13
sedang buruk maka daya tahan tubuh akan berkurang, sehingga kemungkinan terjadinya penyakit TB paru akan lebih besar
Aditama, TY, 2005.
.
2.4 Faktor-faktor yang Dapat Mempengaruhi Terjadinya TB Paru
Faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya penyakit TB paru adalah: 1.
Harus ada sumber infeksi yaitu penderita dengan kasus terbuka. 2.
Jumlah basil sebagai penyebab infeksi harus cukup. 3.
Virulensi yang tinggi dari basil tuberkulosis. 4.
Daya tahan tubuh yang menurun memungkinkan basil berkembang biak dan keadaan ini menyebabkan timbulnya penyakit tuberkulosis paru
. Penurunan daya tahan tubuh ditentukan oleh :
a. Faktor genetika: merupakan sifat bawaan yang diturunkan sehingga
sesorang mudah menderita tuberkulosis dibandingkan dengan orang lain. b.
Faktor faali: umur. c.
Faktor lingkungan: nutrisi, perumahan, pekerjaan d.
Bahan toksik: alkohol, rokok, kortikosteroid. e.
Faktor imunologis: infeksi primer, vaksinasi BCG f.
Keadaanpenyakit yang memudahkan penyakit infeksi; diabetes mellitus, pnemokoniosis, keganasan, parsial gasterektomi, morbili.
g. Faktor psikologis Alsagaff,H, 2006.
Universitas Sumatera Utara
14
2.5 Perkembangan Alamiah Penyakit 2.5.1 Tuberkulosis Paru Primer
Tuberkulosis paru primer adalah penyakit yang terjadi akibat infeksi primer oleh basil tuberkulosis dan mencakup kompleks primer lesi parenkim dan nodus
limfatikus regional serta perluasan komponennya secara langsung Alpers, A., dkk, 2006.. Penularan tuberkulosis paru terjadi karena kuman dibatukkan keluar
menjadi
droplet nuclei
dalam udara sekitar kita. Partikel infeksi ini dapat menetap dalam udara bebas selama 1-2 jam, tergantung pada ada tidaknya sinar ultra
violet, ventilasi yang buruk dan kelembapan. Bila partikel ini masuk ke tubuh orang sehat maka akan menempel ke paru-paru. Bakteri akan dihadapi oleh
neutrofil kemudian oleh makrofag. Kebanyakan partikel ini akan mati karena dilawan oleh makrofag keluar dari percabangan trakeobronkial bersama gerakan
silia dengan sekretnya. Bakteri yang bisa bertahan di paru akan membuat tempat tuberkulosis pneumonia kecil yang disebut afek primer atau
Ghon
. Kemudian akan timbul peradangan yang dapat menjadi :
a. Sembuh sama sekali tanpa meninggalkan cacat.
b. Sembuh dengan sedikit bekas berupa garis-garis fibrotik, klasifikasi di
hilus pada lesi pneumonia yang luasnya 5mm dan ± 10 di antaranya dapat terjadi reaktivasi karena kuman yang
dormant
. c.
Berkomplikasi dan menyebar pada paru dan sebelahnya dan juga menyebar ke organ tubuh lainnya Sudoyo, A.,dkk, 2007.
Pada infeksi primer dapat memberikan keluhan atau tanda-tanda seperti suhu badan meningkat ringan atau subfebril, nyeri pada persendian, nafsu makan
Universitas Sumatera Utara
15
menurun, uji kulit tuberculin menunjukkan reaksi negatif. Infeksi primer yang terjadi setelah terbentuknya kekebalan tubuh spesifik, dapat sembuh sendiri
dengan meninggalkan atau tanpa meninggalkan bekas berupa fibrotic, klasifikasi dan sangat jarang dalam bentuk lain Alsagaff, H, 2006.
2.5.2 Tuberkulosis Paru Post Primer
Kuman yang
dormant
akan muncul bertahun-tahun kemudian menjadi tuberkulosis dewasa tuberkulosis post primer. Tuberkulosis ini muncul karena
imunitas menurun seperti malnutrisi, alkohol, penyakit maligna, diabetes, AIDS, gagal ginjal. Tuberkulosis post primer ini terjadi dimulai dengan afek primer yang
berlokasi di paru dan kemudian menginvasi ke daerah parenkim paru-paru.TB post primer ini juga terjadi dari usia muda menjadi tuberkulosis usia tua,
tergantung dari jumlah kuman, virulensinya dan imunitas. Secara keseluruhan akan terdapat 3 macam sarang yakni :
a. Sarang yang sudah sembuh yang tidak perlu pengobatan lagi.
b. Sarang aktif eksudatif butuh pengobatan yang legkap dan sempurna.
c. Sarang yang berada antara aktif dan sembuh yang dapat sembuh spontan
dan juga kemungkinan terjadi eksaserbasi kembali , seharusnya diberi pengobatan yang sempurna Sudoyo, A.,dkk, 2007.
2.6 Klasifikasi Penyakit Tuberkulosis 2.6.1 Klasifikasi Berdasarkan Organ Tubuh yang Terkena:
a. Tuberkulosis paru yaitu tuberkulosis yang menyerang jaringan parenkim
paru tidak termasuk pleura selaput paru dan kelenjar pada hilus.
Universitas Sumatera Utara
16
b. Tuberkulosis ekstra paru yaitu tuberkulosis yang menyerang organ tubuh
lain selain paru,misalnya pleura, selaput otak, selaput jantung pericardium, kelenjar lymfe, tulang,persendian, kulit, usus, ginjal,
saluran kencing, alat kelamin, dan lain-lain.
2.6.2 Klasifikasi Berdasarkan Hasil Pemeriksaan Dahak Mikroskopis, yaitu Pada TB Paru:
a. Tuberkulosis paru BTA positif.
i. Sekurang-kurangnya 2 dari 3 spesimen dahak SPS hasilnya BTA positif.
ii. 1 spesimen dahak Sewaktu-Pagi-Sewaktu SPS hasilnya BTA positif
dan foto toraks dada menunjukkan gambaran tuberkulosis. iii.
1 spesimen dahak SPS hasilnya BTA positif dan biakan kuman TB positif.
iv. 1 atau lebih spesimen dahak hasilnya positif setelah 3 spesimen dahak
SPS pada pemeriksaan sebelumnya hasilnya BTA negatif dan tidak ada perbaikan setelahpemberian antibiotika non OAT.
b. Tuberkulosis paru BTA negatif yaitu kasus yang tidak memenuhi definisi
pada TB paru BTA positif. Kriteria diagnostik TB paru BTA negatif harus meliputi:
i. Paling tidak 3 spesimen dahak SPS hasilnya BTA negatif.
ii. Foto toraks abnormal menunjukkan gambaran tuberkulosis.
iii. Tidak ada perbaikan setelah pemberian antibiotika non OAT.
iv. Ditentukan dipertimbangkan oleh dokter untuk diberi pengobatan.
2.6.3 Klasifikasi Berdasarkan Tingkat Keparahan Penyakit
Universitas Sumatera Utara
17
a. TB paru BTA negatif, foto toraks positif dibagi berdasarkan tingkat
keparahan penyakitnya, yaitu bentuk berat dan ringan. Bentuk berat bila gambaran foto toraks memperlihatkan gambaran kerusakan paru yang luas
misalnya proses “faradvanced”, dan atau keadaan umum pasien buruk. b.
TB ekstra-paru dibagi berdasarkan pada tingkat keparahan penyakitnya, yaitu: i.
TB ekstra paru ringan, misalnya: TB kelenjar limfe, pleuritis eksudativa unilateral, tulang kecuali tulang belakang, sendi, dan kelenjar adrenal.
ii. TB ekstra-paru berat, misalnya: meningitis, milier, perikarditis,
peritonitis, pleuritis eksudativa bilateral, TB tulang belakang, TB usus, TB saluran kemih dan alat kelamin Departemen Kesehatan RI, 2006..
2.7 Gejala-gejala Tuberkulosis Paru
Pada infeksi awal, terkontrol biasanya tanpa gejala. Penyakit primer progresif mencakup demam, nyeri dada samar-samar, dan nafas pendek. Terdapat 2 jenis
gejala tuberkulosis paru yaitu gejala klinis dan gejala umum.
2.7.1 Gejala klinis a. Batuk
Gejala batuk timbul paling dini dan merupakan gangguan yang paling sering dikeluhkan. Biasanya batuk ringan sehingga dianggap batuk biasa atau akibat
rokok. Proses yang paling ringan ini menyebabkan sekret akan terkumpul pada waktu penderita tidur dan dikeluarkan saat penderita bangun pagi.
Universitas Sumatera Utara
18
b. Dahak
Mula-mula mukoid dan sedikit, mukopulurenkuning atau kuning hijau sampai puluren dan kental bila sudah terjadi pengejuan dan liquinfection.Jarang berbau
busuk, kecuali ada infeksi anaerob.
c. Batuk darah
Mungkin berupa garis-garisbercak-cercak darah atau gumpalan darah atau profus. Batuk darah jarang berhenti mendadak, penderita masih terus menerus
mengeluarkan gumpalan-gumpalan darah berwarna cokelat untuk beberapa hari. Batuk darah merupakan tanda terjadinya ekskavasi dan ulserasi dari pembuluh
darah pada dinding kavitas. Darah yang dibatukkan pada penyakit tubekulosis bercampur dahak yang mengandung basil tahan asam dan keadaan ini menjadi
berbahaya karena dapat menjadi sumber penyebaran kuman secara bronkogen.
d. Nyeri dada
Dari jenis pleuritik nyerinya ringan. Bila nyerinya keras berarti ada pluritis yang luas di axilla, ujung spakula dan lain-lain
e. Dyspnea