2.3.4. Sistem Pengupahan dan Fasilitas
Upah tenaga kerja dibayar dengan sistem mingguan berupa upah pokok dan dilakukan penambahan jika ada lembur. Karyawan diberikan fasilitas berupa
penginapan jika rumah karyawan tersebut jauh dari lokasi pabrik dan makan 3 x sehari juga ditanggung oleh pemilik usaha.
2.4. Proses Produksi
Proses produksi merupakan suatu proses transformasi mengalami perubahan bentuk secara fisik dan kimia yang mengubah input yang berupa bahan baku, mesin,
peralatan, modal, energi, tenaga kerja menjadi output sehingga memiliki nilai tambah. UD. Rezeki Baru yang merupakan perusahaan pembuatan keripik
menggunakan teknologi produksi yang manual dan semi otomatis yaitu selain menggunakan mesin juga masih menggunakan tenaga kerja sebagai operator maupun
pekerjaan manual.
2.4.1. Bahan Baku
Bahan baku adalah bahan yang digunakan sebagai bahan utama dalam suatu proses produksi, dimana sifat dan bentuknya akan mengalami perubahan fisik
maupun kimia yang langsung ikut di dalam proses produksi sampai dihasilkannya barang jadi.
Bahan baku yang digunakan adalah ubi kayu manihot esculenta crant. Ubi kayu yang digunakan adalah yang telah berumur satu tahun dan memiliki bentuk
lurus serta besarnya yang hampir seragam. Ubi Kayu diperoleh dari Tanjung Morawa,
Universitas Sumatera Utara
tepatnya pada daerah Kampung Undian Desa Tanduka Raga dan dari perkebunan ubi kayu di Perbaungan.
2.4.2. Bahan Tambahan
Bahan tambahan adalah bahan yang ditambahkan ke dalam produksi sehingga dapat meningkatkan mutu dan kualitas secara lebih baik. Bahan tambahan yang
digunakan adalah bumbu dan kemasan. Kemasan dibedakan berdasarkan rasa dan berat produk.
2.4.3. Bahan Penolong
Bahan penolong adalah bahan-bahan yang dapat menunjang proses produksi yang tidak nampak pada produk akhir. Bahan penolong yang digunakan adalah
minyak goreng, air untuk mencuci ubi kayu dan kayu bakar.
2.4.4. Bahan Baku
Ubi kayu sebagai bahan baku utama pembuatan keripik melewati berbagai tahapan pengolahan proses produksi hingga menjadi produk keripik dengan
berbagai rasa. Berikut ini adalah uraian proses produksi pembuatan keripik: 1.
Pengupasan Pengupasan adalah tahap paling awal dalam proses pembuatan keripik. Tujuan
dari pengupasan ini adalah untuk membuang kedua ujung ubi kayu dan memisahkan umbi dari kulitnya. Proses ini dilakukan secara manual
menggunakan pisau.
Universitas Sumatera Utara
2. Pemotongan
Proses pemotongan adalah proses memotong ubi yang telah dikupas dengan mesin potong slicer. Tujuan dari pemotongan ini adalah untuk memotong ubi
dengan bentuk dan ketebalan yang sama. Ubi yang telah dipotong selanjutnya dibawa ke bagian pencucian.
3. Pencucian
Kegiatan ini bertujuan untuk membersihkan ubi yang telah dipotong. Ubi yang telah dipotong dicuci dengan cara direndam ke dalam sebuah bak yang berisi air
kemudian ditiriskan, yaitu proses pengeringan ubi yang telah selesai dicuci sebelum tahap penggorengan.
4. Penggorengan
Setelah ubi melalui tahap penirisan, maka tahap selanjutnya adalah penggorengan. Penggorengan dilakukan di dalam wadah yang terbuat dari logam berbentuk segi
empat dan berisi minyak goreng panas. Setiap kali penggorengan, dimasukkan sekitar 6 kalokeranjang ubi. Proses ini bertujuan untuk mematangkan ubi menjadi
keripik. 5. Penyuingan
Setelah ubi dimatangkan, maka proses selanjutnya adalah proses penyuingan, dimana keripik yang masih terdapat minyaknya tersebut kemudian dimasukkan ke
dalam mesin suing untuk menghilangkan minyak dari keripik ubi tersebut. Waktu yang diperlukan untuk mengeringkan adalah kira-kira 3-5 menit.
Universitas Sumatera Utara
5. Pembumbuan
Selanjutnya keripik dimasukkan ke dalam mesin pembumbuan. Tujuan dari proses ini adalah untuk memberikan bumbu pada keripik sesuai dengan rasa yang
diinginkan sehingga bumbu tercampur secara merata pada keripik. 6.
Pendinginan Setelah itu keripik didinginkan dengan meletakkan di atas meja pendinginan agar
suhunya normal ketika dikemas. 7.
Pengemasan pembungkusan Keripik selanjutnya dikemas dengan kemasan plastik berlabel sesuai dengan
rasanya. Untuk kemasan ½ kg, proses pengemasannya adalah memasukkan keripik secara manual, ditimbang, dan disegel dengan alat segel. Sedangkan untuk
kemasan 40 gram, proses pengemasannya dengan menggunakan mesin pengemas. 8.
Pengepakan Untuk keripik kemasan 40 gram, dilakukan lagi pengepakan ke dalam bentuk bal.
Satu bal berisi 20 bungkus kemasan 40 gram. Blok diagram proses pembuatan keripik dapat dilihat pada Gambar 2.2.
Universitas Sumatera Utara
Ubi Kayu Pengupasan
Pengepakan Pembumbuan
Pencucian Pemotongan
Pengemasan Penggorengan
Pendinginan Pengeringan
Gambar 2.2. Blok Diagram Proses Pembuatan Keripik 2.4.5. Mesin dan Peralatan Produksi
Adapun mesin dan peralatan yang digunakan di UD. Rezeki Barudalam pembuatan keripik, dapat dilihat pada Tabel 2.2.
Tabel 2.2. Mesin Produksi Nama
Fungsi Spesifikasi
Jumlah
Mesin Slicer Memotong ubi yang telah
dikupas dengan ketebalan yang sama
Daito Cooper, tipe YCL80B-4, ½ HP, 1400 rpm, kapasitas 6 kg
ubimenit 2 unit
Mesin potong tipe box
Memotong ubi yang telah dikupas tipe kotak
Daito Cooper, tipe YCL80B-4, ½ HP, 58 rpm, kapasitas 1 kg
ubimenit 2 unit
Mesin Mollen Meratakan bumbu yang
dicampurkan ke keripik Daito Cooper, tipe YCL80B-4,
29 rpm, ukuran 1,2m x Ø75cm, kapasitas 6 kg ubi
2 unit Mesin
Pengemas Mengemas keripik ke dalam
kemasan kecil 24 gram Jumbo packer, tipe JD 657,
kapasitas 75 bungkus per menit 3 unit
Air Blower Meniupkan angin ke kayu yang
dibakar pada tungku pembakaran
Fuli Electrical, tipe T-CZR, output 0,6m
3
menit, tekanan 135 Pa
3 unit
Universitas Sumatera Utara
Tabel 2.2. Mesin Produksi lanjutan Nama
Fungsi Spesifikasi
Jumlah
Timbangan Menimbang berat bahan baku ubi
kayu yang masuk dari supplier Merek Lucky, kapasitas 50 kg
1 unit Pisau Pengupas
Ubi Memotong dan mengupas ubi
kayu Pisau ukuran 15 cm
12 unit Kereta Sorong
Mengangkut ubi kayu yang telah dikupas dari bagian pengupasan ke
bagian pemotongan Ukuran 45 cm x 122 cm, kapasitas
25 kg 2 unit
Keranjang Kecil
Tempat penampungan ubi yang telah dipotong dan untuk
meniriskan ubi yang telah dicuci Ø30 cm, kapasitas 5 kg
72 unit Bak Pencucian
Tempat mencuci ubi yang telah dipotong
Ukuran 170,5 x 55,5 x 46,8 cm
3
, kapasitas 400 Liter
1 unit Tempat
Penggorengan Tempat menggoreng ubi yang
telah dicuci Ukuran 1,2m x 1 m x 0,30 m,
kapasitas 220 Liter 6 unit
Tempat Penirisan
Penggorengan Tempat meniriskan ubi yang telah
digoreng Ukuran 1 m x 3,5 m
2 unit Tempat
Penirisan Pencucian
Tempat meniriskan ubi yang telah dicuci
Ukuran 2 m x 3 m 1 unit
Sendok Penggorengan
Besar Alat pengaduk pada saat
melakukan penggorengan Panjang 2 m, Ø40cm
6 unit Sendok
Penggorengan Kecil
Mengangkat serpihan-serpihan kecil keripik dalam minyak
Panjang 2 m, Ø25cm 2 unit
Ember Besar Tempat penampungan ubi sebelum
dipotong Ø65cm, kapasitas 25 kg
2 unit Tong Besar
Tempat penampungan keripik yang telah dibumbui
Tinggi 64cm, Ø42cm kapasitas 6 kg
6 unit Tong Kecil
Tempat mengangkat air ke bak pencucian
Tinggi 40cm, Ø25cm kapasitas 20 liter
1 unit Trolley
Mengangkut ubi dari penirisan ke penggorengan
Ukuran 50cm x 30 cm x 50 cm, kapasitas 8 keranjang kecil
2 unit Meja
Pendinginan Tempat penumpukan sementara
untuk mendinginkan keripik yang telah digoreng sebelum dikemas
Ukuran 2m x 5m 1 unit
Timbangan kecil
Menimbang berat pada saat mengemas kemasan ukuran ½ kg
Merek Thang Long, kapasitas 10kg
1 unit
Sumber : Hasil observasi
Universitas Sumatera Utara
BAB III LANDASAN TEORI
3.1. Ergonomi
3.1.1. Defenisi Ergonomi
Ergonomi merupakan suatu cabang ilmu yang secara sistematis memanfaatkan informasi-informasi mengenai sifat, kemampuan dan keterbatasan
manusia untuk merancang sistem kerja sehingga orang dapat hidup dan bekerja pada sistem itu dengan baik yaitu mencapai tujuan yang diinginkan melalui pekerjaan itu
dengan efektif, aman, nyaman, sehat dan efisien. McCormick dan Sanders 1982 mendefinisikan ergonomi melalui
pendekatan yang lebih komprehensif dan membaginya atas tiga pokok pendekatan yaitu :
1. Fokus utama, yaitu mempertimbangkan manusia dalam perancangan benda,
prosedur kerja dan lingkungan kerja. Fokus dari ergonomi adalah manusia dan interaksinya dengan produk, peralatan, fasilitas, prosedur, dan lingkungan dari
pekerjaan sehari-hari. Penekanannya terdapat pada faktor manusia, tidak seperti dalam ilmu-ilmu teknik yang lebih menekankan pada pertimbangan faktor-
faktor teknis. 2.
Ergonomi mempunyai 2 tujuan utama, yaitu meningkatkan efektivitas dan efisiensi dari pekerjaan dan aktivitas-aktivitas yang lain serta meningkatkan
Universitas Sumatera Utara