A. Pembahasan
Setiap manusia membutuhkan penyesuaian diri dalam menjalani proses kehidupan yang ia alami. Begitu pula yang terjadi pada kedua partisipan setelah
mereka memutuskan menjadi muallaf.Ketika individu memutuskan memeluk agama Islam, maka harus dibarengi dengan perubahan perilaku dan reaksi
terhadap lingkungan baru sesuai ajaran agama Robert H Thouless, 1992. Perubahan-perubahan yang terjadi dalam kehidupan barunya, membuat
kedua partisipan harus menerima, menyesuaikan diri dan berkembang dengan hal- hal yang tidak dapat ia ubah Haber dan Runyon, 1984. Hal inilah yang dirasakan
oleh kedua partisipan dimana mereka mengalami perubahan-perubahan pada kehidupannya.Perubahan tersebut membuat kedua partisipan merasakan adanya
ketenangan hati dan kenyamanan dalam jalani hidup. Menurut Haber dan Runyon 1984 penyesuaian diri yang efektif dapat
digambarkan dari beberapa karakteristik yaitu, persepsi yang akurat terhadap realitas, kemampuan mengatasi stres dan kecemasan, memiliki citra diri yang
positif, kemampuan mengekspresikan perasaan dan hubungan interpersonal yang baik.
Pemikiran awal pada kedua partisipan mengenai ajaran Islam dengan pengalaman-pengalaman yang ia jalani sesuai dengan pemikirannya sebelum
menjadi muallaf. Mereka menyadari akan mendapatkan tekanan dari orang-orang terdahulu yang seagama dengan mereka. Namun, keduanya memilih untuk fokus
dengan kesehatan ibunya yang sudah lanjut usia. Mereka memilah-milah masalah yang penting untuk mereka pikirkan solusinya.Ditambah dengan dukungan dari
Universitas Sumatera Utara
lingkungan sekitar, dan teman sebaya yang memudahkan mereka untuk melakukan hal-hal yang mereka sukai agar melupakan tekanan yang mereka
dapatkan.Cibiran dan anggapan orang-orang yang belum bisa menerima keputusannya
tidak terlalu
mereka pikirkan.Kedua
partisipan hanya
mengkhawatirkan kondisi kesehatan ibunya. Kemampuan dalam mengatasi stres dan kecemasan merupakan faktor
penyesuaian diri yang efektif.Setiap partisipan mengatasi permasalahannya dengan cara yang berbeda.Partisipan 1 mengatasi permasalahan-permasalahan
yang ia hadapi dengan cara lebih mendekatkan diri kepada Tuhan dan mendoakan orang-orang tersebut agar berlapang dada menerima keadaannya saat ini.
Sedangkan, partisipan 2 mengatasinya dengan cara melakukan hal-hal yang ia sukai
seperti pergi
dengan teman-teman
atau memakan
makanan sekukaannya.Kedua partisipan tidak memaksakan orang lain untuk menerima
keputusan yang sudah mereka ambil. Pada kedua partisipan merasakan adanya perubahan yang mereka alami
setelah menjadi muallaf. Ajaran agama Islam yang mereka yakini membuatnya belajar untuk dapat mengontrol setiap perilaku dan perkataan kepada orang lain.
Kedua partisipan merasa kewajiban untuk merubah cara berpakaian sesuai ajaran agama Islam. Mereka tidak terlalu memikirkan penilaian orang lain ketika
menggunakan hijab. Walaupun keduanya menyadari masih ada sebagian keluarga saudara yang melihat sinis dengan penampilan mereka setelah menjadi muslim.
Menurut Haber dan Runyon 1984 kualitas penyesuaian diri yang dilakukan individu dapat terlihat dari bagaimana ia bisa membangun hubungan interpersonal
Universitas Sumatera Utara
dengan individu lain atau kelompok yang ada disekitarnya. Kedua partisipan merupakan orang yang mudah bersosialisasi. Keduanya tidak membeda-bedakan
orang lain dari jabatan maupun agamanya. Sebelum menjadi muallaf, kedua partisipan merasa takut tidak mendapatkan dukungan dari orang-orang
sekitar.Ternyata dukungan tersebut tidak henti-hentinya didapatkan dari lingkungan sekitar maupun orang-orang terdekatnya.Mereka binggung bagaimana
membalas semua kebaikan yang mereka dapatkan.Teman kerja, teman sebaya, dan lingkungan sekitar juga sering mengajak kedua partisipan mengikuti kegiatan
keagamaan. Dikarenakan kesibukan mengajar partisipan 1, ia jarang mengikuti kegiatan tersebut, berbeda dengan partisipan 2.
Menurut Schneider dalam Desmita,2009 kondisi Fisik merupakan faktor yang dapat mempengaruhi penyesuaian diri seseorang.Kedua partisipan
mengatakan bahwa tidak mewarisi penyakit jangka panjang yang dapat mempengaruhi aktivitas sehari-hari mereka sebagai muallaf.Dengan kondisi fisik
seperti ini, keduanya dapat menghadapi permasalahan yang ada dalam kehidupannya.Mereka menjalani kehidupan dengan lancar tanpa adanya penyakit
yang ada dalam dirinya. Proses-proses dalam penyesuaian diri terus ia jalani. Menurut Schneider
dalam Desmita, 2009 penyesuaian diri dipengaruhi oleh perkembangan dan tingkat kematangan seseorang.Partisipan 1 merasa masih memiliki sifat kekanak-
kanakan diusianya saat ini.Hanya memikirkan diri sendiri dan kesenangannya saja.Seiring berjalannya waktu, partisipan 1 menyadari bahwa sifat dan sikap
harus disesuaikan dengan agama barunya.Tidak bisa disamakan dengan dulu
Universitas Sumatera Utara
lagi.Namun berbeda dengan partisipan 2, ia merasa lebih dewasa dibandingkan kakaknya partisipan 1. Kedua partisipan percaya bahwa setiap keyakinan
memiliki tatacara dan norma yang harus dipatuhi. Hal inilah membuat kedua partisipan menjadi manusia yang bersabar dan ikhlas untuk melalui setiap cobaan
yang diberikan. Keadaan psikologis yang baik dirasakan oleh kedua partisipan.Walaupun
mereka menyadari mendapat tekanan dari orang-orang sekitar, namun mereka tidak terlalu memikirkan tanggapan tersebut karena dukungan yang mereka
dapatkan melebihi dari yang mereka bayangkan sebelum menjadi muallaf. Sebagai muallaf, mereka meyakini akan menjadi individu lebih baik lagi yang
berpedoman dengan ajaran agama Islam. Keluarga, teman kerja, teman sebaya maupun lingkungan sekitar memberi
respon positif atas keyakinan yang dipilih oleh kedua partisipan. Walaupun partisipan 1 sempat mendapatkan penolakan dari adiknya, ia menganggap
permasalahan ini sebagai ujian yang diberikan Allah untuk menguatkan hatinya. Partisipan 2 mendapat respon baik dari seluruh keluarga inti. Perlakuan yang
diberikan lingkungan sekitar membuat mereka terharu karena selalu memberikan dukungannya. Lingkungan sekitar merupakan mayoritas muslim sering mengajak
kedua partisipan untuk mengikuti kegiatan keagamaan. Partisipan 1 merasa tidak enak karena jarang menghadiri ajakan tersebut. Namun, sesekali ia melowongkan
waktu untuk menambah pengetahuannya mengenai Islam. Sedangkan, partisipan 2 sering menghadiri kegiatan keagamaan karena ia senang mendengarkan ceramah
dari ustadz.
Universitas Sumatera Utara
Menurut Robert H Thouless 1992 menyatakan konversi agama adalah istilah yang pada umumnya diberikan untuk proses yang menjurus pada
penerimaan suatu sikap keagamaan; proses itu bisa terjadi secara berangsur- angsur atau secara tiba-tiba. Ada enam motif yang mempengaruhi individu
melakukan konversi, yaitu intellectual, mystical, experimental, affectional, revivalism, dan coercive Lofland Skonovd Rambo, 1993; Templeton
Swartz, 2000.Dilihat dari penjelasan yang diatas, yang mempengaruhi kedua partisipan melakukan konversi agama adalah motif affectional. Dimanafaktor ini
didasarkan pada penekanan ikatan emosi yang melibatkan pengalaman personal individu pada proses konversi. Partisipan 1 mendapatkan pengalaman religi dari
kedekatannya dengan keluarga kak Yuli.Partisipan 1 merasakan kekeluargaan, mendapat perilaku baik, dan tulus menganggapnya seperti keluarga.Ia
mendapatkan bimbingan dan nasihat untuk selalu ingat kepada Allah. Sedangkan partisipan 2 mendapatkan pengalaman religinya dari teman-teman sebayanya yang
muslim. Teman-temannya sering mengajak partisipan 2 mengikuti kegiatan sosial dan membantunya ketika ada masalah. Partisipan 2 sempat tinggal bersama abang
pertamanya yang muslim di Jakarta. Ia mencoba mengikuti puasa tanpa sepengetahuan abangnya. Dari pengalaman-pengalaman religi bersama orang-
orang terdekatnya membuat kedua partisipan mempelajari bagaimana ajaran agama Islam.
Bukan hanya agama, adat istiadat dan budaya juga dapat mempengaruhi pola pikir individu dalam menjalani kehidupannya.Kedua partisipan berasal dari
suku karo yang sangat kental.Keduanya menyadari adanya sebagian kebiasaan-
Universitas Sumatera Utara
kebiasaan yang tidak sesuai dengan ajaran agama Islam. Kedua partisipan mengakui adat yang sudah melekat dalam dirinya tidak dapat ia ubah, namun
kebiasaan-kebiasaan itu harus disesuaikan dengan agama Islam. Saling menghormati dan menghargai adat yang ada. Kedua partisipan terus menjalin
silaturahmi dengan saaudara yang belum bisa meneriman mereka menjadi muslim.
Universitas Sumatera Utara
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
Pada bab ini akan diuraikan mengenai kesimpulan yang berhubungan dengan jawaban-jawaban dari permasalahan penelitian. Pada akhir bab ini juga
akan diuraikan saran-saran praktis maupun saran untuk penelitian lanjutan yang berguna bagi penelitian yang berhubungan selanjutnya dengan tema yang sama.
A. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil analisa data dapat disimpulkan bahwa kedua partisipan dapat menyesuaikan diri dengan efektif. Hal ini dapat dilihat dari karakteristik dan
faktor-faktor yang mempengaruhi penyesuaian diri pada kehidupan mereka yang baru sebagai muallaf.
1. Berdasarkan karakteristik penyesuaian diri kedua partisipan dapat disimpulkan
bahwa : a.
Kedua partisipan merasa persepsi yang mereka pikirkan akurat dengan kehidupan beragama yang mereka jalani. Mereka menyadari akan
mendapat tekanan dari orang-orang terdahulu yang seagama dengan mereka. namun, keduanya memilih focus dengan kesehatan ibunya yang
sudah lanjut usia. b.
Kedua partisipan mendapatkan tekanan dari saudara yang belum menyetujui keyakinan yang mereka pilih. Namun, karena sudah
memprediksikan adanya tekanan yang terjadi, mereka mampu mengatasi
Universitas Sumatera Utara