95
pangan, sandang dan papan. Selain itu beliau juga mengatakan bahwa kewajiban orang tua juga termasuk mencari pasangan hidup yang shalihah, memberikan nama
yang baik, aqiqah, memberikan nasab keturunana yang sah dan mempersiapkan anak untuk sukses dalam kehidupan dunia akhiratnya.
166
g. Hak untuk mewarisi harta kekayaan milik kedua orang tuanya, sebagaimana firman Allah SWT dalam surat An-Nisa ayat, 26, dan 10.
Seorang anak berhak menjadi ahli waris dari orang tuanya, sehingga ia berhak mendapat harta yang ditinggalkan kedua orang tuanya yang telah meninggal dunia.
Hal ini juga diatur dalam Pasal 174 Kompilasi Hukum Islam. Sementara pasca perceraian, secara umum, anak berhak mendapat
167
: 1. Kasih sayang, meskipun orang tua sudah bercerai. Anak harus tetap
mendapatkan kasih sayang dan anak berhak menentukan dengan siapa dia akan tinggal.
2. Pendidikan. 3. Perhatian kesehatan.
4. Tempat tinggal yang layak.
Keempat unsur dasar di atas harus dipenuhi oleh orang tua terhadap anak, jika mereka bercerai. Tetapi tidak bisa dipungkiri pula, bila orangtuanya bercerai, maka
sering terjadi salah satu pihak tidak memenuhi hak-hak anak, sehingga hak-hak anak tersebut terabaikan. Untuk kondisi seperti ini, orangtua bisa dikenakan sanksi sesuai
dengan kesepakatan yang sudah ditetapkan pada saat proses perceraian dilakukan.
2. Kewajiban Anak Terhadap Orang Tua
166
Iman jauhari, Hak-Hak Anak Dalam Hukum Islam,Op.Cit, hlm.129.
167
Artikel. Pengadilan Tinggi Banda Aceh. “Anda dan Hukum Sehari-Hari’, Serambi Indonesia, hlm 73
Universitas Sumatera Utara
96
Berdasarkan Pasal 46 Undang-Undang Perkawinan, yang menjadi kewajiban seorang anak terhadap orang tuanya, yaitu diantaranya: Anak wajib menghormati
orang tua dan menaati kehendak mereka dengan baik. Jika anak telah dewasa, ia wajib memelihara menurut kemampuannya, orang tua dan keluarga garis lurus ke
atas, bila mereka itu memerlukan. a. Anak wajib menghormati orang tua dan menaatinya
Sesungguhnnya kewajiban anak untuk menghormati orang tua dan menaati kehendaknya bersifat universal, karena setiap bangsa dan agama menginginkan hal
tersebut. Tetapi sebaliknya orang tua haruslah memberikan contoh teladan yang baik dengan cara yang bijaksana dan tidak bersifat memaksa. Jika orang tua taqwa kepada
Tuhan Yang Maha Esa, dan taat beribadah, tentunya anak wajib hormat dan mentaatinya, tetapi jika orang tua penjudi, pemabuk dan penuh maksiat, maka anak
tidak wajib mentaatinya. Kewajiban menghormati orang tua juga diwajib oleh Allah SWT, sebagimana dijelaskan dalam QS. Al- ankabut ayat 8 yang artinya berbunyi:
“dan kami wajibkan manusia untuk berbuat kebaikan terhadap kedua orang tuaibu bapaknya, dan Tuhan mengingatkan bahwa ibu telah mengandung dalam keadaan
lemah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun.Bersyukurlah kepadaKu dan kepada kedua ibu bapakmu, hanya kepada Akulah engkau kembali,
QS. Luqman ayat 14 . Oleh karena itu, berbahagialah orang tua yang memiliki anak yang shaleh dan
sholeha yang berbakti kepada ibu bapaknya, sebagaimana Rasulullah bersabda, yang artinya: “jika seorang manusia meninggal dunia maka terputuslah seluruh amalannya
Universitas Sumatera Utara
97
kecuali tiga hal: shadaqah jariyah, ilmu yang bermanfaat, dan anak shalehsholeha yang mendo’akan kedua orang tuanya. HR.Muslim.
168
b. Bila sudah dewasa anak wajib memelihara dan menafkahi orang tua sesuai kemampuannya, bilamana mereka memerlukan bantuanya.
Apabila anak-anak telah dewasa, ia wajib memelihara orang tua menurut kemampuannya dan juga memelihara keluarga dalam garis lurus ke atas, bilamana
mereka itu memerlukan bantunya. Nafkah orang tua diwajibkan kepada anaknya jika memenuhi kriteria sebagai berikut:
1 Orang tua tersebut dalam keadaan fakir miskin tidak memiliki harta. Apabila ia
berharta maka nafkahnya diambil dari hartanya, sedangkan bila tidak berharta maka nafkah menjadi kewajiban anaknya baik orang tua laki-laki ataupun
perempuan, karena Allah SWT telah memerintahkan untuk berbuat baik kepada kedua orang tua dan melarang untuk menyakiti orang tua.
2 Sang anak berpenghasilan lebih dari cukup kaya. Apabila syarat ini terpenuhi
maka sang anak wajib menafkahi kedua orang tuanya secara khusus. Namun sebaliknya bila penghasilan sang anak tidak melebihi kecukupannya untuk
menghidupi keluarganya maka ia tidak harus menafkahi kedua orang tuanya, begitu juga bila ia tidak mempunyai penghasilan maka ia juga tidak wajib
memberikan nafkah, karena dirinya sendiri memerlukan seseorang untuk
168
Iman Jauhari, Hak-Hak Anak dalam Hukum Islam, Loc.cit.129-130.
Universitas Sumatera Utara
98
menafkahinya. Apabila tidak ada orang lain yang wajib menafkahi ereka maka urusan tersebut diserahkan kepada kas negara, dalam hal ini Baitulmal.
169
Menafkahi orang tua termasuk dalam katagori nafkah ushul. Menurut pendapat para ulama nafkah ushul adalah nafkah bagi orang tua ayah, ibu atau dari garis
keturunan ke atas bila masih ada. Namun berbeda dengan pendapat Mazhab Malikiyyah yang termasuk katagori ushul yang wajib dinafkahi adalah hanya ayah
dan ibu kandung.Sedangkan kakek dan nenek tidak termasuk, baik dari pihak ayah maupun dari pihak ibu.
Nafkah untuk orang tua adalah kewajiban bagi anak karena anak adalah orang terdekat dengan orang tua sehingga ia lebih berkewajiban menanggung nafkah untuk
orang tuanya. Menurut Mazhab Hanafiyyah hukum menafkahi orang tua sama wajibnya antara anak laki-laki maupun perempuan.Akantetapi,mayoritas ulama
berpendapat bahwa nafkah ushul itu juga tidak hanya wajib terhadap anak tetapi juga wajib atas cucu, namun menurut Mazhab Malikiyyah terhadap cucu tidak wajib.
170
Bila orang tua
mempunyai banyak anak
maka masing-masing
anak berkewajiban menafkahi orang tuanya secara bersama-sama dengan pembagian yang
sama besarnya. Dalam nafkah ini, pembagiannya tidak mengacu pada hukum waris, yaitu bagian anak laki-laki dan anak perempuan,dua berbanding satu atau 2:1.
Selanjutnya jika tingkat kerabat diantara mereka berbeda seperti anak perempuan dan cucu anak dari anak laki-laki maka nafkah orang tua ditanggung oleh kerabat yang
169
Abdul Majid Mahmud Mathlub, Op.Cit hlm. 633.
170
Fathul Qadiir, Vol. 3 hlm.348.
Universitas Sumatera Utara
99
paling dekat yaitu anak perempuan. Sementara menurut Mazhab Hanafiyyah bila terdapat banyak anak maka yang berkewajiban menafkahi orang tuanya adalah anak
yang paling dekat dengan orang tua atau dengaan kata lain sesuai dengan tingkat kedekatan dengan orang tua.
171
Sementara itu menurutMazhab Malikiyyah maka kewajiban menafkahi oranng tua itu terdapat pada masing-masing anak dan besarnya
nominal yang harus diberikan sesuai dengan kemammpuan ekonomi masing-masing anak tersebut. Selanjutnya Mazhab Syafi’iyyah, jika tingkat kekerabatan itu sama,
seperti dua orang anak laki-laki dan orang anak perempuan maka nafkah itu ditanggung bersama dengan nominal yang sama pula tanpa melihat keadaan ekonomi
masing-masing anak.
172
B. Hak dan Kewajiban Orang Tua Yang Hak Hadhanah Tidak Jatuh Kepadanya
Dalam perjalanan perkawinan tidak selamanya perkawinan tersebut seperti yang diharapkan menjadi keluarga yang harmonis dan bahagia tak jarang beberapa
rumah tanggga mengalami konflik sehingga terjadi ketidakcocokan, terjadi perselisihan dan pertengkaran yang terus-menerus dan sebab-sebab lain sehingga
perkawinan tidak dapat dipertahankan lagi sedangkan upaya-upaya damai yang dilakukan pihak keluarga tidak berhasil.Dalam keadaan demikian, pada akhirnya
yang ditempuh adalah perceraian.Dari ikatan perkawinan sebelumnya tersebut menyebabkan timbul berbagai akibat hukum, salah satunya yaitu timbulnya
kewajiban orang tua terhadap anak. Selain itu perceraiantentunya akan membawa
171
Hasyyiyah Ibnu Abidin, Vol.2 hlm 934.
172
Ibnu Qudmah, Al-Mughni, Jilid III, Beirut: Daral-Kitab Al-Arabi, 1972, hlm 450.
Universitas Sumatera Utara
100
akibat, dimana anak-anak tersebut harus hidup dalam suatu keluarga dengan orang tua tunggal baik dengan seorang ibu atau dengan seorang ayah saja. Bahkan
terkadang anak harus tinggal dengan keluarga ayah tiri atau ibu tiri.Menurut Bahder Johan Nasution dan Sriwarjiyati “Bila terjadi pemutusan perkawinan karena
perceraian, baik ibu maupun bapak tetap berkewajiban memelihara dan mendidik anak-anaknya semata mata demi kepentingan anak-anak mereka, pengadilan akan
memutuskan siapa yang akan menguasai anak tersebut.
173
Sebuah perkawinan menyebabkan timbul berbagai hubungan hukum, salah satunya yaitu timbulnya kewajiban orang tua terhadap anak. Berdasar Pasal 41
Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan, yang bunyinya sebagai berikut:
Akibat putusnya perkawinan karena perceraian ialah: 1. Baik ibu maupun bapak tetap berkewajiban memelihara dan mendidik anak-
anaknya, semata-mata berdasarkan kepentingan anak, bilamana ada perselisihan mengenai penguasaan anak-anak, Pengadilan memberi keputusannya.
2. Bapak yang bertanggung jawab atas semua biaya pemeliharaan dan pendidikan yang diperlukan anak-anak itu; bilamana bapak dalam kenyataan tidak dapat
memberi kewajiban tersebut. Pengadilan dapat menentukan bahwa ibu ikut memikul biaya tersebut.
3. Pengadilan dapat mewajibkan kepada bekas suami untuk memberikan biaya penghidupan dan atau menentukan suatu kewajiban bagi bekas isteri.
Berdasarkan Pasal 41 Undang- Undang Perkawinan di atas, maka jelas bahwa meskipun suatu perkawinan sudah putus karena perceraian, tidaklah mengakibatkan
173
Bahder Johan dan Sri Warjiyati, Hukum Perdata Islam, Komplikasi Peradilan Agama tentang Perkawinan, Waris, Wasiat, Hibah, Wakaf dan Shadaqah,
Bandung :Madar Maju, 1997, hlm.35.
Universitas Sumatera Utara
101
hubungan antara orang tua suami dan isteri yang telah bercerai dan anak - anak yang lahir dari perkawinan tersebut menjadi putus.
Undang - Undang Perkawinan mengatur hak dan kewajiban antara orang tua dan anak yang menyangkut beberapa hal, diantaranya mengatur tentang kewajiban
pemeliharaan dan pendidikan, bahwa kedua orang tua wajib memelihara dan mendidik anak-anak mereka dengan sebaik- baiknya, termasuk dalam hal biaya yang
timbul dari pemeliharaan dan pendidikan dari anak tersebut. Kemudian berdasarkan Undang-Undang Perkawinan tahun1974, kewajiban
orang tua terhadap anak dimuat di dalam Pasal 45 sampai dengan Pasal 49;
174
Pasal 45, berbunyi: 1 Kedua orang tua wajib memelihara dan mendidik anak-anak mereka sebaik-
baiknya. 2 Kewajiban orang tua yang dimaksud pada ayat 1 pasal ini berlaku sampai
anak itu kawin atau dapat berdiri sendiri, kewajiban mana berlaku terus meskipun perkawinan antara kedua orang tua putus.
Pasal 46, berbunyi; 1 Anak wajib menghormati orang tua dan mentaati kehendak mereka yang baik.
2 Jika anak telah dewasa, ia wajib memelihara menurut kemampuannya, orang tua dan keluarga dalam garis lurus ke atas bnila mereka itu memerlukan
bantuannya Pasal 47, berbunyi:
1 Anak yang belum mencapai umur 18 delapan belas tahun atau belum pernah melangsungkan perkawinan ada di bawah kekuasaan orang tuanya selama
mereka tidak dicabut dari kekuasaannya.
174
Amir Nuruddin, Hukum Perdata Islam Di Indonesia, Jakarta: Kencana, 2004, hlm.299-300.
Universitas Sumatera Utara
102
2 Orang tua mewakili anak tersebut mengenai segala perbuatan hukum di dalam dan di luar Pengadilan.
Pasal 48, berbunyi: Orang tua tidak diperbolehkan memindahkan hak atau menggandakan barang-barang
tetap yang dimiliki anaknya yang belum berumur 18 delapan belas tahun atau belum pernah
melangsungkan perkawinan,
kecuali apabila
kepentingan anak
itu menghendakinya.
Pasal 49, berbunyi; 1 Salah seorang atau kedua orang tua dapat dicabut kekuasaannya terhadap seorang
anak atau lebih untuk waktu yang tertentu atas permintaan orang tua yang lain, keluarga anak dalam garis lurus ke atas dan saudara kandung yang telah dewasa
atau pejabat yang berwenang dengan keputusan Pengadilan dalam hal-hal : a. ia sangat melalaikan kewajibannya terhadap anaknya;
b. ia berkelakuan buruk sekali. 2 Meskipun orang tua dicabut kekuasaannya, mereka masih berkewajiban untuk
memberi pemeliharaan kepada anak tersebut. Apabila orang tua dicabut hak pengasuhannya hak hadhanah dan ditunjuk wali
untuknya, karena orang tua terbukti melalaikan tanggung jawabnya, tidak menghapuskan kewajibanorang tua yang bersangkutan untuk membiayai, sesuai
dengan kemampuannya, penghidupan, pemeliharaan, dan pendidikan anaknya.
175
1. Hak-Hak Orang Tua Yang Hak Hadhanah Tidak Jatuh Kepadanya