Standard Nordic Body Map Questionnaire SNQ

Pengaturan waktu kerja dan istirahat yang seimbang, dalam arti disesuaikan dengan kondisi lingkungan kerja dan karakteristik pekerjaan, sehingga dapat mencegah paparan yang berlebihan terhadap sumber daya. c. Pengawasan yang intensif Melalui pengawasan yang intensif dapat dilakukan pencegahan secara lebih dini terhadap kemungkinan terjadinya resiko sakit akibat kerja.

3.2.3. Standard Nordic Body Map Questionnaire SNQ

Keluhan otot skeletal pada umumnya terjadi karena kontraksi otot yang berlebihan akibat pemberian beban kerja yang terlalu berat dengan durasi pembebanan yang panjang. Sebaliknya, otot kemungkinan tidak terjadi apabila kontraksi otot hanya berkisar antara 15-20, maka peredaran darah ke otot berkurang menurut tingkat kontraksi yang dipengaruhi oleh besarnya tenaga yang diperlukan. Suplai oksigen ke otot menurun, proses metabolisme karbohidrat terhambat dan sebagai akibatnya terjadi penimbunan asam laktat yang menyebabkan timbulnya rasa nyeri otot. Ada beberapa cara yang telah diperkenalkan dalam melakukan evaluasi ergonomi untuk mengetahui hubungan antara tekanan fisik dengan resiko keluhan otot skeletal. Pengukuran terhadap tekanan fisik ini cukup sulit karena melibatkan berbagai faktor subjektif seperti kinerja, motivasi, harapan dan toleransi kelelahan. Alat ukur yang digunakan dapat dilakukan dengan berbagai cara mulai metoda yang Universitas Sumatera Utara sederhana sampai menggunakan sistem komputer. Salah satu dari metode tersebut adalah melalui Standard Nordic Body Map Questionnaire. Standard Nordic Body Map Questionnaire SNQ merupakan alat yang dapat mengetahui bagian-bagian otot yang mengalami keluhan dengan tingkat keluhan mualai dari Tidak Sakit TS, agak sakit AS, Sakit S dan Sangat Sakit SS. Dengan melihat dan menganalisis peta tubuh pada kuesioner tersebut maka dapat diestimasi jenis dan tingkat keluhan otot skeletal yang dirasakan oleh pekerja.Cara ini merupakan cara yang cukup sederhana dan mengandung nilai subjektivitas yang tinggi. Berikut Gambar 3.1. keluhan yang terjadi pada Standard Nordic Body Map Questionnaire. Universitas Sumatera Utara Gambar 3.1. Standard Nordic Body Map Questionnaire SNQ Keterangan: 1 : Sakit kaku di bagian leher bagian bawah 2 : Sakit di bahu kiri 3 : Sakit di bahu kanan 4 : Sakit lengan atas kiri 5 : Sakit di punggung 6 : Sakit lengan atas kanan 7 : Sakit pada pinggang 8 : Sakit pada bokong 9 : Sakit pada pantat 10 : Sakit pada siku kiri Universitas Sumatera Utara 11 : Sakit pada siku kanan 12 : Sakit pada lengan bawah kiri 13 : Sakit pada lengan bawah kanan 14 : Sakit pada pergelangan tangan kiri 15 : Sakit pada pergelangan tangan kanan 16 : Sakit pada tangan kiri 17 : Sakit pada tangan kanan 18 : Sakit pada paha kiri 19 : Sakit pada paha kanan 20 : Sakit pada lutut kiri 21 : Sakit pada lutut kanan 22 : Sakit pada betis kiri 23 : Sakit pada betis kanan 24 : Sakit pada pergelangan kaki kiri 25 : Sakit pada pergelangan kaki kanan 26 : Sakit pada kaki kiri 27 : Sakit pada kaki kanan Postur Kerja Posisi tubuh dalam kerja sangat ditentukan oleh jenis pekerjaan yang dilakukan. Masing-masing posisi kerja mempunyai pengaruh yang berbeda-beda terhadap tubuh. Grandjean 1993 berpendapat bahwa bekerja dengan posisi duduk mempunyai keuntungan antara lain: 1. Pembebanan pada kaki 2. Pemakaian energi dapat dikurangi 3. Keperluan untuk sirkulasi darah dapat dikurangi Universitas Sumatera Utara Namun demikian kerja dengan sikap duduk terlalu lama dapat menyebabkan otot perut melembek dan tulang belakang akan melengkung sehingga cepat lelah. Mengingat posisi duduk mempunyai keuntungan dan kerugian, maka untuk mendapatkan hasil kerja yang lebih baik tanpa pengaruh buruk pada tubuh, perlu dipertimbangkan pada jenis pekerjaan apa saja sesuai diterapkan posisi duduk. Untuk maksud tersebut, Pulat 1992 memberikan pertimbangan tentang pekerjaan yang paling baik dilakukan dengan posisi duduk. Pekerjaan tersebut antara lain: 1. Pekerjaan yang memerlukan kontrol dengan teliti pada kaki 2. Pekerjaan utama adalah menulis atau memerlukan ketelitian pada tangan 3. Tidak diperlukan tenaga dorong yang besar 4. Objek yang dipegang tidak memerlukan tangan bekerja pada ketinggian lebih dari 15 cm dari landasan kerja 5. Diperlukan tingkat kestabilan tubuh yang tinggi 6. Pekerjaan dilakukan pada waktu yang lama 7. Seluruh objek yang dikerjakan atau disuplai masih dalam jangkauan dengan posisi duduk Selain posisi kerja duduk, posisi berdiri juga banyak ditemukan di perusahaan. Seperti halnya posisi duduk, posisi kerja berdiri juga mempunyai keuntungan maupun kerugian. Menurut Sutalaksana 2000 bahwa sikap berdiri merupakan sikap siaga baik fisik maupun mental, sehingga aktivitas kerja yang dilakukan lebih cepat, kuat dan teliti. Pada dasarnya, berdiri lebih lelah daripada duduk dan energi yang dikeluarkan untuk berdiri lebih banyak 10-15 dibandingkan dengan duduk. Untuk Universitas Sumatera Utara meminimalkan pengaruh kelelahan dan keluhan subyektif maka pekerjaan harus didesain agar tidak terlalu banyak menjangkau, membungkuk, atau melakukan gerakan dengan posisi kepala yang tidak alamiah. Untuk maksud tersebut, Pulat 1992 dan Clark 1996 memberikan pertimbangan tentang pekerjaan yang paling baik dilakukan dengan posisi berdiri antara lain: 1. Tidak tersedia tempat untuk kaki dan lutut 2. Harus memegang objek yang berat lebih dari 4,5 kg 3. Sering menjangkau ke atas, ke bawah dan ke samping. 4. Sering melakukan pekerjaan dengan menekan ke bawah 5. Memerlukan mobilitas tinggi Clark 1996 mencoba mengambil keuntungan dari posisi kerja duduk dan berdiri kemudian mengkombinasikan desain stasiun kerja untuk posisi duduk dan berdiri. Kemudian disimpulkan bahwa pemilihan posisi kerja harus sesuai dengan jenis pekerjaan yang dilakukan seperti pada Tabel 3.1 berikut ini. Tabel 3.1. Pemilihan Sikap Kerja Terhadap Jenis Pekerjaan yang Berbeda Jenis Pekerjaan Sikap Kerja yang Dipilih Pilihan Pertama Pilihan Kedua Mengangkat beban 5kg Berdiri Duduk – Berdiri Bekerja di bawah tinggi siku Berdiri Duduk – Berdiri Menjangkau horizontal di luar daerah jangkauan optimum Berdiri Duduk – Berdiri Pekerjaan ringan dengan pergerakan berulang Duduk Duduk – Berdiri Universitas Sumatera Utara Tabel 3.1. Lanjutan Jenis Pekerjaan Sikap Kerja yang Dipilih Pilihan Pertama Pilihan Kedua Pekerjaan perlu ketelitian Duduk Duduk – Berdiri Inspeksi dan monitoring Duduk Duduk – Berdiri Sering berpindah-pindah Duduk – Berdiri Berdiri Quick Exposure Check QEC QEC adalah suatu alat untuk penilaian terhadap resiko kerja yang berhubungan dengan ganguan otot work related musculoskeletal disorders – WMSDs pada tempat kerja. QEC menilai gangguan resiko yang terjadi pada bagian belakang punggung back, bahu lengan should arm, pergelangan tangan hand wrist, dan leher neck. Alat ini mempunyai beberapa fungsi, antara lain : d. Mengidentifikasi faktor resiko untuk WMSDs e. Mengevaluasi gangguan resiko untuk daerah bagian tubuh yang berbeda- beda. f. Mengevaluasi efektivitas dari suatu intervensi ergonomi di tempat kerja. g. Menyarankan suatu tindakan yang perlu diambil dalam rangka mengurangi gangguan resiko yang ada. h. Mendidik para pemakai tentang resiko musculoskeletal di tempat kerja. Universitas Sumatera Utara Penilaian QEC dilakukan kepada peneliti dan pekerja. Selanjutnya dengan penjumlahan setiap skor hasil kombinasi masing-masing bagian, diperoleh skor dengan kategori level tindakan. Tabel 3.2. Penilaian Pekerja worker QEC Faktor Kode 1 2 3 4 Beban a ≤ 5 kg 6-10 kg 11-20 kg 20 kg Durasi b 2 jam 2-4 jam 4 jam Kekuatan tangan c 1 kg 1-4 kg 4 kg Vibrasi d Tidak adakecil Sedang Tinggi Visual e Tidak diperlukan Diperlukan untuk melihat detail Langkah f Tidak susah Kadang- kadang susah Lebih sering susah Tingkat stres g Tidak ada Kecil Sedang tinggi ov.uk www.hse.g : Sumber Universitas Sumatera Utara Tabel 3.3. Penilaian Observer QEC Faktor Kode 1 2 3 Belakang A Hampir netral Berputar atau bengkok sedikit Cenderung berputar atau bengkok Frekuensi pergerakan bagian belakang B ≤ 3 menit Kira-kira 8 menit ≥12 menit Tinggi tugas C Pada atau setinggi pinggang Setinggi dada Setinggi bahu Gerakan bahu lengan D Sesekali Reguler teratur dengan jeda Hampir kontinu Postur pergelangan tangantangan E Hampir lurus Bengkok berputar Pergerakan pergelangan tangantangan F ≤ 10 menit 11-20 menit ≥ 20 menit Postur leher G Hampir netral Kadang-kadang bengkokberputar secara berlebihan pada kepalaleher Bengkok berputar secara berlebihan pada kepalaleher ov.uk www.hse.g : Sumber Universitas Sumatera Utara Exposure level E dihitung berdasarkan persentase antara total skor aktual exposure X dengan total skor maksimum X maks yaitu : 100 X X E maks × = Dimana : X = total skor yang diperoleh dari penilaian terhadap postur punggung + bahu lengan + pergelangan tangan + leher X maks = total skor maksimum untuk postur kerja punggung + bahu lengan + pergelangan tangan + leher . X maks adalah konstan untuk tipe-tipe tugas tertentu. Pemberian skor maksimum X maks = 162 apabila tipe tubuh adalah statis, termasuk duduk atau berdiri dengan tanpa pengulangan repetitive yang sering dan penggunaan tenagabeban yang relatif rendah. Untuk Pemberian skor maksimum X maks = 176 apabila dilakukan manual handling, yaitu mengangkat, mendorong, menarik, dan membawa beban.

3.3.2. OWAS Ovako Working Postures Analysis System