2002. Di tahun 2004, Standard Chartered Bank dan PT Astra International Tbk mengambil alih kepemilikan gabungan menjadi 89,01.
Bank Permata mempunyai 280 kantor termasuk kantor cabang, kantor cabang pembantu, mobil kas, kantor kas dan cabang Syariah, 253
office channeling Syariah, 700 ATM milik sendiri yang tersebar di 56 kota di seluruh Indonesia dan akses terhadap lebih dari 40.000 ATM yang
terhubung dengan Visa Plus, Visa Electron, Master Card, Alto, ATM Bersama dan ATM Prima. Bank Permata mempunyai total aset sebesar Rp
101.540 miliar di tahun 2011 meningkat dari tahun 2010 Rp 82.783 miliar serta berperingkat ke 8 dari total aset bank Laporan Tahunan Permata,
2011.
4.2. Kinerja Keuangan dan Pengujian Hipotesis
4.2.1 Uji Normalitas
Sebelum melangkah pada pengujian statistik penelitian, maka harus dilihat apakah data terdistribusi normal atau tidak. Jika data
terdistribusi normal maka uji parametrik dapat dilakukan, jika data tidak terdistribusi normal maka uji non-parametrik yang menjadi
pilihan alternatif lainnya.
Tabel 5. Uji normalitas kolmogorov-smirnov
CAR NPL
ROA BOPO
LDR KINERJA
N 60
60 60
60 60
60 Normal
Parametersa,b Mean
15,9830 1,2885
2,3198 80,1852
77,6535 1,80
Std. Deviation 2,88169
,83397 1,02312
8,65850 15,58513
,798 Most Extreme
Differences Absolute
,103 ,123
,137 ,077
,113 ,242
Positive ,103
,123 ,137
,051 ,059
,242 Negative
-,066 -,064
-,067 -,077
-,113 -,199
Kolmogorov-Smirnov Z ,799
,951 1,064
,593 ,876
1,873 Asymp. Sig. 2-tailed
,546 ,327
,208 ,873
,427 ,002
a Test distribution is Normal. b Calculated from data.
Pada Tabel 5 di atas untuk tingkat probabilitas variabel CAR 0,5460, NPL 0,327, ROA 0,208, BOPO 0,873, LDR 0,427
bernilai lebih dari tingkat signifikansi 5 α=0,05, H0 ditolak
sehingga dapat dikatakan bahwa data terdistribusi secara normal dan uji parametrik dapat dilakukan. Sedangkan untuk tingkat probabilitas
variabel kinerja 0,002 bernilai kurang dari tingkat signifikansi 5 α=0,05, H0 diterima sehingga dapat dikatakan bahwa data
terdistribusi tidak normal, maka uji parametrik tidak dapat dilakukan dan harus menggunakan uji non-parametrik sebagai alternatif
pengganti. Uji parametrik yang dipakai apabila data normal menggunakan uji statistik independent sample t-test dan apabila data
tidak normal maka menggunakan uji non-parametrik mann-whitney sebagai alternatif dari uji independent sample t-test.
4.2.2 Analisis Rasio CAR Capital Adequacy Ratio
Aspek permodalan yang ada didasarkan kepada kewajiban penyediaan modal minimum bank dan penilaian tersebut salah satunya
didasarkan kepada CAR Capital Adequacy Ratio yang telah ditetapkan BI. Setiap Bank wajib memenuhi kecukupan modalnya.
Bank Indonesia mewajibkan setiap bank umum menyediakan modal minimum CAR sebesar 8 Darmawi, 2012. Semakin tinggi rasio
CAR suatu bank menunjukan bahwa bank tersebut semakin sehat serta kuat permodalannya. Rasio CAR sendiri dibentuk oleh total modal
terhadap Aktiva Tertimbang Menurut Resiko ATMR. Apabila terjadi peningkatan ATMR dan pembelian aktiva tetap, maka produktivitas
dapat berkurang. Hal ini mempengaruhi laba bank yang merupakan komponen dari modal itu sendiri. Apabila ketentuan rasio kecukupan
modal tidak terpenuhi, akan mengurangi kemampuan ekspansi kredit dan mempengaruhi tingkat kesehatan bank Darmawi, 2012.
Pada Tabel 6 terlihat selama 5 tahun rata-rata rasio CAR terbesar dimiliki oleh Bank Panin dengan CAR 19,56. Nilai
persentase tersebut mencerminkan bahwa modal bank yang dimiliki oleh Bank Panin jauh lebih besar daripada total ATMR. Hal ini
dikarenakan pada tahun 2007-2009 Rasio CAR Bank Panin berada di atas angka 20 serta di tahun 2009 dengan jumlah total modal
10.071.718 juta rupiah dan ATMR berjumlah 45.922.418 juta rupiah. Hal tersebut menunjukan dari tahun 2007 sampai dengan tahun 2011
mengalami penurunan hingga mencapai 17,45 karena adanya kenaikan ATMR menjadi 83.138.538 juta rupiah pada tahun 2011.
Tabel 6. Rasio CAR
Rasio CAR Nama Bank
2007 2008
2009 2010
2011 Rata-Rata Mandiri
20,75 15,70 15,66
14,70 15,13 16,39
BRI 15,84 13,18
13,20 13,76 14,96
14,19 BTN
22,13 16,14 21,54
16,74 15,03 18,32
BNI 15,70 13,50
13,80 18,60 17,60
15,84 Rata-Rata
Bank BUMN
18,61 14,63
16,05 15,95
15,68 16,18
BCA 19,22 15,78
15,33 13,50 12,75
15,32 CIMB Niaga
17,06 15,60 13,88
13,47 13,16 14,63
Danamon 20,30 15,40
17,55 13,25 16,62
16,62 Panin
21,58 20,31 21,79
16,65 17,45 19,56
Permata 13,30 10,80
12,20 14,10 14,10
12,90 BII
19,81 19,52 14,71
12,74 12,03 15,76
Bank Mega 11,84 16,09
18,01 15,03 11,86
14,57 NISP
17,75 18,95 20,45
17,63 13,75 17,71
Rata-rata Bank Non-BUMN
17,61 16,56
16,74 14,55
13,97 15,88
Rata-Rata 15,98
Sumber: Data diolah 2013 CAR pada Bank Panin terbilang sangat baik dikarenakan memiliki
CAR paling tinggi diantara semua Bank. Pada Tabel 6 rasio CAR Bank Panin tetap di atas rata-rata rasio CAR jika dilihat dengan nilai
rata-rata CAR Bank non-BUMN sebesar 15,88. Kekuatan permodalan Bank Panin masih terbilang sangat baik dan rasio
kecukupan modal CAR mengalami sedikit kenaikan dibandingkan dengan tahun sebelumnya yaitu pada tahun 2010 sebesar 16,65
menjadi 17,45 pada tahun 2011. Hal ini terutama karena peningkatan pada modal pelengkap, yakni dari hasil penerbitan Obligasi
Subordinasi Bank Panin III Tahun 2010 yang diperhitungkan untuk menjadi komponen modal, disertai juga oleh kenaikan dari aktiva
produktif, yakni fasilitas kredit yang diberikan yang mengalami kenaikan 24 Laporan Tahunan Panin, 2011. Bank Panin perlu
menjaga rasio CAR-nya pada kondisi seperti ini agar kondisi permodalan tetap terjaga kuat dan sehat.
Pada Bank BUMN, CAR terbesar dimiliki oleh BTN dengan nilai CAR rata-rata 5 tahun sebesar 18,32 dan masih di atas rata-rata
CAR Bank BUMN sebesar 16,18. Rata-rata CAR BTN termasuk besar karena pada tahun 2007 sampai dengan 2009 angka CAR
mencapai di atas kisaran 20 dengan nilai CAR 2007 sebesar 22,13 dan tahun 2009 sebesar 21.54. Total modal BTN pada tahun 2007
mencapai 2.990.130 juta rupiah dengan ATMR sebesar 13.509.283 juta rupiah yang kemudian total modal tersebut meningkat menjadi
5.576.488 juta rupiah dengan ATMR sebesar 25.634.825 juta rupiah pada tahun 2009. Dari tahun 2007 sampai dengan tahun 2011 BTN
mengalami hal yang serupa dengan Bank Panin yaitu penurunan nilai CAR. Nilai CAR BTN turun hingga mencapai 15,03 pada tahun
2011 yang merupakan CAR terendah untuk BTN selama kurun waktu 5 tahun terakhir karena pada tahun 2011 terjadi peningkatan
peningkatan signifikan atas aktiva produktif, khususnya peningkatan fasilitas kredit sehingga ATMR naik menjadi 46.373.034 juta rupiah di
tahun 2011 dari tahun 2010 sebesar 36.265.214 juta rupiah. Dilihat dari kelompok Bank BUMN CAR terendah adalah
Bank BRI dengan nilai rasio 14,19, di bawah rata-rata CAR Bank BUMN sebesar 16,18. Hal itu menunjukan CAR tersebut masih di
atas batas minimal CAR dari ketentuan Bank Indonesia sebesar 8 dan terbilang baik dan sehat tetapi harus terus ditingkatkan mengingat
permodalan merupakan hal yang penting untuk melakukan ekspansi kredit. Pada tahun 2008 sampai dengan tahun 2011 CAR BRI berada
dikisaran 13-14 dan 14,96 di tahun 2011 dengan total modal bertambah dari 31.711 miliar rupiah di tahun 2010 menjadi 41.816
miliar rupiah di tahun 2011 serta total ATMR meningkat dari 230.447 miliar rupiah di tahun 2010 menjadi 279.603 miliar rupiah di tahun
2011. Secara historis dari tahun 2007 sampai dengan tahun 2011, CAR BRI mengalami tren yang meningkat. Hal ini menunjukan komitmen
bank dalam kekuatan permodalan yang semakin baik dan sehat. Sedangkan Bank Permata merupakan bank terendah pada
kelompok Bank Non-BUMN sebesar 12,90 di bawah rata-rata Bank Non-BUMN sebesar 15,88 dengan jumlah modal pada tahun 2011
sebesar 11.419.858 juta rupiah dan ATMR sebesar 76.394.336 juta rupiah. Rasio kecukupan modal CAR Bank Permata tetap diatas
ketentuan minimum CAR sebesar 8 serta stabil pada akhir tahun 2010 dan 2011. Bank Permata selalu memonitor kecukupan modalnya
dengan berpedoman pada peraturan BI yang berlaku. Untuk mendukung pertumbuhan aset produktif dan sekaligus menjaga
struktur permodalan yang sehat, Bank Permata melakukan penerbitan obligasi subordinasi pada bulan Juni 2011 Laporan Tahunan Permata,
2011. Bank Permata kedepannya perlu melakukan peningkatan kekuatan modal agar dapat melakukan antisipasi fungsi dasar
kegunaan modal bank itu sendiri. Hal ini berlaku untuk semua bank yang ada. Fungsi dasar modal itu sendiri adalah membiayai organisasi
dan operasi sebuah bank, memberikan rasa perlindungan pada penabung dan kreditur, memberikan rasa percaya pada para penabung
dan pihak berwenang Darmawi, 2012. Rata-rata total CAR Bank Non-BUMN sebesar 15,98 di
bawah rata-rata CAR industri sebesar 15,98. Sedangkan untuk CAR Bank BUMN sebesar 16,18 berada di atas CAR industri maupun
CAR Bank Non-BUMN menunjukan kondisi CAR Bank BUMN lebih baik dari CAR Bank non-BUMN. Hal ini menunjukan bahwa secara
keseluruhan rata-rata CAR Bank BUMN memiliki tingkat permodalan yang lebih baik dan lebih sehat diantara Bank Non-BUMN.
4.2.3 Uji Statistik Rasio CAR