Pekerjaan Sosial dan Kecanduan Zat Kimiawi

G. Pekerjaan Sosial dan Kecanduan Zat Kimiawi

Penggunaan obat-obatan dan alkohol pada dasarnya bukanlah suatu gangguan; akan tetapi, penggunaannya dapat menyebabkan ketergantungan psikologis atau fisik yang pada akhirnya menimbulkan masalah. Penyalahgunaan obat-obatan dan alkohol mengganggu pemikiran orang-orang dan kemampuan-kemampuan mereka dalam melaksanakan peran- peran dan kewajiban-kewajiban sosial mereka. Orang-orang yang kecanduan obat-obatan dan alkohol sering menolak akibat- akibat dari kecanduan mereka, tanpa memperhitungkan akibat- akibat negatif dari perilaku mereka, dan mengembangkan suatu Penggunaan obat-obatan dan alkohol pada dasarnya bukanlah suatu gangguan; akan tetapi, penggunaannya dapat menyebabkan ketergantungan psikologis atau fisik yang pada akhirnya menimbulkan masalah. Penyalahgunaan obat-obatan dan alkohol mengganggu pemikiran orang-orang dan kemampuan-kemampuan mereka dalam melaksanakan peran- peran dan kewajiban-kewajiban sosial mereka. Orang-orang yang kecanduan obat-obatan dan alkohol sering menolak akibat- akibat dari kecanduan mereka, tanpa memperhitungkan akibat- akibat negatif dari perilaku mereka, dan mengembangkan suatu

1. Ketergantungan alkohol dan obat-obatan

Obat-obatan psikoaktif mengubah keberfungsian normal otak. Depresan seperti alkohol, barbiturat, dan heroin mematikan respons tubuh. Alkohol adalah obat-obatan depresan yang paling banyak digunakan secara umum. Selanjutnya, alkohol memiliki suatu potensi yang sangat kuat untuk kecanduan. Penelitian menunjukkan bahwa beberapa kalangan rentan terhadap kecanduan alkohol karena warisan genetik mereka. Berbeda dengan depresan, stimulan meningkatkan intensitas reaksi. Stimulan seperti amfetamin dan kokain sangat mencandukan. Penggunaan methamfetamin dan kokain sangat umum terjadi. Penggunaan stimulan dapat menyebabkan halusinasi, delusi, dan gejala-gejala paranoid skizofrenia lainnya, suatu gangguan kejiwaan yang serius. Jenis ketiga obat-obatan psikoaktif, halusinogen—termasuk ganja (marijuana) dan lysergic acid diethylamide (LSD)—mengubah kesadaran dan mengganggu mekanisme-mekanisme pemrosesan informasi. Terakhir, ketergantungan zat-zat kimiawi juga dapat berasal dari penyalahgunaan obat-obatan yang tidak sesuai dengan resep dokter. Obat tidur, pil diet, cairan yang dihisap atau disemprotkan ke dalam lobang hidung, dan obat-obat demam dapat mengakibatkan “kecanduan apotik,” suatu bentuk penyalahgunaan obatan-obatan yang tersembunyi.

DSM IV mengembangkan kriteria untuk menentukan apakah seseorang mengalami ketergantungan obatan- obatan. Menurut DSM IV-TR, seseorang dinyatakan mengalami ketergantungan obatan-obatan apabila memenuhi sekurang-kurangnya tiga kriteria berikut ini terjadi pada suatu waktu dalam periode waktu 12 bulan yang sama:

• Toleransi berkembang apabila penggunaan berlanjut terus • Gejala-gejala menarik diri dialami apabila

penggunaan dikurangi atau dihentikan • Penggunaan dalam jumlah yang besar pada suatu periode waktu tertentu lebih lama dari yang

dimaksudkan sebelumnya • Keinginan yang lemah dan ketidakmampuan untuk

mengendalikan penggunaan obat-obatan • Kegiatan-kegiatan sehari-hari berpusat pada upaya

memperoleh, menggunakan, dan memulihkan diri dari akibat-akibat penggunaan obat-obatan

• Kegiatan-kegiatan mengkonsumsi obat-obatan menggantikan kegiatan-kegitan sosial, pekerjaan,

atau kereasi yang diharapkan • Terus menerus menggunakan walaupun sudah mengetahui bahaya kecacatan fisik dan psikologis

yang ditimbulkannya (American Psychiatric Association, 2000, dalam DuBois & Miley, 2005: 350).

Penyalahgunaan obat-obatan tidak termasuk ciri-ciri ketergantungan obat-obatan sebagaimana didefinsiikan oleh DSM IV-TR. Penyalahgunaan obat-obatan berkaitan dengan penggunaan obat-obatan yang berulang-ulang yang mengakibatkan munculnya satu atau lebih perilaku sebagai berikut: timbul kesulitan-kesulitan dalam berperan di dalam pekerjaan, sekolah, atau rumah, seperti absenteisme atau menerlantarkan anak; mengendarai kendaraan ketika sedang mabuk; berperilaku aneh; dan melawan serta masalah-masalah interpersonal lainnya (American Psychiatric Association, 2000, dalam DuBois & Miley, 2005: 350).

Apabila orang-orang bergantung secara psikologis kepada suatu obat-obatan atau alkohol, mereka menggunakan obat- obatan atau alkohol, sebagai suatu cara untuk mengurangi ketegangan sehari-hari. Apabila orang-orang kecanduan atau bergantung secara fisik kepada obat-obatan atau alkohol, tubuh mereka mengembangkan suatu toleransi atas obat-obatan atau alkohol. Tubuh mereka menuntut dosis Apabila orang-orang bergantung secara psikologis kepada suatu obat-obatan atau alkohol, mereka menggunakan obat- obatan atau alkohol, sebagai suatu cara untuk mengurangi ketegangan sehari-hari. Apabila orang-orang kecanduan atau bergantung secara fisik kepada obat-obatan atau alkohol, tubuh mereka mengembangkan suatu toleransi atas obat-obatan atau alkohol. Tubuh mereka menuntut dosis

2. Prevalensi penyalahgunaan obat-obat terlarang

Survei Nasional Rumahtangga tentang Penyalahgunaan Obat-obatan (The National Household Survey on Drug Abuse), suatu proyek yan dikembangkan oleh Administrasi Pelayanan-pelayanan Kesehatan Mental dan Penyalahgunaan Obat-obatan (Substance Abuse and Mental Health Services Administration, SAMHSA), melaporkan prevalensi dan insidensi penyalahgunaan obat-obatan dan alkohol di kalangan penduduk Amerika Serikat pada usia

12 tahun dan lebih. Menurut hasil survei pada tahun 2000 itu, diperkirakan sebanyak 15,9 juta penduduk menyalahgunakan obat-obatan dan alkohol selama periode survei. Angka penyalahgunaan obat-obatan di kalangan kelompok-kelompok ras dan etnis utama “di kalangan orang Kulit Hitam 7,4 persen, Kulit Putih 7,2 persen, dan Hispanic 6,4 persen. Penyalahgunaan obat-obatan akhir- akhir yang tertinggi ialah di kalangan orang Indian Amerika Serikat dan penduduk asli Alaska (9,9 persen)” dan di kalangan orang-orang yang memiliki ras ganda (12,

6 persen) (SAMHSA, 2002, dalam DuBois & Miley, 2005: 351).

Sekitar 48,3 persen orang-orang yang berusia 12 tahun dan lebih dilaporkan meminum alkohol selama periode survei (SAMHSA, 2002a, dalam DuBois & Miley, 2005: 351). Dari subkelompok sampel itu, hampir seperlima berpartisipasi di dalam minum yang mabuk-mabukan— lima kali minum atau lebih dalam kesempatan yang sama (SAMHSA, 2002b, dalam DuBois & Miley, 2005: 351). Dengan angka prevalensi 67,5 persen, usia 21 tahun ialah Sekitar 48,3 persen orang-orang yang berusia 12 tahun dan lebih dilaporkan meminum alkohol selama periode survei (SAMHSA, 2002a, dalam DuBois & Miley, 2005: 351). Dari subkelompok sampel itu, hampir seperlima berpartisipasi di dalam minum yang mabuk-mabukan— lima kali minum atau lebih dalam kesempatan yang sama (SAMHSA, 2002b, dalam DuBois & Miley, 2005: 351). Dengan angka prevalensi 67,5 persen, usia 21 tahun ialah

Ketergantungan alkohol dan obat-obatan memiliki implikasi yang serius bagi individu dan masyarakat. Penyalahguaan obat-obatan berkaitan dengan masalah- masalah kesehatan fisik dan kejiwaan yang signifikan, kehancuran keluarga, kejahatan, dan kenakalan. Selanjutnya, studi-studi penelitian memperlihatkan implikasi penyalahgunaan alkohol dalam kekerasan dalam rumahtangga, masalah-masalah kesehatan jiwa, kesulitan- kesulitan keluarga, penganiayaan dan penerlantaran anak, kejahatan, dan kenakalan (Barnes, Welt, & Hoffman, 2002; Caetano, Craig, Field, & Nelson, 2003; Johnson, Brems, & Burke, 2002; Schumaher, Fals-Stewart, & Leonard, 2003; Thomson, 2003; dalam DuBois & Miley, 2005: 351).

3. Populasi khusus dan penyalahgunaan alkohol

Penggunaan obat-obatan dan alkohol mempengaruhi manusia dari semua jalan kehidupan; akan tetapi, Anderson (1995, dalam DuBois & Miley, 2005: 351) membedakan beberapa subkelompok yang mengalami kerentanan tertentu, termasuk para remaja, orang-orang lanjut usia, kaum perempuan, lesbian dan laki-laki gay, dan kalangan minoritas etnis. Karena para remaja sering mencoba-coba alkohol, program intervensi harus diarahkan pada usaha- usaha untuk mengurangi penggunaan alkohol itu. Orang- orang yang mengalami ketergantungan cederung memiliki masalah-masalah di sekolah, bergaul dengan teman-teman Penggunaan obat-obatan dan alkohol mempengaruhi manusia dari semua jalan kehidupan; akan tetapi, Anderson (1995, dalam DuBois & Miley, 2005: 351) membedakan beberapa subkelompok yang mengalami kerentanan tertentu, termasuk para remaja, orang-orang lanjut usia, kaum perempuan, lesbian dan laki-laki gay, dan kalangan minoritas etnis. Karena para remaja sering mencoba-coba alkohol, program intervensi harus diarahkan pada usaha- usaha untuk mengurangi penggunaan alkohol itu. Orang- orang yang mengalami ketergantungan cederung memiliki masalah-masalah di sekolah, bergaul dengan teman-teman

Walaupun orang-orang lanjut usia cenderung tidak mengalami kecanduan, studi-studi menunjukkan bahwa 10 persen orang-orang yang berusia lebih dari 65 tahun adalah peminum alkohol yang bermasalah, dan sekitar 8 persen kecanduan alkohol (Vinton & Wambach, 1998, dalam DuBois & Miley, 2005: 351). Masalah-masalah yang berkaitan dengan alkohol cenderung berlangsung seumur hidup atau suatu reaksi terhadap stres dan kehilangan- kehilangan yang berkaitan dengan usia lanjut. Pada kasus di atas, ketergantungan alkohol memperburuk komplikasi keberfungsian fisik dan psikososial.

Bagi kaum perempuan, alkoholisme berkaitan dengan stres kehidupan dan depresi, kemunculannya di kemudin hari, dan penyembuhannya harus sebelumnya. Keprihatinan khusus ialah banyaknya jumlah kaum perempuan yang berusia sedang mengasuh bayi (meneteki bayi) yang mengkonsumsi alkohol dan bayinya berpotensi mengalami sindrom alkohol fetal (janin mabuk alkohol). Penelitian terbaru memperlihatkan bahwa seringnya minum alkohol di kalangan kaum perempuan meningkat secara tajam (Centers for Disease Control and Prevention, 2003c, dalam DuBois & Miley, 2005: 352).

Stres kehidupan yang dialami oleh para lesbian dan laki- laki gay dipandang dapat meningkatkan kerentanan mereka terhadap alkoholisme. Selanjutnya, pemulihan dapat semakin terkomplikasikan oleh kurangnya program- program intervensi yang dirancang untuk para lesbian dan laki-laki gay yang alkoholik. Keengganan mereka untuk menceritakan isu-isu pribadi yang berkaitan dengan orientasi seksual mereka selama rangkaian penyembuhan atas ketergantungan bahan-bahan kimiawi dapat menambah komplikasi pemulihan mereka.

Perbedaan-perbedaan juga terjadi dalam kaita dengan status minoritas etnis. Orang-orang Amerika Serikat asli barangkali adalah yang paling serius dihinggapi oleh alkoholisme. Perkiraan-perkiraan menunjukkan bahwa Perbedaan-perbedaan juga terjadi dalam kaita dengan status minoritas etnis. Orang-orang Amerika Serikat asli barangkali adalah yang paling serius dihinggapi oleh alkoholisme. Perkiraan-perkiraan menunjukkan bahwa

4. Program pencegahan penyalahgunaan obat-obat terlarang

Pemrograman pencegahan berfokus pada usaha memperkuat individu-individu dan keluarga serta meningkatkan norma-norma masyarakat dalam melawan penggunaan obat-obatan. Program-program pencegahan juga menitikberatkan “faktor-faktor perlindungan” dan mengalihkan atau mengurangi faktor-faktor resiko yang diketahui (NIDA, 2000, dalam DuBois & Miley, 2005: 353). Suatu paradigma ketahanan atau keunggulan (a resilience paradigm) bagi pencegahan remaja dari penyalahgunaan obat-obatan menitikberatkan suatu pendekatan yang berorientasikan kekuatan-kekuatan yang berbeda dengan intervensi tradisional yang berorientasikan faktor resiko. Dalam tinjauan kepustakaan mereka tentang model ketahanan atau keunggulan, Kaplan dan Turner (1996, dalam DuBois & Miley, 2005: 353) mengidentifikasikan factor-faktor pribadi, keluarga, sekolah, dan masyarakat yang berkaitan dengan ketahanan individu:

Faktor-faktor individual

• Temperamen yang lembut • Kemampuan intelektual • Ketangguhan diri sendiri • Penilaian yang realistik terhadap lingkungan sosial • Keterampilan-keterampilan pemecahan masalah bagi

relasi sosial • Memiliki arah yang jelas • Memahami dan merespons perasaan-perasaan orang lain • Humor

• Menjaga jarak dari orang-orang yang menimbulkan kesulitan

Faktor-faktor perlindungan keluarga

• Relasi yang positif dengan orang yang memperdulikan • Lingkungan keluarga yang positif • Harapan-harapan orangtua yang realistik • Tanggung jawab di dalam rumahtangga • Modeling ketahanan yang efektif dari orangtua • Jejaring dukungan keluarga luas

Faktor-faktor perlindungan sekolah

• Keterlibatan dalam pengambilan keputusan sekolah • Harapan prestasi siswa/mahasiswa yang tinggi secara

realistik • Suasana yang mendukung

Faktor-faktor perlindungan masyarakat

• Norma-norma masyarakat yang positif • Sumberdaya-sumberdaya masyarakat yang memadai

bagi anak-anak dan keluarga

5. Peran pekerja sosial

Para praktisioner pekerjaan sosial yang bekerja di berbagai setting penyalahgunaan obat-obatan memberikan konseling individu dan keluarga serta rujukan-rujukan kepada pelayanan-pelayanan di bidang industri, pendidikan, hukum, dan sistem kesehatan. Badan-badan penyembuhan obat-obatan dewasa ini cenderung mempekerjakan pekerja sosial karena mereka memiliki lisensi dan peraturan- peraturan yang ketat, menggunakan asuransi untuk membiayai perawatan kesehatan, dan menekankan peningkatan para profesional yang disertifikasikan.

Ada beberapa syarat yang dibutuhkan untuk bekerja dengan orang-orang yang mengalami ketergantungan bahan-bahan kimiawi. Pertama, harus memiliki omitmen terhadap hak klien untuk menentukan nasibnya sendiri dan alat-alat penyembuhan yang meningkatkan hak klien untuk membuat pilihan-pilihan. Berikut ini adalah pedoman praktis untuk berpraktek di bidang kecanduan obat-obatan dan alkohol:

• Memahami faktor-faktor biologis, psikologis, sosial, dan spiritual yang berkaitan dengan kecanduan • Menyadari tujuan penyembuhan yang berdimensi dua yaitu menghentikan penggunaan obat-obatan dan

alkohol pada satu sisi, dan pada sisi lain memulihkan keberfungsian yang produktif pada keluarga, tempat kerja, dan masyarakat

• Mnggunakan suatu pendekatan ekologis dalam perencanaan asesmen dan penyembuhan yang

mempertimbangkan faktor-faktor seperti pengaruh- pengaruh sosial budaya, ras dan etnisitas, usia, jender, dan ketersediaan dukungan-dukungan sosial

• Mempromosikan strategi-strategi untuk meningkatkan motivasi pribadi dan dukungan sosial dalam rangka

mendorong klien menyelesaikan program-program penyembuhan

• Menjamin transisi-transisi yang efektif bagi kelangsungan atau tindak lanjut program-program

pasca penyembuhan awal • Menerima fakta bahwa orang yang mengalami kecanduan sering membutuhkan pengalaman-

pengalaman penyembuhan ganda dan berkala dalam proses pemulihannya