Kejahatan dan hukuman

2. Kejahatan dan hukuman

Sejumlah teori berusaha untuk menjelaskan perilaku kriminal. Karya-karya sebelumnya, seperti yang dihasilkan oleh Cesare Lombroso dan William Sheldon, mendukung suatu hubungan antara gambaran-gambaran fisik dengan kriminalitas. Lombroso mengidentifikasikan gambaran-gambaran fisik dan muka yang merupakan ciri dari bentuk-bentuk awal perkembangan yang evolusioner. Ia mengaitkan gambaran-gambaran fisik dan muka manusia ini dengan kecenderungan-kecenderungan perbuatan kriminal. Sheldon mengidentifikasikan jenis-jenis tubuh yang khas yang meramalkan kepribadian dan temperamen bahwa orang-orang tertentu memiliki kecenderungan- Sejumlah teori berusaha untuk menjelaskan perilaku kriminal. Karya-karya sebelumnya, seperti yang dihasilkan oleh Cesare Lombroso dan William Sheldon, mendukung suatu hubungan antara gambaran-gambaran fisik dengan kriminalitas. Lombroso mengidentifikasikan gambaran-gambaran fisik dan muka yang merupakan ciri dari bentuk-bentuk awal perkembangan yang evolusioner. Ia mengaitkan gambaran-gambaran fisik dan muka manusia ini dengan kecenderungan-kecenderungan perbuatan kriminal. Sheldon mengidentifikasikan jenis-jenis tubuh yang khas yang meramalkan kepribadian dan temperamen bahwa orang-orang tertentu memiliki kecenderungan-

Penjelasan-penjelasan fisik dan biologis pada awal abad ke-20 tentang perilaku kriminal telah digantikan ketika dukungan bagi penjelasan-penjelasan sosial dan psikologis memperoleh penerimaan. Teori-teori psikologis dan teori-teori pengendalian sosial menyajikan asal-mula perilaku kriminal sebagai gangguan-gangguan kejiwaan atau tindakan-tindakan antisosial.

Ada satu pertanyaan abadi yang menarik untuk dijperdebatkan: Apakah suatu perbuatan kriminal harus dihukum atau direhabilitasi? Walaupun tidak ada konsensus tentang bagaimana berhadapan dengan kejahatan, posisi yang kita ambil akan mempengaruhi bagaimana kita memandang perilaku kriminal dan bagaimana kita memperlakukan para pelaku kejahatan dan korban-korban mereka. Posisi-posisi yang menonjol di dalam sejarah kepenjaraan atau pemasyarakatan di Amerika Serikat antara lain meliputi retribusi, deterrensi, rehabilitasi, reintegrasi, dan pengendalian (Champion, 2001, dalam DuBois & Miley, 2005: 305).

Retribusi atau balas dendam (retribution) barangkali adalah tujuan tertua dari sistem pemasyarakatan. Suatu motif balas dendam atau doktrin “mata untuk satu mata” menggunakan hukuman untuk memperoleh hasil seri. Retribusi ialah suatu faktor di dalam model pengadilan akhir-akhir ini atau “ganjaran yang adil”. Model ini memberikan hukuman atas kejahatan berat untuk memberikan suatu ganjaran yang adil bagi para pelaku kejahatan dan suatu perlindungan bagi masyarakat.

Idealnya, deterrensi (deterrence) ialah suatu strategi untuk mencegah perilaku kriminal. Untuk mencapai tujuan ini, para pembuat hukum menetapkan hukuman yang berat sesuai dengan beratnya suatu kejahatan. Pelaksanaan hukuman menggunakan prinsip keadilan yang distributif atau merata. Filosofi ini mempromosikan pengembangan sanksi-sanksi kriminal Idealnya, deterrensi (deterrence) ialah suatu strategi untuk mencegah perilaku kriminal. Untuk mencapai tujuan ini, para pembuat hukum menetapkan hukuman yang berat sesuai dengan beratnya suatu kejahatan. Pelaksanaan hukuman menggunakan prinsip keadilan yang distributif atau merata. Filosofi ini mempromosikan pengembangan sanksi-sanksi kriminal

Sebagai salah satu tujuan pemenjaraan atau pemasyarakatan, rehabilitasi (rehabilitation) berasal dari gerakan reformasi pada akhir abad ke-19. Zebulon Reed Brockway, kepala lembaga pemasyarakatan pertama di Elmira State Reformatory di Negara Bagian New York, adalah seorang penggerak reformasi pemenjaraan atau pemasyarakatan yang sangat yakin akan manfaat rehabilitasi yang lebih besar daripada penghukuman. Brockway mengadvokasikan pelatihan pendidikan dan kejuruan, pembatasan pemebrian hukuman, dan parole (Champion, 2001; Quam, 1995, dalam DuBois & Miley, 2005: 305).

Para pelaku kejahatan diborgol atau ditahan di dalam suatu lembaga penjara untuk membatasi kebebasan mereka dan mereformasi perilaku mereka. Rehabilitasi menekankan pendidikan untuk mengembangkan keterampilan-keterampilan kejuruan. Program-program yang dirancang untuk mencapai tujuan reintegration (reintegrasi) dari pemenjaraan membantu para pelaku kejahatan itu, setelah mereka keluar dari penjara, untuk menyesuaikan diri mereka sendiri dengan masyarakat. Rumah-rumah singgah dan pusat-pusat pelayanan lainnya membantu peralihan para pelaku kejahatan itu ke dalam kehidupan masyarakat. Terakhir, program- program yang berbasiskan masyarakat yang menyelenggarakan supervisi dan pemantauan yang intensif dimana kira-kira para pelaku kejahatan berada dan control (control, pengendalian) perilaku para pelaku kejahatan yang tetap tinggal di tengah-tengah masyarakat.