5. Revivalism, motif yang menggunakan konformitas keramaian
crowdconformity untuk menimbulkan perilaku. Individukemudian secara emosional tergugah sehingga perilaku dan kepercayaan yang baru
dapat dimasukkan. Misalnya, pada acara pertemuan atau ceramah keagamaan yang dikemas dengan musik-musik dan motivasi yang
menyentuh sisi emosi dari individu, sehingga yang mendengarkannya akan tergerak untuk melakukan perubahan.
6. Coercive, motif yang mencakup pencucian otak, dan pendekatan
kekerasan terhadap individu untuk berpartisipasi mengikuti suatu keyakinan tertentu. Misalnya, pada zaman penjajahan dibeberapa Negara
yang memaksa rakyat setempat untuk memeluk agama tertentu dengan jalan berperang.
C. Dinamika Penyesuaian Diri Pada Muallaf
Setiap orang memiliki hak dalam menentukan keyakinan diri terutama dengan keyakinan terhadap keagamaan.Keyakinan agama adalah hal yang penting
dalam menjalani hidup karena menyangkut batin seseorang secara mendalam. Dan setiap orang memiliki hak pula dalam mengubah pilihan terhadap keyakinan yang
dianutnya, terlebih lagi jika tidak ada paksaan dari siapapun. Fenomena konversi agama merupakan suatu fenomena yang sering terjadi dalam kehidupan sehari-
hari, konversi agama yang sering dilakukan adalah perpindahan agama lain ke Islam,seseorang yang memeluk agama baru ke Islam disebut sebagai muallaf
Husain, A.A. Ath-Thawil, M.N, 2008.
Universitas Sumatera Utara
Menurut Lofland Skonovd Rambo, 1993; Templeton Swartz, 2000 ada beberapa faktor yang mempengaruhi seorang individu melakukan konversi
agama.Intellectual, yaitu individu mencari pengetahuan tentang agama melalui buku, televisi, artikel, ceramah, dan media lain dimana kontak sosial tidak terjadi
secara signifikan. Mystical, motif ini umumnya terjadi secara tiba-tiba yang disebabkan oleh pandangan, pendengaran atau pengalaman-pengalaman
mistis.Experimental, dimana individu secara aktif meneksplorasi agama-agama yang ada dan melihat keuntungan spiritual yang dapat diperoleh.Affectional, motif
yang didasarkan pada penekanan ikatan interpersonal pada proses konversi. Ikatan ini terjadi antara individu pelaku konversi dengan penganut agama yang
dituju.Ikatan emosi ini melibatkan pengalaman personal individu seperti rasa untuk diperhatikan, dicintai, dan dibesarkan oleh seseorang.Revivalism, motif
yang menggunakan
konformitas keramaian
crowdconformity untuk
menimbulkan perilaku.Individukemudian secara emosional tergugah sehingga perilaku dan kepercayaan yang baru dapat dimasukkan.Coercive, motif yang
mencakup pencucian otak, dan pendekatan kekerasan terhadap individu untuk berpartisipasi mengikuti suatu keyakinan tertentu.
Seorang muallaf yang mengalami perubahan akan belajar untuk bereaksi terhadap dirinya dan lingkungan dengan menghadapi konflik maupun kesulitan-
kesulitan pribadi dan sosial. Seorang muallaf dapat menghadapi kesulitan- kesulitan saat terjadi perubahan besar dalam hidupnya, muallaf tersebut dapat
melakukan penyesuaian diri untuk dapat bertahan dalam kehidupan sosial dan kehidupan sehari-hari Schneider dalam Agustiani, 2006.
Universitas Sumatera Utara
Penyesuaian dirimerupakan suatu proses dimana individu berusaha untuk menerima suatu keadaan yang tidak dapat diubah dengan membiasakan diri untuk
hidup dan berkembang dengan keadaan tersebut dan secara aktif mengubah apa yang bisa dilakukan dan memodifikasi keterbatasan tersebut. Seseorang dapat
melakukan penyesuaian diri terhadap kebutuhan, ketegangan, konflik dan frustrasi yang dialami jika telah memenuhi beberapa karakteristik yang dicetuskan oleh
Haber dan Runyon 1984. Karakteristik yang pertama adalah persepsi yang akurat terhadap realitas,
persepsi yang akurat terhadap realitas merupakan prasyarat dalam penyesuaian diri yang baik. Individu yang baik akan menetapkan tujuan yang realistis sesuai
dengan kemampuan dan kenyataan yang ada serta akan secara aktif mengejar tujuan tersebut. Seorang muallaf yang telah memilih melakukan konversi agama
yang ia yakini sebelumnya menjadi seorang muslim pasti memiliki tujuan sehingga meyakinkan dirinya untuk memutuskan menganut agama Islam.
Tujuan realistis yang dimiliki seorang muallaf membuatnya yakin terhadap agama Islam sehingga ia melakukan konversi agama walaupun mendapatkan
reaksi negatif dari lingkungannya, baik dari teman terlebih dari keluarga yang masih menganut agama awalnya. Namun, muallaf yang mampu untuk mengenali
dan menyadari konsekuensi dari apa yang dilakukan dan kemampuan dalam memandu perilaku secara tepat dapat melakukan penyesuaian diri secara efektif
Haber dan Runyon, 1984. Setiap individu harus belajar untuk bertoleransi dalam proses pencapaian
tujuan apakah itu akan lebih cepat atau mengalami penundaan. Penundaan
Universitas Sumatera Utara
kepuasan dalam pemenuhan kebutuhan sering kali mengakibatkan ketidak- nyamanan dan stres. Begitu pula dengan seorang muallaf yang mengalami
ketidaknyamanan ketika menerima respon negatif dari keluarga dan teman yang dapat mengakibatkan stres, namun jika seorang muallaf mampu mengatasi stres
maka ia telah melakukan penyesuaian yang baik, dengan penyesuaian diri yang baik mampu mengatasi stres dalam penundaan kepuasan pemenuhan kebutuhan
Haber dan Runyon, 1984. Individu yang mampu menggambarkan diri dari berbagai aspek dan
memiliki harmonisasi antara aspek satu dengan lainnya menunjukkan bahwa individu yang bersangkutan memiliki penyesuaian yang efektif.Seorang muallaf
memahami kelemahan dan kelebihan dirinya ketika mereka menyadari perubahan yang terjadi dalam diri ketika masih memeluk agama awal mereka hingga
akhirnya memutuskan untuk meyakini agama Islam. Seorang muallaf akan menyadari dan merasakan perubahan yang terjadi dalam diri mereka karena
merasakan pribadi yang lebih baik dan merasa memiliki citra diri self-image yang positif dan mampu pula menunjukkan atau menggambarkan diri secara
positif sehingga mampu menyadari potensi diri yang sebenarnya Haber dan Runyon, 1984.
Orang yang sehat secara emosi dapat merasakan dan mengekspresikan emosi serta perasaan. Seorang muallaf telah melakukan penyesuaian diri dengan
baik ketika mampu mengekspresikan perasaan, emosi yang ditunjukkan sesuai dengan tuntutan situasi dan secara umum berada di bawah kontrol diri Haber dan
Runyon, 1984.
Universitas Sumatera Utara
Aspek hubungan interpersonal yang paling penting adalah berbagai kemampuan seseorang mengekspresikan emosi dan perasaan mendukung pula
seorang tersebut memiliki hubungan interperssonal yang baik.Individu yang mampu membangun hubungan interpersonal yang baikmaka dapat memiliki
penyesuaian yang baik pula. Seorang muallaf yang yakin akan citra diri positif mereka sehingga dapat
mengekspresikan emosi dengan baik mampu membangun hubungan interpersonal dengan baik pula, ketika hal ini terjadi seorang muallaf telah melakukan
penyesuaian diri yang baik. Walaupun mereka menyadari bahwa orang lain tidak selalu memberikan reaksi positif, namun mereka tetap menghargai dan
memberikan reaksi positif sehingga keberadaan mereka tetap membuat orang lain merasa nyaman Haber dan Runyon, 1984.
Menurut Schneider dalam Desmita, 2009 ada lima faktor yang mempengaruhi penyesuaian diri, yaitu keadaan fisik, perkembangan dan
kematangan, keadaan psikologis, keadaan lingkungan, dan faktor kebudayaan, adat istiadat, dan agama. Tidak hanya satu faktor yang dapat mempengaruhi
penyesuaian diri muallaf, namun kelima faktor tersebut dapat saling melengkapi.Beberapa faktor juga umumnya terlihat dominan daripada faktor
lainnya.
Universitas Sumatera Utara
D. Paradigma Berpikir