Unsur-unsur suatu rencana perlakuan yang efektif

D. Unsur-unsur suatu rencana perlakuan yang efektif

Sekali tujuan-tujuan sudah ditentukan, langkah terakhir ialah mengembangkan suatu rencana perlakuan. Suatu rencana perlakuan seringkali dideskripsikan kepada klien sebagai suatu peta jalan yang tujuannya sudah ditentukan melalui kolaborasi bersama. Rencana-rencana perlakuan yang efektif memiliki karakteristik sebagai berikut: (1) rencana- rencana perlakun memberikan spesifikitas, (2) rencana- rencana perlakuan dipandu oleh standard perlakuan, dan (3) rencana-rencana perlakuan memperlihatkan mutualitas.

Suatu rencana perlakuan yang efektif sebaiknya memiliki spesifisitas. Spesifisitas (specificity) mengacu kepada suatu rencana intervensi dengan komponen-komponen yang didefinisikan dengan baik yang diorganisasikan dalam urutan tang bermakna. Dengan kata lain, intervensi menggariskan seperangkat prosedur yang menggambarkan apa yang akan terjadi baik di dalam maupun di luar setting perlakuan. Sperry dan rekan-rekannya (1992) mengidentifikasikan enam faktor yang sebaiknya dispesifikasikan dalam perencanaan perlakuan: setting (misalnya, krisis, pasien-rawat jalan, rumahsakit pasien- rawat-jalan dan siang), format intervensi (misalnya, individu, kelompok, kelompok pengobatan, perkawinan.keluarga, perlakuan kombinasi), durasi (jangka pendek dengan tanggal terminasi), frekuensi kontak (misalnya, seminggu, dua bulan, sebulan, dan lain-lain), strategi perlakuan (misalnya, perilaku, kognitif, dukungan/realitas, interpersonal), dan perlakuan somatik (misalnya, antidepresan, neuroleptic, anxiolytic).

Pekerja sosial sebaiknya membuat ukuran-ukuran untuk memantau dampak-dampak intervensi. Komponen yang integral dari suatu rencana perlakuan yang efektif ialah suatu metode yang sistematis untuk memantau perubahan klien dan mengevaluasi efektivitas perlakuan. Dengan demikian, rencana perlakuan sebaiknya menggambarkan instrumen Pekerja sosial sebaiknya membuat ukuran-ukuran untuk memantau dampak-dampak intervensi. Komponen yang integral dari suatu rencana perlakuan yang efektif ialah suatu metode yang sistematis untuk memantau perubahan klien dan mengevaluasi efektivitas perlakuan. Dengan demikian, rencana perlakuan sebaiknya menggambarkan instrumen

Sebagaimana dianjurkan oleh faktor-faktor ini, ada yang lebih ditekankan kepada rencana perlakuan daripada hanya sekedar prosedur teraputik. Namun demikian, ini seringkali merupakan bidang keprihatinan terbesar bagi pekerja sosial. Ini merupakan bagian dari rencana perlakuan yang memberitahukan kepada pekerja sosial dan klien apa yang akan dilakukan untuk mengimplementasikan suatu intervensi. Tugas ini difasilitasi oleh standard-standard perlakuan yang mencakup penggunaan manual perlakuan (treatment manuals) dan pedoman praktek. Manual adalah penggambaran/penjelasan langkah demi langkah/sesi demi sesi yang khas tentang suatu protokol perlakuan yang spesifik. Protokol perlakuan ditemukan dalam protokol langkah demi langkah LeCroy (bab 74, volume ini) bagi perkembangan keterampilan sosial anak-anak, dan perlakuan multikeluarga kelompok langkah demi langkah dan sesi demi sesi Van Noppen (bab 60, volume ini) bagi gangguan obsesif-kompulsif (OCD). Suatu pedoman praktek, sebaliknya, ialah suatu kondisi perlakuan yang nampaknya memiliki dukungan empiris yang cukup memadai untuk mengajurkan apa yang sebaiknya dimasukkan dalam praktek oleh pemberi perlakuan (provider) yang cakap dan dapat dipercaya. Baru-baru ini terdapat banyak pedoman praktek yang dipublikasikan untuk sejumlah gangguan kesehatan mental. Beberapa di antaranya terdapat dalam suatu kompendium (ringkasan) dari Asosiasi Psikiatri Amerika Serikat, di web site Medscapes di internet, dan beberapa yang baru-baru ini dikembangkan dipublikasikan secara rutin dalam American Journal of Psychiatry.

Karakteristik terakhir suatu rencana perlakuan yang efektif ialah mutualitas (mutuality). Dengan mutualitas kami maksudkan suatu perjumpaan pikiran-pikiran antara klien Karakteristik terakhir suatu rencana perlakuan yang efektif ialah mutualitas (mutuality). Dengan mutualitas kami maksudkan suatu perjumpaan pikiran-pikiran antara klien

Secara keseluruhan, pekerja sosial sebaiknya mengingat bahwa ada variabilitas yang sangat besar di antara gangguan- gangguan yang berbeda (misalnya, skizofrenia dibandingkan dengan dysthymia), ekspresi simptom (misalnya, remisi vs aktif), dan keberfungsian (misalnya, gangguan serius vs kesulitan sedang). Ada juga variabilitas yang sangat besar yaitu perlakuan apa yang digunakan untuk orang-orang yang berbeda dengan dignosis yang sama. Sebagai contoh, seseorang yang mengalami dysthymia barangkali membutuhkan suatu intervensi kognitif melalui pelatihan keterampilan sementara orang lain barangkali membutuhkan pengobatan dan suatu program kepatuhan yang mengikutkan anggota-anggota keluarga. Intervensi yang benar diimplementasikan secara benar atas masalah yang salah cenderung tidak efektif, yang menggarisbawahi pentingnya memantau perubahan klien bagi asesmen sepanjang kegiatan perlakuan.

Satu contoh bagaimana menerapkan intervensi yang benar terhadap suatu situasi multimasalah diilustrasikan dalam Bagan 53.2 – Rencana Perlakuan Sampel. Rencana perlakuan ini mendeskripsikan elemen-elemen sekuensial dari proses perlakuan yang dibahas dalam bab ini. Elemen- elemen ini dimulai dengan model asesmen (misalnya, biopsikososial-budaya), menerapkan alat-alat skrining (RAI, Rapid Assessment Instruments), merumuskan suatu diagnosis, mengembangkan tujuan-tujuan perlakuan (misalnya, jangka pendek dan jangka panjang), dan diakhiri dengan merumuskan rencana perlakuan (misalnya, setting, format, durasi, frekuensi, strategi, dan perlakuan somatik).