Mengembangkan tujuan-tujuan perlakuan

C. Mengembangkan tujuan-tujuan perlakuan

Sekali asesmen sudah dilakukan dan suatu diagnosis sudah ditetapkan, pekerja sosial dan klien bersiap-siap untuk mengembangkan tujuan-tujuan perlakuan. Kami mengusulkan lima pedoman untuk mengembangkan tujuan- tujuan perlakuan. Tujuan-tujuan sebaiknya: (1) bersumber dari asesmen dan diagnosis; (2) menyaratkan partisipasi yang maksimum dari klien; (3) dinyatakan dalam istilah- istilah yang positif; (4) fisibel, realistik, dan sesuai dengan sumber-sumber yang ada pada klien; dan (5) didefinisikan dengan baik, dapat diamati, dan dapat diukur.

1. Tujuan-tujuan perlakuan sebaiknya bersumber dari asesmen dan diagnosis masalah klien. Sebaiknya ada suatu nexus antara asesmen/diagnosis dengan tujuan- tujuan. Sebagai contoh, apabila asesmen dan diagnosis menyatakan bahwa klien sedang mengalami

kekurangan tidur sekunder (sleep deprivation secondary) hingga suatu gangguan kecemasan, tujuan- tujuan perlakuan (jangka pendek dan jangka panjang) sebaiknya berfokus pada penstabilisasian pola-pola tidur sambil tetap mengurangi kecemasan dan gejala-

gejalanya.

2. Pengembangan suatu tujuan perlakuan sebaiknya meliputi partisipasi aktif dari klien. Suatu tujuan tidak boleh dianggap bersumber dari klien. Klien yang berpartisipasi secara aktif dalam pengembangan tujuan- tujuan perlakuan lebih termotivasi untuk mematuhi rencana perlakuan. Partisipasi yang aktif meliputi pekerjaan rumah yang dikerjakan dan diselesaikan di luar setting klinis. Perlakuan-perlakuan yang meliputi tugas-tugas pekerjaan rumah cenderung untuk meningkatkan kepatuhan klien dan memfasilitasi penggeneralisasian perilaku yang berubah terhadap linkungan lain.

3. Tujuan-tujuan perlakuan sebaiknya dinyatakan dalam istilah-istilah yang positif. Sebagai contoh, klien lebih termotivasi untuk meningkatkan frekuensi dan intensitas peristiwa-peristiwa yang menyenangkan daripada menghentikan peristiwa-peristiwa yang mengakibatkan depresi. Persamaannya, seorang pengguna obat bius tidak hanya sekedar akan berhenti menggunakan obat-obatan berbahaya akan tetapi untuk meningkatkan durasi antara penggunaan dan jumlah hari bersih dan sober. Suatu tujuan yang dinyatakan secara positif memiliki manfaat inheren bagi peningkatan kepatuhan terhadap rencana perlakuan dan mendorong klien untuk berpartisipasi dalam apa yang mereka inginkan dan anggap baik.

4. Suatu tujuan perlakuan sebaiknya fisibel agar dapat dicapai oleh klien. Apabila tujuan tidak jelas atau terlalu ambisius, hasilnya kemungkinan besar adalah kegagalan. Alih-alih keberfungsian sosial meningkat, klien dapat mengalami suatu kurang berhasil, 4. Suatu tujuan perlakuan sebaiknya fisibel agar dapat dicapai oleh klien. Apabila tujuan tidak jelas atau terlalu ambisius, hasilnya kemungkinan besar adalah kegagalan. Alih-alih keberfungsian sosial meningkat, klien dapat mengalami suatu kurang berhasil,

5. Akhirnya, tujuan perlakuan sebaiknya dapat diamati. Klien, pekerja sosial, atau orang-orang lain yang relevan sebaiknya dapat mengamati perubahan. Salah satu cara terbaik untuk mengamati tujuan-tujuan ialah dengan instrumen asesmen yang membantu merumuskan asesmen dan diagnosis.

Sebagai tambahan, banyak gangguan mental yang diklasifikasikan pada Aksis I diberi rentang keparahan dengan asesmen yang dicatat sebagai digit kelima kode DSM. Ini dikenal sebagai koding digit kelima. Keparahan (severity) didefinisikan sebagai 1 (ringan), 2 (sedang), 3 (parah tetapi tanpa tanda-tanda psikotik), dan 4 (parah dan ada tanda-tanda psikotik). Salah satu tujuan yang tidak jelas dari setiap intervensi ialah mengurangi parahnya ketegangan klien dengan tujuan mengubah beberapa perilaku. Dengan mengases keparahan sebelum, selama dan sesudah perlakuan kode digit kelima memberikan suatu asesmen yang luas tentang efektivitas perlakuan.

Tujuan-tujuan perlakuan yang didefinisikan dengan baik, dapat diamati, dan dapat diukur memberikan sejumlah keuntungan, termasuk mengurangi ketidaksepakatan antara klien dan klinisi, yang memberikan arah bagi rencana perlakuan (yang dengan demikian mencegah pemborosan waktu dan sumber-sumber), dan berfungsi sebagai.ukuran suatu hasil yang efektif (Hepworth, Larsen, & Rooney, 1997; juga lihat bab 55, volume ini). Suatu definisi operasional yang didefinisikan dengan baik tentang tujuan perlakuan ialah suatu kondisi yang penting bagi suatu rencana perlakuan yang efektif. Lagi pula, jauh lebih mudah Tujuan-tujuan perlakuan yang didefinisikan dengan baik, dapat diamati, dan dapat diukur memberikan sejumlah keuntungan, termasuk mengurangi ketidaksepakatan antara klien dan klinisi, yang memberikan arah bagi rencana perlakuan (yang dengan demikian mencegah pemborosan waktu dan sumber-sumber), dan berfungsi sebagai.ukuran suatu hasil yang efektif (Hepworth, Larsen, & Rooney, 1997; juga lihat bab 55, volume ini). Suatu definisi operasional yang didefinisikan dengan baik tentang tujuan perlakuan ialah suatu kondisi yang penting bagi suatu rencana perlakuan yang efektif. Lagi pula, jauh lebih mudah