Keluarga Modern

A. Keluarga Modern

Konsep keluarga telah berubah dari suatu kelompok kekerabatan dasar yang terdiri dari suami, istri, dan anak- anak, atau sekelompok orang-orang yang diikat oleh darah, perkawinan, atau adopsi, menjadi suatu konsep yang lebih inklusif. Baru-baru ini, istilah keluarga mencakup sekelompok yang terdiri dari dua atau lebih orang yang memandang relasi mereka sebagai keluarga dan mengemban tanggung jawab serta kewajiban yang berkaitan dengan keanggotan keluarga (NASW, 1999h, dalam DuBois & Miley, 2005: 359). Dengan demikian, suatu keluarga dapat terdiri dari sekelompok orang yang tidak berkaitan satu sama lain Konsep keluarga telah berubah dari suatu kelompok kekerabatan dasar yang terdiri dari suami, istri, dan anak- anak, atau sekelompok orang-orang yang diikat oleh darah, perkawinan, atau adopsi, menjadi suatu konsep yang lebih inklusif. Baru-baru ini, istilah keluarga mencakup sekelompok yang terdiri dari dua atau lebih orang yang memandang relasi mereka sebagai keluarga dan mengemban tanggung jawab serta kewajiban yang berkaitan dengan keanggotan keluarga (NASW, 1999h, dalam DuBois & Miley, 2005: 359). Dengan demikian, suatu keluarga dapat terdiri dari sekelompok orang yang tidak berkaitan satu sama lain

1. Variasi-variasi bentuk keluarga

Banyak kalangan memandang komposisi keluarga batih tradisional yang terdiri dari ayah dan ibu serta anak-anak mereka sebagai struktur yang normal dari suatu keluarga. Namun demikian, gambaran Biro Sensus Amerika Serikat menunjukkan bahwa 82 persen laki-laki dan 67 persen perempuan berusia 20 hingga 24 tahun tidak pernah menikah, dan 29 persen laki-laki dan 19 persen perempuan berusia 30 hingga 34 tahun belum pernah menikah (Kreider & Field, 2001, dalam DuBois & Miley, 2005: 359). Data terbaru menunjukkan bahwa sekitar 50 persen laki-laki yang menikah berakhir dengan perceraian; banyak pasangan yang menikah memutuskan untuk tidak memiliki anak. Cohabitation (kohabitasi, hidup bersama dalam serumah, kumpul kebo) juga mengubah kehidupan ekluarga (Scommegna, 2002: 1, dalam DuBois & Miley, 2005: 359). “Diperkirakan 40 persen anak-anak di Amerika Serikat tinggal dengan ibu mereka yang tidak menikah dan pacar ibunya beberapa waktu sebelu ulang tahunnya yang ke-16”. Perceraian dan pernikahan ulang benar-benar sangat mengubah struktur keluarga. Keluarga saat ini terdiri dari berbagai bentuk, termasuk keluarga campuran (blended family), orangtua tunggal, keluarga gay dan lesbian, dan keluarga multigenerasi.

2. Fungsi-fungsi keluarga

Walaupun keluarga-keluarga orangtua tunggal, campuran, gay dan lesbian, dan multigenerasi berbeda dengan keluarga-keluarga batih tradisional, namun demikian keluarga-keluarga tersebut di atas merupakan alternatif yang terus dapat memenuhi syarat-syarat peran dan harapan-harapan fungsional keluarga. Sementara bentuk-bentuk keluarga berubah, fungsi-fungsi dan peran-peran keluarga tetap relatif konstan.

Keluarga merupakan unit dasar suatu masyarakat yang melaksanakan tanggung jawab fungsional dalam produksi ekonomi, pembuatan anak, pengasuhan anak, pendidikan, dan sosialisasi. Lebih dari dua abad yang lalu, perubahan dari suatu masyarakat yang pada dasarnya agraris menjadi suatu ekonomi yang diarahkan oleh pasar membuat keluarga-keluarga menjadi konsumen yang mencari nafkah. Ketergantungan ekonomi pada tenaga kerja di dunia kerja, seiring dengan naik-turunnya pasar, telah menggantukan kemandirian ekonomi. Walaupun lembaga-lembaga masyarakat mengemban lebih banyak tanggung jawab bagi pendidikan, pemeliharaan kesehatan, dan distribusi barang-barang serta pelayanan-pelayanan, sistem keluarga tetap sentral dalam organsiasi masyarakat.

Walaupun persekolahan publik saat ini melayani fungsi pendidikan, sosialsiasi dini anak-anak terus merupakan fungsi keluarga. Keluarga merupakan konteks sosial utama bagi pengembangan kepribadian, pembelajaran perilaku prososial, meningkatkan keterampilan- keterampilan sosial, dan mengembangkan pola-pola komunikasi. Dewasa ini, keluarga terus memberikan lingkungan yang nyaman dan aman untuk menjamin kesejahteraan fisik dan emosional bagi semua anggotanya. Secara optimal, keluarga berfungsi sebagai penyangga antara anggota-anggotanya dan masyarakat, suatu tempat pengasingan diri yang aman dimana anggota-anggota keluarga dapat berkumpul kembali dan memulihkan semangat.

3. Peran-peran keluarga

Semua anggota keluarga harus memenuhi peran-peran tertentu untuk menjamin keberfungsian keluarga yang efektif. Peran-peran anggota keluarga mendefinisikan pola-pola perilaku yang penting bagi interaksi keluarga yang berkompeten. Pembagian peran-peran kepada anggota-anggota keluarga tertentu bergantung pada variabel-variabel kebudayaan, jenis kelompok keluarga, dan posisi keluarga di dalam siklus kehidupannya.

Keluarga dapat mengakses dukungan-dukungan pelayanan sosial apabila, apa pun alasan-alasannya, mereka tidak mampu memenuhi syarat-syarat peran mereka masing-masing (Kadushin & Martin, 1988, dalam DuBois & Miley, 2005: 364).

Orangtua, anak-anak dan masyarakat masing-masing memiliki peran-peran dan kewajiban-kewajiban yang khas di dalam jaringan keluarga. Pada umumnya, peran pengasuhan menuntut orangtua memenuhi kebtuhan- kebutuhan dasar anak-anak mereka, termasuk makanan, perumahan, perawatan kesehatan, dan keselamatan, serta kebutuhan-kebutuhan emosional. Orangtua harus mendorong perkembangan intelektual, sosial, dan spiritual anak-anak mereka. Orangtua juga mensosialisasikan anak-anak mereka dengan memberikan interaksi dan disiplin keluarga yang tepat.

Anak-anak memainkan suatu peran dalam sosialisasinya sendiri. Anak-anak memiliki suatu kewajiban untuk mempelajari sikap-sikap dan nilai-nilai, mengembangkan perilaku yang dapat diterima, dan bekerjasama dengan orangtuanya dan anggota-anggota keluarga lainnya:

Ketika kemampuan anak memungkinkan untuk melaksanakan peran dan kewajiban ini, orangtua, bukan tidak mungkin, mengharapkan untuk mengembangkan respons timbal balik dari anak- anak yang memberikan kasih sayang, kenikmatan, dan kenyamanan kepada orangtua. Anak-anak yang terus menerus menahan diri dari, atau tidak mampu, merespons perasaan kepada orangtua yang memperlihatkan kasih saying dapat menimbulkan bahaya bagi bertumbuhnya ketidakpuasan orangtua dalam relasi dengan anak-anak mereka. (Kadushin & Martin, 1988:

14, dalam DuBois & Miley, 2005: 364).

Peran masyarakat dapat mewakili kepentingan- kepentingan anak-anak. Kewajiban masyarakat nampak dalam bentuk melindungi anak-anak melalui tindakan- tindakan seperti mengatur atau memberi lisensi Peran masyarakat dapat mewakili kepentingan- kepentingan anak-anak. Kewajiban masyarakat nampak dalam bentuk melindungi anak-anak melalui tindakan- tindakan seperti mengatur atau memberi lisensi

Kegagalan anggota-anggota keluarga memenuhi syarat- syarat peran mereka dapat menyebabkan kehancuran dalam keberfungsian keluarga. Kadushin dan Martin (1988, dalam DuBois & Miley, 2005: 365) mengidentifikasikan delapan jenis masalah yang dapat menghambat pemenuhan kebutuhan akan pelayanan- pelayanan kesejahteraan anak:

• Peran orangtua yang kosong. Ketiadaan salah satu orangtua, apakah sementara atau selamanya,

meninggalkan suatu kekosongan di dalam peran pengasuhan. Ketiadaan salah satu orangtua mempengaruhi kemampuan keluarga untuk berfungsi tanpa menyesuaikan diri dengan sistem orangtua- anak. Peran-peran yang kosong ini dapat terjadi karena kematian salah satu orangtua, dirawat di rumah sakit, ditahan di penjara, bekerja di luar negeri, mengikuti dinas kemiliteran, bercerai, atau perkawinan tidak sah.

• Ketidakmampuan orangtua. Orangtua tidak mampu melaksanakan perannya selaku orangtua secara memuaskan karena ketidakmampuan fisik, kejiwaan,

atau emosional. Ketidakmampuan-ketidakmampuan ini meliputi ketidakdewasaan emosional, sakit, kendala fisik, keterbelakangan, ketergantungan bahan-bahan kimiawi, dan kurangnya informasi yang memadai tentang pengasuhan anak. Orangtua yang tidak mampu memberikan pengasuhan kepada anak- anak dapat memproleh pelayanan dari sumberdaya- sumberdaya perbaikan, pendidikan, dan pengganti.

• Penolakan peran. Penolakan peran orangtua yang tiba-tiba, baik karena sudah dipikirkan sebelumnya

maupun melalui pelepasan peran yang pasif, cenderung terjadi ketika orangtua merasa terbelenggu atau terbebani oleh tugas-tugas pengasuhan anak. Hasilnya ialah sikap acuh tak acuh, penerlantaran, penganiayaan, pengabaian, dan melarikan dari tanggung jawab pengasuhan.

• Konflik antar-peran. Konflik-konflik antar-peran terjadi karena ketidaksepakatan antara ibu dan ayah

tentang tanggung jawab pengasuhan anak dan harapan-harapan yang bertentangan tentang gaya pengasuhan. Beberapa contoh dari konflik-konflik semacam ini antara lain ialah perdebatan antara pemberian pengasuhan versus pencari nafkah, dilema kasih sayang versus penanaman disiplin, dan keseimbangan antara kebutuhan anak versus enerji pengasuhan.

• Konflik inter-peran. Kadang-kadang orang-orang mengalami konflik antara peran-peran pengasuhan

dan peran-peran kedinasan atau sosial lainnya. Tuntutan-tuntutan kedinasan, kewajiban-kewajiban social, dan harapan-harapan pengasuhan antargenerasi dapat menimbulkan konflik dengan tugas-tugas dan kewajiban-kewajiban pengasuhan anak.

• Masalah transisi peran. Transisi-transisi atau peralihan-peralihan yang dihadapi oleh orangtua mmpengaruhi pelaksanaan peran-peran mereka. Perubahan-perubahan dalam status perkawinan, pekerjaan, susunan keluarga, atau gaya-gaya hidups emuanya memberikan tantangan-tantangan penyesuaian yang dapat menimbulkan gangguan- gangguan peran.

• Ketidakmampuan atau hambatan anak. Anak-anak yang memiliki kebutuhan-kebutuhan khusus antara lain seperti anak-anak yang mengalami penyakit • Ketidakmampuan atau hambatan anak. Anak-anak yang memiliki kebutuhan-kebutuhan khusus antara lain seperti anak-anak yang mengalami penyakit

• Kekurangan sumberdaya-sumberdaya masyarakat. Kondisi-kondisi masyarakat dan tekanan-tekanan lingkungan seperti perumahan yang tidak emmadai,

pengangguran, kemiskinan, diskriminasi, pelayanan- pelayanan ksehatan dan kemanusiaan yang tidak terjangkau sebaliknya dapat mempenagruhi kemampuan keluarga untuk berfungsi.

4. Pelayanan-pelayaan berpusat keluarga

Badan-badan sosial pelayanan keluarga mencakup sejumlah besar program-program dan pelayanan- pelayanan yang mencerminkan misinya yang berpusatkan keluarga. Pelayanan-pelayanan keluarga antara lain meliputi konseling keluarga, individu, dan kelompok; pendidikan kehidupan keluarga; bantuan keuangan; program asistensi kerja; dan advokasi keluarga serta perubahan social. Persoalan-persoalan yang dialamatkan oleh pelayanan-pelayanan keluarga antara lain mencakup kekerasan dalam rumahtangga, feminisasi kemiskinan; kecanduan; akibat-akibat dari susunan keluarga alternatif termasuk keluarga-keluarga orangtua tunggal dan campuran; akibat-akibat ketegangan di dalam keluarga; dan pola-pola komunikasi yang tidak dapat menyesuaikan diri. Orang-orang tertarik bekerja di dalam pelayanan-pelayanan keluarga Badan-badan sosial pelayanan keluarga mencakup sejumlah besar program-program dan pelayanan- pelayanan yang mencerminkan misinya yang berpusatkan keluarga. Pelayanan-pelayanan keluarga antara lain meliputi konseling keluarga, individu, dan kelompok; pendidikan kehidupan keluarga; bantuan keuangan; program asistensi kerja; dan advokasi keluarga serta perubahan social. Persoalan-persoalan yang dialamatkan oleh pelayanan-pelayanan keluarga antara lain mencakup kekerasan dalam rumahtangga, feminisasi kemiskinan; kecanduan; akibat-akibat dari susunan keluarga alternatif termasuk keluarga-keluarga orangtua tunggal dan campuran; akibat-akibat ketegangan di dalam keluarga; dan pola-pola komunikasi yang tidak dapat menyesuaikan diri. Orang-orang tertarik bekerja di dalam pelayanan-pelayanan keluarga

5. Perspektif sistem keluarga

Intervensi dengan sistem keluarga berfokus pada keluarga sebagai suatu unit. Pendekatan sistem mempertimbangkan dinamika relasi di antara anggota- anggota keluarga dan di antara anggota-anggota keluarga dengan lingkungannya. Keteganagn-ketegangan muncul ketika individu anggota keluarga mengalami kesulitan, ketika anggota-anggota keluarga mengalami kesulitan dalam menghadapi anggota-anggota keluarga satu sama lain, atau ketika keluarga atau salah seorang anggotanya mengalami masalah-masalah yang bersumber dari lingkungan. Idealnya, keluarga memberikan suatu keseimbangan antara ketegangan pada satu sisi dan kemampuan anggota-anggota keluarga untuk saling menyesuaikan diri pada sisi lain.

Ketika mempertimbangkan sistem keluarga antargenerasi, pekerja sosial menjajaki cara-cara dimana kekuatan-kekuatan antargenerasi membentuk interaksi- interaksi keluarga. Penjajakan semacam dapat dengan cara mempelajari pengaruh sitem keluarga antargenerasi terhadap relasi dan perilaku serta dapat mencakup suatu rencana untuk membedakan generasi yang satu dari generasi yang lain secara lebih tajam.

Tujuan pendekatan ini ialah untuk memahami relasi struktural keluarga sebagai suatu unit dan pola-pola komunikasi di antara anggota-anggota eluarga. Dinamika struktural di dalam keluarga antara lain meliputi peran-peran yang dilaksanakan oleh setiap anggota keluarga, peraturan-peraturan yang mengatur keberfungsian umum keluarga, dan jejaring komunikasi keluarga.

Seperangkat relasi interpersonal yang rumit pasti terjadi di dalam sistem keluarga. Batas-batas peran mendefinisikan perilaku-perilaku yang spesifik dan diharapkan dari masing-masing anggota keluarga. Masalah-masalah keluarga muncul ketika batas-batas ini tidak jelas atau dibuat terlalu ketat. Seks, usia, dan generasi sering mendefinisikan bagaimana keluarga melaksanakan peran-perannya. Sebagai contoh, membiarkan fungsi-fungsi pengasuhan orangtua hanya pada ibu dapat menciptakan pertengkaran keluarga ketika ibu mencari pekerjaan di luar rumah atau ingin melanjutkan sekolah/kuliah kembali. Begitu pula, anggota-anggota keluarga yang memiliki dua pekerjaan sekaligus barangkali harus meningkatkan peran pengasuhannya sebagai pencari nafkah dan harapan- harapan mereka yang wajar. Keluarga-keluarga lain barangkali tidak mampu melaksanakan peran-peran pengasuhan karena sesuatu hal. Sebagai contoh, ketika keluarga gagal melaksanakan peran-peran pengasuhan atau kurang memahami peran-peran pengasuhan, anak- anak tidak terurus dengan baik atau bahkan mengalami penerlantaran.

Peraturan-peraturan keluarga merupakan alat ukur perilaku bagi anggota-anggota keluarga dan bagi masyarakat. Ketika peraturan-peraturan semacam itu tidak ada, akibatnya ialah ketidakjelasan atau kebingungan. Pada satu sisi, ketika anggota-anggota keluarga menegakkan peraturan-peraturan secara kaku, kemarahan dan permusuhan dapat meletus. Peraturan- peraturan keluarga menspesifikasikan harapan-harapan perilaku; peraturan-peraturan itu seharusnya tidak boleh digunakan untuk mengendalikan secara paksa anggota- anggota keluarga.

Komunikasi yang efektif di dalam keluarga bersumber dari garis-garis komunikasi yang terbuka dan fleksibel di antara semua anggota-anggota keluarga. Komunikasi yang tertutup, seperti mendiamkan, satu arah,, atau pesan berantai, adalah tidak efektif. Dalam usaha mereka meningkatkan komunikasi, keluarga dan pekerja sosial dapat menargetkan untuk mengubah pola-pola Komunikasi yang efektif di dalam keluarga bersumber dari garis-garis komunikasi yang terbuka dan fleksibel di antara semua anggota-anggota keluarga. Komunikasi yang tertutup, seperti mendiamkan, satu arah,, atau pesan berantai, adalah tidak efektif. Dalam usaha mereka meningkatkan komunikasi, keluarga dan pekerja sosial dapat menargetkan untuk mengubah pola-pola

Dalam praktek yang berpusatkan pada keluarga, sejumlah prinsip-prinsip ekologi memandu pekerja sosial dan klien secara bersama-sama. Pekerja sosial memandang masalah-masalah yang dialami oleh keluarga-keluarga sebagai kesulitan-kesulitan dalam transaksi-transaksi di antara sistem-sistem sosial, atau sebagai gangguan-gangguan perkembangan:

• Intervensi bergerak dari suatu model sebab tunggal yang sederhana atau solusi tunggal kepada suatu model umpan balik perubahan.

• Pengalaman-pengalaman kehidupan dan jejaring pemberian bantuan alamiah keluarga merupakan

abgian yang integral dari proses perubahan. Strategi-strategi intervensi harus memandang keluarga sebagai sumebrdaya-sumberdaya dan memanfaatkan partisipasiaktif anggota-anggota keluarga untuk menigkatkan level keberfungsian yang berkompeten keluarga.

• Perspektif ekosistem memandang bahwa perubahan-eprubahan di dalam suatu lingkungan

keluarga atau pada suatu perilaku anggota keluarga dapat menimbulkan perubahan-perubahn yang signifikan di dalam sistem keluarga sebagai suatu keseluruhan.

• Dalam memilih strategi-strategi atau metodologi- metodologi intervensi, adalah penting untuk

memperhatikan prinsip-prinsip keseimbangan, yang menyatakan bahwa terdapat banyak cara yang menghasilkan hasil yang sama. (Hartman & Laird, 1983, dalam DuBois & Miley, 2005: 370).

Sesuai dengan prinsip-prinsip ekologi ini, praktek pekerjaan sosial yang berpusatkan pada keluarga memandang perubahan di dalam keberfungsian keluarga atau anggota-anggotanya, di dalam struktur sosial di atas mana keluarga-keluarga bergantung pada sumberdaya- sumberdaya dan kesempatan-kesempatan untuk bertumbuh dan di dalam relasi-relasi transaksional di antara berbagai sistem sosial.

6. Dukungan pekerjaan sosial kepada keluarga

Ikatan Pekerja Sosial Amerika Serikat (National Association of Social Workers, NASW) mengadvokasikan kebijakan-kebijakan berikut ini yang memberikan dukungan kepada keluarga:

• Pekerjaan penuh dan setara • Pendidikan masa awal anak-anak dan kehidupan

keluarga • Pemberian pengasuhan yang berkualitas kepada anak-anak dan anggota-anggota keluarga yang

lanjut usia • Perumahan yang terjangkau dan terbeli • Pemberian uang cuti kepada keluarga untuk

membayar biaya pengobatan • Pelayanan-pelayanan perawatan kesehatan yang

komprehensif • Bantuan penghasilan dan pajak yang mencerminkan kesetaraan jender • Pencegahan yang berpusatkan keluarga dan pelayanan-pelayanan

yang berorientasikan perlakuan untuk mengalamatkan isu-isu yang berkaitan dengan penganiayaan dan penerlantaran (NASW, 1999h, dalam DuBois & Miley, 2005: 370).

Sebagaimana dikatakan oleh Briar-Lawson (1998), “ketika sistem-sistem yang dirancang untuk melayani keluarga-keluarga gagal, keluarga-keluarga tidak dapat berhasil” (DuBois & Miley, 2005: 370). Keluarga- keluarga membutuhkan jejaring keselamatan sosial dan ekonomi; oleh karena itu, pekerja sosial harus berada di Sebagaimana dikatakan oleh Briar-Lawson (1998), “ketika sistem-sistem yang dirancang untuk melayani keluarga-keluarga gagal, keluarga-keluarga tidak dapat berhasil” (DuBois & Miley, 2005: 370). Keluarga- keluarga membutuhkan jejaring keselamatan sosial dan ekonomi; oleh karena itu, pekerja sosial harus berada di

Kebijakan dukungan keluarga yang dikembangkan oleh pekerjaan sosial dibangun di atas sejumlah prinsip yang berkaitan dengan relasi di antara keluarga-keluarga dan lembaga-lembaga sosial. Dukungan-dukungan yang fundamental bagi keluarga-keluarga antara lain meliputi hak-hak ekonomi dan sosial seperti bantuan-bantuan penghasilan, ketenagakerjaan, pendidikan, dan perawatan kesehatan. Akses kepada pelayanan-pelayanan harus disediakan tanpa bias atau pelanggaran hak-hak sipil, dengan demikian menegaskan pluralisme kebudayaan. Dalam rangka mengalamatkan hakekat keluarga dan kebutuhan-kebutuhan keluarga yang kompleks, sistem- sistem membutuhkan para profesional yang berkompeten di dalam sektor publik dan privat untuk menyelenggarakan pelayanan-pelayanan dalam kemitraan dengan keluarga-keluarga. Pelayanan-pelayan harus mencakup sejumlah besar pilihan-pilihan yang siap diakses. Di atas semua itu, kesejahteraan keluarga harus merupakan fokus sentral dari semua lembaga-lembaga sodial termasuk sekolah, dunia kerja, lembaga-lembaga kesehatan, rumah-rumah ibadah, dan media.