Tata Cara PEMANDIAN PERAHU KERAMAT DALAM UPACARA PEH CHUN

B. Tata Cara

Semakin malam semakin banyak orang yang mendatangi tempat penyimpanan Perahu Keramat yang juga sebagai tempat upacara diadakan. Sebelum upacara dimulai, komunitas Cina Benteng yang datang melakukan sembahyang, termasuk para penari Liong dan Barongsai. Setelah selesai melakukan pertunjukan, mereka wajib melakukan sembahyang kepada Perahu Keramat sebagai tanda penghormatan. Sembahyang upacara pemandian Perahu Keramat dilakukan dengan beberapa, yaitu: a Sembahyang kepada Thian Setiap perayaan, komunitas cina benteng selalu bersembahyang kepada Thian Dewa Langit, sebelum sembahyang kepada dewa-dewa lainnya, mereka wajib menyembah Thian. Dalam peersembahynagan kepada Thian ini, sambil membakar tiga batang hio. Altar pemujaan kepada Thian terletak di muka bangunan tempat Perahu Keramat disimpan. b Sembahyang kepada Dewa Bumi Hok Tek Ceng Sin Fu De Zheng Shen Setelah sembahyang kepada Thian, mereka sembahyang kepada Dewa Bumi, dengan tujuan meminta izin, agar dalam pelaksanaan upacara bias berjalan secara lancar tanpa ada ganggguan apa pun. Hio yang dibakar sebanyak tiga batang juga. c Sembahyang kepada Dewa Harimau Setelah sembahyang kepada Dewa Bumi, lalumereka sembahyang kepada Dewa harimau dengan membakar tiga batang hio juga, yang terletak di samping altar Dewa Bumi. Dewa Harimau dipercaya sebagai penungggu rumah dan penjaga pintu dengna tujuan yang sama dengan Dewa Bumi. d Sembahyang kepada Empe Lumut dan Ema Lumut Sebutan Empe Lumut dan Ema Lumut berasal dari sepasang batu nisan yang ditemukan oleh Nenek Buyut Rudi A. Kuhu, bersamaan dengan potongan kayu di tepi Sungai Casadane apada tahun 1850, yang kemuduian disimpan di tempat yang sama di mana Perahu Keramat disimpan. Kemungkinan besar, batu nisan ini adalah batu nisan sepasang suami istri yang disebut Empe Lumut dan Ema Lumut. Nisan ini disembahyangi oleh komunitas Cina Benteng sebagai penghormatan kepada Empe Lumut dan Ema Lumut yang diwakili oleh batu nisan itu dengan membakar empat batang hio. e Sembahyang kepada Perahu Keramat Sembahyang kepada Perahu Keramat adalah tahapan terakhir dari sembahyang upacara pemandian perahu yang dilakukan sebelum upacara dimulai. Kemudian membakar kertas sembahyang yang berwarna kuning emas Siu Kim dan abunya diletakkan di Kim Loo. 57 Setelah semua umat selesai sembahyang, tepat pada pukul 23:00, keturunan Nenek Buyut Rudi A. Kuhu dan para pengurus Perahu Keramat berdoa secara agama Budha yang ditujuakn kepada perahu keramat tersebut. Tahap ini dilakukan memakan waktu sekitar setengah sampai satu jam. Stelah pembacaan doa-doa selasai, sekitar pukul 23:40 upacara pemandian perahu keramat dimulai. Pertama, keluarga Nenek Buyut Rudi A. Kuhu 58 dan para pengurus panitia termasuk perkumpulan Kelenteng Boen Tek Bio membuka kain penutup berwarna merah, 59 sepanjang 11 meter. Di atas kain merah itu terdapat kain berwarna-warni 57 Kim Lo, artinya tungku pembakaran kertas emas. 58 Nenek moyang Rudi A. Kuhu adalah orang yang menemukan dan memimpikan perahu keramat ini. 59 Warna merah dipercaya sebagai warna keberuntungan dan sebagai penolak bala bahaya dalam kepercayaan masyarakat Cina. berbentuk bunga sejumlah lima lembar, yaitu: merah, yang berarti naga darat; kuning, berarti naga langit; hijau, naga laut; putih dan biru atau hitam, sebagai simbol warna yin yang . Masing-masing sepanjang 5 meter sebagai hiasan. Sebagai giliran pertama, dimulai dengan keluarga Nenek Buyut Rudi A. Kuhu, untuk memandikan Perahu Keramat, giliran kedua adalah para panitia. Kemudian komunitas Cina Benteng lainnya mau pun masyarakat sekitar. Pada saat akan memandikan perahu, panitia membagikan kain segitiga berwarna merah sebanyak 500 lembar kepada siapa saja yang ingin ikut serta memandikan Perahu Keramat. Setelah itu, secara bergantian memandikan perahu dengan cara mencelupkan kain merah ke dalam ember berisi air Sungai Cisadane dan kembang tujuh rupa, lalu mengusapkan kain ke badan perahu secara perlahan sambil memohon doa dalam hati. Suasana saat itu terlihat sangat ramai. Masyarakat yang datang saling berebut mendapatkan giliran memandikan Perahu Keramat dengan harapan akan mendapatkan banyak rejeki dan selalu dalam keadaan selamat, sehat dan enteng jodoh. Setelah Perahu Keramat selesai dimandikan, kemudian ditutup kembali dengan kain merah yang baru, dan penutup ini tidak boleh dibuka sampai perahu tersebut dimandikan kembali pada tahun berikutnya. Walaupun penutup perahu tidak boleh diganti dalam kurun waktu satu tahun, tetapi sejak perahu Keramat diurus oleh Ibu Ida, 60 pada tahun 2000, penutup perahu boleh dibuka sebanyak dua kali dalam setahun. Pertama, pada malam hari raya Peh Chun, kedua pada waktu menjelang Imlek, tepatnya seminggu sebelum hari raya Imlek. 60 Ida Herawati Syalim adalah keluarga bapak Rudi A. Kuhu, beliau juga menjabat sebagai pengurus perahu keramat, yang bertanggung jawab atas segala sesuatu yang berkaitan mengenai perahu keramat. Hal ini dilakukan hanya semata-mata karena pada hari raya Imlek, masyarakat Cina selalu menginginkan segala sesatunya terlihat baru, agar perahu terlihat bersih. Penggantian kain merah ini dilaksanakan lebih sederhana, hanya dilakukan oleh keluarga keturunan Nenek Buyut Rudi A. Kuhu dan para penggurus Perahu Keramat.

C. Perhitungan Waktu Pelaksanaaan Upacara