NPL pada tahun 2008 dan 2010 berada di atas kisaran 2. Secara persentase NPL Bank Panin mengalami penurunan, total kredit
bermasalah mengalami kenaikan yaitu dari Rp 2.429 miliar pada akhir 2010 menjadi Rp 2.444 miliar di akhir 2011. Penurunan presentase
tersebut dikarenakan pertumbuhan kredit yang cukup tinggi sebesar 24 atau Rp 13.396 miliar. Persentase NPL Bank masih berada dalam
batas normal yang ditentukan oleh BI, yakni di bawah limit maksimum NPL sebesar 5. Jumlah kredit bermasalah diupayakan terus ditekan
melalui sistem dan prosedur penanganan kredit bermasalah, termasuk prosedur pelaksanaan restrukturisasi kredit serta pembentukan satuan
kerja di kantor cabang dan kantor pusat yang secara khusus bertugas menangani dan mencari solusi atas penyelesaian kredit bermasalah
Laporan Tahun Bank Panin, 2011. NPL Bank BUMN sebesar 1,44 lebih baik atau lebih tinggi
dari rata-rata NPL total industri sebesar 1,29 dikarenakan tingginya NPL Bank BTN yang mencapai angka di atas 2. Untuk NPL Bank
Non-BUMN dengan nilai sebesar 1,21 lebih baik daripada nilai NPL Bank BUMN sebesar 1,44. Hal ini menunjukan secara keseluruhan
rata-rata Bank Non-BUMN memiliki kredit bermasalah yang lebih sedikit atau tingkat kualitas kreditur yang lebih baik pada aspek
kualitas aktiva produktif dibandingkan dengan Bank BUMN.
4.2.5 Uji Statistik Rasio NPL
Uji statistik yang dipakai untuk membandingkan rasio NPL adalah dengan uji statistik independent sample t-test dengan
menggunakan software SPSS. Hasil yang didapat adalah sebagai berikut :
Tabel 10. Rata-rata rasio NPL
KODE_BANK N
Mean Std. Deviation
Std. Error Mean NPL
1 20
1,4415 1,04451
,23356 2
40 1,2120
,70898 ,11210
1=Bank BUMN ; 2=Bank non-BUMN
Pada Tabel 10 terlihat bahwa rata-rata mean NPL Bank BUMN lebih besar daripada Bank Non-BUMN dengan nilai NPL
sebesar 1,44 dan untuk NPL rata-rata Mean Bank Non-BUMN dengan nilai sebesar 1,21. Semakin rendah nilai NPL, maka semakin
baik tingkat kesehatan kualitasnya likuiditas. Terlihat rata-rata mean NPL untuk kedua kelompok tersebut hanya berselisih sekitar 0,32.
Menurut Bank Indonesia, bahwa standar NPL yang baik pada suatu bank adalah maksimal sebesar 5 . Jika dilihat dari ketentuan Bank
Indonesia maka kedua kelompok bank ini antara Bank BUMN dan Bank Non-BUMN memiliki NPL yang ideal yaitu di bawah ketentuan
maksimal Bank Indonesia sebesar 5. Untuk standar deviasi sebesar 1,04 dan 0,71 masih di bawah rata-rata mean menunjukan data untuk
NPL masih cukup baik.
Tabel 11. Hasil uji statistik independent sample t-test NPL
Levenes Test for Equality of
Variances t-test for Equality of Means
F Sig.
t df
Sig. 2-tailed Mean
Differen ce
Std. Error
Differen ce
95 Confidence Interval of the
Difference NPL
Equal variances
assumed 5,417
,023 1,005
58 ,319
,22950 ,22837
-,22764 ,68664
Equal variances
not assumed
,886 28,037
,383 ,22950
,25907 -,30114
,76014
Pada Tabel 11 uji statistik independent sample t-test, pada F hitung menunjukkan nilai 5,417 dengan probabilitas 0,23. Probabilitas
lebih kecil daripada tingkat signifikansi 5, maka 0,023 0,05 dapat dinyatakan H0 ditolak atau dikatakan kedua varian adalah berbeda.
Bila kedua varian berbeda, maka selanjutnya mellihat t hitung menggunakan dasar equal variance not-assumed
diasumsi kedua varian berbeda. t hitung bernilai 1,005 dengan probabilitas 0,383.
Probabilitas 0,383 lebih besar daripada tingkat signifikansi 5, maka
0,383 0,05 dapat dinyatakan H0 diterima atau dikatakan bahwa kinerja rata-rata mean rasio NPL pada Bank BUMN dan non-BUMN tidak
terdapat perbedaan yang signifikan.
4.2.6 Analisis Rasio ROA Return On Asset