Mata Pencaharian GAMBARAN UMUM KOMUNITAS CINA BENTENG

Peraturan lain ialah seorang adik wanita tidak boleh mendahului kakak wanitanya menikah. Peraturan ini berlaku juga bagi saudara-saudara sekandung laki-laki. Tetapi adik wanita boleh mendahului kakak laki-lakinya menikah, demikian juga adik laki-laki boleh mendahului kakak wanitanya menikah. Akan tetapi, sering kali terjadi pelanggaran terhadap peraturan ini, tetapi dalam hal itu si adik harus memberikan hadiah tertentu pada kakaknya yang didahului menikah itu. 32

E. Mata Pencaharian

Sebagian besar dari masyarakat Cina di Indonesia sekarang memang hidup dari perdagangan dan hal ini suatu fakta terutama di Jawa. Dan diantaranya kebanyakan dari mereka adalah orang Hokkian. Memang 50 dari orang Hokkian di Indonesia adalah pedagang, tetapi di Jawa Barat dan di pantai Barat Sumatera ada banyak orang Hokkian yang bekerja sebagai petani dan penanam sayur-mayur, sedangkan di Bagan Siapiapi Riau orang Hokkian umumnya menjadi penangkap ikan. Orang Hakka di Jawa dan Madura banyak yang menjadi pedagang, tetapi banyak juga yang menjadi pengusaha industri kecil. Di Sumatera orang Hakka bekerja di pertambangan, sedangkan di Kalimantan Barat banyak yang menjadi petani. Masyarakat Cina yang datang dan telah mengalami akulturasi dengan masyarakat lokal Indonesia berasal dari suku Hokkian, Hakka, Tao Chiu, Hai Lan atau Hai Nan, dan Kong Hu. Dalam komunitas Cina Benteng, mayoritas berasal dari suku Hokkian yang umumnya bermatapencaharian seperti petani, pedagang, nelayan, dan ahli perkebunan. 33 Menurut penelitian seorang sarjana Seni Rupa dan Desain ITB Jurusan Desain 32 Manusia dan Kebudayaan di Indonesia, hlm. 362-363. 33 Wawancara pribadi dengan Informan kunci, Bapak Oey Tjin Eng, pada Tanggal 20 Juli 2008. Komunikasi Visual, Y Sherly Marianne, kehidupan masyarakat Cina Benteng memang keras, hal itu terjadi agar mereka bisa bertahan hidup. 34 Keberadaan Cina Benteng menegaskan seakan tidak semua orang Cina mempunyai posisi kuat dalam bidang ekonomi. Dengan keluguannya, mereka bahkan tidak punya akses politik yang mendukung posisinya di bidang ekonomi. Realitas Cina Benteng yang tinggal di pusat kekuasaan politik dan ekonomi menunjukkan, masyarakat etnis Cina sesungguhnya sama dengan etnis lainnya. Ada yang punya banyak uang, tetapi ada pula yang hidup di bawah garis kemiskinan. Bahkan, Ridwan Saidi, seorang Pengamat Budaya dari Betawi, melihat realitas Cina Benteng sebagai wajah lain Indonesia. Ada yang kaya, tetapi tidak sedikit pula yang miskin Sampai sekarang masih banyak komunitas Cina Benteng yang ekonominya pas-pasan atau bahkan kekurangan, misalnya, jika melihat di belakang bangunan Kelenteng Boen Tek Bio, masih ada masyarakat Cina Benteng yang menjadi nelayan tepatnya di Sungai Cisadane, atau tukang becak yang penghasilannya tidak menentu tiap harinya. Terlebih lagi kalau melihat komunitas Cina Benteng yang tinggal di desa desa dan pesisir pantai Tanjung Kait dan Tanjung Pasir. Oey Tjin Eng pernah mengunjungi daerah tersebut dan mendapati suatu rumah, yang terbuat dari anyaman dan bilik bambu, jika akan memasuki rumah tersebut harus membungkukkan badan, karena terlalu kecil dan mudah rubuh jika disentuh. Hal itu sangat berbeda dengan kehidupan di perkotaan, yang umumnya berprofesi sebagai pedagang dan dapat dikategorikan kelas menengah. Sedangkan, jika dilihat secara umum mata pencaharian dari penduduk Kelurahan Sukasari memang mayoritas berprofesi sebagai wiraswasta atau pedagang. Hal ini dapat dilihat pada Tabel IV berikut. 34 Ziarah Budaya Kota Tangerang, hlm. 33. Tabel IV Mata Pencaharian di Kelurahan Sukasari No. Mata Pencaharian Jumlah 1. Karyawan 1 Pegawai Negeri Sipil 2 ABRI 3 Swasta 117 8 1.120 2. Wiraswasta atau Pedagang 2030 3. Pertukangan 5 4. Buruh Tani 105 5. Pensiunan 97 6. Jasa 53 Sumber: Laporan Monografi Kelurahan Sukasari

F. Bahasa