22
masing-masing sebesar 129, 136 dan 138 per 100.000 penduduk kemudian pada tahun 2013 angka notifikasi kasus menurun yaitu sebesar 134.6 kasus per 100.000
penduduk Kemenkes, 2014. Tetapi pada umumnya waktu tidak mempengaruhi tingginya angka kejadian TB paru. TB paru akan menular dan menginfenksi
selama penderita lama mempunyai kemampuan untuk menularkan melalui droplet yang terinfeksi
Mycobacterium tuberculosis
Widoyono, 2008.
2.9 Komplikasi Tuberkulosis Paru
Penyakit tuberkulosis paru akan menimbulkan komplikasi bila tidakditangani dengan benar. Komplikasi terbagi atas komplikasi dini dan komplikasi lanjut.
a. Komplikasi dini: pleuritis efusi pleura, empiema, laringitis, usus,
Poncets arthropathy
b. Komplikasi lanjut: Obsruksi jalan nafas-SPOT Sindrom Obsturksi Pasca
Tuberkulosis, kerusakan parenkim berat- fibrosis paru, kor pulmonala, amilodiosis, karsinoma paru, sindrom gagal nafas dewasa ARDS, sering
terjai pada TB milier dan kavitas TB. 2.10 Pengobatan Tuberkulosis Paru
a. Sifat Obat Terdapat 2 macam sifat aktivitas obat terhadap tuberkulosis yaitu:
i. Aktivitas Bakterisid yaitu obat bersifat membunuh bakteri-bakteri yang
sedang tumbuh metabolismenya masih aktif, diukur dari kecepatan obat tersebut membunuh bakteri sehingga pada pembiakan akan didapatkan hasil
yang negatif.
Universitas Sumatera Utara
23
ii. Aktivitas Sterilisasi yaitu obat bersifat membunuh bakteri-bakteri yang
pertumbuhannya lambat metabolismenya kurang aktif. Aktivitas sterilisasi
diukur dari angka kekambuhan setelah pengobatan dihetikan. b. Dosis
1.
Kategori I. Pasien tuberkulosis paru dengan sputum BTA positif dan kasus
baru. Pengobatan fase inisial resimennya terdiri dari 2 HRZS E, setiap hari selama 2 bulan obat H, R,Z dan S atau E. Kemudian dilanjutkan ke fase
lanjutan 4HR atau 4H3R3 atau 6 HE. Apabila sputum BTA positif setelah 2 bulan, fase intensif diperpanjang dengan 4 minggu lagi, tanpa melihat apakah
sputum sudah negatif atau tidak. 2.
Kategori II. Pasien kasus kambuh atau gagal dengan sputum BTA positif.
Pengobatan fase inisial terdiri dari 2HRZES1HRZE, yaitu dengan R dengan H,Z,E setiap hari selama 3 bulan, ditambah dengan S selama 2 bulan pertama.
Apabila sputum BTA menjadi negatif, fase lanjutan bisa segera dimulai. Apabila sputum BTA masih positif pada minggu ke-12, fase inisial dengan 4
obat dilanjutkan 1 bulan lagi. Bila akhir bulan ke-4 sputum BTA masih positif, semua obat dihentikan selama 2-3 hari dan dilakukan kultur sputum
untuk uji kepekaan, obat dilanjutkan memakai resimen fase lanjutan yaitu 5H3R3E3 atau 5HRE.
3.
Kategori III. Pasien tuberkulosis dengan sputum BTA negatif tetapi
kelainan paru tidak luas dan kasus ekstra-pulmonal selain dari kategori I. Pengobatan fase inisial terdiri dari 2HRZ atau 2H3R3E3Z3 yang
diteruskan dengan fase lanjutan 2 HR atau H3R3.
Universitas Sumatera Utara
24
4.
Kategori IV. Tuberkulosis kronik. Pasien ini mungkin mengalami resistensi
ganda, sputumnya harus dikultur dan uji kepekaan obat. Untuk seumur hidup diberi H saja untuk pengobatan resistensi ganda Sudoyo, A.,dkk. 2007.
2.11 Pencegahan tuberkulosis 2.11.1 Pencegahan Pertama