Jawab: Hal ini dapat dikatakan mengalami proses akulturasi. Karena dalam tradisi agama tradisional, Cina tidak mengenal istilah keramat, yang biasanya
menggunakan istilah ini etrdapat pada tradisi masyarakat lokal dalam hal ini Jawakejawen
5. Tanya: Apakah tujuan dan manfaat dari tradisi pemandian perahu keramat
tersebut? Jawab: denganmandi air kembang bekas pemandian perahu keramat, bagi yang
percaya, air ini bermanfaat dan akan memperoleh keberkahan, keselamatan, enteng jodoh bagi yang lajang, serta dimudahnkan
ekonominya.
6. Tanya: Apakah tradisi ini diadakan hanya oleh komunitas Cina Benteng
saja, atau mungkin diadakan juga oleh masyarakat Cina lainnya selain di Tangerang?
Jawab: Tradisi pemandian perahu keramat ini hanya dilakukan di Tangerang ini.
7. Tanya: Dalam Kelenteng terdapat tiga agama Cina, apakah ketiga agama
tersebut mempunya tradisi yang sama? Jawab: Dalam Tri Dharma ini mesing-masing memiliki tata ibadah sendiri, tetapi
untuk tradisi upacara tiga agama ini terwarnai oleh ajaran Khonghucu, karena agama Khonghucu itu merupakan agama Negara Tiongkok.
8. Tanya: Kapan upacara pemandian perahu keramat itu dilakukan?
Jawab: Pada malam Tanggal 5 bulan 5 Imlek, atau dikenal akrab oleh masyarakat lokal dengan sebutan Go Gwe Che Go.
9. Tanya: Sejak kapan tradisi pemandian perahu keramat berlangsung?
Jawab: Sejak tahun 1912 Masehi
10. Tanya: Apakah dalam kitab suci terdapat ayat yang menyinggung tentang
pemandian perahu keramat ini? Jawab: Tidak ada, karena pemandian perahu keramat merupakan tradisi lokal dan
bukan bukan tradisi Cina kuno.
11. Tanya: Persiapannya apa saja yang dilakukan untuk menyambut tradisi ini?
Jawab: Kira-kira sebulan sebelum diadakan acara pemandian perahu keramat, kami membentuk kepanitiaan yang terdiri atas pengurus perahu keramat
keluarga Rudi A. Kuhu dan perkumpulan Kelenteng Boen Tek Bio. Dan untuk memeriahkan acara tersebut, panitia menyusun berbagai acara,
mulai dari pertunjukan Liong dan Barongsai, Gambang Kromong sampai acara puncaknya, pemandian perahu keramat.
12. Tanya: Adakah sesajian yang khas dalam melaksanakan tradisi pemnadian