Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Ubi kayu manihot esculenta crant merupakan salah satu bahan pangan yang utama, tidak saja di Indonesia tetapi juga di dunia. Di Indonesia, ubi kayu merupakan makanan pokok ke tiga setelah padi-padian dan jagung. Sedangkan untuk konsumsi penduduk dunia, khususnya penduduk negara-negara tropis, tiap tahun diproduksi sekitar 300 juta ton ubi kayu 1 Kebanyakan industri kecil lebih memprioritaskan pada permasalahan modal, pemasaran dan manajeman, sedangkan masalah yang berkaitan dengan tenaga kerja, sistem kerja, lingkungan kerja dan fasilitas kerja sering kali diabaikan . 2 1 Diana Chalil, 2002, “Agribisnis Ubi Kayu di Propinsi Sumatera Utara” 2 Endang Widuri Asih, 2009, “Perancangan Alat Pemecah Kedelai yang Ergonomis dengan Pendekatan Integrasi Model Kano Quality Function Deployment . Pekerja yang melakukan kegiatan berulang-ulang dalam satu siklus sangat rentan mengalami gangguan musculoskeletal. Keluhan musculoskeletal adalah keluhan pada bagian- bagian otot skeletal yang dirasakan oleh seseorang mulai dari keluhan sangat ringan sampai sangat sakit. Apabila otot menerima beban statis secara berulang dalam waktu yang lama, akan dapat menyebabkan keluhan berupa kerusakan pada sendi, ligamen dan tendon. Keluhan hingga kerusakan ini biasanya disebut dengan keluhan musculoskeletal MSDs atau cedera pada sistem musculoskeletal. Universitas Sumatera Utara UD. Rezeki Baru merupakan salah satu Usaha Kecil Menengah yang memproduksi keripik ubi dengan merek Rumah Adat Minang. Jumlah yang diproduksi sesuai dengan pesanan pelanggan Make to Order. Proses produksi tidak semua dilakukan secara manual, terdapat beberapa pekerjaan yang dilakukan secara semi otomatis. Salah satu bagian penting dari proses produksi pengolahan keripik ubi kayu adalah bagian pemotongan dan pencucian ubi kayu. Ubi kayu yang telah dikupas akan dipotong menggunakan mesin potong Slicer selanjutnya dilakukan pencucian sebelum akhirnya dibawa ke stasiun penggorengan. Proses pencucian ubi kayu dilakukan secara manual, yaitu operator pada posisi berdiri sambil membungkuk dengan kedua tangan mencuci ubi kayu hasil pemotongan hingga berulang-ulang dalam jangka waktu yang cukup lama. Posisi bak yang terlalu rendah menyebabkan sikap kerja yang tidak ergonomis terutama pada saat tangan mencuci dan mengangkat ubi yang telah dipotong. Sedangkan proses pemotongan ubi kayu dilakukan secara semi otomatis, yaitu operator pada posisi duduk di atas kursi dan tangan operator mendorong ubi kayu satu-persatu hingga mendekati mata pisau mesin slicer. Posisi mata pisau yang terlalu tinggi menyebabkan sikap kerja yang tidak ergonomis terutama pada tangan saat mendorong ubi ke mesin slicer bersamaan dengan menjangkau ubi yang akan dipotong. Operator tidak dapat menggerakkan kaki dengan leluasa sementara sekali-kali harus memutar badan untuk menjangkau ubi yang akan dipotong. Akibatnya pekerja pada proses pemotongan dan pencucian merasakan sakit pada otot, pinggang dan leher. Sikap kerja yang tidak ergonomis ini Universitas Sumatera Utara disebabkan oleh fasilitas kerja yang tidak sesuai dengan operator. Fasilitas kerja yang tidak sesuai tersebut antara lain dimensi mesin slicer, bak pencucian dan kursi operator yang tidak sesuai dengan ukuran tubuh operator, bentuk serta bahan fasilitas kerja yang tidak memberikan kenyamanan kepada operator saat mengoperasikan mesin, dan sebagainya. Hal ini dapat menyebabkan gangguan pada anggota tubuh tertentu yang dikenal dengan Musculoskeletal Disorders MSDs. Gangguan terjadi karena sikap paksa anggota tubuh untuk dapat menyesuaikan atau mengoperasikan mesin untuk melakukan gerakan menjangkau atau membungkukkan badan yang terjadi berulang-ulang 3 1. Pada elemen kegiatan manakah yang menunjukan adanya kelelahan fisik atau kelelahan muskuloskeletal pada aktivitas pemotongan dan pencucian bak dalam penelitian ini ? . Akibatnya mereka cepat merasakan lelah dalam bekerja sehingga sesekali mereka terpaksa mengambil waktu rehat sejenak untuk menghilangkan kelelahan dan memulihkan stamina mereka.

1.2. Perumusan Masalah