. Lensa kontak juga berguna pada pengobatan seperti pada ulkus kornea, erosi kornea, ketitis, mata kering, edema kornea, descematocele, ektasis kornea, ulkus mooren, distrofi kornea anterior, bulosa keratopati, dan keratokonjungtivitis neurotrpik, lensa kontak yang sekaligus juga memberikan obat obat untuk mata juga telah dikembangkang ((Kalayarasan, 2004)

3. Pola Pemakaian Lensa Kontak

Mnurut Kalayarasan (2004) Pada tahun 1979, pemakaian lensa kontak mengharuskan pemakai melepas dan membersihkan lensa kontak setiap malam. Kini pemakaian lensa kontak mempunyai dua macam pola tergantung pada kadar lalu oksigen masing-masing jenis lensa kontak sesuai dengan bahan, kadar air, desain dan ketebalannya, yaitu :

1. Pemakaian harian

Pemakaian harian artinya lensa kontak tidak diperbolehkan dipakai lebih dari 24 jam sehari tanpa lepas. Lensa harus di lepas setiap malam. Selanjutnya lensa kontak harus dicuci dan direndam dalam


(40)

21

larutan untuk perawatan lensa selama beberapa jam, baru kemudian dapat dipakai lagi (Kalayarasan, 2004).

2. Pemakaian tidak terbatas

Lensa kontak dengan pola pemakaian ini dapat dipakai lebih dri satu malam tanpa dilepas dan dicuci walaupun saat tidur. Namun, meski dinamakan sebagai pemkaian tanpa batas , biasanya lensa juga hanya dapat dipakai selama maksimal 7 hari berturut-turut tanpa dilepas. Setelah seminggu berturut-turut dipakai, lensa harus dilepas dicuci, serta direndam dalam larutan beberapa jam. Setelah itu dapat dipakai kembali (Kalayarasan, 2004).

Menurut Mannis, karla, Ceusa dan Newton (2003) Lensa kontak didesain menjadi dua bagian, tergantung dari lama penggunaannya, sebagai berikut :

1. Penggunaan jangka pendek

Lensa kontak jangka pendek ataupun yang biasa disebut lensa kontak sekali pakai artinya penggunaan lensa kontak hanya diperbolehkan selama satu hari , seminggu atau beberapa minggu saja. Setelah itu lensa kontak tersebut harus diganti dengan lensa kontak yang baru (Mannis, karla, Ceusa dan Newton,2003).

2. Penggunaan jangka panjang

lensa kontak jangka pangjang dapat digunaan selama sebulan, setahun hingga beberapa tahun sesuai dengan jangka waktu penggunaan masing-masing lensa kontak. Setelah itu lensa kontak


(41)

tersebut harus diganti dengan lensa kontak yang baru (Mannis, karla, Ceusa dan Newton, 2003).

4. Indikasi dan kontraindikasi penggunaan lensa kontak

Menurut Kharuna (2007), indikasi penggunaan lensa kontak adalah sebagai berikut :

a. Indikasi optik, termasuk untuk anisometropia, aphakia unilateral, myopia yang berminus tinggi, keratokonus dan astigmatima irreguler. Lensa kontak dapat digunakan oleh setiap orang yang memiliki kelainan refrasi mata dengan tujuan kosmetik.

b. Indikasi teraupeutik, meliputi :

1. Penyakit pada kornea , seperti ulkus kornea non-healing, keratopathi bullousa, keratitis filamentari, dan sindrom erosi kornea rekuen.

2. Penyakit pada iris mata, seperti anirida, koloboma, albino untuk menghindari kesilauan cahaya.

3. Pada pasien yang menderita glukoma, lensa kontak digunakan sebagai alat pengantar obat.

4. Pada pasien ambliopia, lensa kontak opak digunakan untuk oklusi.

5. Bandage soft contact lenses digunakan untuk keratoplasti dan perforasi.

c. Indikasi preventif, digunakan untuk prevensi simblefaron dan restorasi forniks pada penderita luka bakar akibat zat kimia, keratitis, dan trichiasis.


(42)

23

d. Indikasi diagnistik, termasuk selama menggunakan ginioskopi, elektroretinografi, pemeriksaan fundus pada astigmatisma irreguler, fundus fotografi, dan pemeriksaan goldmann’s 3 bayangan.

e. Indikasi operasi, lensa kontak digunakan selama operasi geniotomi untuk glukoma kongenital, vitrektomi, fotokoagulasi endokular.

f. Indikasi kosmetik, termasuk skar pada kornea mata yang menyilaukan mata (lensa kontak warna), ptosis, lensa sklera kosmetik pada phthisis bulbi.

g. Indikasioccupational,termasuk olahragawan, pilot, dan aktor.

Menurut Kharuna (2007), Penggunaan lensa kontak di kontraindikasikan:Pada orang yang memiliki gangguan mental dan tidak ada gairah hidup, blepharitis kronik dan styes rekuen, konjungtivitis kronis, dry-eye syndrome, distrofi dan degenerasikornea mata, penyakit yang rekuen seperti episkleritis, skleritis, dan iridocyclitis.

Menurut ilyas (2004), seseorang tidak dianjurkan menggunakan lensa kontak jika sudah berusia lanjut dimana gerakan sudah kaku, pada mata yang meradang, masih belum dewasa dan mengerjakan sesuatu dengan tergesa-gesa,seseorang yang mempunyai kebiasaan menggosok mata, seseorang yang tidak mengerti arti steril, seseorang yang memiliki reumatik pada tangan karena sulit saat menggunakan lensa kontak dan seseorang dengan alergi.


(43)

5. Klasifikasi Lensa Kontak

Menurut (Eva & whitcher, 2009) Lensa kontak terdiri dari berbagai bentuk antara lain lensa kontak keras (Hard contact lens), lensa kontak lunak (Soft contact lens) dan Rigid gas permeable (RGP) lens. Lensa kontak pertama merupakan lensa sklera kaca berisi cairan. Lensa ini sulit dipakai untuk jangka panjang serta menyebabkan edema kornea dan rasa tidak enak pada mata. Lensa kornea keras yang terbuat dari polimetilmetakrilat, merupakan lensa pertama yang benar-benar berhasil dan diterima secara luas sebagai pengganti kacamata. Pengembangan selanjutnya antara lain adalah lensa kaku yang permeabel-udara, yang terbuat dari asetat butiran selulosa, silikon, atau berbagai polimer plastik dan silikon, dan lensa kontak luna, yang terbuat dari beragam plastik hidrogel, semuanya memberikan kenyamanan yang lebih baik, tetapo resiko terjadinya omplikasi lebih besar.

Lensa keras dan lensa yang permeabel-udara mengoreksi kesalahan refraksi dengan mengubah kelengkungan permukaan anterior mata. Daya refraksi total merupaka daya yang ditimbulkan oleh kelengkungan belakanglensa (kelengkungan dasar) bersama dengan daya lensa sebenarnya disebabkan oleh perbedaan kelengkungan antara depan dan belakang. Hanya yang kedua yang bergantung pada indeks refraksi bahan lensa kontak. Lensa eras dan lensa permeabel-udara mengatasi astigmatisme kornea dengan memodifikasi permukaananterior mata menjadi bentuk yang benar-benar sferis (Eva & whitcher, 2009).


(44)

25

Lensa kontak lunak, terutama bentuk-bentuk yang lebih lentur, mengadopsi bentuk kornea pasien. Dengan demikian, daya refraksinya hanya terdapat pada perbedaan antara kelengkungan depan dan belakang,dan lensa ini hanya sedikit mengoreksi astigmatisme kornea, kecuali bia disertai koreksi silindris untuk membuat suatu lensa torus.

Lensa kontak keras secara spesifik diindikasikan untuk koreksi astigmatisme ireguler, seperti pada keratokonus. Lensa kontak lunak biasanya digunakan untuk terapi kelainan permukaan kornea, tatapi untuk mengontrol gejala dan bukan untuk alasan refraktif. Semua bentuk lensa kontak digunakan untuk melakukan koreksi refraktif afakia, terutama untuk mengatasi aniseikonia afakia nonokuler, dan koreksi miopia tinggi: lensa-lensa ini menghasilkan kualitas bayangan yang lebih baik daripda kacamata. Walaupun demikian, sebagaian besar pemakai lensa kontak adalah untuk koreksi kosmetik kelainan refrasi ringan. Hal ini mempunyai implikasi penting pasca resiko yang acapkali diterima dalam penggunaan lensa kontak (Eva & whitcher, 2009).

Menurut (Tan & Rahardja, 2010) jenis-jenis lensa kontak kuno dibagi dalam tiga jenis , yaitu lensa keras, lensa setengah lembut dan lensa lembut. Sekarang ini hanya dikenal lensa keras yang berbentuk stabil dan lensa lembut, termasuk perkembanganterbaru lensa tonis.

a. lensa keras dahulu terbuat dari sejenis zat sintetis perspeks , yang tidak dapat di tembus oksigen, tetapi kini tidak digunakan lagi karena lambat laun dapat menimbulkan perubahan-perubahan pada selaput kornea


(45)

dan kerusakan mata yang permanen. Lensa keras canggih dibuat dari material sintesis lain, yang dapat ditembus oksigen, jadi tidak menutupi mata seluruhnya, lensa ini selah-olah mengambang dalam air mata, maka di balik lensa dapat tersembunyi kotoran.

b. Lensa lembut lebih besar dan lebih lentur. Juga lebih tipis dari pada lensa keras dan digunakan langsung pada selaput bening, jadi tanpa ada ruang di antaranya sehingga jarang sekali terdapat kotoran dibaliknya. Di buat dari suatu polimer (rantaian zat kimia), yang dapat menyerap banyak air dan lebih melekat banyak air dan lebih melekat pada mata. Tetapi juga lebih cepat menjadi kotor karena zat-zat dari air. Kerugian utamanya adalah pembiayaan yang lebih besar karena akibat kelembapan yang tinggi dan lensa, kuman pun berkembang lebih cepat sehingga harus diganti setiap 1-2 minggu. Lagi pula memerlukan lebih banyak jenis cairan lensa untuk pemeliharaannya. Keuntungannya adalah nyaman di pakainya, tidak mudah terlepas dari mata dan ideal bagi olahragawan.

c. Lensa silikon hidrogel merupakann perkembangan baru dari lensa lembut. Lensa canggih ini lebih mudah lagi ditembus oksigen dan layak untuk digunakan kontinu untuk waktu yang lama. Bisa sampai 30 hari berturut-turut, bila mata dapat menerimanya (Tan & Rahardja, 2010).


(46)

27

4. Teknik Penggunaan Lensa Kontak Yang Aman

Menurut (Sugani & Priandarini, 2010) ada beberapa hal yang harus di perhatikan oleh pemakai lensa kontak, antara lain :

1. Temui dokter ahli mata untuk mendapatkan lensa kontak yang sesuai dan layak.

2. Selalu mencuci tangan sebelum menyentuh lensa kontak. 3. Cuci dan disinfeksi lensa kontak setiap kali setelah pemakaian.

4. Cuci dan keringkan tempat lensa kontak setiap hari, cuci dengan air mendidih seminggu sekali.

5. Simpan wadah lensa kontak ditempat yang lembab dan terlindung dari sengatan sinar matahari.

6. Gantilah tempat lensa kontak secara teratur setiap 3 bulan sekali.

7. Cairan yang telah dipakai harus segera dibuang , jangan digunakan untuk kedua kalinya.

8. Lepaskan lensa kontak sebelum berenang atau berendam ar panas. 9. Konsultasi dengan dokter mata sebelum menggunakan obat tetes mata,

karena, ada obat tetes mata (termasuk yang dijual bebas) yang dapat bereaksi negatif terhadap lensa kontak.

10. Segera hentikan pemakaian jika mata merah atau tidak nyaman saat pemakaian lensa kontak. Bisa jadi anda mengidap alergi terhadap larutan pembasah atau pencuci lenasa kontak. Bila masalah berlanjut, segera datangi dokter mata.


(47)

11. Konsultasikan juga dengan dokter atau apoteker setiap kali hendak memakai obat tetes mata. Tidak semua obat tetes mata cocok dengan lensa kontak yang digunakan.

5. Bentuk-bentuk Resiko Gangguan Kesehatan Mata Akibat Lensa Kontak

Bentuk-bentuk resiko gangguan kesehatan mata dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu internal risk dan external risk. Internal risk merupakan resiko yang berasal dari dalam misalnya pengetahuan dn motivasi seseorang terkait penggunaan dna perawatan lensa kontak tersebut. Sedangkan external risk berasal dari faktor luar misalnya fasilitas informasi tentang lensa kontak dan kondisi sosial budaya dari pengguna lensa kontak tersebut (Ventocilla, 2010).

1. Kelopak mata

a. Giant papillary conjunctivitis(GPC) adalah komplikasi yang tersering timbul akibat penggunaan soft lens. Ini timbul akibat salah satu dari 3 faktor yaitu peningkatan frekuensi pemakaian lensa, penurunan lama pemakaian lensa kontak, perubahan larutan pembersih yang kuat. Untuk lensa RGP, ia mudah berpindah dari kornea ke forniks atas. Jika tidak dapat dideteksi, maka lensa akan mengikis forniks melewati konjungtiva dan membawanya ke dalam jaringan yang lembut di kelopak mata, dan akan menimbulkan gejala yang relatif asimptomatik. Akibatnya, jaringan yang disekitar lensa kontak akan mengalami iritasi dan inflamasi, dan menimbulkan abses yang steril.


(48)

29

Lensa yang dianggap sebagai benda asing akan terbentuk jaringan granulasi disekitar lensa, dan membungkusnya seperti bentuk kista. b. Ptosis, ini timbul akibat adanya massa pada lensa, skar, jaringan

fibrosa di kelopak mata. Lensa kontak yang menempel pada kornea mata juga akan membentuk skar dan kontraksi pada jaringan kelopak mata yang mengakibatkan retraksi pada kelopa mata. Ptosis juga dapat timbul akibat dari giant papillary conjunctivitis yang berat (Ventocilla, 2010).

2. Konjungtiva

a. Alergi kontak merupakan reaksi hipersensitivitas dermatitis kontak akibat dari zat-zat kimia host yang didapati dari larutan lensa kontak. Manifestasi klinisnya adalah rasa gatal yang diikuti dengan adanya injeksi, rasa terbakar, merah, berair, secret mukoid, dan chemosis. Sebagai tambahan kelopak mata bisa edema dan eritema.

b. GPC, rata-rata 1-3% pengguna lensa kontak akan mendapatkan simptom GPC yang kompleks, terdiri dari injeksi konjungtiva, sekret mukoid, gatal, debris pada tear film, lapisan lensa, pandangan kabur, dan pergerakan lensa yang berlebihan.

c. Contact lens-induced superior limbic keratoconjunctivits (CL-ISLK) merupakan suatu reaksi imun pada konjungtiva perifer. Manifestasi klinisnya adalah penebalan konjungtiva, eritema, dan timbul berbagai warna pada konjungtiva bulbaris superior. Sel epitelium keratinisasi akan berisi banyak sel-sel goblet yang diinvasi oleh neutrofil.


(49)

Akibatnya akan terasa seperti ada benda asing, fotofobia, berair, rasa terbakar, gatal, dan penurunan akuitas visual(Ventocilla, 2010).

3. Epitelium kornea

a. Kerusakan epitel yang mekanik. Lensa kontak merupakan banda asing yang akan menggosok kornea dan menekan epitel kornea setiap mengedipkan mata sepanjang hari dan menimbulkan abrasi kornea. Jika tidak dikenali dan diobati akan mengakibatkan stres pada epitel yang kronis. Kerusakan epitel akan memudahkan bakteri menempel pada kornea dan mengakibatkan infeksi stroma, serta menstimulus sub epitel fibrosa tanpa adanya infeksi.

b. Chemical epithelial defect. Berbagai larutan kimia lensa kontak akan menimbulkan kerusakan epitel ditandai dengan adanya erosi. Larutan pembersih surfaktan biasanya akan menyebabkan nyeri, merah, fotopobia, dan berair, segera setelah dibersihkannya lensa. Gejala ini akan hilang dalam 1-2 hari. Jika hidroksi peroksida diteteskan ke mata, maka akan timbul gelembung-gelembung gas pada intra-epitel dan sub-epitel. Gelembung ini terlihat dan penyebabkan hilangnya penglihatan secara signifikan yang bersifat temporer, dan hidroksi peroksida juga menyebabkan perubahan refraksi permanen dan larutan desinfeksi kimia dapat merusak epitel yang tidak terlihat dan bersifat intermiten.

c. Hypoxia. Kebutuhan oksigen di kornea mata dipengaruhi karena lapisan lensa kontak mengurangi jumlah oksigen yang masuk. Hipoksia yang ringan mengakibatkan edema epitel dan penglihatan


(50)

31

kabur yang temporer, sedangkan hipoksia berat akan terjadi kematian sel-sel epitel dan deskuamasi. Pengguna tidak merasa nyaman, penurunan penglihatan temporer, dan fotopobia. Salah satu tanda hipoksia kornea kronis adalah adanya neovaskularisasi superfisial terutama sepanjang limbus superior. Epitel kornea yang lebih tipis dibandingkan lensa kontak menyebabkan hipoksia yang kronis dan menurunkan aktivitas mitosis. Pembentukan sel-sel epitel menurun, ukurannya membesar, dan memudahkan menempelnya Pseudomonas aeruginosa pada permukaan sel epitel.

d. Reaksi imun superfisial. Variasi larutan lensa kontak dapat menimbulkan toksik superfisial atau reaksi imun. Ditandai dengan adanya keratophati, injeksi konjungtiva, berair, gatal, dan chemosis (Ventocilla, 2010).

4. Stroma kornea

a. Infiltrat steril. Penggunaan lensa kontak akan menginduksi terjadinya keratitis steril, dengan onset adanya infiltrat pada stroma anterior atau leukosit polimorfonuklear di sub-epitel dan sel mononuklear di perifer kornea secara tiba-tiba. Berdiameter 0,1-2 mm, tunggal atau berkelompok, dengan bentuk bulat, oval, dan menempel pada sel epitel yang menyebabkan kerusakan epitel. Manifestasi klinisnya adalah nyeri ringan, inflamasi pada anterior chamber yang minim, kerusakan epitel, kemudian terbentuk ulkus.

b. Infeksi kornea (keratitis).Disebabkan oleh bakteri, jamur, protozoa (acanthamoeba keratitis). Infeksi bakteri biasanya timbul di kelopak


(51)

mata dan kelenjar air mata. Penggunaan lensa kontak mengganggu pertukaran air mata, sehingga air mata terkumpul di kornea mata. Selain itu, ketebalan epitel menurun, pergantian sel menurun dan terjadi deskuamasi, sehingga meningkatkan risiko infeksi bakteri pada sel epitel. Gejala awal tidak begitu kelihatan, tetapi gejala yang mungkin ada seperti berair dan sedikit sulit mengedipkan mata. Bakteri yang sering menimbulkan infeksi kornea mata adalah P. aeruginosa, Staphylococcus aureus, dan Staphylococcus epidermidis. Infeksi ini biasanya berasal dari larutan lensa kontak yang terkontaminasi. Infeksi bakteri yang akut biasanya terjadi dalam waktu 24 jam dengan simptom nyeri, fotopobia, berair, sekret purulen, dan penurunan penglihatan. Awalnya infiltrat stroma berwarna putih kekuningan yang berkembang di bawah sel epitel yang rusak diikuti adanya reaksi di anterior chamber dan injeksi konjungtiva. Setelah itu, berkembang menjadi edema epitel kemudian menjadi nekrosis. Dilaporkan di United State dan Netherland, bahwa infeksi kornea mata memiliki risiko yang paling sering ditimbulkan akibat penggunaan lensa kontak dalam 2 dekade terakhir ini.

c. Acanthamoeba keratitis. merupakan infeksi yang sulit untuk diterapi. Sumber infeksi ini berasal dari larutan lensa kontak, dimana tempat larutan tersebut telah terkontaminasi oleh acanthamoeba. Manifestasi klinis awal yang timbul adalah adanya sensasi benda asing, penglihatan kabur yang ringan, dan merah. Kemudian diikuti rasa nyeri yang progresif, injeksi konjungtiva, epitelnya kasar, dan pada


(52)

33

pemeriksaan dengan senter terlihat adanya penebalan saraf-saraf kornea mata. Infeksi ini bersifat progresif, berat, dan bentuk infiltratnya seperti cincin di sentral.

d. Mata merah akut (tight lens syndrome) Lensa kontak dapat menebalkan mata dan sebagai tanda adanya inflamasi stroma difus dan reaksi pada anterior chamber. Manifestasi klinisnya adalah rasa nyeri, fotopobia, injeksi, dan berair baik akut maupun kronik.

e. Kikisan kornea mata (corneal warpage). Selama menggunakan lensa kontak akan terjadi perubahan kontur kornea. Corneal warpage menyebabkan astigmatisma irreguler, dan ini dapat dikoreksi dengan menggunakan kacamata.

f. Contact lens-induced keratoconus. Hubungan antara keratokonus dengan lensa kontak masih kontroversi. Persentasi yang tinggi (20-30%) penderita keratokonus didiagnosis akibat dari penggunaan lensa kontak, tetapi bagaimanapun tidak ada penyebab yang berhubungan langsung dengan penyakit tersebut.

g. Endotel kornea mataPenggunaan lensa kontak juga berhubungan dengan endotel kornea mata. Pengguna memiliki variasi ukuran sel endotel (polymegethism) dan peningkatan frekuensi sel non-heksagonal (polymorphism) lebih tinggi daripada yang menggunakan lensa kontak (Ventocilla, 2010)


(53)

C. Kerangka Teori

Sumber : Bloom 1956, dalam Budiman dan Riyanto,2013 ; Arikunto,2006 ; Surya,2009 ; Brooker, 2008 ; Ilyas,2006 ; Kalayarasan,2004 ; Mannis, karla, Ceusa dan Newton,2003; Kharuna, 2007 ; Ilyas, 2004 ; Eva & whitcher, 2009 ; Sugani & Priandarini, 2010 ; Ventocilla, 2010 .

Tahapan pengetahuan 1. Tahu(know).

2.Memahami(comprehension). 3. Aplikasi(application). 4. Analisis(analysis). 5. Sintesis(synthesis). 6. Evaluasi(evaluation).

Lensa Kontak :

1. Definisi lensa kontak. 2. Fungsi Lensa kontak 3. Pola Pemakaian Lensa

Kontak

4. Indikasi penggunaan lensa kontak.

5. kontraindikasi penggunaan lensa kontak.

6. Klasifikasi lensa kontak. 7. Teknik penggunaan lensa

kontak yang aman. 8. Bentuk-bentuk resiko

gangguan kesehatan mata akibat lensa kontak Faktor-faktor yang

mempengaruhi pengetahuan 1. Pendidikan

2. Informasi/media massa 3. Sosial,budaya dan

ekonomi 4. Lingkungan 5. Pengalaman 6. usia


(54)

BAB III

KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL

A. Kerangka Konsep Penelitian

Berdasarkan tinjauan pustaka, kerangka teori serta tujuan dari penelitian maka kerangka konsep yang akan dilakukan peneliti di SMK Nusantara 1 Ciputat Kota Tangerang Selatan sebagai berikut :

Gambaran Tingkat Pengetahuan Pelajar Putri Tentang Penggunaan Lensa Kontak di SMK Nusantara 1 Ciputat Kota Tangerang

SelatanTahun 2015’’

Gambar 3.1 Kerangka Konsep

Cukup

3. Pengetahuan Kurang

Confounding Factor : • Usia

• Riwayat Penggunaan • Alasan Pengunaan


(55)

B. Definisi Operasional

Tabel 3.1 Definisi Operasional Variabel

Variabel Definisi Operasional Cara Ukur Alat ukur Skala ukur Hasil

Variabel Univariat

Pengetahuan Sesuatu yang dikethui oleh pelajar putri yang menjadi responden peneliti, Meliputi :

• Definisi lensa kontak

• Indikasi penggunaan lensa kontak

• kontraindikasi penggunaan lensa kontak

• klasifikasi lensa kontak

• Teknik penggunaan lensa kontak yang aman

• bentuk-bentuk resiko gangguan kesehatan mata akibat lensa

• kontak

Meminta responden menjawab 25 item pertanyaan dalam kuesioner B tentang lensa kontak.

Kuesioner Ordinal Dinyatakan dalam tingkatan : a) pengetahuan baik (skor

jawaban respondn 76-100 %)

b) pengetahuan cukup (skor jawaban responden 56-75 %)

c) pengetahuan kurang (skor jawaban responden ≤55%)


(56)

37

Analisa Demografi

Usia Usia responden berdasarkan ulang tahun terakhir saat mengisi kuesioner penelitian

Meminta responden untuk mengisi pertanyaan dalam kuesioner A mengenai data demografi : Usia

Kuesioner interval Dalam data numerik

Riwayat Penggunaan lensa kontak

Menjelaskan tentang seberapa lama responden telah

menggunakan lensa kontak (jangka waktu pendek atau jangka waktu panjang)

Meminta responden untuk mengisi pertanyaan dalam kuesiner A mengenai data demografi : riwayat penggunaan lensa kontak

Kuesioner interval Dalam data numerik

Alasan penggunaan lensa kontak

Menjelaskan alasan yang menyebabkan responden menggunakan lensa kontak

Meminta responden untuk mengisi pertaanyaan dalam kuesioner A mengenai data demografi : alasan menggunaan lensa kontak

Kuesioner Nominal 1 = Optik (kelainan refraksi mata)


(57)

38 A. Desain Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif, dengan rancangan penelitian deskriptif dan menggunakan pendekatan penelitian Cross-Sectional untuk menggambarkan masalah penelitian. Cross-sectional study design adalah penelitian yang mendesain pengumpulan datanya dilakukan pada satu titik waktu (at one point in time): fenomena yang diteliti adalah selama satu periode pengumpulan data . Cross- sectional study tepat digunakan untuk menjelaskan status fenomena atau menjelaskan hubungan fix pada satu titik waktu (Polit and Beck, 2003 dalam Swarjana, 2012). Definisi lain dari study Cross-sectionaladalah studi lapangan yang meneliti perkembangan subyek, dengan melakukan pengukuran ulang atas karakteristik yang sama dalam sebuah sampel yang representatif dari individu pada interval usia yang berbeda-beda (Santoso, 2010). Informasi dan data pada penelitian ini diperoleh melalui pemberian kuesioner pada pelajar putri yang menggunakan lensa kontak di SMK Nusantara 1 Ciputat Kota Tangerang Selatan. Setelah data diperoleh, kemudian dilakukan analisis untuk mengetahui tingkat pengetahuan pelajar putri di SMK Nusantara 1 tentang penggunaan lensa kontak dengan pendekatan kuantitatif.


(58)

39

B. Lokasi dan Waktu Penelitian 1. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SMK Nusantara 1 yang berlokasi di Kota Tangerang Selatan tepatnya di Ciputat. Alasan peneliti memilih lokasi tersebut karena belum pernah ada penelitian terkait kesehatan mata khususnya tingkat pengetahuan pelajar tentang penggunaan alat bantu lihat yaitu lensa kontak. Oleh karena itu peneliti memutuskan untuk melakukan penelitian di SMK Nusantara 1 Ciputat Kota Tangerng Selatan.

2. Waktu penelitian

Dilaksanakan pada bulan Oktober 2015 dengan melakukan penyebaran angket kepada pelajar putri yang menggunakan lensa kontak di SMK Nusantara 1 Ciputat yang menjadi sampel dalam penelitian ini. Kegiatan ini dilakukan setiap hari kerja, Senin-Jum’at dengan waktu pengamatan yang disesuikan dengan keadaan pembimbing lapangan. Pembimbing lapangan yaitu Guru dan karyawan yang sedang bartugas pada saat peneliti melakukan kegiatan penelitian.

C. Populasi dan Sampel 1. Populasi

Populasi daam penelitian adalah subjek (misalnya manusia, klien) yang memenuhi kriteria yang telah ditetapkan (Nursalam, 2008). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pelajar putri di SMK Nusantara 1 Ciputat yang menggunakan lensa kontak.


(59)

2. Sampel

Sampel dapat didefinisikan sebagai suatu bagian yang ditarik dari populasi. Akibatnya, sampel selalu merupakan bagian yang lebih kecil dari populasi (Istijanto, 2005). Sampel terdiri dari bagian populasi terjangkau yang dapat dipergunakan sebagai subjek penelitian melalui sampling (Nursalam, 2008). Sampel dalam penelitian ini adalah keseluruhan dari populasi ( pelajar putri) yang menggunakan lensa kontak di SMK Nusantara 1 Ciputat Kota Tangerang Selatan. Sampel diambil secara non- probability sampling dengan teknik total sampling ,yaitu teknik penentuan sampel bila semua anggota populasi digunakan sebagai sampel. Hal ini dilakukan jika jumlah populasi relatif kecil (Setiadi, 2007).

Adapun kriteria sampel dibagi menjadi dua yaitu inklusi dan eksklusi. Kriteria inklusi adalah karakteristik umum subjek penelitian dari suatu populasi target yang terjangkau dan akan diteliti. Sedangkan kriteria ekslusi adalah menghilangkan atau mengeluarkan subjek yang memenuhi kriteria inklusi penelitian karena berbagai sebab misalnya subjek menolak berpartisipasi (Nursalam, 2008).

1. Kriteria inklusi dalam penelitian ini:

a. Pelajar putri di SMK Nusantara 1 Ciputat yang bersedia untuk dijadikan sampel penelitian.

b. Pelajar putri di SMK Nusantara 1 Ciputat yang yang menggunakan lensa kontak.


(60)

41

2. Kriteria eksklusi dalam penelitian ini :

a. Pelajar putri yang menolak dijadikan responden. b. Pelajar putri yang tidak menggunakan lensa kontak. D. Besar Sampling

Penentuan besarnya sampel penelitian dengan memperhatikan data bulan februari 2015 yang didapat dari SMK Nusantara 1 ciputat , yaitu 60 jumlah populasi pelajar putri yang menggunakan lensa kontak (dari 7 jurusan).

Dari 60 jumlah populasi yang tersedia, peneliti menetapkan seluruh populasi yang tersedia diambil menjadi sampel dalam penelitian yaitu 60 responden (Total sampling).

E. Metode Pengumpulan Data 1. Instrumen Penelitian

Alat ukur atau masalah pengukuran dikembangkan dengan menerapkan dua prinsip, yaitu validitas dan reabilitasnya (Danim, 2003).

Pengumpulan data yang digunakan peneliti adalah kuesioner atau angket yang disesuaikan dengan tujuan penelitian dan mengacu pada kerangka konsep dan teori yang telah dibuat. Teknik angket (kuesioner) merupakan suatu pengumpulan data dengan memberikan atau menyebarkan daftar pertanyaan kepada responden dengan harapan memberikan respons atas daftar pertanyaan tersebut. Daftar pertanyaan-pertanyaan dapat bersifat terbuka jika jawaban tidak ditentukan sebelumnya sedangkan bersifat tertutup jika alternatif-alternatif jawaban telah disediakan instrumen yang berupa lembar daftar pertanyaan tadi dapat berupa angket(kuesioner),checklistataupun skala (Umar, 2011).


(61)

Pertanyaan disusun sesuai dengan tingkat pengetahuan responden tentang lensa kontak dan tersusun secara terstruktur berisikan pertanyaan-pertanyaan yang harus dijawab oleh responden. instrumen ini terdiri 3 bagian yaitu :

Bagian pertama (A) berisi data demografi seperti usia, jangka waktu penggunaan lensa kontak, dan alasan penggunaan lensa kontak dengan mengisi kolom yang telah tersedia.

Bagian kedua (B) berisi variabel pengetahuan terdiri dari 13 pertanyaan positif dan 12 pertanyaan negatif menggunakan skala Guttman dengan memberi tanda (√) pada pilihan yang tersedia. Penggunaan skala Guttman, betujuan untuk mengukur satu dimensi dari variabel yang miliki beberapa dimensi, selain itu skala ini merupakan bentuk skala kumulatif (Umar, 2005).

Pertanyaan positif terdapat pada pertanyaan nomor 1,3,5,6,9,10,11,14,16,17,18,20,23 dan pertanyaan negatif terdapat pada pertanyaan nomer 2,4,7,8,12,13,15,19,21,22,24,25 yang disusun secara acak.

Skoring adalah pemberian skor jawaban responden pada beberapa pertanyaan dalam kuesioner sehingga dapat digabungkan menjadi satu variabel. Pada kuesiner B yang berisikan 25 item pertanyaan, untuk jawaban benar diberikan nilai 1, sedangkan untuk jawaban yang salah diberikan nilai 0, dengan skor tertinggi adalah 25 dan skor terendah adalah 0.


(62)

43

Pertanyaan positif

SKOR

Pertanyaan negatif Alternatif jawaban Alternatif jawaban

Benar 1 Salah

Salah 0 Benar

Memperoleh data dalam penelitian, peneliti menggunakan kuesioner pada responden terpilih sebanyak 60 orang responden. Kuesioner digunakan untuk mengetahui pengethuan responden tentang penggunaan lensa kontak yang terdiri dari Definisi lensa kontak, Indikasi penggunaan lensa kontak kontraindikasi penggunaan lensa kontak, klasifikasi lensa kontak, Teknik penggunaan lensa kontak yang aman dan bentuk-bentuk resiko gangguan kesehatan mata akibat lensa kontak. Setelah selesai diisi oleh responden, kuesioner diserahkan kepada peneliti.

F. Prosedur Pengumpulan Data

Proses – proses dalam pengumpulan data pada penelitian melalui beberapa tahap yaitu:

1. Menyelesaikan kelengkapan administrasi seperti surat izin penelitian dari Ketua Program Studi Ilmu Keperawatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta . 2. Melakukan pendataan kepada calon responden dengan menjelaskan tujuan

dan manfaat penelitian.

3. Memberikan lembar persetujuan (informed consent) untuk ditanda tangani oleh calon responden apabila setuju menjadi subjek penelitian.

4. Memberikan penjelasan kepada responden tentang cara pengisian kuesioner.

5. Memberikan kesempatan kepada responden untuk bertanya kepada peneliti apabila ada yang tidak jelas dengan kuesioner.


(63)

6. Memberikan waktu kepada responden untuk mengisi kuesioner.

7. Responden menyerahkan kembali kuesioner yang telah diisi kepada peneliti untuk diperiksa.

G. Uji Validitas dan Reabilitas Instrumen

Sebelum kuesioner dibagikan kepada sample yaitu pelajar putri yang menggunakan lensa kontak di SMK Nusantara 1 Ciputat kota Tangerang Selatan, peneliti terlebih dahulu melakukan uji Validitas dan reabilitas kuesioner tersebut.

Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukan tingkat-tingkat kevalidan atau kesahihan suatu instrumen. Suatu instrumen yang valid atau sahih mempunyai validitas tinggi. Sebaliknya, instrumen yang kurang valid berarti memiliki validitas rendah (Arikunto, 2010). Untuk pengujian validitas instrumen data pengetahuan yang berupa skor dikotomi digunakan korelasi point biserial dengan rumus sebagai berikut (Umar, 2011) :

p p S Mx M X

PB 

       1 i π Dimana :

Mi = Mean skor X dari seluruh subjek yang mendapatkan angka 1 pada variabel di kotomi i

MX = mean skor dari seluruh objek

p = Proporsi subjek yang mendapat angka 1 pada variabel dikatomi

1-p = Proporsi dari orang yang menjawab salah pada item ke-i

X


(64)

45

Kriteria validitasnya adalah jika πPB  0,30 item pertanyaan valid danπPB< 0,30 item pertanyaan tidak valid.

Reabilitas menunjukan pada suatu pengertian bahwa sesuatu instrumen cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data karena cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data karena instrumen tersebut sudah baik. Instrumen yang baik tidak akan bersifat tendensius mengarahkan responden untuk memilih jawaban-jawaban tertentu. Reabilitas menunjukan pada tingkat keterandalan sesuatu. Reabel artinya, dapat dipercaya, jadi dapat diandalkan (Arikunto, 2010).

Sama halnya seperti pengujian validitas data pengetahuan diberi skor yang berupa skor dikotomi kemudian untuk mencari koefisien reliabilitasnya digunakan koefisien Reliabilitas Kuder Richardson 20 (KR-20) yang dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut (umar, 2011):

KR-20 =

       

2 . 1 1 S q p k k Dimana :

KR-20 = Koefisien Reliabilitas KR-20 k = Jumlah item dalam ujian S2 = Varians dari skor

p = Proporsi respon yang benar q = Proporsi respon yang salah = 1-p

Kriteria reliabilitasnya adalah jika KR-200,70 maka dimensi kuesioner reliabel (konsisten) dan jika KR-20 < 0,70 maka dimensi kuesioner tidak reliabel.


(65)

Uji validitas dan reabilitas kuesioner ini dilakukan pada tanggal 15 oktober 2015. Responden diminta untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan yang ada. Disarankan agar jumlah responden untuk uji validitas dan reabilitas kuesioner, minimal 20 orang ini, distribusi skor (nilai) akan lebih mendekati kurva normal (Notoatmodjo, 2010).

Dalam penelitian ini Uji validitas dan reablitas dilakukan terhadap 20 pelajar putri yang menggunakan lensa kontak di SMK Nusantara 2 Ciputat Kota Tangerang Selatan, yang mempunyai karakteristik demografi yang hampir sama dengan pelajar putri di SMK Nusantara 1 Ciputat Kota Tangerang Selatan, dengan kriteria bahwa responden tersebut adalah: pelajar putri yang menggunakan lensa kontak, dapat berkomunikasi dengan lancar dan bersedia untuk dijadikan responden.

H. Pengolahan Data

Dalam melakukan analisis, data terlebih dahulu harus diolah dengan tujuan mengubah data menjadi informasi. Dalam statistik, informasi yang diperoleh digunakan untuk proses pengambilan keputusan, terutama dalam pengujian hipotesis (Hidayat, 2007).

Dalam proses pengolahan data terdapat langkah- langkah yang harus ditempuh, diantaranya:

1. Editing

Editing adalah upaya untuk memeriksa kembali kebenaran data atau formulir kuesioner yang diperoleh atau dikumpulkan. Editing dapat dilakukan pada tahap pengumpulan data atau setelah data terkumpul (Hidayat, 2007).


(66)

47

2. Coding

Coding merupakan kegiatan pemberian kode numerik (angka) terhadap data yang terdiri atas beberapa kategori. Pemberian kode ini sangat penting bila pengolahan dan analisis data menggunakan komputer. Biasanya dalam pemberian kode dibuat juga daftar kode dan artinya dalam satu buku (code book) untuk memudahkan kembali melihat lokasi dan arti suatu kode dari suatu variable (Hidayat, 2007). 3. Entrydata

Data entri adalah kegiatan memasukkan data yang telah dikumpulkan kedalam master tabel atau database komputer, kemudian membuat distribusi frekuensi sederhana atau bisa dengan membuat tabel kontingensi (Hidayat, 2007).

4. Processingdata

Setelah semua isian kuesioner tersisi penuh dan benar, dan juga data sudah dikoding, maka langkah selanjutnya adalah memproses data agar dianalisis. Proses pengolahan data dilakukan dengan cara memindahkan data dari kuesioner ke paket program komputer pengolahan data statistic (Hidayat, 2007).

5. Cleaningdata

Cleaning data merupakan kegiatan memeriksa kembali data yang sudah di-entry, apakah ada kesalahan atau tidak. Kesalahan mungkin terjadi pada saat meng-entry data ke computer (Hidayat, 2007).


(67)

I. Analisis Data

Analisa data beertujuan untuk menyusun data dalam cara yang bermakna agar dapat dipahami (Helmi,2010). Analisa data yang digunakan adalah analisis univariat dilakukan untuk memberikan gambaran tentang variabel tingkat pengetahuan, usia, riwayat penggunaan, dan alasan penggunaan lensa kontak. Analisis data hasil penelitian dilakukan melalui dua tahap yaitu pengolahan data dan analisis data dengan menggunakan komputer (sotfware Analisis) yaitu Microsoft Exel dan Statistical package for social science (SPSS). Pada analisis ini data demografi dan tingkat pengetahuan pelajar putri tentang penggunaan lensa kontak akan dideskriptifkan dalam bentuk distribusi frekuensi yang dilakukan dengan menggunkan statistik deskriptif. Statistik deskriptif dapat digunakan bila peneliti hanya ingin mendeskripsikan data sampel dan tidak ingin membuat kesimpulan yang berlaku untuk populasi dimana sampel diambil (Sugiyono, 2010).

Penilaian dilakukan dengan cara presentasi jawaban diinterpretasikan dalam kalimat kualitatif dengan acuan sebagai berikut :

a. pengetahuan baik ( skor jawaban responden 76-100% ) b. pengetahuan cukup ( skor jawaban responden 56-75% ) c. pengetahuan kurang ( skor jawaban responden≤56% )

dari pengklasifikasian di atas, dapat diketahui bagaimana gambaran tingkat pengetahuan pelajar putri tentang penggunaan lensa kontak dan akan disajikan dalam bentuk tabel.


(68)

49

J. Etika Penelitian

Masalah etika penelitian keperawatan merupakan masalah yang sangat penting dalam penelitian, mengingat penelitian keperawatan berhubungan langsung dengan manusia, maka segi etika penelitian harus diperhatikan. Masalah etika yang harus diperhatikan antara lain adalah sebagai berikut (Hidayat, 2008):

1.Informed Consent(menjelaskan tujuan)

Informed Consent merupakan bentuk persetujuan antara peneliti dan responden penelitian dengan memberikan lembar persetujuan. Informed consent tersebut diberikan sebelum penelitian dilakukan dengan memberikan lembar persetujuan untuk menjadi responden. Tujuan informed consent adalah agar subjek mengerti maksud dan tujuan penelitian, mengetahui dampaknya. Jika subjek bersedia maka mereka harus menandatangani lembar persetujuan. Jika responden tidak bersedia, maka peneliti harus menghormati hak pasien. Beberapa informasi yang harus ada dalam informed consent tersebut antara lain yakni Partisipasi pasien, tujuan dilakukannya tindakan, jenis data yang dibutuhkan, komitmen prosedur pelaksanaan, potensial masalah yang akan terjadi, manfaat, kerahasiaan, informasi yang mudah dihubungi, dan lain-lain (Hidayat, 2008):

2.Anomity(Tanpa Nama)

Masalah etika keperawatan merupakan masalah yang memberikan jaminan dalam penggunaan subjek penelitian dengan cara tidak memberikan atau mencantumkan nama responden pada lembar alat ukur


(69)

dan hanya menuliskan kode pada lembar pengumpulan data atau hasil penelitian yang akan disajikan (Hidayat, 2008):

3.Confidentiality(Kerahasiaan)

Masalah ini merupakan masalah etika dengan memberikan jaminan kerahasiaan hasil penelitian, baik informasi maupun masalah-masalah lainya. Semua informasi yang telah dikumpulkan dijamin kerahasiaannya oleh peneliti, hanya kelompok data tertentu yang akan dilaporkan pada hasil riset (Hidayat, 2008):


(1)

Lampiran 9

Hasil Analisis Demografi

A. Usia Pelajar Putri

Statistics

usia

N Valid 60

Missing 0

Mean 16.35

Median 17.00

Mode 17

Std. Deviation 1.039

usia

Count

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 15 19 31.7 31.7 31.7

16 7 11.7 11.7 43.3

17 28 46.7 46.7 90.0

18 6 10.0 10.0 100.0


(2)

B. Riwayat Penggunaan Lensa Kontak

Statistics

Riwayat

N Valid 60

Missing 0

Mean 16.30

Median 13.50

Mode 12

Std. Deviation 6.242

Riwayat

Count

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 7 1 1.7 1.7 1.7

8 1 1.7 1.7 3.3

9 2 3.3 3.3 6.7

10 1 1.7 1.7 8.3

12 20 33.3 33.3 41.7

13 5 8.3 8.3 50.0

14 2 3.3 3.3 53.3

15 2 3.3 3.3 56.7

16 1 1.7 1.7 58.3

17 9 15.0 15.0 73.3

19 1 1.7 1.7 75.0

24 13 21.7 21.7 96.7

36 2 3.3 3.3 100.0


(3)

C. Alasan Penggunaan Lensa Kontak

Statistics

alasan

N Valid 60

Missing 0

Mean .55

Median 1.00

Mode 1

Std. Deviation .502

alasan

Count

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid kosmetik 27 45.0 45.0 45.0

optik 33 55.0 55.0 100.0

Total 60 100.0 100.0

D. Pengetahuan dilihat dari Usia

Case Processing Summary

Count

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent


(4)

usia * Pengetahuan Crosstabulation

Count Pengetahuan

Total Cukup Baik

usia 15 2 17 19

16 0 7 7

17 1 27 28

18 1 5 6

Total 4 56 60

E. Pengetahuan dilihat dari Riwayat Penggunaan Lensa Kontak

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent


(5)

Riwayat * Pengetahuan Crosstabulation

Count Pengetahuan

Total Cukup Baik

Riwayat 7 0 1 1

8 0 1 1

9 0 2 2

10 0 1 1

12 1 19 20

13 1 4 5

14 1 1 2

15 0 2 2

16 0 1 1

17 0 9 9

19 0 1 1

24 1 12 13

36 0 2 2

Total 4 56 60

F. Pengetahuan dilihat dari Riwayat Penggunaan Lensa Kontak

Case Processing Summary

Count

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent


(6)

Alasan * Pengetahuan Crosstabulation

Count Pengetahuan

Total Cukup Baik

Alasan kosmetik 3 24 27

optik 1 32 33