Pekerjaan Sosial dan Kecacatan Perkembangan

E. Pekerjaan Sosial dan Kecacatan Perkembangan

Sebagaimana didefinisikan oleh undang-undang, kecacatan perkembangan (developmental disability) ialah suatu istilah nondiagnostik yang mengacu kepada kriteria yang menentukan elijibilitas seseorang untuk mengikuti program-program yang relevan yang dibiayai oleh pemerintah pusat (DeWeaver, 1995, dalam DuBois & Miley, 2005: 339). Dewasa ini, terdapat hampir 4 juta orang di Amerika Serikat yang mengalami kecacatan perkembangan (Administration on Developmental Disabilities, 2002, dalam DuBois & Miley, 2005: 339). Kecacatan perkembangan mencakup keterbelakangan mental (mental retardation), lumpuh karena gangguan pada otak (cerebral palsy), ayan (epilepsy), autisme (autism), dan kecacatan-kecacatan organik lainnya. Undang-undang tentang Bantuan dan Hak-hak Kecacatan Perkembangan yang Sebagaimana didefinisikan oleh undang-undang, kecacatan perkembangan (developmental disability) ialah suatu istilah nondiagnostik yang mengacu kepada kriteria yang menentukan elijibilitas seseorang untuk mengikuti program-program yang relevan yang dibiayai oleh pemerintah pusat (DeWeaver, 1995, dalam DuBois & Miley, 2005: 339). Dewasa ini, terdapat hampir 4 juta orang di Amerika Serikat yang mengalami kecacatan perkembangan (Administration on Developmental Disabilities, 2002, dalam DuBois & Miley, 2005: 339). Kecacatan perkembangan mencakup keterbelakangan mental (mental retardation), lumpuh karena gangguan pada otak (cerebral palsy), ayan (epilepsy), autisme (autism), dan kecacatan-kecacatan organik lainnya. Undang-undang tentang Bantuan dan Hak-hak Kecacatan Perkembangan yang

• disebabkan oleh suatu kecacatan mental atau fisik atau kombinasi dari kecacatan-kecacatan mental dan fisik • nampak sebelum seseorang mencapai usia 22 tahun

• cenderung berlangsung terus secara tidak pasti • mengakibatkan keterbatasan-keterbatasan fungsional

yang mendasar pada tiga atau lebih bidang kegiatan kehidupan utama sebagai berikut: mengurus diri sendri, menerima dan mengungkapkan bahasa, belajar, bergerak, mengarahkan diri sendiri, kemampuan untuk hidup mandiri, dan memenuhi kebutuhan diri sendiri

• mencerminkan kebutuhan seseorang akan suatu kombinasi dan rangkaian perawatan, perlakuan, atau

pelayanan-pelayanan lain yang spesifik, lintas disiplin atau generik yang berlangsung seumur hidup atau dalam waktu yang lama dan yang direncanakan serta dikoordinasikan secara individual; kecuali syarat di atas, apabila diterapkan kepada bayi dan anak-anak berarti individu-individu sejak dari usia kelahiran hingga usia 5 tahun, termasuk yang mengalami keterlambatan perkembangan yang substansial atau kondisi-kondisi bawaan sejak lahir yang spesifik yang kemungkinan besar mengakibatkan kecacatan-kecacatan perkembangan apabila pelayanan-pelayanan tidak diberikan.

1. Jeis-jenis kecacatan perkembangan

Salah satu jenis utama kecacatan perkembangan ialah keterbelakangan mental (mental retardation). Menurut American Association on Mental Retardation (AAMR) (2000, dalam DuBois & Miley, 2005: 339), keterbelakangan mental ialah suatu kecacatan yang dicirikan oleh keterbatasan-keterbatasan yang signifikan dalam keberfungsian intelektual dan dalam perilaku adaptif seperti yang diperlihatkan dalam keterampilan- keterampilan konseptual, sosial, dan praktis. Kecacatan ini berawal sebelum usia 18 tahun. Asumsi-asumsi yang Salah satu jenis utama kecacatan perkembangan ialah keterbelakangan mental (mental retardation). Menurut American Association on Mental Retardation (AAMR) (2000, dalam DuBois & Miley, 2005: 339), keterbelakangan mental ialah suatu kecacatan yang dicirikan oleh keterbatasan-keterbatasan yang signifikan dalam keberfungsian intelektual dan dalam perilaku adaptif seperti yang diperlihatkan dalam keterampilan- keterampilan konseptual, sosial, dan praktis. Kecacatan ini berawal sebelum usia 18 tahun. Asumsi-asumsi yang

• Keterbatasan-keterbatasan dalam keberfungsian yang terjadi pada saat ini harus dilihat di dalam

konteks lingkungan masyarakat yang khas bagi teman-teman seusia dan kebudayaan seseorang.

• Asesmen yang valid mempertimbangkan keberagaman budaya dan bahasa serta perbedaan-

perbedaan dalam faktor-faktor komunikasi, sensori, motor, dan perilaku.

• Pada individu, keterbatasan-keterbatasan itu sering muncul bersama-sama dengan kekuatan-kekuatan. • Suatu tujuan yang pening dalam mendeskripsikan keterbatasan-keterbatasan ialah untuk

mengembangkan suatu profil dukungan-dukungan yang dibutuhkan.

• Dengan adanya dukungan-dukungan yang dipersonalisasikan secara tepat selama suatu periode

waktu tertentu, keberfungsian kehidupan orang- orang yang mengalami keterbelakangan mental pada umumnya akan meningkat (The AAMR, section 3, dalam DuBois & Miley, 2005: 339).

Dengan cara klarifikasi, kecacatan perkembangan ialah suatu kategori global yang mencakup keterbelakangan mental di antara kecacatan-kecacatan lainnya. Dengan demikian, semua orang yang mengalami suatu keterbelakangan mental mengalami suatu kecacatan perkembangan; namun demikian, tidak semua orang yang mengalami suatu kecacatan perkembangan mengalami suatu keterbelakangan mental. Perkiraan- perkiraan menunjukkan bahwa angka terjadinya kecacatan-kecacatan perkembangan ialah 11,28 per 1.000 penduduk di Amerika Serikat (Larson et al., 2000, dalam DuBois & Miley, 2005: 340).

Kelumpuhan, autisme, masalah-masalah tulang, kehilangan pendengaran, ayan, dan gangguan-gangguan belajar adalah subkategori lain dari kecacatan perkembangan. Kelumpuhan (cerebral palsy) ialah suatu kondisi yang disebabkan oleh kerusakan pusat Kelumpuhan, autisme, masalah-masalah tulang, kehilangan pendengaran, ayan, dan gangguan-gangguan belajar adalah subkategori lain dari kecacatan perkembangan. Kelumpuhan (cerebral palsy) ialah suatu kondisi yang disebabkan oleh kerusakan pusat

Autisme (autism) ialah suatu gangguan yang jarang terjadi yang menjadi perhatian publik setelah ditayangkan dalam film Rainman. Autisme meliputi gangguan dalam keberfungsian kognitif, perkembangan motor, persepsi sensori, keterlambatan bahasa, dan pengungkapan emosi yang tidak sesuai. Anak-anak yang sering memperlihatkan perilaku autistik beresiko ditempatkan di panti asuhan. Masalah-masalah ortopedik (orthopedic problems), atau masalah-masalah yang meliputi tulang, otot, dan persendian, yang nampak dalam bentuk gangguan-gangguan seperti spina bifida dan gangguan pinggul yang merupakan bawan sejak lahir (congenital hip dislocations), disebut sebagai kecacatan-kecacatan perkembangan hanya apabila masalah-masalah itu sudah ada sejak lahir dan kondisi-kondisi itu mengganggu keberfungsian anak- anak sekurang-kurangnya dalam tiga bidang kegiatan- kegiatan kehidupan yang tercantum di dalam Undang- undang tentang Kecacatan Perkembangan. Masalah pendengaran yang dialami sejak lahir atau yang berkembang pada masa anak-anak ialah suatu kecacatan perkembangan karena berpotensi mengganggu, khususnya mengganggu bicara dan bahasa. Terakhir, kecacatan-kecacatan perkembangan seperti ayan atau epilepsi (epilepsy), termasuk grand and petit mal seizure, dan gangguan-gangguan belajar yang spesifik (specific learning disabilities) dapat dialami sekaligus oleh seorang individu. Menurut definisi, gangguan- gangguan belajar tidak termasuk ke dalam kelompok keterbelakangan mental dan gangguan-gangguan emosi serta gangguan-gangguan penglihatan, pendengaran, dan motor. Gangguan-gangguan belajar menghambat Autisme (autism) ialah suatu gangguan yang jarang terjadi yang menjadi perhatian publik setelah ditayangkan dalam film Rainman. Autisme meliputi gangguan dalam keberfungsian kognitif, perkembangan motor, persepsi sensori, keterlambatan bahasa, dan pengungkapan emosi yang tidak sesuai. Anak-anak yang sering memperlihatkan perilaku autistik beresiko ditempatkan di panti asuhan. Masalah-masalah ortopedik (orthopedic problems), atau masalah-masalah yang meliputi tulang, otot, dan persendian, yang nampak dalam bentuk gangguan-gangguan seperti spina bifida dan gangguan pinggul yang merupakan bawan sejak lahir (congenital hip dislocations), disebut sebagai kecacatan-kecacatan perkembangan hanya apabila masalah-masalah itu sudah ada sejak lahir dan kondisi-kondisi itu mengganggu keberfungsian anak- anak sekurang-kurangnya dalam tiga bidang kegiatan- kegiatan kehidupan yang tercantum di dalam Undang- undang tentang Kecacatan Perkembangan. Masalah pendengaran yang dialami sejak lahir atau yang berkembang pada masa anak-anak ialah suatu kecacatan perkembangan karena berpotensi mengganggu, khususnya mengganggu bicara dan bahasa. Terakhir, kecacatan-kecacatan perkembangan seperti ayan atau epilepsi (epilepsy), termasuk grand and petit mal seizure, dan gangguan-gangguan belajar yang spesifik (specific learning disabilities) dapat dialami sekaligus oleh seorang individu. Menurut definisi, gangguan- gangguan belajar tidak termasuk ke dalam kelompok keterbelakangan mental dan gangguan-gangguan emosi serta gangguan-gangguan penglihatan, pendengaran, dan motor. Gangguan-gangguan belajar menghambat

2. Pelayanan-pelayanan yang berbasiskan lembaga

atau masyarakat

Penempatan anak-anak yang mengalami keterbelakangan mental di panti-panti asuhan merupakan respons yang khas dari kalangan profesional pelayanan kemanusiaan hingga pada tahun 1960-an. Didirikan pada tahun 1950, Perkumpulan Nasional Anak-anak Terbelakang (The National Association of Retarded Children) , sekarang telah berubah menjadi Perkumpulan Nasional Warganegara Terbelakang (National Association of Retarded Citizens), mendukung kebegaraman program-program seperti bengkel-bengkel kerja, pusat-pusat kegiatan, dan laternatif- alternatif hunian, serta mengadvokasikan refromasi perundang-undangan (The ARC of the United States, 2001, dalam DuBois & Miley, 2005: 341).

TIndakan-tindakan perundang-undangan ada tahun 1960-an dan 1970-an telah memberikan perlindungan lebih lanjut atas hak-hak orang-orang yang mengalami kecacatan- kecacatan perkembangan termasuk pendidikan publik, pemrograman pendidikan yang terindividualisasikan, dan rehabilitasi kerja. Besarnya biaya dan tekanan terhadap penjaminan hak-hak sipil orang-orang yang mengalami kecacatan mempercepat upaya-upaya deinstitusionalisasi (tidak menempatkan orang-orang yang mengalami kecacatan itu di panti-panti asuhan) dan pengembangan lebih lanjut pelayanan-pelayanan yang berbasiskan masyarakat.

Pelayanan-pelayanan residensial masyarakat, kesempatan- kesempatan pendidikan, dan program-program bantuan kerja mempertahankan orang-orang yang mengalami kecacatan mental tetap tinngal di dalam masyarakat dengan gaya hidup yang senormal mungkin. Sesuai dengan kewenangan pelayanan baru ini, pemrograman menitikberatkan kepada pengarusutamaan, penormalisasian, dan pendeinstitusionalisasian. Semua upaya-upaya ini--pengarusutamaan, penormalisasian, dan Pelayanan-pelayanan residensial masyarakat, kesempatan- kesempatan pendidikan, dan program-program bantuan kerja mempertahankan orang-orang yang mengalami kecacatan mental tetap tinngal di dalam masyarakat dengan gaya hidup yang senormal mungkin. Sesuai dengan kewenangan pelayanan baru ini, pemrograman menitikberatkan kepada pengarusutamaan, penormalisasian, dan pendeinstitusionalisasian. Semua upaya-upaya ini--pengarusutamaan, penormalisasian, dan

Di dalam settting pendidikan, pengarusutamaan mendorong keterlibatan anak-anak yang mengalami kecacatan perkembangan di dalam kelas-kelas reguler atau biasa. Sekolah-sekolah memberikan dukungan-dukungan dan sumberdaya-sumberdaya yang special bagi pengintegrasian dan pencapaian pendidikan yang berhasil.

Prinsip penormalisasian berarti bahwa orang-orang yang mengalami kecacatan perkembangan berpartisipasi di dalam kegiatan-kegiatan kehidupan setiap hari yang sesuai dengan tingkat usia yang sama seperti orang lain. Para pendukung penormalisasian lebih menghendaki kegiatan- kegiatan “yang normal dan sama” di dalam pendidikan, pekerjaan, dan rekreasi daripada di dalam kegiatan-kegiatan yang “terpisah dan khusus”.

Tujuan pendeinstitusionalisasian ialah untuk memberikan perawatan dalam pelayanan-pelayanan yang berbasiskan masyarakat yang kurang membatasi daripada di panti-panti asuhan (institusi-instutusi pengasuhan). Setting-setting hunian yang lebih kecil, yang berbasiskan ketetanggaan, dan mandiri menggantikan setting-setting kelembagaan yang lebih besar yang sebelumnya memisahkan orang- orang yang mengalami kecacatan perkembangan. Teori- teori rehabilitasi sosial, pilihan-pilihan perawatan masyarakat, dan gerakan-gerakan hak-hak sipil sangat mempengaruhi munculnya gerakan-gerakan pendeinstitusionalisasian di dalam bidang kecacatan- kecacatan perkembangan.

3. Isu-isu penyelenggaraan pelayanan sosial

Pekerjaan sosial memberi sumbangan kepada penyelenggaraan pelayanan-pelayanan sosial bagi orang- orang yang mengalami kecacatan perkembangan. Kegiatan-kegiatan pekerjaan sosial antara lain ialah memberikan pelayanan-pelayanan konseling dengan individu dan keluarga, menyiapkan asesmen dan evaluasi keberfungsian, menata perumahan, mendukung kegiatan- Pekerjaan sosial memberi sumbangan kepada penyelenggaraan pelayanan-pelayanan sosial bagi orang- orang yang mengalami kecacatan perkembangan. Kegiatan-kegiatan pekerjaan sosial antara lain ialah memberikan pelayanan-pelayanan konseling dengan individu dan keluarga, menyiapkan asesmen dan evaluasi keberfungsian, menata perumahan, mendukung kegiatan-

Sepanjang masa kehidupan, berbagai pelayanan memberikan dukungan-dukungan yang terindividualisasikan, yang bervariasi mulai dari bantuan total hingga bantuan peralihan kepada kehidupan yang mandiri. Pelayanan-pelayanan ini menyentuh banyak bidang-bidang kehidupan—perumahan, ketenagakerjaan, pendidikan, kesehatan, keluarga, dan masyarakat. Pekerja sosial memvalidasikan kemampuan-kemampuan klien untuk bertumbuh dan mewujudkan pencapaian-pencapaian dan kemajuan-kemajuan mereka. Pelayanan-pelayaan yang efektif meningkatkan potensi pertumbuhan dan potensi klien sepenuhnya di dalam kehidupan masyarakat dan sumbangan mereka yang sebesar-besarnya kepada masyarakat. Selain itu, “intervensi-intervensi pekerjaan sosial dan kebijakan-kebijakan sosial harus difokuskan kembali pada transaksi-transaksi dan kesesuaian-kesesuaian yang baik antara orang-orang yang mengalami suatu kecacatan dengan lingkungan fisik, sosial, dan politik” (Kropf & DeWeaver, 1996: 179, dalam DuBois & Miley, 2005: 342).