dan pihak kompeni Belanda membangun benteng pertahanan di sebelah timur Sungai Cisadane untuk menahan serbuan Banten yang hendak merebut kembali Batavia dari
tangan Belanda. Benteng itu sekarang sudah rata dengan tanah. Akan tetapi sangat disayangkan tidak ada keterangan tahun berapa benteng itu didirikan. Itulah sebabnya,
dahulu daerah Tangerang dikenal dengan nama “Benteng” dan saat ini masih ada segelintir orang yang menyebutnya demikian. Jadi, Cina Benteng merupakan komunitas
Cina yang tinggal di Benteng Tangerang. Cina Benteng tidak seperti Cina peranakan pada umumya yang berkulit putih
meletak. Cina Benteng memang sering diidentifikasi dengan stereotip orang Cina berkulit hitam dan gelap. Sehingga sulit dibedakan dengan “orang kampung” pribumi atau
masyarakat lokal.
C. Sistem Kekerabatan
Para ahli antropologi lebih banyak memberi perhatian pada cara orang memberi nama kepada sanak keluarga mereka dalam berbagai masyarakat.
29
Apa yang terungkap dalam peristilahan kekerabatan itu? Dari situ sudah pasti kita dapat memperoleh
gambaran yang baik tentang struktur keluarga, hubungan-hubungan mana yang dinggap dekat atau jauh, dan kadang terlihat sikap terhadap hubungan yang mana yang dianggap
penting.
30
Isilah-istilah kekerabatan berbau Cina juga sangat diperhatikan. Istilah ncik-ncim, toaku-toakim, cek-kong-cimpo
, dan lainnya masih dipetahankan. Sebagai perhormatan, orang lain yang baru dikenal sering disapa dengan kode, kependekan dari koko gede
29
William A. Haviland, Antropologi edisi keempat Jilid 1, Jakarta: Erlangga, hlm. 378
30
Antropologi edisi keempat Jilid 1, hlm. 380.
kakak laki-laki besar, cide atau cici gede kakak perempuan besar. Istilah ini aslinya lambang kekerabatan seorang adik terhadap kakak laki-laki atau perempuan sulung.
Kedudukan perempuan bagi orang Cina dahulu adalah sangat rendah. Pada waktu masih kecil, saudara laki-laki mereka memperlakukan mereka dengan baik, tetapi pada
waktu meningkat dewasa mereka dipingit di rumah. Setelah menikah, seorang perempuan harus tunduk kepada suaminya. Mereka tidak mendapat bagian dalam kehidupan di luar
rumah. Keadaan seperti itu sudah lama ditinggalkan. Seorang perempuan dapat mengikuti perkumpulan-perkumpulan, sekolah dan dalam kehidupan ekonomi peranan pembantu
suaminya dalam perdagangan memegang peranan penting. Pada masa sekarang ini, wanita berhak mendapat harta yang sama dengan laki-laki dalam hal warisan. Bahkan
kadang mendapat tugas untuk mengurus abu leluhurnya sehingga suaminya yang harus ikut tinggal di rumah orang tuanya. Dengan naiknya kedudukan wanita, tidak ada lagi
kecenderungan untuk memiliki anak laki-laki. Dalam sistem kekerabatan, komunitas Cina menganut sistem patrilinier. Karena itu hubungan dengan kerabat pihak ayah lebih
erat, tetapi perkembangan sekarang menunjukkan hubungan antara keluarga pihak ibu sama eratnya dengan pihak ayah.
31
D. Kawin Campur Integrasi