Analisis Perbandingan Kinerja Keuangan Bank BUMN dengan Bank Non- BUMN
ANALISIS PERBANDINGAN KINERJA KEUANGAN
BANK BUMN DENGAN BANK NON-BUMN
Oleh
CHINDERAKA YULANDITA
H24104065
PROGRAM SARJANA ALIH JENIS MANAJEMEN
DEPARTEMEN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013
(2)
ABSTRACT
The banking industry is a very tight and competitive industry. It is seen from total assets ratings of commercial banks in 2011, BUMN banks have 36.35% market share of total assets. 8 Bank besides BUMN bank with 30% of market share is Non-BUMN Bank group. Intense competition in the banking industry makes should be able to keep and improve its financial performance as one of the factors that can be trusted by investors and third parties to determine their financial decisions.
The purpose of this study is to analyze the financial condition of the BUMN Bank and Non-BUMN bank and to analyze whether there is a significant difference at the specified financial ratios (CAR, NPL, ROA, ROA, LDR) and kinerja variable to look at the overall performance among both bank group. Analysis Tools that are used are independent sample t-test and Mann-Whitney for the Kinerja aria le by using SPSS software.
The results obtained by BUMN bank financial condition is better than Non-BUMN bank. To test the results of independent sample t-test is obtained CAR (0.377), NPL (0.383), ROA (0.102), LDR (0.644) indicates a alue greater than 5% signifi an e le el α = 0.05 so that there is no signifi ant differen e et een BUMN bank and Non-BUMN bank. The results of the test variable ROA (0.028) and Kinerja (0.019) is smaller than the signifi an e le el of 5% α = 0.05 so that there is a signifi ant differen e et een BUMN and Non-BUMN bank.
(3)
RINGKASAN
CHINDERAKA YULANDITA. H24104065. Analisis Perbandingan Kinerja
Keuangan Bank BUMN dengan Bank Non-BUMN. Di bawah bimbingan
FARIDA RATNA DEWI
Industri perbankan merupakan industri yang sangat ketat dan kompetitif. Hal tersebut terlihat dari 12 peringkat total aset Bank Umum pada tahun 2011, Bank BUMN memiliki pangsa pasar total aset sebesar 36,35% . Untuk 8 Bank selain Bank BUMN dengan pangsa pasar sekitar 30% adalah kelompok Bank Non-BUMN. Persaingan yang ketat di industri ini menjadikan perbankan harus dapat menjaga serta meningkatkan kinerja keuangannya sebagai salah satu faktor agar dapat lebih dipercaya oleh investor maupun pihak ketiga untuk menentukan keputusan finansialnya.
Tujuan penelitian ini adalah menganalisis kondisi keuangan antara Bank BUMN dan Bank Non-BUMN, menganalisis apakah terdapat perbedaan signifikan pada rasio keuangan yang ditetapkan (CAR, NPL, ROA, BOPO, LDR) serta variabel kinerja berdasarkan peringkat untuk melihat peringkat kinerja keseluruhan antara Bank BUMN dan Bank Non-BUMN. Alat Analisis yang digunakan adalah uji beda dua sampel independen (independent sample t-test) dan mann-whitney untuk variabel kinerja dengan menggunakan perangkat lunak SPSS.
Hasil penelitian yang diperoleh kondisi keuangan Bank BUMN lebih baik daripada Bank Non-BUMN. Untuk hasil uji independent sample t-test diperoleh CAR (0,377), NPL (0,383), BOPO (0,102), LDR (0,644) menunjukan nilai yang lebih besar dari tingkat signifikansi 5% (α = 0,05) sehingga tidak terdapat perbedaan signifikan antara Bank BUMN dan Bank Non-BUMN. Sedangkan hasil uji variabel ROA (0,028) dan Kinerja (0.019) lebih kecil dari tingkat signifikansi 5% (α = 0,05) sehingga terdapat perbedaan signifikan antara Bank BUMN dan Bank Non-BUMN.
(4)
ANALISIS PERBANDINGAN KINERJA KEUANGAN
BANK BUMN DENGAN BANK NON-BUMN
SKRIPSI
Sebagai Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar
SARJANA EKONOMI
pada Program Sarjana Alih Jenis Manajemen
Departemen Manajemen
Fakultas Ekonomi dan Manajemen
Institut Pertanian Bogor
Oleh
CHINDERAKA YULANDITA
H24104065
PROGRAM SARJANA ALIH JENIS MANAJEMEN
DEPARTEMEN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013
(5)
Judul : Analisis Perbandingan Kinerja Keuangan Bank BUMN dengan Bank Non- BUMN
Nama : Chinderaka Yulandita NIM : H24104065
Menyetujui, Dosen Pembimbing
Farida Ratna Dewi, SE, MM NIP. 19710307 200501 2 001
Mengetahui, Ketua Departemen
Dr. Ir, Jono M. Munandar, M.Sc NIP. 19610123 198601 1 002
(6)
iii
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Bogor, Jawa Barat pada tanggal 6 Januari 1988 sebagai anak dari Bapak Yoel Achmad dan Ibu Nieta Suryakanti. Penulis merupakan anak pertama dari dua bersaudara. Jenjang pendidikan dimulai dari Taman Kanak Kanak (TK) Nugraha Bogor dan pendidikan Sekolah Dasar (SD) di Polisi 5 Bogor, kemudian melanjutkan pendidikan Sekolah Menengah Pertama (SMP) di SMPN 2 Bogor. Penulis menyelesaikan pendidikan Sekolah Menengah Atas (SMA) di SMAN 10 Bogor pada tahun 2006.
Pada tahun 2006, penulis diterima di Program Diploma Institut Pertanian Bogor (IPB) pada Program Keahlian Manajemen Informatika dan lulus pada tahun 2009. Pada tahun 2010, Penulis sempat bekerja di Bank Rakyat Indonesia (BRI) hingga tahun 2011 serta diterima di Program Sarjana Alih Jenis Manajemen (Ekstensi), Departemen Manajemen, Fakultas Ekonomi Manajemen, Institut Pertanian Bogor, Bogor.
(7)
iv
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas rahmat dan karunia-Nya penulis dapat membuat skripsi ini dengan judul “Analisis Perbandingan Kinerja Keuangan Antara Bank BUMN dan Bank Non-BUMN” sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor.
Penulis mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada pihak-pihak yang telah membantu dalam membuat skripsi ini karena tanpa bantuan serta motivasinya penulis tidak dapat membuat skripsi ini dengan baik dan lancar. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih terdapat kekurangan dalam penyusuan skripsi ini. Oleh karena itu kritik dan saran diperlukan dalam memperbaiki skripsi ini.
Bogor, April 2013
(8)
v
UCAPAN TERIMA KASIH
Dalam kesempatan ini, atas bantuan dan dukungan serta penghargaan dari semua pihak yang telah membantu dalam proses pembuatan skripsi ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih sebesar-besarnya kepada :
1. Farida Ratna Dewi, SE, MM sebagai dosen pembimbing yang telah bersedia meluangkan waktu dan pikirannya untuk dapat memberikan bimbingan, arahan, serta motivasi kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini.
2. Hardiana Widyastuti, S.Hut, MM sebagai dosen moderator seminar , dosen penguji dan dosen QC yang bersedia meluangkan waktu dan pikirannya. 3. Ali Mutasowifin, SE, M.Ak sebagai dosen penguji yang telah memberikan
masukan serta saran sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
4. Dr. Ir. Jono M. Munandar, M.Sc sebagai Kepala Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi dan Manajemen IPB.
5. Kedua orangtua atas perhatian, doa, restu, serta dukungan kepada penulis. 6. Dolactora Rizka atas dukungan serta motivasinya selama ini.
7. Teman satu bimbingan, Cahyo Widodo, Sri Rahayu, dan Irvan Sandy atas bantuan dan dukungannya.
8. Seluruh dosen, staf dan pengurus Program Sarjana Alih Jenis Manajemen. 9. Teman-teman kuliah Program Sarjana Alih Jenis Manajemen Angkatan 8 atas
persahabatannya.
(9)
vi
DAFTAR ISI
RINGKASAN
RIWAYAT HIDUP ... iii
KATA PENGANTAR ... iv
UCAPAN TERIMA KASIH ... v
DAFTAR ISI ... vi
DAFTAR TABEL ... viii
DAFTAR GAMBAR ... ix
DAFTAR LAMPIRAN ... x
I. PENDAHULUAN ... 1
1.1. Latar Belakang ...1
1.2. Perumusan Masalah ...6
1.3. Tujuan Penelitian ...7
1.4. Batasan Permasalahan ...7
1.5. Manfaat Penelitian ...8
II. TINJAUAN PUSTAKA ... 9
2.1. Pengertian Bank ...9
2.2. Peranan Dan Tugas Bank Umum ...9
2.3. Jenis Bank Berdasarkan Fungsi ... 10
2.4. Bank BUMN (Bank Pemerintah)... 11
2.5. Bank Swasta Nasional ... 11
2.6. Laporan Keuangan Bank ... 12
2.7. Penilaian Kinerja Keuangan bank ... 13
2.7.1Aspek Solvabilitas ... 13
2.7.2Aspek Kualitas Aktiva Produktif (KAP) ... 14
2.7.3Aspek Rentabilitas ... 15
2.7.4Aspek Likuiditas ... 15
2.7.5Aspek Manajemen ... 16
2.8. Analisis Rasio Keuangan ... 16
2.9. Penelitian Terdahulu ... 17
III. METODE PENELITIAN ... 20
3.1. Kerangka Pemikiran ... 20
3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 21
3.4. Teknik dan Kriteria Penarikan Sampel. ... 22
3.5. Teknik Analisis Data ... 23
3.6. Pengukuran Variabel ... 25
3.6.1 Rasio CAR (Capital Adequacy Ratio) ... 25
3.6.2 Rasio NPL (Non Performing Loan) ... 25
3.6.3 Rasio ROA (Return On Asset) ... 25
3.6.4 Rasio BOPO (Beban Operasional/Pendapatan Operasional) ... 25
(10)
vii
3.6.5 Rasio LDR (Loan to Deposit Ratio) ... 25
3.6.6 Kinerja Keseluruhan... 26
3.7. Hipotesis ... 27
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 29
4.1. Gambaran Umum Perusahaan... 29
4.2. Kinerja Keuangan dan Pengujian Hipotesis... 38
4.2.1 Uji Normalitas ... 38
4.2.2 Analisis Rasio CAR (Capital Adequacy Ratio) ... 39
4.2.3 Uji Statistik Rasio CAR ... 43
4.2.4 Analisis Rasio NPL (Non-Performing Loan) ... 44
4.2.5 Uji Statistik Rasio NPL ... 48
4.2.6 Analisis Rasio ROA (Return On Asset) ... 50
4.2.7 Uji Statistik Rasio ROA ... 53
4.2.8 Analisis Rasio BOPO ... 54
4.2.9 Uji Statistik Rasio BOPO ... 58
4.2.10Analisis Rasio LDR (Loan To Deposit Ratio) ... 59
4.2.11Uji Statistik Rasio LDR ... 63
4.2.12Kinerja Keseluruhan... 65
KESIMPULAN DAN SARAN ... 67
1. Kesimpulan ... 67
2. Saran ... 67
DAFTAR PUSTAKA ... 68
(11)
viii
DAFTAR TABEL
1. Jumlah bank dan kantor bank umum tahun 2010-2011 ... 2
2. Total aset dan pangsa pasar bank umum tahun 2010-2011 ... 3
3. Total dana pihak ketiga Bank BUMN dan Non-BUMN devisa ... 4
4. Peringkat bank umum berdasarkan total aset 2011... 22
5. Uji normalitas kolmogorov-smirnov ... 38
6. Rasio CAR ... 40
7. Rata-rata rasio CAR ... 43
8. Hasil uji statistik independent sample t-test CAR ... 43
9. Rasio NPL ... 45
10. Rata-rata rasio NPL ... 48
11. Hasil uji statistik independent sample t-test NPL ... 49
12. Rasio ROA ... 50
13. Rata-rata ROA ... 53
14. Hasil uji statistik independent sample t-test ROA ... 54
15. Rasio BOPO ... 55
16. Rata-rata rasio BOPO ... 58
17. Hasil uji statistik independent sample t-test BOPO ... 59
18. Rasio LDR ... 60
19. Rata-rata rasio LDR ... 63
20. Hasil uji statistik independent sample t-test LDR... 64
21. Rata-rata kinerja keseluruhan ... 65
22. Hasil uji statistik mann-whitney kinerja keseluruhan ... 65
(12)
ix
DAFTAR GAMBAR
1. Kerangka pemikiran ... 21
(13)
x
DAFTAR LAMPIRAN
1. Rasio keuangan bank BUMN ... 72 2. Rasio keuangan bank non-BUMN ... 73
(14)
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Dalam beberapa tahun terakhir industri perbankan telah mengalami perubahan besar. Industri perbankan menjadi lebih kompetitif karena deregulasi peraturan. Kinerja perbankan yang buruk akan berdampak bagi perkembangan ekonomi nasional. Industri perbankan ditandai dengan peraturan yang sangat ketat karena perbankan memiliki peran yang sangat penting sebagai salah satu motor penggerak roda perekonomian bangsa. Bank merupakan lembaga yang menjadi perantara bagi pihak yang kelebihan dana dan pihak yang kekurangan dana. Pihak yang surplus dana akan menyimpan uang di bank, sedangkan pihak yang kekurangan dana akan meminjam uang di bank. Dengan kata lain bank merupakan lembaga keuangan yang menjadi tempat bagi perusahaan, badan-badan pemerintah dan swasta, maupun perorangan untuk menyimpan dananya. Dewasa ini bank memiliki fleksibilitas pada layanan yang ditawarkan, lokasi tempat mereka beroperasi, dan tarif yang dibayarkan pihak perbankan untuk menarik nasabah agar menyimpan dana di bank.
Menurut Undang-Undang RI Nomor 10 tahun 1998 tentang perbankan, dapat disimpulkan bahwa usaha perbankan meliputi tiga kegiatan, yaitu menghimpun dana, menyalurkan dana, dan memberikan fasilitas jasa bank lainnya. Dalam bank umum terdapat beberapa jenis bank jika dilihat dari segi kepemilikannya, yaitu bank BUMN (Badan Usaha Milik Negara) atau dapat dikenal dengan bank pemerintah dan bank Non-BUMN atau dapat dikenal dengan bank Swasta. Bank Non-BUMN adalah bank yang seluruh atau sebagian besar sahamnya dimiliki oleh pemerintah Republik Indonesia. Sebelum terjadi krisis moneter, jumlah bank BUMN di Indonesia cukup banyak, namun setelah periode krisis moneter jumlah bank BUMN hanya empat buah, yaitu Bank Negara Indonesia (BNI), Bank Rakyat Indonesia (BRI), Bank Tabungan Nasional (BTN) dan Bank Mandiri yang terdiri dari penggabungan Bank Dagang Negara (BDN), Bank Ekspor Impor (Bank Exim), Bank Bumi Daya (BBD) dan Bank Pembangunan
(15)
Indonesia (Bapindo). Layanan dan operasional Bank BUMN tidak berbeda dengan bank umum lainnya. Kegiatan utama bank ini tetap menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkannya dalam bentuk kredit. Sebelum ada deregulasi peraturan, banyaknya kredit macet di bank BUMN tersebut menjadi permasalahan yang terjadi. Bank BUMN menjadi lebih kompetitif setelah adanya deregulasi peraturan (Siamat, 2005).
Bank Non-BUMN atau bank swasta nasional adalah bank yang seluruh atau sebagian besar modalnya dimiliki oleh swasta nasional serta akta pendiriannya juga didirikan oleh pihak swasta, begitu pula pembagian keuntungannya diperuntukkan kepada pihak swasta. Bank jenis ini antara lain Bank Danamon, BCA, CIMB Niaga, Bank Panin, Bank Permata, Bank BII, OCBC NISP, Bank Mega (Siamat, 2005).
Tabel 1. Jumlah bank dan kantor bank umum tahun 2010-2011
Kelompok Bank 2010 Tahun 2011
Bank BUMN Jumlah Bank 4 4 Jumlah Kantor 4189 4362 Bank Swasta
Nasional (Devisa)
Jumlah Bank 36 36 Jumlah Kantor 6608 7209 Sumber : Lembaga Pengawas Perbankan (2011)
Pada Tabel 1 diatas, perbankan Indonesia dari kelompok Bank BUMN dan Bank Non-BUMN terus memperkuat posisinya sebagai salah satu elemen penting sistem keuangan Indonesia dengan melakukan ekspansi usaha melalui pembukaan kantor di berbagai pelosok Indonesia. Tercatat hampir 800 unit kantor baru meliputi kantor cabang, kantor cabang pembantu dan kantor kas bertumbuh di tahun 2011 dari kelompok Bank BUMN maupun Bank Non-BUMN. Pada kelompok bank BUMN terjadi peningkatan jumlah kantor pada tahun 2010 sebesar 4189 kantor bertambah 173 kantor di tahun 2011 menjadi 4362 kantor. jika dilihat jumlah kantor yang tersebar, Bank BUMN memiliki jaringan yang kuat diseluruh wilayah Indonesia mengingat kelompok Bank BUMN ini hanya berjumlah 4 bank. Pada kelompok Bank Non-BUMN terjadi peningkatan yang lebih besar dari
(16)
6608 kantor di tahun 2010 menjadi 7209 kantor pada tahun 2011. Peningkatan ini terjadi di kedua kelompok bank terutama didominasi oleh bank umum swasta nasional sebagai salah satu kelompok bank yang cukup agresif dalam melakukan pengembangan jaringannya (Lembaga Pengawas Perbankan, 2011).
Tabel 2. Total aset dan pangsa pasar bank umum tahun 2010-2011
No Nama Bank
Tahun
2010 2011
Total Aset (triliun)
Pangsa (%)
Total Aset (Triliun)
Pangsa (%) 1 PT. Bank Mandiri (Persero)
Tbk
410,619 13.65 493.050 13,50 2 PT. BRI (Persero) Tbk 395,396 13.14 456.382 12,49 3 PT. BCA Tbk 323,345 10.75 380.927 10,43 4 PT. BNI (Persero) Tbk 241,169 8.02 289.458 7,92 5 PT. CIMB Niaga Tbk 142,932 4.72 164.247 4,50 6 PT. Bank Danamon Tbk 113,861 3.78 127.128 3,48 7 PT. Pan Indonesia Tbk 106,508 3.54 118.991 3,26 8 PT. Bank Permata Tbk 74,040 2.46 101.540 2,78
9 PT. BII Tbk 72,030 2.39 91.335 2,50
10 PT. BTN (Persero) Tbk 68,334 2.27 89.277 2,44 1.948.234 64.75 2.312.336 63,30 Sumber: Statistik Perbankan Indonesia (2012)
Berdasarkan besaran aset tahun 2010 dan tahun 2011, yang mempunyai aset Rp 400 triliun adalah Bank Mandiri. Untuk aset berkisar Rp 300 trilliun adalah Bank BRI dan Bank BCA. Bank yang memiliki aset sekitar Rp 200 triliun adalah Bank BNI dan bank yang memiliki aset sekitar Rp 100 triliun adalah Bank CIMB Niaga, Bank Danamon, dan Bank Panin. Hal tersebut memperlihatkan jumlah bank yang memiliki aset lebih dari 100 triliun rupiah ada sekitar 7 Bank. Dari informasi pada Tabel 2 diatas, walaupun Bank BUMN hanya berjumlah empat buah bank pangsa pasar dari tahun 2010 sampai dengan 2011 untuk kelompok Bank BUMN sudah mewakili sekitar 30% pangsa pasar dari total pangsa pasar pada jumlah aset perbankan nasional. Jika dilihat dari 10 peringkat total aset, pangsa pasar
(17)
total aset sudah mewakili 63,30% dari pangsa pasar total aset dimana hal tersebut campuran antara Bank BUMN dan Bank Non-BUMN. Terlihat dari informasi tersebut antara Bank BUMN maupun Bank Non-BUMN memiliki persaingan yang cukup ketat dan kompetitif dalam peringkat jika dilihat dalam jumlah aset. Secara umum, kelompok bank tersebut mengalami kenaikan total aset dari tahun 2010 sampai dengan tahun 2011.
Tabel 3. Total dana pihak ketiga Bank BUMN dan Non-BUMN devisa
Kelompok Bank
Dana Pihak Ketiga (Miliar) Tahun
2007 2008 2009 2010 2011
Bank BUMN 571.008 669.827 783.384 898.405 1.039.257 Bank Non-BUMN
(Devisa) 606.932 701.710 781.072 975.308 1.174.957 Sumber: Statistik Perbankan Indonesia (2012)
Pada kegiatan usaha bank umum dalam memperoleh dana dalam dana pihak ketiga, terlihat pada Tabel 3 pada kelompok Bank BUMN maupun kelompok Bank Non-BUMN terus mengalami peningkatan perolehan dana pihak ketiga. Bank BUMN terus mengalami peningkatan dari tahun 2007 sebesar Rp. 572.008 miliar sampai dengan tahun 2009 sebesar 783.384 diatas perolehan dana pihak ketiga Bank Non-BUMN sebesar Rp. 781.072. Hal ini mencerminkan Bank BUMN dengan permodalan yang kuat dari pemerintah sebagai pemegang saham mayoritas mampu menguasai pasar perbankan untuk memperoleh dana. Tetapi pada tahun 2011, Bank Non-BUMN mencatatkan perolehan dana pihak ketiga sebesar Rp. 1.174.957 miliar melampaui Bank BUMN sebesar Rp. 1.039.257 miliar. Dapat dikatakan Bank Non-BUMN semakin gencar melakukan ekspansi bisnis kegiatan usaha perbankan hingga mampu mengalahkan Bank BUMN dalam perolehan dana pihak ketiga.
Secara umum pangsa pasar perbankan untuk memperoleh dana semakin meningkat dari tahun ke tahun. Jumlah dana pihak ketiga pada tahun 2010 meningkat 18.54% dari Rp. 1.973.042 miliar di tahun 2009 menjadi Rp 2.338.824 miliar pada tahun 2010. Sedangkan pada tahun 2011
(18)
dana pihak ketiga mencapai Rp. 2.784.912 miliar. Dana pihak ketiga yang tumbuh ini dialami hampir semua bank umum. Di tahun 2011 Pertumbuhan ada yang relatif kecil sekitar 10% yaitu Bank Mandiri, bank BNI, serta BCA. Adapun yang relatif besar lebih dari 50% seperti Bank Permata serta Bank BTN sekitar 35% pertumbuhan dana pihak ketiganya. Peningkatan DPK terjadi akibat jumlah rekening di Indonesia, pertumbuhan giro dan serta deposito atau simpanan berjangka. (Biro riset BUMN center LMFEUI, 2012).
Dalam sisi kepemilikan, Bank BUMN dimiliki sebagian sahamnya oleh negara Republik Indonesia. Sehingga keunggulan pada Bank BUMN adalah permodalan yang sangat kuat. Pada lain hal karena pemerintah berposisi sebagai pemegang saham mayoritas, ketatnya intervensi pemerintah menjadikan Bank BUMN harus selalu sejalan dengan visi misi pemerintah (Infobank, 2012). Sedangkan untuk Bank Non-BUMN atau swasta nasional, sebagian sahamnya mayoritas dimiliki oleh pihak swasta. menurut pendapat praktisi dan pengamat perbankan, Sutaryono (2007) yang membedah kinerja bank swasta nasional dengan mengambil enam bank sebagai sampel (PT Bank Central Indonesia Tbk, PT Bank Danamon Tbk, PT Bank Permata Tbk, PT Bank Niaga Tbk, PT Bank Panin Tbk, PT Bank Internasional Indonesia Tbk) menyebutkan, keunggulan bank swasta nasional milik asing berupa kekuatan modal, kekuatan sumber daya manusia, dan dukungan sistem teknologi informasi (TI) mendorong pertumbuhan profit mereka dapat melampaui kelompok bank lainnya termasuk bank BUMN. Sejalan perkembangan pasar modal dan munculnya paradigma baru dalam memperkuat struktur permodalan bank, saat ini banyaknya bank swasta nasional yang telah menginvestasi sebagian sahamnya melalui penawaran umum. Meskipun bank umum swasta nasional secara kuantitatif relatif jauh lebih banyak dibandingkan dengan bank persero yang jumlahnya 4 bank, namun dilihat dari volume usaha bank secara nasional, bank persero memliki peran yang sangat signifikan (Siamat, 2005).
(19)
Dalam Undang-Undang No. 10 Tahun 1998 tentang perbankan juga telah ditegaskan bahwa Bank Indonesia mempunyai wewenang untuk mengadakan penilaian terhadap kinerja suatu bank dan dapat dilakukan dengan cara melakukan analisis terhadap laporan keuangannya sebagai sarana penetapan dan implementasi strategi pengawasan perbankan. Pengukuran kondisi bank seperti ini dapat diukur secara kuantitatif maupun penilaian secara kualitatif melalui aspek penilaian kesehatan bank. Bagi perbankan, hasil akhir penilaian kondisi bank tersebut dapat digunakan sebagai salah satu sarana dalam menetapkan strategi usaha di waktu yang akan datang (Siamat, 2005).
Peran bank sebagai lembaga intermediasi memerlukan kinerja keuangan yang sehat sehingga dapat tetap bertahan dan bersaing dalam dunia perbankan dalam rangka memajukan sektor perekonomian Indonesia. Tantangan yang harus dihadapi oleh industri perbankan khususnya bank umum pemerintah maupun swasta di Indonesia untuk beberapa tahun ke depan adalah persaingan yang semakin tajam di era pasar bebas. Untuk itu perlu dipikirkan strategi yang sesuai bagi industri perbankan ke depan yang nantinya dapat digunakan sebagai sarana untuk mencapai keunggulan bersaing (competitive advantage). Dalam persaingan ini, bank yang tergolong cukup besar dari total aset merupakan persaingan kelompok Bank antara Bank BUMN dan Bank Non-BUMN dimana pada total aset tersebut pangsa pasar total aset industri perbankan mewakili 60% dari total pangsa pasar.
1.2.Perumusan Masalah
Perkembangan industri perbankan semakin kompleks dan beragam mempengaruhi kondisi kinerja bank secara keseluruhan. Terdapat perbedaan struktur kepemilikan saham Bank BUMN dan Non-BUMN karena Bank BUMN memiliki jaringan besar dan luas serta cenderung kuat dalam permodalan karena saham mayoritas oleh pemerintah Republik Indonesia sehingga bisa menguasai 30% pangsa pasar total aset. Walaupun demikian, Bank Non-BUMN yang saham mayoritasnya dimiliki oleh swasta nasional semakin gencar melakukan ekspansi bisnis kegiatan usaha perbankan,
(20)
inovasi, serta penggunaan teknologi sehingga dapat bersaing sangat ketat dengan Bank BUMN dalam total aset. Sementara itu, kinerja keuangan industri perbankan sangat dibutuhkan, karena sebuah perusahaan dapat membandingkan kinerja keuangannya dengan kinerja keuangan pesaing di industri yang sama, namun di industri tidak banyak tersedia hasil penelitian yang membandingkan kinerja keuangan industri seperti di industri perbankan. Oleh karena itu, penelitian ini perlu dilakukan sebagai pembanding kinerja keuangan pada industri perbankan.
Berdasarkan uraian yang telah di paparkan, maka perumusan masalah yang di bahas dalam penelitian ini adalah :
1. Bagaimana kondisi keuangan antara Bank BUMN dan Bank non-BUMN?
2. Bagaimana perbandingan CAR (Capital Adequacy Ratio), NPL (Non Performing Loan), ROA (Return On Assets), BOPO (Biaya Operasional per Pendapatan Operasional, dan LDR (Loan to Deposit Ratio) antara Bank BUMN dan Bank Non-BUMN
3. Bagaimana perbandingan kinerja keuangan keseluruhan antara Bank BUMN dan Bank Non-BUMN?
1.3.Tujuan Penelitian
1. Menganalisis kondisi keuangan antara Bank BUMN dan Bank non-BUMN.
2. Menganalisis perbandingan CAR (Capital Adequacy Ratio), NPL (Non Performing Loan), ROA (Return On Assets), BOPO (Biaya Operasional per Pendapatan Operasional, dan LDR (Loan to Deposit Ratio) antara Bank BUMN dan Bank Non-BUMN.
3. Menganalisis perbandingan kinerja keuangan keseluruhan antara Bank BUMN dan Bank non-BUMN.
1.4.Batasan Permasalahan
Penelitian ini dilakukan terhadap bank BUMN (Bank pemerintah) dan bank Non-BUMN (bank swasta nasional). Bank BUMN terdiri dari Bank Mandiri, Bank Rakyat Indonesia (BRI), Bank Nasional Indonesia
(21)
(BNI), dan Bank Tabungan Negara (BTN). Sedangkan Untuk Bank Non-BUMN yang dipilih adalah Bank Central Asia (BCA), Bank Danamon , Bank CIMB Niaga, Bank Pan Indonesia (Panin), Bank Permata, Bank OCBC NISP, Bank Internasional Indonesia (BII), dan Bank Mega. Alasan pemilihan bank tersebut adalah berdasarkan 12 peringkat total aset bank umum tahun 2011. Dimana 12 peringkat total aset tersebut sudah mewakili sekitar 60% pangsa pasar total aset dari Bank umum. Data Sekunder yang diperoleh didapat berupa laporan keuangan tahunan (annual report) yang telah dipublikasikan dari tahun 2007 sampai dengan tahun 2011 dari website bank bersangkutan, dan Bursa Efek Indonesia. Batasan peneliti dalam pengukuran kinerja keuangan yang digunakan adalah rasio CAR (Capital Adequacy Ratio), Rasio NPL (Non Performing Loan), Rasio ROA (Return On Assets), Rasio BOPO (Beban Operasional / Pendapatan Operasional, Rasio LDR (Loan to Deposit Ratio) serta perbandingan rata-rata kinerja keuangan keseluruhan antara bank BUMN dan bank Non-BUMN.
1.5. Manfaat Penelitian
Penelitian ini bermanfaat untuk memberikan gambaran perbandingan kinerja keuangan yang meliputi rasio CAR (Capital Adequacy Ratio), Rasio NPL (Non Performing Loan), Rasio ROA (Return On Assets), Rasio BOPO (Beban Operasional / Pendapatan Operasional, Rasio LDR (Loan to Deposit Ratio) antara kelompok bank BUMN dan bank Non-BUMN bagi perbankan maupun tambahan wawasan informasi, rekomendasi, dan referensi bagi pihak-pihak yang membutuhkan.
(22)
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Pengertian Bank
Bank dikenal sebagai lembaga keuangan yang kegiatan utamanya menerima simpanan giro, tabungan dan deposito serta tempat untuk meminjam uang (kredit) bagi pihak yang membutuhkannya. Secara lebih luas bahwa bank merupakan perusahaan yang bergerak dalam bidang keuangan, artinya aktivitas perbankan selalu berkaitan dalam bidang keuangan.
Menurut Undang-undang RI Nomor 10 tahun 1998 tentang perbankan, pengertian bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak
2.2. Peranan Dan Tugas Bank Umum
Peranan dan tugas bank umum dalam perekonomian sangat penting dan strategis. Bank umum dalam hal menopang kekuatan dan kelancaran sistem pembayaran serta efektivitas kebijakan moneter menunjukkan pentingnya keberadaan bank umum dalam perekonomian modern. Peranan bank umum menurut Darmawi (2012) meliputi :
a. Menyediakan berbagai jasa perbankan; selain tabungan, depostio, kredit, dan giro, bank umum menjual jasa-jasa cek wisata, pengiriman uang, kartu kredit, ATM (Automatic Teller Machine), Valuta asing, jasa pialang, garansi bank , Dana pensiun, dan sebagainya.
b. Sebagai jantung perekonomian; c. Melaksanakan kebijakan moneter.
Menurut Darmawi (2012) tugas yang harus dilakukan oleh bank umum dapat digolongkan atas :
a. Menghimpun dana dari tabungan masyarakat, b. Menyediakan dana untuk dipinjamkan (kredit), c. Menyediakan jasa lalu lintas pembayaran,
(23)
d. Menciptakan uang giral,
e. Fasilitas untuk memperlancar perdagangan luar negeri, f. Menyediakan jasa-jasa trusty (wali amanat),
g. Menyediakan berbagai jasa yang bersifat “off balance sheet” seperti jasa deposit boxes, inkaso, pialang, save keeping, garansi bank, dan lain-lain.
2.3. Jenis Bank Berdasarkan Fungsi
Lembaga perbankan Indonesia terdiri atas bank sentral, bank umum dan bank perkreditan rakyat. Bank sentral adalah bank yang mempunyai tugas sebagai pengawan perbankan, Bank umum adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional atau berdasarkan prinsip syariah yang salah satu kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran sedangkan bank pengkreditan rakyat adalah bank yang melaksanakan kegiatannya secara konvensional atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya tidak boleh memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran (Darmawi, 2012).
Menurut Undang-Undang RI Nomor 10 tahun 1998 berdasarkan fungsinya struktur perbankan di Indonesia terdiri atas :
1. Bank Umum, adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional dan atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. Bank umum sering disebut bank komersil (commercial bank). Bank BUMN / Bank Pemerintah dan Bank Non-BUMN / Bank Swasta nasional termasuk ke dalam bank umum
2. Bank Perkreditan Rakyat (BPR), adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya tidak memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran.
Perbedaan utama bank umum dan Bank Perkreditan Rakyat (BPR) adalah dalam hal kegiatan operasionalnya. Bank Perkreditan Rakyat (BPR) tidak dapat menciptakan uang giral, dan memiliki jangkauan dan kegiatan operasional yang terbatas. Pada bank umum dalam kegiatan usahanya dianut dual bank system, yaitu bank umum
(24)
dapat melaksanakan kegiatan usaha bank konvensional dan atau berdasarkan prinsip syariah. Sementara prinsip kegiatan Bank Perkreditan Rakyat (BPR) dibatasi pada hanya dapat melakukan kegiatan usaha bank konvensional atau berdasarkan prinsip syariah.
2.4. Bank BUMN (Bank Pemerintah)
Bank BUMN atau disebut Bank Pemerintah menurut Siamat (2005), adalah bank yang didirikan oleh pemerintah dan seluruh atau hampir sebagian sahamnya dimiliki oleh pemerintah. Sedangkan menurut (Kasmir, 2008) Bank pemerintah dimana baik akte pendirian maupun modalnya dimiliki oleh pemerintah sehingga seluruh keuntungan bank ini dimiliki oleh pemerintah pula. Bank pemerintah sebelumnya berjumlah 7 bank dan kemudian diperkecil menjadi 4 bank Setelah restrukturisasi di awal dekade 2000-an sebagai dampak krisis perbankan nasional. Kebijakan pemerintah tersebut mengabungkan (merger) Bank Bumi Daya, Bank Pembangunan Indonesia, dan Bank Dagang Negara dan Bank Exim ke dalam Bank Mandiri. Untuk Bank Tabungan Negara, Bank Negara Indonesia, Dan Bank Rakyat Indonesia tetap beroperasi seperti sebelumnya. Dengan didukung aset dan permodalan yang cukup besar dari pemerintah, bank-bank pemerintah telah tumbuh menjadi salah satu pilar perbankan di Indonesia.
2.5. Bank Non-BUMN (Swasta Nasional)
Menurut Siamat (2005), Bank umum swasta nasional adalah bank yang berbadan hukum Indonesia yang sebagian atau seluruh sahamnya dimiliki oleh warga negara Indonesia. Sedangkan menurut Kasmir (2008), bank jenis ini seluruh atau sebagian besarnya dimiliki oleh swasta nasional serta akte pendiriannya pun didirikan oleh swasta. Dilihat dari lingkup usahanya, Bank umum swasta nasional dapat dibedakan kedalam bank devisa dan bank non devisa. Bank devisa adalah bank yang dalam kegiatan usahanya dapat melakukan transaksi dalam valuta asing, setelah memperoleh persetujuan dari Bank Indonesia, antara lain menerima simpanan dan memberikan kredit dalam valuta asing termasuk jasa-jasa keuangan yang terkait dengan valuta asing. Misalnya, letter of credit, travel
(25)
check. Sementara bank non devisa adalah bank yang tidak dapat melakukan kegiatan usaha yang berkaitan dengan valuta asing.
2.6. Laporan Keuangan Bank
Menurut Siamat (2005), Bank wajib menyusun dan menyajikan laporan keuangan oleh peraturan Bank Indonesia secara berkala dengan bentuk dan cakupan terdiri dari :
1. Laporan keuangan tahunan, yaitu laporan keuangan akhir tahun bank yang disusun berdasarkan standar akuntansi keuangan yang berlaku dan wajib diaudit oleh akuntan publik dan terdiri dari :
a. Neraca;
b. Laporan laba rugi;
c. Laporan perubahan ekuitas; d. Laporan arus kas;
e. Catatan atas laporan keuangan, termasuk informasi tentang komitmen dan kontinjensi.
2. Laporan keuangan publikasi triwulan, adalah laporan keuangan yang disusun berdasarkan standar akuntansi keuangan yang berlaku dan dipublikasikan setiap triwulan dan meliputi :
a. Neraca;
b. Perhitungan laba rugi dan saldo laba; c. Daftar komitmen dan kontinjensi; d. Transaksi valuta asing dan derivatif;
e. Kualitas aktiva produktif dan informasi lainnya; f. Perhitungan kewajiban penyediaan modal minimun; g. Perhitungan rasio keuangan.
3. Laporan keuangan publikasi bulanan, berupa laporan keuangan yang disusun berdasarkan laporan bulanan bank yang disampaikan kepada bank indonesia dan dipublikasikan bulanan yang meliputi neraca dan laporan laba rugi.
(26)
2.7. Penilaian Kinerja Keuangan bank
Kinerja keuangan dan kesehatan bank merupakan kepentingan semua pihak terkait, baik pemilik, manajemen bank, masyarakat, pengguna jasa bank dan bank indonesia selaku otorias pengawasan perbankan dan pemerintah. Karena kegagalan perbankan akan berakibat buruk bagi perekonomian nasional. Peraturan tentang sistem penilaian tingkat kesehatan kinerja keuangan bank umum sebagai alat pengawasan perbankan diterbitkan dan diawasi oleh Bank Indonesia sebagai bank sentral. Penilaian Kinerja keuangan tersebut mencakup penilaian aspek :
2.7.1 Aspek Solvabilitas
Aspek Solvabilitas atau Aspek Permodalan yang ada didasarkan kepada kewajiban penyediaan modal minimum bank dan penilaian tersebut didasarkan kepada CAR (Capital Adequacy Ratio) yang telah ditetapkan BI (Kasmir, 2008). Modal bank yang didirikan dan berkantor pusat di Indonesia terdiri atas modal inti atau primary capital dan modal pelengkap atau secondary capital. Komponen modal inti pada prinsipnya terdiri atas modal disetor dan cadangan-cadangan yang dibentuk dari laba setelah pajak (Siamat, 2005), dengan perincian sebagai modal disetor , agio saham ,cadangan umum , laba ditahan ,laba tahun lalu , laba tahun berjalan , bagian kekayaan bersih anak perusahaan yang laporan keuangannya dikonsolidasikan.
Bank Indonesia mewajibkan setiap bank umum menyediakan modal minimum sebesar 8% dari total Aktiva Tertimbang Menurut Risiko (ATMR). Presentase kebutuhan modal minimum ini disebut Capital Adequacy Ratio (CAR). Perhitungan penyediaan modal minimum atau kecukupan modal bank (capital adequacy) didasarkan kepada rasio atau perbandingan antara modal yang dimiliki bank dan jumlah Aktiva Tertimbang Menurut Risiko (ATMR). Aktiva dalam perhitungan ini mencakup aktiva yang tercantum dalam neraca maupun aktiva yang bersifat administratif sebagaimana tercermin dalam kewajiban yang masih bersifat kontingen dan atau komitmen
(27)
yang disediakan bagi pihak ketiga. Rasio modal bank dihitung dengan cara membandingkan antara modal bank (modal inti + modal pelengkap) dan total ATMR. Hasil perhitungan rasio kemudian dibandingkan dengan kewajiban penyediaan modal minimum (yakni sebesar 8%). Berdasarkan hasil perbandingan tersebut, dapat diketahui apakah bank yang bersangkutan telah memenuhi ketentuan CAR (kecukupan modal) atau tidak. Jika hasil perbandingan antara perhitungan rasio modal dan kewajiban penyediaan modal minimum sama dengan 100% atau lebih, modal bank yang bersangkutan telah memenuhi ketentuan CAR (kecukupan modal). Sebaliknya, bila hasilnya kurang dari 100%, modal bank tersebut tidak memenuhi ketentuan CAR.
2.7.2 Aspek Kualitas Aktiva Produktif (KAP)
Menilai jenis-jenis aset yang dimiliki oleh bank harus sesuai dengan peraturan bank Indonesia dengan memperbandingkan natara aktiva produktif yang diklasifikasikan dengan aktiva produktif lalu rasio penyisihan pengahapusan aktiva produktif terhadap aktiva produktif diklasifikasikan (Kasmir, 2008).
Menurut Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia No. 31/147/KEP/DIR Tanggal 12 November 1998 tentang Kualitas Aktiva Produktif adalah penanaman dana bank baik dalam Rupiah maupun valuta asing dalam bentuk kredit, surat berharga, penempatan dana antar bank, penyertaan, komitmen dan kontijensi pada transaksi rekening administratif. Kualitas aktiva produktif dinilai berdasarkan :
1. Prospek usaha
2. Kondisi keuangan dengan penekanan pada arus kas debitur 3. Kemampuan membayar Berdasarkan analisisis dan penilaian terhadap faktor penilaian mengenai prospek usaha, kinerja debitur, kemampuan membayar dengan mempertimbangkan komponen-komponen yang tidak disebutkan, kualitas kredit ditetapkan menjadi Lancar , Dalam perhatian khusus , Kurang lancar , Diragukan , dan
(28)
Macet . Aktiva produktif bermasalah atau Non Performing Loan merupakan aktiva produktif dengan kualitas aktiva kurang lancar, diragukan, dan macet.
2.7.3Aspek Rentabilitas
Aspek Rentabilitas merupakan ukuran kemampuan bank dalam meningkatkan labanya pada setiap periode serta mengukur tingkat efisiensi usaha dan profitabilitas yang dicapai bank bersangkutan (Kasmir, 2008). Bank yang sehat adalah bank yang diukur secara rentabilitas terus meningkat. Rasio rentabilitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah Return On Asset (ROA). Rasio ROA ini digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen bank dalam memperoleh keuntungan (laba) secara keseluruhan. Semakin besar ROA suatu bank, maka semakin besar pula tingkat keuntungan yang dicapai bank tersebut dan semakin baik pula posisi bank tersebut dari segi penggunaan asset (Siamat, 2005).
Aspek efisiensi untuk tingkat efisiensi biaya adalah perbandingan antara biaya operasional dan pendapatan operasional. Rasio efisiensi ini digunakan untuk mengukur tingkat efisiensi dan kemampuan bank dalam melakukan kegiatan operasinya (Siamat, 2005).
2.7.4 Aspek Likuiditas
Aspek likuiditas mengukur kemampuan bank dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya pada saat ditagih. Suatu Bank dikatakan likuid apabila dapat membayar hutang-hutang terutama simpanan tabungan, giro dan deposito pada saat ditagih dan dapat memenuhi permintaan kredit yang layak dibiayai (Kasmir, 2008). Semakin besar rasio ini semakin likuid. Rasio likuiditas yang digunakan adalah Loan to Deposit Ratio (LDR). Loan to deposit ratio adalah rasio untuk mengukur komposisi jumlah kredit yang diberikan dibandingkan dengan jumlah dana dari masyarakat. Rasio ini digunakan untuk mengetahui kemampuan bank dalam membayar kembali kewajiban kepada para nasabah yang telah menanamkan
(29)
dananya dengan kredit-kredit yang telah diberikan kepada para debiturnya. Secara umum rasio ini merupakan rasio antara jumlah aktiva lancar dibagi dengan utang lancar
2.7.5 Aspek Manajemen
Penilaian terhadap aspek manajemen meliputi penilaian terhadap komponen-komponen kualitas manajemen umum, penerapan manajemen resiko, dan kepatuhan bank atas ketentuan yang berlaku dan komitmen kepada bank Indonesia atau pihak lain (Darmawi, 2012). Penilaian aspek manajemen menggunakan faktor manajemen didasarkan pada 100 aspek dengan memberikan penekanan pada manajemen umum dan manajemen resiko yang melekat pada berbagai kegiatan usaha bank (Kasmir, 2008).
2.8. Analisis Rasio Keuangan
Analisis Perbandingan (Analisis Rasio) merupakan suatu tehnik atau peralatan untuk mengevaluasi kondisi financial dan kinerja sebuah organisasi perusahaan. Angka-angka perbandingan jika berdiri sendiri tidak ada manfaatnya, agar bisa memeberi manfaat, angka perbandingan itu harus dianalisis perkembangannya dalam jangka waktu tertentu, dibandingkan dengan grup control, misal angka perbandingan perusahaan sejenis, serta kombinasi keduanya (Darmawi, 2012).
Analisis rasio keuangan menggunakan data laporan keuangan historis yang telah ada sebagai dasar penilaiannya serta analisis keuangan perusahaan untuk menilai kinerja suatu perusahaan berdasarkan perbandingan data keuangan yang terdapat pada laporan keuangan. Menurut Keown (2008), Rasio Keuangan merupakan penulisan ulang data akuntansi ke dalam bentuk perbandingan dalam rangka mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan keuangan di perusahaan. Sedangkan menurut Munawir (2007), Rasio Keuangan menggambarkan suatu hubungan atau perimbangan (mathematical relationship) antara suatu jumlah tertentu dengan jumlah yang lain seta member gambaran kepada analis tentang baik dan buruknya keadaan atau posisi keuangan suatu perusahaan. Rasio keuangan ini dapat menilai suatu kinerja keuangan bank.
(30)
2.9. Penelitian Terdahulu
Abustan (2009) dengan judul Analisa Perbandingan Kinerja Keuangan Perbankan Syariah dengan Perbankan Konvensional. Rasio keuangan yang digunakan terdiri dari CAR, NPL, ROA, ROE, BOPO dan LDR. Berdasarkan dari kriteria sampel yang telah ditentukan, diperoleh dua kelompok sampel penelitian, yaitu 2 Bank umum syariah yang diwakili oleh Bank Muamalat dan Bank Syariah Mandiri dan 6 Bank umum konvensional yang diwakili oleh Bank Tabungan Pensiunan Nasional, Bank Mizuho Indonesia, BPD Sumatera Utara, BPD Kalimantan Timur, BPD DKI Jakarta dan BPD Daerah Aceh. Alat Analisis yang dipakai menggunakan Uji Beda statistic independent sample t-test. Hasil dari analisa Bank Syariah mempunyai rata-rata (mean) “Kinerja” sebesar 87.96%, lebih besar
dibanding dari mean “Kinerja” Bank Konvensional yang sebesar 81.84%.
Hal ini berarti bahwa selama periode Juni 2002-Maret 2008 secara keseluruhan perbankan syariah memiliki kinerja (CAR, NPL, ROA, ROE, BOPO, dan LDR) lebih baik dibanding dengan perbankan konvensional. Oleh karena itu perbankan syariah menunjukkan kinerja lebih baik dibandingkan perbankan konvensional.
Huda (2010) dengan judul Perbandingan Kinerja Keuangan Bank Pemerintah dengan Bank Swasta Nasional Go Public. Sampel Bank yang ditetapkan yaitu dua dari Bank Pemerintah dan dua dari Bank Umum Swasta Nasional Go Public. Untuk Bank Pemerintah sampel yang didapatkan yaitu Bank Mandiri, Tbk, dan Bank Rakyat Indonesia, Tbk, sedangkan untuk sampel Bank Umum Swasta Nasional Go Public yaitu Bank Central Asia, Tbk, dan Bank Danamon Indonesia, Tbk. Rasio Keuangan yang dipakai berupa LDR, IPR, APB, NPL, IRR, PDN, ROA, BOPO, CAR, ATTM. Alat Analisis menggunakan Teknik Statistik Uji Beda independent sample t-test. Hasil Penelitian ini mengemukakan terdapat perbedaan yang tidak signifikan pada rasio LDR Bank Pemerintah sebesar 66,98 persen sedangkan Bank Umum Swasta Nasional Go Public 63,85 persen. Terdapat perbedaan yang signifikan pada rasio IPR Bank Pemerintah sebesar 8,44 persen sedangkan Bank Umum Swasta Nasional Go Public 30,31 persen. Terdapat perbedaan
(31)
yang signifikan pada rasio APB Bank Pemerintah sebesar 4,62 persen sedangkan Bank Umum Swasta Nasional Go Public 1,20 persen. Terdapat perbedaan yang signifikan pada rasio NPL Bank Pemerintah sebesar 8,72 persen sedangkan Bank Umum Swasta Nasional Go Public 2,03 persen. Terdapat perbedaan yang tidak signifikan pada rasio IRR Bank Pemerintah sebesar 104,87 persen sedangkan Bank Umum Swasta Nasional Go Public 106,12 persen. Terdapat perbedaan yang tidak signifikan pada rasio PDN Bank Pemerintah sebesar 14,54 persen sedangkan Bank Umum Swasta Nasional Go Public 14,28 persen. Terdapat perbedaan yang signifikan pada rasio ROA Bank Pemerintah sebesar 3,10 persen sedangkan Bank Umum Swasta Nasional Go Public 3,04 persen. Terdapat perbedaan yang tidak signifikan pada rasio BOPO Bank Pemerintah sebesar 75,79 persen sedangkan Bank Umum Swasta Nasional Go Public 75,84 persen. Terdapat perbedaan yang tidak signifikan pada rasio CAR Bank Pemerintah sebesar 18,96 persen sedangkan Bank Umum Swasta Nasional Go Public 19,72 persen. Terdapat perbedaan yang signifikan rasio ATTM Bank Pemerintah sebesar 26,33 persen sedangkan Bank Umum Swasta Nasional Go Public 21,03 persen.
Wati (2011) Analisis Perbandingan Kinerja Keuangan Bank Syariah dengan Bank Konvensional. Alat Analisis menggunakan Teknik Statistik Uji Beda independent sample t-test. Hasil pengujian dengan menggunakan independent sample t-test dimana tingkat signifikansi 0.05 menunjukkan bahwa nilai CAR, NPL, ROE, dan LDR bank syariah dengan bank konvensional tidak memiliki perbedaan yang signifikan. Sedangkan nilai ROA, BOPO dan kinerja bank syariah dengan bank konvensional memiliki perbedaan yang signifikan. Dilihat dari rata-rata rasio maka rata-rata CAR, NPL, ROA, dan BOPO bank konvensional lebih unggul dibandingkan bank syariah. Sedangkan rata-rata ROE, LDR, dan kinerja bank syariah lebih unggul dari bank konvensional. Hasil perhitungan EVA menunjukkan bahwa pada tahun 2008 nilai EVA untuk bank syariah mengalami kenaikan sebesar 17% dari tahun 2007. Sedangkan nilai EVA bank konvensional tahun 2008 mengalami penurunan dibanding tahun 2007 sebesar 12%. Pada
(32)
tahun 2009 dan 2010 nilai EVA bank syariah dan bank konvensional sama-sama mengalami kenaikan. Tahun 2009 nilai EVA bank syariah naik sebesar 23%, sedangkan bank konvensional naik sebesar 34%.
(33)
III.METODE PENELITIAN
3.1. Kerangka Pemikiran
Bank dalam menjalankan usahanya menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkannya kembali dalam berbagai alternatif investasi. Dalam fungsinya sebagai penghimpun dana, bank sering disebut juga sebagai lembaga kepercayaan. Sejalan dengan karakteristik usahanya, Bank merupakan suatu segmen usaha yang kegiatannya banyak diatur Bank Indonesia dan pemerintah baik Bank umum berupa Bank BUMN Maupun Bank Non-BUMN.
Salah satu aspek penting dalam industri perbankan adalah transparansi keuangan bank kepada publik. Peningkatan tranparasi dapat meningkatkan kepercayaan publik terhadap lembaga perbankan nasional sehingga para pelaku pasar dapat memberikan penilaian yang wajar dan mendorong terciptanya disiplin pasar. Transparasi ini salah satunya melalu publikasi kondisi dan laporan keuangan kepada masyarakat luas.
Kinerja bank dapat dilakukan dengan melihat kinerja keuangan melalui data laporan keuangan dan dianalisis melalui rasio keuangan. Rasio keuangan tersebut dapat diukur dengan menggunakan rasio CAR (Capital Adequacy Ratio), rasio NPL (Non Performing), rasio ROA (Return On Assets), rasio BOPO (Beban Operasional / Pendapatan Operasional), dan rasio LDR (Loan to Deposit Ratio). Rasio yang telah diukur dapat digunakan untuk melihat perbandingan dari masing-masing rasio untuk mengukur tingkat signifikansi perbedaan kinerja keuangan masing-masing kelompok bank.
Penelitian ini bermaksud membandingkan kinerja keuangan antara 2 kelompok bank umum konvensional. Bank umum dalam penelitian ini yang dikelompokan menjadi Bank BUMN dan Bank Non-BUMN. Data diolah dari laporan keuangan tahunan yang telah diunduh dari masing-masing bank dan dihitung berdasarkan rasio yang telah ditetapkan. Kemudian dibandingkan kinerja keuangan dengan membuat rata-rata industri dari masing-masing kelompok bank yaitu Bank BUMN dan Bank Non-BUMN
(34)
sehingga hasilnya dapat terlihat apakah terdapat perbedaan signifikan atau tidak terdapat perbedaan signifikan. Perbandingan kinerja keuangan ini dapat menjadi gambaran dan rekomendasi bagi investor serta pihak-pihak yang membutuhkan. Kerangka pemikiran digambarkan sebagai berikut ini :
3.2. Lokasi dan
Bank umum
Bank Non-BUMN (Bank swasta nasional) Bank BUMN
(Bank pemerintah)
Laporan keuangan bank
Kondisi keuangan
Analisis rasio rata-rata industri
Analisis perbandingan kinerja keuangan
Rekomendasi
Investor
(35)
3. 2. Lokasi dan waktu penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan November 2012 sampai dengan bulan Januari 2013 dan lokasi penelitian pada Bursa Efek Indonesia (data sekunder).
3.2. Pengumpulan data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini berupa data sekunder yang berasal dari data laporan keuangan tahunan (annual report) yang telah dipublikasi dari tahun 2007 sampai dengan tahun 2011 dan diunduh melalui website bank yang dipilih, serta Bursa Efek Indonesia. Data penunjang lainnya dalam penelitian ini melalui studi literatur dari buku, jurnal, maupun internet.
3.3. Teknik dan Kriteria Penarikan Sampel.
Tabel 4. Peringkat bank umum berdasarkan total aset 2011
No Nama Bank Total Aset (Triliun) 1 PT. Bank Mandiri Tbk 493.050 2 PT. Bank BRI Tbk 456.382 3 PT. BCA Tbk 380.927 4 PT. BNI Tbk 289.458 5 PT. Cimb Niaga Tbk 164.247 6 PT. Bank Danamon Tbk 127.128 7 PT. Panindonesia Tbk 118.991 8 PT. Bank Permata Tbk 101.540 9 PT. BII Tbk 91.335 10 PT.BTN (Persero) Tbk 89.277 11 PT. Bank Mega 61,909 12 PT. OCBC NISP 59,834 Sumber : Statistik Perbankan Indonesia (2012)
Populasi sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah Bank BUMN (Bank Pemerintah) dan Bank Non-BUMN (Bank Swasta Nasional). penarikan sampel dengan teknik purposive sampling. Purposive sampling merupakan teknik penentuan sampel dengan pertimbangan khusus sehingga
(36)
layak dijadikan sampel. Teknik ini termasuk kedalam non-probability sampling dimana setiap anggota populasi tidak memiliki kesempatan atau peluang yang sama sebagai sampel (Trochim W, 2006).
Dalam penelitian ini diambil 4 Bank BUMN dan 8 Bank Non-BUMN yang dipilih berdasarkan peringkat Bank Indonesia dari total asset akhir 2011. Bank BUMN terdiri dari Bank Rakyat Indonesia (BRI), Bank Mandiri, Bank Negara Indonesia (BNI), dan Bank Tabungan Negara (BTN). Sedangkan untuk Bank Non-BUMN berupa Bank Swasta Nasional yang terdiri dari Bank Central Asia (BCA), Bank Danamon, Bank CIMB Niaga , Bank Panin, Bank Internasional Indonesia , Bank Permata, Bank OCBC NISP, dan Bank Mega.
3.4. Teknik Analisis Data
Data sekunder yang telah dikumpulkan kemudian dianalisis melalui perangkat lunak microsoft excel. Sebelum dianalisis menggunakan uji statistik utama maka dilakukan uji normalitas data terlebih dahulu menggunakan uji normalitas kolmogorov smirnov pada perangkat lunak SPSS. Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah data berdistribusi normal atau tidak. Uji normalitas penting dilakukan karena untuk menentukan alat uji statistik apa yang sebaiknya digunakan untuk pengujian hipotesis. Apabila data berdistribusi normal maka dapat menggunakan uji parametrik, sebaliknya apabila data berdistribusi tidak normal maka lebih sesuai dipilih alat uji statistik non-parametrik dalam pengujian hipotesis. Uji statistik kolmogorov-smirnov dipilih untuk mendeteksi normalitas data dibandingkan dengan pengujian dengan menggunakan grafik. Untuk menentukan normal tidaknya data ditentukan dengan cara apabila hasil probabilitas lebih besar dari tingkat signifikansi yang sudah ditentukan (α > 0,05) maka H0 diterima dan data tersebut terdistribusi secara normal. Sebaliknya apabila probabilitas lebih kecil dari signikansi yang ditentukan (α < 0,05) maka H0 ditolak dan data tersebut dinyatakan terdistribusi tidak normal.
Hasil dianalisis lebih lanjut dalam membandingkan kinerja keuangan antara Bank BUMN dengan Bank Non-BUMN di dalam Software
(37)
SPSS 15.0 for windows menggunakan teknik statistik parametrik berupa uji-t dua sampel independen (independent sample t-test) dan uji untuk variabel kinerja menggunakan statistik non-parametrik uji mann-whitney sebagai pengganti alternatif uji-t dua sampel independen dikarenakan data tidak terdistribusi normal (Uyanto, 2009). Uji-t dua sampel independen (independent sample t-test) digunakan untuk untuk menguji apakah dua sampel yang tidak berhubungan / independen berasal dari populasi yang mempunyai mean sama atau tidak secara signifikan. Tingkat signifikansi yang ditetapkan adalah sebesar 5% (α = 5%). Ada 2 tahapan analisis yaitu : 1) Melihat levene test, diuji apakah varian populasi kedua sampel sama
ataukah berbeda, hipotesis levene test adalah :
Ho : Kedua varian populasi adalah identik (varian populasi adalah sama)
H1 : Kedua varian populasi adalah tidak identik (varian populasi adalah berbeda)
Probabilitas (sig. 2-tailed) > 0,05 (α= 5%) maka yang dipakai adalah equal varian assumed karena H0 diterima, H1 ditolak
Probabilitas (sig. 2-tailed) < 0,05 (α= 5%) maka yang dipakai adalah equal varian not-assumed karena H1 diterima, H0 ditolak
2) Melihat t-test, dan berdasarkan hasil analisis nomor 1, maka kita lihat t -test (sig. 2-tailed) berdasarkan langkah sebelumnya (equal varian assumed atau equal varian not-assumed). kemudian membuat keputusan sesuai hipotesis penelitian. maka jika :
Probabilitas (sig. 2-tailed) > 0,05 maka Ho diterima, H1 ditolak atau dikatakan tidak terdapat perbedaan signifikan antara dua jenis sampel independen (tidak berbeda / sama).
Probabilitas (sig. 2-tailed) < 0,05 maka H1 diterima, H0 ditolak atau dikatakan terdapat perbedaan signifikan antara dua jenis dampel independen (tidak sama / berbeda)
(38)
3.5. Pengukuran Variabel
Pengolahan data selanjutnya adalah pengukuran variabel berupa variabel rasio keuangan. Rasio ini dapat dirumuskan sebagai berikut (Siamat, 2005) :
3.6.1 Rasio CAR (Capital Adequacy Ratio)
CAR (Capital Adequacy Ratio) adalah hasil perbandingan modal dengan Aktiva Tertimbang Menurut Resiko (AMTR) yang berumuskan:
CAR = Modal Bank
Aktiva Tertimbang Menurut Risiko ……….………(1)
3.6.2 Rasio NPL (Non Performing Loan)
NPL (Non Performing Loan) adalah hasil perbandingan hasil perbandingan antara kredit bermasalah dengan total kredit berdasarkan laporan keuangan bank yang berumuskan :
NPL = Kredit Bermasalah
Total Kredit
………...………..…(2)
3.6.3 Rasio ROA (Return On Asset)
ROA (Return On Asset) adalah hasil perbandingan laba sebelum pajak dengan rata-rata total asset yang berumuskan :
ROA = Laba Sebelum Pajak
Total Asset
……….………(3)
3.6.4 Rasio BOPO (Beban Operasional/Pendapatan Operasional)
Rasio BOPO (Beban operasional/Pendapatan Operasional) adalah perbandingan antara total beban operasional dengan total pendapatan operasional yang berumuskan :
BOPO = Beban Operasional
Pendapatan Operasional
……….……….……(4)
3.6.5 Rasio LDR (Loan to Deposit Ratio)
LDR (Loan to Deposit Ratio) adalah perbandingan atau hasil pembagian antara kredit dengan dana pihak ketiga yang dirumuskan :
(39)
LDR = Kredit Yang Diberikan
Total Dana Pihak Ketiga
………..………….……(5)
3.6.6 Kinerja Keseluruhan
Setelah mendapatkan persentase rasio kinerja keuangan (CAR, NPL, ROA, BOPO, dan LDR) dari masing-masing kelompok bank, maka selanjutnya diberikan peringkat nilai dan kemudian dirata-rata sehingga mendapatkan peringkat kinerja secara keseluruhan. Peringkat nilai tersebut tercantum dalam ketentuan dari Bank Indonesia (Surat Edaran Bank Indonesia No.13/24/DPNP tanggal 25 Oktober 2011) :
Peringkat 1 : Mencerminkan kondisi bank sangat sehat sehingga secara umum dinilai sangat baik pada faktor penilaian.
Peringkat 2 : Mencerminkan kondisi bank sehat sehingga dinilai secara umum baik pada faktor penilaian. Peringkat 3 : Mencerminkan kondisi bank cukup sehat
sehingga secara umum dinilai cukup baik pada faktor penilaian.
Peringkat 4 : Mencerminkan kondisi bank kurang sehat sehingga secara umum dinilai kurang baik pada faktor penilaian.
Peringkat 5 : Mencerminkan kondisi bank tidak sehat sehingga secara umum dinilai tidak baik pada faktor penilaian.
Sedangkan untuk penilaian kriteria peringkat komponen pada masing-masing rasio berdasarkan pada ketentuan dari Bank Indonesia (Surat Edaran Bank Indonesia No.6/23/DPNP tanggal 31 Mei 2004) :
CAR : Peringkat 1 : Rasio lebih tinggi sangat signifikan Peringkat 2 : Rasio lebih tinggi cukup signifikan Peringkat 3 : Rasio 8% - 9%
(40)
Peringkat 5 : Rasio sangat dibawah ketentuan
NPL : Peringkat 1 : Rasio sangat rendah Peringkat 2 : Rasio rendah
Peringkat 3 : Rasio moderat (3% - 6%)
Peringkat 4 : Rasio relatif tinggi diatas peringkat 3 Peringkat 5 : Rasio sangat tinggi
ROA : Peringkat 1 : Rasio ROA sangat tinggi Peringkat 2 : Rasio ROA tinggi
Peringkat 3 : Rasio ROA antara 0,5% - 1,25% Peringkat 4 : ROA negatif
Peringkat 5 : Bank mengalami kerugian besar dan ROA negatif
LDR : Peringkat 1 : Rasio antara 50% -75% Peringkat 2 : Rasio antara 75% - 78%
Peringkat 3 : Rasio antara 78% - 100% (Peraturan Bank Indonesia no. 12/19/PBI/2010)
Peringkat 4 : Rasio antara 100% - 120% Peringkat 5 : Rasio diatas 120%
BOPO : Peringkat 1 : Tingkat efisiensi sangat baik Peringkat 2 : Tingkat efisiensi baik
Peringkat 3 : Tingkat efisiensi cukup baik (94%-96%)
Peringkat 4 : Tingkat efisiensi buruk Peringkat 5 : Tingkat efisiensi sangat buruk 3.7.Hipotesis
Hipotesis yang diuji dalam penelitan ini adalah :
H0 : Tidak terdapat perbedaan signifikan pada Capital Adequacy Ratio (CAR), Non Performing Loan (NPL), Return On Asset (ROA), Beban Operasional / Pendapatan Operasional (BOPO), Loan to Deposit Ratio (LDR) , dan kinerja keuangan keseluruhan antara Bank BUMN dengan Bank Non-BUMN.
(41)
H1 : Terdapat perbedaan signifikan pada Capital Adequacy Ratio (CAR), Non Performing Loan (NPL), Return On Asset (ROA), Beban Operasional / Pendapatan Operasional (BOPO), Loan to Deposit Ratio (LDR) , dan kinerja keuangan keseluruhan antara Bank BUMN dengan Bank Non-BUMN.
(42)
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1.Gambaran Umum Perusahaan
1. Bank Rakyat Indonesia
PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. termasuk Bank BUMN (Badan Usaha Milik Negara). BRI merupakan bank komersial tertua di Indonesia, berdiri sejak 16 Desember 1895 di Purwokerto, Jawa Tengah. Pemerintah Republik Indonesia merupakan pemilik mayoritas saham BRI, yaitu sebesar 56,75% dan sisanya sebesar 43,25% dimiliki oleh pemegang saham publik.
BRI dikenal fokus dalam memberikan pelayanan kepada segmen usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM). BRI berupaya untuk merambah layanan perbankan kepada pengusaha skala kecil yang berada di dalam pasar-pasar tradisional Melalui Teras BRI yang diluncurkan sejak akhir tahun 2009, unit kerja mikro ini dapat menjangkau pedagang di pasar tradisional yang belum tersentuh oleh layanan perbankan secara optimal. Dalam hal jaringan, selama tahun 2011 BRI menambah 687 Teras, sehingga sampai dengan akhir tahun 2011 jumlah Teras BRI mencapai 1.304. Selain itu BRI juga terus menambah kantor BRI Unit sebanyak 200 buah di tahun 2011, sehingga total jumlah Kantor BRI Unit mencapai 4.849 buah. BRI terus mengembangkan jaringan kerjanya dan tercatat sebagai bank terbesar dalam hal jumlah unit kerja di Indonesia, yaitu berjumlah lebih dari 7.900 Kantor unit kerja dari Kantor cabang sampai BRI unit yang seluruhnya terhubung secara real time online.
BRI memiliki aset terbesar kedua setelah Bank Mandiri dengan total aset sebesar Rp. 456.382 miliar pada akhir tahun 2011 (Statistik Perbankan Indonesia, 2012). Kredit yang disalurkan mencapai Rp 283,88 triliun, naik sebesar Rp 36,62 triliun atau 14,83% dibandingkan posisi akhir tahun 2010 sebesar Rp 246,96 triliun. Total dana pihak ketiga tercatat sebesar Rp. 384.264 miliar pada akhir tahun 2011 (Laporan Tahunan BRI, 2011).
(43)
2. Bank Mandiri
PT. Bank Mandiri (Persero) Tbk, termasuk kepada Bank BUMN (Badan Usaha Milik Negara). PT Bank Mandiri (Persero) Tbk didirikan pada tanggal 2 Oktober 1998 sebagai restrukturisasi perbankan yang dilaksanakan oleh pemerintah Indonesia. Bank Mandiri didirikan melalui penggabungan usaha PT Bank Bumi Daya (Persero), PT Bank Dagang Negara (Persero), PT Bank Ekspor Impor Indonesia (Persero) dan PT Bank Pembangunan Indonesia (Persero) .
Dalam mewujudkan visi, Bank mandiri melakukan transformasi bisnis dan transformasi budaya pada rencana transformasi lanjut di tahun 2010-2014. Transformasi bisnis difokuskan pada areawholesale transaction, retail deposit dan payment serta retail financing. Sedangkan transformasi budaya akan difokuskan pada pengembangan nilai budaya yang lebih spesifik pada masing-masing unit kerja. Ketiga area tersebut didukung dengan penguatan organisasi dan infrastruktur
Dari total aset, Bank Mandiri merupakan Bank Peringkat pertama dengan memiliki Rp. 493.050 miliar per tahun 2011 (Statistik Perbankan Indonesia, 2012). Struktur kepemilikan saham pada Bank Mandiri di tahun 2011, saham mayoritas dimiliki oleh pemerintah dengan komposisi sebesar 60%, dan 40% lainnya adalah milik publik. Dalam jaringannya, Bank Mandiri memiliki 1.537 kantor cabang, 27.907 pegawai dan 8.996 ATM yang tersebar di seluruh Indonesia. (Laporan Tahunan Mandiri, 2011).
3. Bank Tabungan Negara
PT Bank Tabungan Negara (Persero), Tbk merupakan Bank BUMN (Badan Usaha Milik Negara) yang berasal dari perubahan nama Bank Tabungan Pos menjadi Bank Tabungan Negara atau BTN (Perpu No.4 tahun 1963 dan UU No.2 tahun 1964). Bank mulai beroperasi sebagai bank umum milik negara pada tahun 1989 dan status Bank diubah menjadi perseroan terbatas milik negara (Persero).
(44)
Bank Tabungan Negara merupakan bank yang berfokus pada pembiayaan perumahan, Bank BTN menyediakan beragam produk dan layanan di bidang perumahan, terutama melalui Kredit Pemilikan Rumah (KPR), baik KPR bersubsidi dengan segmentasi menengah ke bawah maupun KPR non-subsidi untuk segmen menengah ke atas. Saat ini, fokus bisnis Bank BTN dikonsentrasikan pada sektor KPR & Perbankan Konsumer, Perumahan & Perbankan Komersial. Bank BTN memiliki total 65 kantor cabang, 218 kantor cabang pembantu, 316 kantor kas, 2.738 Kantor Pos online, dan 1.180 ATM di seluruh Indonesia. Kredit KPR yang disalurkan mencapai 69,23% dari total penyaluran kredit, dengan komposisi 52,39% KPR Bersubsidi dan 48,61% KPR Non-Subsidi. Total aset BTN untuk akhir tahun 2011 tercatat memiliki Rp. 89.277 miliar (Laporan Tahunan BTN, 2011).
4. Bank Negara Indonesia
PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (BNI) didirikan pada tahun 1946 oleh Pemerintah Republik Indonesia dan awalnya sempat berfungsi sebagai bank sentral di Indonesia, sebelum akhirnya beroperasi sebagai sebuah bank komersial sejak tahun 1955. Pada tahun 1996, BNI melakukan Penawaran Umum Saham Perdana untuk 25% sahamnya, dan menjadi bank BUMN (Badan Usaha Milik Negara) pertama yang mencatatkan saham di Bursa Efek Jakarta (sekarang Bursa Efek Indonesia). Serangkaian aksi korporasi kemudian menyusul, termasuk proses rekapitalisasi oleh Pemerintah, divestasi saham Pemerintah, dan penawaran umum saham terbatas.
Pada akhir tahun 2011, pemerintah Republik Indonesia memegang 60% saham BNI, sementara 40% saham selebihnya dimiliki oleh pemegang saham publik baik individu maupun institusi, domestik dan asing. Saat ini, BNI adalah bank terbesar ke-4 di Indonesia berdasarkan total aset. Kapabilitas BNI untuk menyediakan layanan jasa keuangan secara menyeluruh didukung oleh perusahaan anak di bidang perbankan syariah (Bank BNI Syariah), pembiayaan (BNI Multi Finance), pasar modal (BNI Securities), dan asuransi (BNI Life Insurance). BNI memiliki
(45)
total aset senilai Rp 289.458 miliar (Statistik Perbankan Indonesia, 2012) dan lebih dari 23.639 karyawan pada akhir tahun 2011, BNI mengoperasikan jaringan pelayanan yang luas mencakup 1.364 outlet domestik dan 5 cabang luar negeri di New York, London, Tokyo, Hong Kong dan Singapura, 6.227 unit ATM milik sendiri (Laporan Tahunan BNI, 2011).
5. Bank Pan Indonesia
PT Bank Pan Indonesia atau Bank Panin merupakan salah satu bank komersial utama di Indonesia. Didirikan pada tahun 1971 di Jakarta, Bank Panin merupakan hasil merger dari 3 (tiga) bank, yaitu Bank Kemakmuran, Bank Industri Djaja Indonesia dan Bank Industri & Dagang Indonesia. Setahun kemudian, pada April 1972, Bank Panin mendapatkan persetujuan menjadi bank devisa. Pada tahun 1982, Bank Panin mencatatkan sahamnya di Bursa Efek Jakarta (sekarang Bursa Efek Indonesia), sehingga merupakan bank pertama yang go public di Indonesia. pada tahun 1988, Bank Panin termasuk dalam bank kategori A yang tidak harus direkapitalisasi oleh Pemerintah dan lolos dari krisis ekonomi tahun 1988. Total aset pada tahun 2011 yang dimiliki Bank Panin adalah sebesar Rp 118.991 Miliar rupiah (Statistik Perbankan Indonesia, 2012).
Saat ini, pemegang saham Bank Panin adalah PT Panin Financial (45,46%), Votraint No. 1103 Pty Ltd (38,82%), dan publik domestik maupun internasional (15,72%). Pada akhir tahun 2011, Bank Panin memiliki jaringan usaha lebih dari 440 kantor di berbagai kota besar di Indonesia, lebih dari 700 ATM Panin, tergabung dengan jaringan 30.000 ATM Bersama, 5.000 ATM ALTO, 1,5 juta ATM Cirrus diseluruh dunia (Laporan Tahunan Panin, 2011).
6. Bank CIMB Niaga
CIMB Niaga berdiri pada 26 September 1955 dengan nama PT Bank Niaga. Kepemilikan Saham saat ini CIMB Group (96,92%), PT Commerce Kapital (1,02%), dan Masyarakat (2,06%). Di tahun 1987, CIMB Niaga menjadi bank lokal pertama yang menawarkan layanan
(46)
perbankan melalui mesin ATM di Indonesia. Pencapaian ini dikenal luas sebagai masuknya Indonesia ke dalam dunia perbankan modern. Kepemimpinan dan inovasi CIMB Niaga dalam penerapan teknologi terkini semakin dikenal di tahun 1991 dengan menjadi bank pertama yang memberikan layanan perbankan online. CIMB Niaga memperoleh izin usaha sebagai bank umum, bank devisa, dan bank yang melakukan kegiatan berdasarkan prinsip Syariah masing-masing pada 11 November 1955, 22 November 1974, dan 16 November 2004. Pada 29 November 1989, CIMB Niaga menjadi perusahaan terbuka dengan dicatatkannya saham CIMB Niaga pada Bursa Efek Indonesia (dahulu PT Bursa Efek Jakarta dan PT Bursa Efek Surabaya). Sebagai akibat krisis keuangan Asia di tahun 1998, Pemerintah Republik Indonesia melalui Badan Penyehatan Perbankan Nasional (BPPN) selama beberapa waktu menjadi pemegang saham mayoritas CIMB Niaga. Pada bulan November 2002, CIMB Group Holdings Berhad / CIMB Group (dahulu Commerce Asset-Holding Berhad) mengakuisisi saham mayoritas CIMB Niaga dari BPPN. Di bulan Agustus 2007 seluruh kepemilikan saham dialihkan ke CIMB Group dalam rangka konsolidasi seluruh anak perusahaan CIMB Group dengan platform universal banking. Dalam transaksi terpisah, Khazanah yang memiliki saham mayoritas CIMB Group mengakuisisi kepemilikan mayoritas Lippo Bank pada bulan September 2005. Seluruh kepemilikan saham ini dialihkan kepada CIMB Group pada bulan Oktober 2008. Sebagai pemilik saham pengendali dari CIMB Niaga (melalui CIMB Group) dan LippoBank, Khazanah menempuh langkah penggabungan (merger) yang telah ditetapkan oleh Bank Indonesia. Nama Bank Niaga berubah menjadi CIMB Niaga pada bulan Mei 2008. Lippo Bank bergabung ke dalam CIMB Niaga pada tanggal 1 November 2008 setelah diterimanya persetujuan dari BI dan surat menteri hukum dan hak azasi manusia Republik Indonesia.
Total aset yang dimiliki mencapai Rp. 164.247 miliar pada akhir tahun 2011 (Statistik Perbankan Indonesia, 2012) dan CIMB Niaga memiliki total 901 jaringan kantor dan 1.749 ATM yang tersebar di 26
(47)
provinsi dan 163 kota di seluruh Indonesia, mencakup kantor perbankan konvensional, perbankan syariah dan gerai mikro laju dengan dukungan 13.612 karyawan (Laporan Tahunan CIMB Niaga, 2011).
7. Bank Central Asia
PT Bank Central Asia, Tbk secara resmi berdiri dan mulai beroperasi pada tanggal 21 Februari 1957 dengan nama Bank Central Asia NV dan berkembang menjadi bank devisa pada tahun 1977. Indonesia mengalami krisis moneter Pada tahun 1998 dan BCA menjadi Bank Take Over (BTO) dan disertakan dalam program rekapitalisasi dan restrukturisasi yang dilaksanakan oleh Badan Penyehatan Perbankan Nasional (BPPN). Pada tahun 1999 proses rekapitalisasi BCA selesai dan sebagian besar kredit yang disalurkan BCA dipertukarkan dengan obligasi pemerintah. Pemerintah Republik Indonesia melalui BPPN, menguasai 70,3% saham BCA.
Fokus kegiatan usaha Bank Central Asia adalah perbankan transaksi dengan layanan perbankan yang baik, institusi penyedia layanan transaksi dan pembayaran yang terdepan di Indonesia serta penyaluran portofolio kredit di segmen korporasi, komersial, UKM dan konsumer. Untuk Pengembangan selanjutnya, BCA akan mengembangkan lini bisnis baru yang meliputi perbankan syariah, pembiayaan sepeda motor, asuransi dan sekuritas. BCA membangun inisiatif-inisiatif baru tersebut demi mengembangkan segmen usaha konsumer dan mencapai pertumbuhan jangka panjang yang berkelanjutan.
Total aset yang dimiliki di akhir tahun 2011 mencapai Rp. 380.927 miliar (Statistik Perbankan Indonesia, 2012). BCA merupakan bank dengan peringkat ketiga terbesar setelah bank mandiri dan BRI jika dilihat dari total aset. Pada saat ini, pemegang saham mayoritas BCA adalah FarIndo Investments (Mauritius) Ltd qualitate qua (qq) Robert Budi Hartono dan Bambang Hartono (47,15%), Anthony Salim (1,76%), publik (49,91%), dan Treasury Stock (1,18%). Dalam jumlah jaringan layanan, BCA memiliki 944 kantor cabang termasuk kantor kas serta 8.578 ATM yang tersebar diseluruh Indonesia (Laporan Tahunan BCA, 2011).
(48)
8. Bank Internasional Indonesia
PT Bank Internasional Indonesia Tbk atau BII didirikan 15 Mei 1959. Pada tahun 1980 BII bergabung dengan PT Bank Pembangunan Untuk Umum 1859 Surabaya. Setelah mendapatkan ijin sebagai bank devisa pada 1988, BII mencatatkan sahamnya di Bursa Efek Jakarta dan Bursa Efek Surabaya (sekarang Bursa Efek Indonesia atau BEI) pada 1989. Pada tahun 1999, BII direkapitalisasi sebagai bagian dari Program Rekapitalisasi Perbankan Nasional. Pada 30 September 2008, Mayban Offshore Corporate Services (Labuan) Sdn. Bhd. (MOCS), anak perusahaan yang dimiliki sepenuhnya oleh Malayan Banking (Maybank), menyelesaikan pengambilalihan 100% saham Sorak Financial Holdings Pte, Ltd, pemilik 55,51% saham BII. Pada Desember 2008, MOCS menyelesaikan penawaran tender untuk sisa saham BII sehingga meningkatkan kepemilikannya.
Akhir tahun 2011, jaringan BII meliputi 351 kantor cabang termasuk 5 kantor cabang Syariah, dan 3 kantor cabang luar negeri serta memiliki 1.087 Automatic Teller Machines (ATMs) dan 65 Cash Deposit Machines (CDMs) BII di seluruh Indonesia. Total aset yang dimiliki oleh BII sebesar Rp 91.335 miliar pada tahun 2011 (Statistik Perbankan Indonesia, 2012). BII menjadi salah satu dari beberapa bank yang saat ini memiliki koneksi dengan semua jaringan ATM di Indonesia, yaitu ATM PRIMA, ATM BERSAMA, ALTO, CIRRUS, dan jaringan MEPS Malaysia, serta 3.500 ATM Maybank yang tersebar di Malaysia dan Singapura. BII memberikan layanan keuangan kepada indvidu dan korporasi melalui perbankan UKM, korporasi dan konsumer selain itu pembiayaan otomotif melalui WOM Finance untuk pembiayaan kendaraan bermotor roda dua, dan BII Finance untuk kendaraan bermotor roda empat. Pada 31 Desember 2011, Bank mengelola total dana pihak ketiga sebesar Rp 70,3 triliun (Laporan Tahunan BII, 2011).
9. Bank Mega
PT Bank Mega Tbk didirikan pada tahun 1969 dengan nama PT Bank Karman yang berubah nama pada tanggal 1992 dengan nama PT
(49)
Mega Bank dan tahun 2000 dengan nama PT Bank Mega. PT Bank Mega dimiliki saham 57,82% oleh PT Mega Corpora (perubahan nama PT Para Global Investindo) dan 42,18% milik Masyarakat.
Strategi Bisnis pada 2012 PT Bank Mega yaitu antara lain menyempurnakan produk Mega UKM dengan memberikan nilai tambah yang lebih tinggi, melakukan kerjasama dengan pihak ketiga dan menggiatkan penjualan silang, merancang produk-produk UKM khusus untuk segmen tertentu, mempersiapkan infrastruktur untuk mempercepat proses kredit , membangun sistem gudang data, penambahan jaringan baik berupa kantor cabang maupun ATM, fokus untuk meningkatkan dana murah (giro dan tabungan), meningkatkan infrastruktur treasury sebagai salah satu komponen fee-based, meningkatkan kualitas SDM yang produktif, standar internasional di IT & Operation.
PT Bank Mega Tbk memiliki asset sebesar Rp. 61,909 Triliun di tahun 2011, meningkat dibandingkan dengan posisi Desember 2010 yaitu sebesar Rp. 51,597 Triliun dan Total DPK sebesar 49,139 triliun pada tahun 2011 (Laporan Tahunan Bank Mega, 2011)
10. Bank OCBC NISP
Bank OCBC NISP (sebelumnya dikenal dengan nama Bank NISP) merupakan bank tertua keempat di Indonesia yang didirikan pada tanggal 4 April 1941 di Bandung dengan nama NV Nederlandsch Indische Spaar En Deposito Bank. Bank OCBC NISP resmi menjadi bank komersial pada tahun 1967, bank devisa pada tahun 1990, dan menjadi perusahaan publik di Bursa Efek Indonesia pada tahun 1994. OCBC Bank-Singapura saat ini memiliki saham di Bank OCBC NISP sebesar 85,1%. Di tahun 2011, Bank OCBC NISP genap berusia 70 tahun sekaligus Bank OCBC Indonesia resmi bergabung dengan Bank OCBC NISP. Penggabungan ini merupakan komitmen penuh dari Bank OCBC Singapura sebagai pemegang saham mayoritas, untuk memusatkan dukungannya Bank OCBC NISP.
Pada akhir Desember 2011, Bank OCBC NISP memiliki 5.888 karyawan untuk melayani nasabah di 412 kantor yang meliputi 88 kota di Indonesia. Total Aset Rp 59,8 triliun naik sekitar 19,3% dibandingkan
(50)
dengan tahun 2010. Total dana pihak ketiga (DPK) tumbuh mencapai Rp 47,4 triliun (Laporan Tahunan NISP, 2011).
11. Bank Danamon
Sejarah Danamon dimulai pada tahun 1956 ketika didirikan sebagai Bank Kopra Indonesia dan tahun 1976 nama tersebut kemudian diubah menjadi PT Bank Danamon Indonesia. Di tahun 1988, Danamon menjadi bank devisa dan setahun kemudian mencatatkan diri sebagai perusahaan publik di Bursa Efek Jakarta. Sebagai bagian dari program restrukturisasi, Danamon menjalani proses merger dengan 8 bank-bank BTO (Bank Tiara, PT Bank Duta Tbk, PT Bank Rama Tbk, PT Bank Tamara Tbk, PT Bank Nusa Nasional Tbk, PT Bank Pos Nusantara, PT Jayabank International dan PT Bank Risjad Salim Internasional) dan PT Bank PDFCI. Di tahun 2003, Asia Financial (Indonesia) Pte. Ltd mengakuisisi Danamon, melalui konsorsium Fullerton Financial Holdings, anak perusahaan yang dimiliki sepenuhnya oleh Temasek Holdings, dan Deutsche Bank AG, sehingga menjadi pemegang saham pengendali. Pada tahun 2011, Danamon merupakan bank keenam terbesar di Indonesia dalam hal jumlah aset sebesar Rp 127.128 miliar (Statistik Perbankan Indonesia, 2012). Danamon meluncurkan inisiatif Danamon simpan pinjam-nya, yang merupakan bisnis perbankan mikro, serta melakukan diversifikasi ke bidang kredit konsumer melalui akuisisi Adira Finance. Inisiatif tersebut diikuti dengan perluasan usaha Danamon simpan pinjam dan Adira Finance, serta akuisisi bisnis kartu American Express di Indonesia di tahun 2006. Bank danamon merupakan bank kelima terbesar dalam jumlah kapitalisasi pasar, dengan lebih dari 2.600 kantor cabang di indonesia (Laporan Tahunan Danamon, 2011).
12. Bank Permata
PT Bank Permata Tbk atau Bank Permata dibentuk sebagai hasil merger dari 5 bank di bawah pengawasan Badan Penyehatan Perbankan Nasional (BPPN), yakni PT Bank Bali Tbk, PT Bank Universal Tbk, PT Bank Prima Express, PT Bank Artamedia, dan PT Bank Patriot pada tahun
(1)
PT Bank Mandiri Tbk. 2011. Laporan Tahunan 2011 Mandiri [Internet]. Jakarta (ID): Bursa Efek Indonesia. [diunduh 2013 Januari 7]. Tersedia pada http://www.idx.co.id.
PT Bank Tabungan Negara Tbk. 2011. Laporan Tahunan 2011 BTN [Internet]. Jakarta (ID): Bursa Efek Indonesia. [diunduh 2013 Januari 7]. Tersedia pada http://www.idx.co.id.
PT Bank Negara Indonesia Tbk. 2011. Laporan Tahunan 2011 BNI [Internet]. Jakarta (ID): Bursa Efek Indonesia. [diunduh 2013 Januari 7]. Tersedia pada http://www.idx.co.id.
PT Bank Internasional Indonesia Tbk. 2011. Laporan Tahunan 2011 BII [Internet]. Jakarta (ID): Bursa Efek Indonesia. [diunduh 2013 Januari 7]. Tersedia pada http://www.idx.co.id.
PT Bank CIMB Niaga Tbk. 2011. Laporan Tahunan 2011 CIMB Niaga[Internet]. Jakarta (ID): Bursa Efek Indonesia. [diunduh 2013 Januari 7]. Tersedia pada http://www.idx.co.id.
PT Bank Pan Indonesia Tbk. 2011. Laporan Tahunan 2011 Panin [Internet]. Jakarta (ID): Bursa Efek Indonesia. [diunduh 2013 Januari 7]. Tersedia pada http://www.idx.co.id.
PT Bank Permata Tbk. 2011. Laporan Tahunan 2011 Permata [Internet]. Jakarta (ID): Bursa Efek Indonesia. [diunduh 2013 Januari 7]. Tersedia pada http://www.idx.co.id.
PT Bank OCBC NISP Tbk. 2011. Laporan Tahunan 2011 OCBC NISP [Internet]. Jakarta (ID): Bursa Efek Indonesia. [diunduh 2013 Januari 7]. Tersedia pada http://www.idx.co.id.
PT Bank Central Asia Tbk. 2011. Laporan Tahunan 2011 BCA [Internet]. Jakarta (ID): Bursa Efek Indonesia. [diunduh 2013 Januari 7]. Tersedia pada http://www.idx.co.id.
PT Bank Mega Tbk. Laporan Tahunan 2011 Mega [Internet]. Jakarta (ID): Bursa Efek Indonesia. [diunduh 2013 Januari 7]. Tersedia pada http://www.idx.co.id.
PT Bank Danamon Tbk. 2011. Laporan Tahunan 2011 Danamon [Internet]. Jakarta (ID): Bursa Efek Indonesia. [diunduh 2013 Januari 7]. Tersedia pada http://www.idx.co.id.
Siamat D. 2005. Manajemen Lembaga Keuangan Edisi Kelima. Jakarta (ID): Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.
Sutaryono. 2008. Mengapa BII dilego [Internet]. Jakarta (ID): Sindo. [diunduh 2013 Maret 20]. Tersedia pada http:www.cbcindonesia.com.
Trochim W. 2006. Research social methods non probability sampling [Internet]. New York (US): Web Center for Social Knowledge Base. [diunduh 2013 Januari 10]. Tersedia pada http://www.socialresearchmethods.net
Uyanto. 2009. Pedoman Analisis Data Dengan SPSS Edisi Ketiga. Yogyakarta (ID): Graha Ilmu.
(2)
Vivanews. 2011. BI: Perbankan RI Kalah Efisien di ASEAN [Internet]. Jakarta (ID): PT Viva Media Baru. [2013 Maret 10]. Tersedia pada http://www. http://bisnis.news.viva.co.id
Vivanews. 2013. KPPU: Perbankan RI Paling Tidak Efisien di ASEAN [Internet]. Jakarta (ID): PT Viva Media Baru. [2013 Maret 10] Tersedia pada http://www. http://bisnis.news.viva.co.id
Wati. 2011. Analisis Perbandingan Kinerja Keuangan Bank Syariah dengan Bank Konvensional [Skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
(3)
(4)
Lampiran 1. Rasio keuangan bank BUMN
NAMA BANK
RASIO KEUANGAN
TAHUN
2007 2008 2009 2010 2011
BRI
CAR 15,84 13,18 13,20 13,76 14,96
NPL 0,88 0,85 1,08 0,74 0,42
ROA 4,61 4,18 3,73 4,64 4,93
BOPO 69,80 72,65 77,64 70,86 66,69
LDR 68,80 79,93 80,88 75,17 76,20
NAMA BANK
RASIO KEUANGAN
TAHUN
2007 2008 2009 2010 2011
BANK MANDIRI
CAR 20,75 15,70 15,66 14,70 15,13
NPL 1,32 0,97 0,32 0,54 0,50
ROA 2,40 2,69 3,13 3,63 3,37
BOPO 75,85 73,65 70,72 65,63 67,20
LDR 52,02 56,89 59,15 65,44 71,61
NAMA BANK
RASIO KEUANGAN
TAHUN
2007 2008 2009 2010 2011
BTN
CAR 22,13 16,14 21,54 16,74 15,03
NPL 2,81 2,66 2,75 2,66 2,23
ROA 1,92 1,80 1,47 2,05 2,03
BOPO 85,89 86,18 88,29 82,39 81,75 LDR 92,38 101,83 101,29 108,42 102,57
NAMA BANK
RASIO KEUANGAN
TAHUN
2007 2008 2009 2010 2011
BNI
CAR 15,70 13,50 13,80 18,60 17,60
NPL 4,00 1,70 0,80 1,10 0,50
ROA 0,90 1,10 1,70 2,50 2,90
BOPO 93,00 90,20 84,90 76,00 72,60
(5)
Lampiran 2. Rasio keuangan bank non-BUMN
NAMA BANK
RASIO KEUANGAN
TAHUN
2007 2008 2009 2010 2011
PANIN
CAR 21,58 20,31 21,79 16,65 17,45
NPL 1,76 2,15 1,60 2,68 0,92
ROA 3,14 1,75 1,78 1,76 2,02
BOPO 73,47 84,56 84,27 83,49 80,26
LDR 92,36 78,93 73,31 74,22 80,36
NAMA BANK
RASIO KEUANGAN
TAHUN
2007 2008 2009 2010 2011
CIMB NIAGA
CAR 17,06 15,60 13,88 13,47 13,16
NPL 1,94 1,42 1,05 1,92 1,46
ROA 2,49 1,10 2,10 2,75 2,85
BOPO 78,44 88,26 82,98 76,80 76,10
LDR 79,30 87,84 95,11 88,04 94,41
NAMA BANK
RASIO KEUANGAN
TAHUN
2007 2008 2009 2010 2011
BCA
CAR 19,22 15,78 15,33 13,50 12,75
NPL 0,15 0,14 0,12 0,24 0,22
ROA 3,34 3,42 3,40 3,51 3,82
BOPO 66,73 66,76 68,68 65,12 60,87
LDR 43,61 53,78 50,27 55,16 61,67
NAMA BANK
RASIO KEUANGAN
TAHUN
2007 2008 2009 2010 2011
BII
CAR 19,81 19,52 14,71 12,74 12,03
NPL 2,23 2,00 1,58 1,74 1,10
ROA 1,44 1,11 -0,13 0,85 1,11
BOPO 96,28 94,68 100,77 92,26 92,75
(6)
Lanjutan Lampiran 2
NAMA BANK
RASIO KEUANGAN
TAHUN
2007 2008 2009 2010 2011
BANK MEGA
CAR 11,84 16,09 18,01 15,03 11,86
NPL 1,05 0,79 1,70 0,74 0,71
ROA 2,33 1,98 1,77 2,45 2,29
BOPO 79,21 83,15 85,91 77,79 81,84
LDR 46,74 64,67 56,82 53,03 63,75
NAMA BANK
RASIO KEUANGAN
TAHUN
2007 2008 2009 2010 2011
NISP
CAR 17,75 18,95 20,45 17,63 13,75
NPL 2,20 1,62 1,44 0,94 0,59
ROA 1,29 1,51 1,91 1,29 1,91
BOPO 84,07 80,21 76,88 83,25 79,85
LDR 91,28 79,77 73,26 80,00 87,04
NAMA BANK
RASIO KEUANGAN
TAHUN
2007 2008 2009 2010 2011
BANK DANAMON
CAR 20,30 15,40 17,55 13,25 16,62
NPL 1,04 1,31 2,38 0,00 0,15
ROA 2,40 2,01 1,78 3,34 2,84
BOPO 73,10 85,77 86,46 74,93 80,17
LDR 88,10 86,42 88,76 93,82 98,33
NAMA BANK
RASIO KEUANGAN
TAHUN
2007 2008 2009 2010 2011
BANK PERMATA
CAR 13,30 10,80 12,20 14,10 14,10
NPL 1,50 1,10 1,50 0,70 0,60
ROA 1,90 1,70 1,40 1,90 1,70
BOPO 84,80 88,90 89,20 84,80 85,40 LDR 88,00 81,80 90,60 87,50 83,10