kedua kelompok bank ini antara Bank BUMN dan Bank Non-BUMN memiliki ROA masih cukup baik yaitu berada di atas 1. untuk
standar deviasi sebesar 1,21 dan 0,84 masih di bawah rata-rata mean menunjukan data untuk ROA cukup baik.
Tabel 14. Hasil uji statistik independent sample t-test ROA
Levenes Test for Equality of
Variances t-test for Equality of Means
F Sig.
t df
Sig. 2-tailed
Mean Difference
Std. Error Difference
95 Confidence Interval of the
Difference ROA
Equal variances
assumed 5,366
,024 2,604
58 ,012
,69625 ,26740
,16099 1,23151
Equal variances
not assumed
2,312 28,477
,028 ,69625
,30119 ,07975
1,31275
Pada Tabel 14 uji statistik independent sample t-test, pada F hitung menunjukkan nilai 5,366 dengan probabilitas 0,025.
Probabilitas 0,025 lebih kecil daripada tingkat signifikansi 5, maka 0,024 0,05 dapat dinyatakan H0 ditolak atau dikatakan kedua varian
adalah berbeda. Bila kedua varian berbeda, maka selanjutnya melihat t hitung
menggunakan dasar equal variance not-assumed diasumsi kedua varian tidak sama berbeda. Pada t hitung bernilai 2,312 dengan
probabilitas 0,028. Probabilitas lebih besar daripada tingkat signifikansi 5, maka 0,028 0,05 dapat dinyatakan H0 ditolak atau
dikatakan bahwa kinerja rata-rata mean rasio ROA pada Bank BUMN dan non-BUMN terdapat perbedaan yang signifikan.
4.2.8 Analisis Rasio BOPO
Rasio ini digunakan untuk mengukur tingkat efisiensi dan kemampuan bank dalam melakukan kegiatan operasinya. Semakin
rendah tingkat BOPO, maka semakin efisien tingkat biaya operasional yang dikeluarkan oleh bank tersebut. Biaya dan pendapatan
operasional bank didominasi oleh biaya bunga dan pendapatan bunga
mengingat tugas bank adalah sebagai penghimpun dan penyalur dana. Rasio BOPO yang baik dari standar Bank Indonesia adalah sekitar
94-96 Surat Edaran Bank Indonesia no.623DPNP, 2004.
Tabel 15. Rasio BOPO
Rasio BOPO Nama Bank
2007 2008
2009 2010
2011 Rata-Rata Mandiri
75,85 73,65
70,72 65,63 67,20 70,61
BRI 69,80
72,65 77,64 70,86 66,69
71,53 BNI
93,00 90,20
84,90 76,00 72,60 83,34
BTN 85,89
86,18 88,29 82,39 81,75
84,90 Rata-rata Bank
BUMN
81,14 80,67
80,39 73,72
72,06 77,60
BCA 66,73
66,76 68,68 65,12 60,87
65,63 CIMB Niaga
78,44 88,26
82,98 76,80 76,10 80,52
Danamon 73,10
85,77 86,46 74,93 80,17
80,09 Panin
73,47 84,56
84,27 83,49 80,26 81,21
Permata 84,80
88,90 89,20 84,80 85,40
86,62 BII
96,28 94,68 100,77 92,26 92,75
95,35 Bank Mega
79,21 83,15
85,91 77,79 81,84 81,58
NISP 84,07
80,21 76,88 83,25 79,85
80,85 Rata-rata Bank
Non-BUMN
79,51 84,04
84,39 79,81
79,66 81,48
Rata-rata BOPO 80,19
Sumber: Data diolah 2013 Pada Tabel 15 dari rata-rata rasio BOPO, yang paling rendah
adalah BRI dan Mandiri dengan masing masing BOPO sebesar 71,53 dan 70,61. Hal ini mencerminkan dalam tingkat biaya kegiatan
operasional yang efisien. BOPO Bank BRI mengalami penurunan cukup drastis dari tahun 2009 sebesar 77,64 menjadi 66,69 pada
tahun 2011. sepanjang tahun 2011 manajemen BRI fokus pada pembenahan kualitas kredit dan selektif dalam menyalurkan kredit.
Selama tahun 2011, total kredit BRI tumbuh sebesar 16,64, naik
sebesar 42,03 triliun rupiah, dari 252,49 rupiah triliun di tahun 2010 menjadi 294,52 triliun rupiah di tahun 2011. Membaiknya kualitas
kredit disertai dengan komposisi portofolio kredit yang tetap didominasi oleh kredit mikro, menyebabkan pendapatan bunga selama
tahun 2011 tetap tumbuh sebesar 7,96 dari 44,62 triliun rupiah di tahun 2010 menjadi 48,16 triliun di tahun 2011 Faktor yang
menyebabkan BRI mampu menekan BOPO sehingga pendapatan BRI lebih meningkat dibandingkan biaya operasional karena kualitas
penyaluran kredit yang meningkat, tingginya imbal hasil, serta meningkatnya LDR BRI yang didukung oleh peningkatan efisiensi
kegiatan operasional yang telah dilakukan oleh BRI. Bank Mandiri pada tahun 2010 dengan BOPO sebesar 65,63
merupakan BOPO paling rendah diantara 12 bank dan terendah dalam kurun waktu 5 tahun terakhir. Faktor yang menyebabkan bank mandiri
dapat menekan BOPO karena meningkatnya pendapatan bunga di tahun 2009 sebesar 32.599 milyar menjadi 33.932 pada tahun 2010
serta beban bunga menurun dari 15.822 miliar di tahun 2009 menjadi 14.413 miliar. Membaiknya kolektibilitas kredit pada Bank Mandiri
merupakan faktor pendapatan meningkat di tahun 2010. BOPO untuk kelompok Bank BUMN tertinggi dimiliki oleh
Bank BTN dengan nilai rata-rata BOPO sebesar 84,90. Hal tersebut dikarenakan pada tahun 2009 mencapai angka 88,29. Pada tahun
2009 beban operasional 6.097.339 juta rupiah dengan pendapatan operasional sebesar 5.293.676 juta rupiah. Untuk BOPO dari
kelompok Bank Non-BUMN tertinggi dimiliki oleh Bank BII dengan perolehan BOPO sebesar 100,77. Peningkatan rasio BOPO ini
terutama dipengaruhi oleh naiknya beban operasional lainnya di luar beban penyisihan kerugian aset produktif dan non-produktif serta
estimasi kerugian komitmen dan kontinjensi dari 2.752.830 juta pada 2008 menjadi 3.023.744 juta pada tahun 2009. Hasil ini mencerminkan
tingkat efiensi yang kurang baik serta biaya atau beban operasional lebih besar daripada pendapatan operasional. Peningkatan rasio BOPO
ini terutama dipengaruhi oleh naiknya beban operasional berupa beban administrasi, beban tenaga kerja dan beban operasional lainnya.
Rata-rata BOPO terendah pada kelompok Bank non-BUMN dimiliki oleh Bank BCA sebesar 65,63. Bank BCA tetap konsisten
mempertahankan Rasio BOPO di kisaran 60 selama kurun waktu 5 tahun. Tercatat pendapatan dan beban bunga pada tahun 2011 sebesar
24.414.523 juta rupiah dan 7.543.012 juta rupiah. Pada tahun 2011, BCA mencatat Beban Operasional sebesar Rp 10,9 triliun, naik 14,2
dari Rp 9,6 triliun di tahun 2010. Beban Umum dan Administrasi meningkat 14,0 menjadi Rp 5,5 triliun sejalan dengan peningkatan
beban operasional harian, beban promosi, dan beban sewa sepanjang tahun 2011. Peningkatan beban penyusutan dan amortisasi terutama
disebabkan karena oleh investasi untuk peningkatan layanan transaksi perbankan Laporan Tahunan BCA, 2011. Walaupun Bank BCA
mengalami peningkatan beban operasional, tetapi Bank BCA dapat menjaga kestabilan rendahnya BOPO dikarenakan faktor peningkatan
pendapatan bunga yang berasal dari pemberian kredit naik 19,0 menjadi Rp 16,0 triliun di tahun 2011, yang pada gilirannya
meningkatkan keseluruhan pendapatan bunga BCA sebesar 18,9 menjadi Rp 24,6 triliun. Pendapatan bunga yang berasal dari
pemberian kredit memberikan kontribusi terbesar, yaitu 65,0 dari jumlah pendapatan bunga di tahun 2011 Laporan Tahunan BCA,
2011. Menurut Komisi Pengawas Persaingan Usaha KPPU tingkat
BOPO perbankan nasional merupakan yang paling tinggi di ASEAN, diaman mencerminkan ketidakefisienan. Bank Indonesia berusaha
menekan BOPO perbankan di Indonesia agar mencapai angka 60-70 persen. Upaya ini bertujuan agar sejajar dengan BOPO perbankan se-
ASEAN yang sudah lebih dulu memiliki rasio sebesar 40-60 persen vivanews, 2013. Sedangkan menurut Gubernur Bank Indonesia
Darmin Nasution, rasio BOPO perbankan di kawasan ASEAN berada antara 40-60 persen mencerminkan bahwa ketidakefisienan ini
memberikan kontribusi pada penetapan suku bunga kredit yang tinggi Vivanews, 2011. Dari uraian tersebut, perbankan harus dapat
meningkatkan tingkat efisiensi biaya agar perbankan Indonesia dapat lebih bersaing dalam tingkat nasional maupun internasional.
Rata-rata total industri untuk BOPO sebesar 8,19. Kelompok Bank BUMN sebesar 77,60 lebih rendah dari rata-rata industri
BOPO total maupun dan rata-rata Bank non-BUMN sebesar 81,49. Hal ini menunjukan pada rata-rata keseluruhan BOPO bahwa Bank
BUMN memiliki tingkat efisiensi terhadap faktor biaya yang lebih baik dibandingkan dengan Bank Non-BUMN.
4.2.9 Uji Statistik Rasio BOPO