61
Berdasarkan gambar 5.6 di atas dapat dilihat bahwa proporsi keluhan utama penderita TB paru yang dirawat inap terbesar pada batuk darah yaitu
62,6. Sedangkan keluhan utama tidak batuk darah seperti nyeri dada, batuk berdahak, sesak nafas, kejang, penurunan kesadaran, muntah yaitu 37,4.
Batuk darah merupakan gejala yang muncul setelah batuk. Batuk darah sering dikeluhkan oleh penderita karena berkelanjutan dan juga tidak berhenti
secara mendadak. Gejala batuk juga sering disertai dengan darah , dahak serta sesak nafas. Sementara keluhan utama tidak batuk darah seperti kejang,
penurunan kesadaran, muntah dikarenakan karena penderita TB paru mengalami penyakit lain yang lebih parah.
Hal ini tidak sesuai dengan penelitian Sihombing, SR, E, 2008 di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan yang menyatakan bahwa keluhan utama tertinggi
adalah batuk 3 minggu sebesar 77,6.
5.3 Status BTA
Proporsi penderita TB paru yang dirawat inap di Rumah Sakit Umum Dr. Hadrianus Sinaga Pangururan Kabupaten Samosir Tahun 2014 berdasarkan status
BTA dapat dilihat pada gambar 5.7 di bawah ini.
Universitas Sumatera Utara
62
Gambar 5.7 Distribusi Proporsi Penderita TB Paru yang Dirawat Inap Berdasarkan Status BTA di Rumah Sakit Umum Dr.
Hadrianus Sinaga Pangururan Kabupaten Samosir Tahun 2014
Berdasarkan gambar 5.7 di atas dapat dilihat bahwa proporsi penderita TB paru yang terbesar dengan status BTA positif sebesar 55,7. Hal ini
menunjukkan bahwa penderita TB paru dengan BTA positif yang aktif menularkan ke orang lain tergolong besar. Banyaknya penderita TB paru BTA
positif menggambarkan adanya sumber penularan yang masih tinggi sehingga mengiinfeksi penderita yang rentan terhadap basil tahan asam . Semakin tinggi
derajat kepositifan BTA pada penderita maka semakin berpotensi menularkan. Sementara TB paru dengan status BTA negatif sebesar 44,3 dimungkinkan
karena sulitnya mendapatkan sampel dahak yang benar-benar berasal dari sekret atau trakea dan sampel dahak yang didapat masih banyak tercampur saliva
Soetedjo, 2005 . Hasil penelitian ini sesuai dengan pernyataan Kemenkes Republik
Indonesia 2013 yang menyatakan bahwa terdapat 60 penderita TB paru
55,7 44,3
Positif Negatif
Status BTA
Universitas Sumatera Utara
63
dengan BTA positif dari seluruh kasus TB paru di Indonesia Kemenkes RI, 2013.
5.4 Kategori Pengobatan
Proporsi penderita TB paru yang dirawat inap di Rumah Sakit Umum Dr. Hadrianus Sinaga Pangururan Kabupaten Samosir Tahun 2014 berdasarkan
kategori pengobatan dapat dilihat pada gambar 5.8 di bawah ini.
Gambar 5.8 Distribusi Proporsi Penderita TB Paru yang Dirawat Inap Berdasarkan Kategori Pengobatan Di Rumah Sakit Umum Dr.
Hadrianus Sinaga Pangururan Kabupaten Samosir Tahun 2014
Berdasarkan gambar 5.8 di atas dapat dilihat bahwa proporsi penderita TB paru terbesar pada kategori pengobatan I yaitu sebesar 74. Proporsi pada
kategori I sangat tinggi, hal ini dikarenakan pencegahan penyakit TB paru belum sepenuhnya diketahui dan dilaksanakan masyarakat dan rendahnya pengetahuan
masyarakat mengenai penularan penyakit TB paru sehingga banyak ditemukan kasus baru.
74 26
Kategori I Kategori II
Kategori Pengobatan
Universitas Sumatera Utara
64
Pada kategori pengobatan II terdapat 26 dikarenakan penderita TB paru tidak patuh dalam minum obat TB paru sampai tuntas. Hal ini dimungkinkan
karena penderita merasa sudah sembuh dan tidak perlu minum obat TB paru lagi karena tidak merasakan keluhan-keluhan sejak masuk rumah sakit, sehingga
kategori II masih ada. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Karolina 2007 di Puskesmas
Kabanjahe Kabupaten Karo dengan metode penelitian
case series
menyatakan bahwa proporsi terbesar penderita TB paru pada kasus baru sebesar 97,5
Karolina, 2007.
5.5 Lama Rawatan Rata-Rata