Analisis Rasio ROA Return On Asset

0,383 0,05 dapat dinyatakan H0 diterima atau dikatakan bahwa kinerja rata-rata mean rasio NPL pada Bank BUMN dan non-BUMN tidak terdapat perbedaan yang signifikan.

4.2.6 Analisis Rasio ROA Return On Asset

Rasio ini digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen bank dalam memperoleh keuntungan laba secara keseluruhan. Semakin besar ROA suatu bank, maka semakin besar pula tingkat keuntungan yang dicapai bank tersebut dan semakin baik pula posisi bank tersebut dari segi penggunaan asset. Standar ROA menurut Bank Indonesia adalah berkisar antara 0,5-1,25 Surat Edaran Bank Indonesia no.623DPNP, 2004. Tabel 12. Rasio ROA Rasio ROA Nama Bank 2007 2008 2009 2010 2011 Rata-Rata Mandiri 2,40 2,69 3,13 3,63 3,37 3,04 BRI 4,61 4,18 3,73 4,64 4,93 4,42 BNI 0,90 1,10 1,70 2,50 2,90 1,82 BTN 1,92 1,80 1,47 2,05 2,03 1,85 Rata-rata Bank BUMN 2,46 2,44 2,51 3,21 3,31 2,78 BCA 3,34 3,42 3,40 3,51 3,82 3,50 CIMB Niaga 2,49 1,10 2,10 2,75 2,85 2,26 Danamon 2,40 2,01 1,78 3,34 2,84 2,47 Panin 3,14 1,75 1,78 1,76 2,02 2,09 Permata 1,90 1,70 1,40 1,90 1,70 1,72 BII 1,44 1,11 -0,13 0,85 1,11 0,88 Bank Mega 2,33 1,98 1,77 2,45 2,29 2,16 NISP 1,29 1,51 1,91 1,29 1,91 1,58 Rata-rata Bank Non-BUMN 2,29 1,82 1,75 2,23 2,32 2,08 Rata-Rata ROA 2,32 Sumber: Data diolah 2013 Pada Tabel 12 rasio ROA terlihat Bank BRI mempunyai ROA diatas rata rata sebesar 4,42 dimana pada tahun 2011 merupakan ROA terbesar selama kurun waktu 5 tahun terakhir. Membaiknya komposisi kredit mikro yang memberikan yield tinggi semakin besar, meningkat kontribusi fee based income dan meningkatnya leverage, menyebabkan ROA BRI mengalami tren peningkatan selama kurun waktu 3 tahun terakhir. ROA BRI meningkat menjadi 4,93 pada posisi desember 2011 dari 4,64 pada posisi tahun sebelumnya jauh di atas ROA perbankan nasional. BRI berhasil mencatat laba bersih menjadi sebesar Rp 15,09 triliun pada tahun 2011 dibandingkan tahun sebelumnya yang sebesar Rp 11,47 triliun pada tahun 2010. Sedangkan pada laba sebelum pajak pada tahun 2010 tercatat sebesar Rp 14,91 triliun rupiah dan tahun 2011 sebesar Rp 18,76 triliun rupiah yang berimbas pada kenaikan ROA pada tahun 2011. BRI berhasil membukukan kinerja keuangan yang memuaskan didukung oleh strategi pertumbuhan bisnis yang berkesinambungan dan landasan keuangan yang kokoh Laporan Tahunan BRI, 2011. Dengan ROA yang besar, maka pengaruhnya adalah keuntungan yang besar pula. Dengan keuntungan yang besar, maka laba yang dicetak dapat dipergunakan untuk memperkuat modal maupun memberikan deviden yang lebih besar bagi pemegang saham. Rata-rata ROA paling rendah pada kelompok Bank BUMN dimiliki oleh Bank BNI sebesar 1,82. Dalam kurun waktu 5 tahun rasio ROA BNI mengalami tren meningkat dari tahun 2007 sebesar 0,9 dan di tahun 2011 sebesar 2,9. Hal tersebut dikarenakan peningkatan laba sebelum pajak 36 dari tahun 2010 sebesar 5,485 triliun menjadi sebesar 7,461 triliun rupiah pada tahun 2011. Peningkatan signifikan ini didorong oleh pertumbuhan pendapatan bunga bersih, terutama dari pendapatan bunga pinjaman yang diberikan dan bunga penempatan pada bank. Selain itu, pendapatan operasional lainnya juga meningkat terutama dari pendapatan provisi dan komisi serta keuntungan penjualan surat berharga Laporan Tahun BNI, 2011. Sedangkan pada total aset pada tahun 2007 sebesar 182.007.749 juta rupiah meningkat mencapai 299,1 triliun di tahun 2011 serta laba sebelum pajak pada tahun 2011 mencapai 7.398.375 juta rupiah Rata-rata ROA paling rendah dimiliki oleh Bank BII dengan nilai 0,88 dengan ROA yang mencapai minus pada tahun 2009 dengan nilai rasio -0,13. Terlihat dari ROA minus 13 karena kerugian laba sebelum pajak sebesar 29.237 juta rupiah dengan total aset sebesar 58.701.483 juta rupiah. Hal tersebut mencerminkan Bank BII mengalami kerugian dan ditambah meningkatnya total aset yang dicatat pada tahun 2009. Dalam laporan tahunan 2009 diungkapkan bahwa Bank BII mengalami kerugian karena memperoleh pendapatan non operasional „one off’ dari pelepasan dan penjualan aset kantor luar negeri yang tidak beroperasi lagi dan terdapat pembentukan beban penyisihan kerugian aset produktif dan non produktif termasuk estimasi kerugian komitmen dan kontinjensi sebesar 1.692.826 juta, karena bank menerapkan kebijakan yang lebih konservatif pada penyisihan kerugian aset produktif dan non produktif setelah melakukan penilaian menyeluruh terhadap portofolio yang ada. Bank BCA memiliki rata-rata rasio ROA paling besar diantara Bank Non-BUMN lainnya dengan nilai ROA sebesar 3,5 dan ROA tertinggi pada tahun 2011 dengan nilai ROA sebesar 3,82. Tercata total aset pada tahun 2010 meningkat dari sebesar 320.585.907 juta rupiah menjadi 377.250.966 juta rupiah pada tahun 2011. Sedangkan Laba sebelum pajak pada tahun 2010 sebesar 10.653 miliar meningkat menjadi 13.619 miliar pada tahun 2011. Kuatnya menjaga dan meningkatkan kompetensi intinya BCA pada bidang perbankan transaksi serta kuatnya pertumbuhan laba bersih tersebut karena didukung oleh tingginya aktivitas bisnis baik di bidang kredit maupun jasa penyelesaian pembayaran menghasilkan laba yang besar sehingga tercipta ROA yang cukup tinggi. Faktor lainnya margin bunga bersih dan efisiensi biaya dapat dipertahankan oleh Bank BCA selama tahun 2011 Laporan tahun BCA 2011. Rata-rata ROA Bank BUMN sebesar 2,78 lebih besar daripada rata-rata Bank non-BUMN sebesar 2,08 dan rata-rata total industri sebesar 2,32. ROA yang tinggi pada Bank BUMN dikarenakan Bank mandiri dan Bank BRI memiliki ROA yang sangat tinggi karena Bank BRI memiliki rata-rata ROA 4,42 dan rata-rata Bank Mandiri sebesar 3,04. Hal ini dapat dikatakan pula bahwa secara keseluruhan rata-rata ROA Bank BUMN memiliki tingkat laba terhadap aset yang lebih baik pada aspek rentabilitas dibandingkan dengan Bank Non-BUMN.

4.2.7 Uji Statistik Rasio ROA