Pencegahan Kedua i. Pemeriksaan Fisis

24 4. Kategori IV. Tuberkulosis kronik. Pasien ini mungkin mengalami resistensi ganda, sputumnya harus dikultur dan uji kepekaan obat. Untuk seumur hidup diberi H saja untuk pengobatan resistensi ganda Sudoyo, A.,dkk. 2007. 2.11 Pencegahan tuberkulosis 2.11.1 Pencegahan Pertama i. Kebersihan lingkungan yaitu menjaga dan mengkondisikan lingkungan sekitar agar tetap sehat seperti: Ventilasi harus baik, mengurangi tingkat kepadatan pendudukpenghuni rumah. ii. Meningkatkan daya tahan tubuh seperti makan makanan bergizi, olahraga teratur, istirahat atau tidur teratur serta dengan vaskinasi BCG yang bisa memberikan perlindungan sekitar 0-80 . Vaksinasi BCG masih tetap digunakan karena dapat mengurangi kemungkinan tuberkulosis berat, dan tuberkulosis ekstra paru lainnya

2.11.2 Pencegahan Kedua i. Pemeriksaan Fisis

Pada pemeriksaan fisis pasien sering tidak ditemukan kelainan terutama pada kasus dini atau yang sudah terinfilasis secara asimtomatik. Secara anamnesis dan pemeriksaan fisis tuberkulosis paru susah membedakan dengan pneumonia biasa. Pemeriksaan pertama terhadap pasien secara pemeriksaan fisisn ditemukan konjungtiva mata atau kulit yanng pucat karena anemia, suhu demam subfebris, badan kurus atau berat badan menurun Sudoyo, A.,dkk, 2007. Universitas Sumatera Utara 25 ii. Pemeriksaan Radiologis Pemeriksaan radiologis saat ini merupakan cara yang praktis untuk menemukan lesi tuberkulosis. Gambaran tuberkulosis terlihat berupa bercak-bercak halus yang umumnya tesebar merata pada seluruh lapangan paru. Pemeriksaan khusus yang kadang-kadang juga diperlukan adalah bronkografi untuk melihat kerusakan bronkus atau paru yang disebabkan oleh tuberkulosis. Pemeriksaan radiologis dada yang lebih canggih dan sudah banyak saat ini digunakan adalah Computed Tomograhy Scanning CT Scan dan juga pemeriksaan dengan Magnetic Resonance Imaging MRI.Hasil pemeriksaan rontgen masih kurang akurat bila dibandingkan dengan hasil pemeriksaan sputum. Oleh karena itu perlu dilakukan pemeriksaan sputum untuk pemeriksaan yang lebih akurat Icksan, G A., Dkk, 2008. iii. Pemeriksaan Laboratorium a. Sputum Pemeriksaan sputum adalah pemeriksaan yang sangat penting karena dapat menemukan bakteri BTA, sehingga diagnosis tuberkulosis dapat ditentukan. Pemeriksaan ini juga dapat memberikan evaluasi terhadap pengobatan yang sudah diberikan. Pemeriksaan dahak untuk penegakan diagnosis dilakukan dengan mengumpulkan 3 spesimen dahak yang dikumpulkan dalam dua hari kunjungan yang berurutan berupa Sewaktu-Pagi-Sewaktu SPS. Universitas Sumatera Utara 26 a. S sewaktu: dahak dikumpulkan pada saat suspek TB datang berkunjung pertama kali. Pada saat pulang, suspek membawa sebuah pot dahak untuk mengumpulkan dahak pagi pada hari kedua. b. P Pagi: dahak dikumpulkan di rumah pada pagi hari kedua, segera setelah bangun tidur. Pot dibawa dan diserahkan sendiri kepada petugas di unit pelayanan kesehatan. c. S sewaktu: dahak dikumpulkan di UPK pada hari kedua, saat menyerahkan dahak pagi Departemen Kesehatan RI, 2006.. Pemeriksaan sputum ini umumnya relatif murah dan mudah, sehingga sering digunakan di puskesmas. Kriteria sputum BTA positif adalah bila sekurang- kurangnya ditemukan 3 batang bakteri BTA pada satu sediaan. Dengan kata lain diperlukan 5.000 bakteri dalam 1mL sputum. Cara pemeriksaan sediaan sputum yang dilakukan adalah: a. Pemeriksaan sediaan langsung dengan mikroskop biasa. b. Pemeriksaan sediaan langsung dengan mikroskop fluorensens pewarnaan khusus. c. Pemeriksaan dengan biakan kultur. d. Pemeriksaan terhadap resistensi obat.

b. Tes Tuberkulin

Dokumen yang terkait

Karakteristik Penderita Gagal Jantung yang Dirawat Inap di Rumah Sakit Umum Daerah dr. Hadrianus Sinaga Pangururan Kabupaten Samosir Tahun 2014

2 50 132

Karakteristik Penderita Gagal Jantung yang Dirawat Inap di Rumah Sakit Umum Daerah dr. Hadrianus Sinaga Pangururan Kabupaten Samosir Tahun 2014

0 5 140

Karakteristik Penderita Gagal Jantung yang Dirawat Inap di Rumah Sakit Umum Daerah dr. Hadrianus Sinaga Pangururan Kabupaten Samosir Tahun 2014

0 0 15

Karakteristik Penderita Gagal Jantung yang Dirawat Inap di Rumah Sakit Umum Daerah dr. Hadrianus Sinaga Pangururan Kabupaten Samosir Tahun 2014

0 0 2

Cover Karakteristik Penderita Tuberkulosis Paru yang Dirawat Inap Di Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Hadrianus Sinaga Pangururan Kabupaten Samosir Tahun 2014

0 0 16

Abstract Karakteristik Penderita Tuberkulosis Paru yang Dirawat Inap Di Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Hadrianus Sinaga Pangururan Kabupaten Samosir Tahun 2014

0 0 2

Chapter I Karakteristik Penderita Tuberkulosis Paru yang Dirawat Inap Di Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Hadrianus Sinaga Pangururan Kabupaten Samosir Tahun 2014

0 0 10

Chapter II Karakteristik Penderita Tuberkulosis Paru yang Dirawat Inap Di Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Hadrianus Sinaga Pangururan Kabupaten Samosir Tahun 2014

0 0 19

Reference Karakteristik Penderita Tuberkulosis Paru yang Dirawat Inap Di Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Hadrianus Sinaga Pangururan Kabupaten Samosir Tahun 2014

0 0 3

Appendix Karakteristik Penderita Tuberkulosis Paru yang Dirawat Inap Di Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Hadrianus Sinaga Pangururan Kabupaten Samosir Tahun 2014

0 0 16