77,59 dan 81,48. Untuk standar deviasi sebesar 8,40 dan 8,59
masih di bawah rata-rata mean menunjukan data untuk BOPO cukup baik.
Tabel 17. Hasil uji statistik independent sample t-test BOPO
Levenes Test for Equality of
Variances t-test for Equality of Means
F Sig.
t df
Sig. 2-
tailed Mean
Difference Std. Error
Difference 95 Confidence
Interval of the Difference
BOPO Equal
variances assumed
,206 ,651
-1,663 58
,102 -3,88600
2,33652 -8,56304
,79104 Equal
variances not
assumed -1,676
38,903 ,102
-3,88600 2,31846
-8,57590 ,80390
Pada Tabel 17 uji statistik independent sample t-test, pada F hitung menunjukkan nilai 0,206 dengan probabilitas 0,651.
Probabilitas lebih besar daripada tingkat signifikansi 5, maka 0,651 0,05 dapat dinyatakan H0 diterima atau dikatakan kedua varian
adalah sama. Bila kedua varian sama, maka selanjutnya melihat t hitung
menggunakan dasar equal variance assumed
diasumsi kedua varian sama. Pada t hitung bernilai -1,663 dengan probabilitas 0,102.
Probabilitas 0,102 lebih besar daripada tingkat signifikansi 5, maka 0,102 0,05 dapat dinyatakan H0 diterima atau dikatakan bahwa kinerja
rata-rata mean rasio BOPO pada Bank BUMN dan Bank non-BUMN tidak terdapat perbedaan yang signifikan.
4.2.10 Analisis Rasio LDR Loan To Deposit Ratio
Rasio ini digunakan untuk mengetahui kemampuan bank dalam membayar kembali kewajiban kepada para nasabah yang telah
menanamkan dananya dengan kredit-kredit yang telah diberikan kepada para debiturnya. Rasio LDR yang tinggi menunjukkan bahwa
suatu bank meminjamkan seluruh dananya atau relatif semakin tidak likuid. Sebaliknya rasio yang rendah menunjukkan bank yang likuid
dengan kelebihan kapasitas dana yang siap untuk dipinjamkan. LDR merupakan indikator yang penting dalam penetapan Giro Wajib
Minimum GWM pada Bank Indonesia. GWM LDR adalah simpanan minimum yang wajib dipelihara oleh bank dalam bentuk saldo
Rekening Giro pada Bank Indonesia sebesar persentase dari DPK yang dihitung berdasarkan selisih antara LDR yang dimiliki oleh Bank
dengan LDR Target.
Tabel 18. Rasio LDR
Rasio LDR Nama Bank
2007 2008
2009 2010
2011 Rata-rata Mandiri
52,02 56,89
59,15 65,44
71,61 61,02
BRI 68,80
79,93 80,88
75,17 76,20
76,20 BNI
60,60 68,60
64,10 70,20
70,40 66,78
BTN 92,38 101,83 101,29 108,42 102,57
101,30 Rata-rata
Bank BUMN
68,45 76,81
76,36 79,81
80,20 76,32
BCA 43,61
53,78 50,27
55,16 61,67
52,90 CIMB Niaga 79,30
87,84 95,11
88,04 94,41
88,94 Danamon
88,10 86,42
88,76 93,82
98,33 91,09
Panin 92,36
78,93 73,31
74,22 80,36
79,84 Permata
88,00 81,80
90,60 87,50
83,10 86,20
BII 88,01
86,53 82,93
89,03 95,07
88,32 Bank Mega
46,74 64,67
56,82 53,03
63,75 57,00
NISP 91,28
79,77 73,26
80,00 87,04
82,27 Rata-rata
Bank Non- BUMN
77,18 77,47
76,38 77,60
82,97 78,32
Rata-rata LDR 77,65
Sumber: Data diolah 2013
Jadi dapat disimpulkan LDR suatu Bank dapat mempengaruhi GWM yang akan disetorkan kepada Bank Indonesia. Standar terbaik LDR
menurut Bank indonesia adalah berkisar dari 78-100 Peraturan Bank Indonesia
no. 1219PBI2010 tentang giro wajib minimum bank umum pada bank indonesia dalam rupiah dan valuta asing, 2010.
Dari Tabel 18 menunjukkan untuk rasio LDR tertinggi dimiliki oleh Bank BTN dengan nilai LDR rata-rata sebesar 101,298 dengan
LDR tertinggi pada tahun 2010 sebesar 108,42 yang disebabkan Total dana pihak ketiga pada tahun 2010 tersebut sebesar 47.546.047
juta rupiah dengan jumlah kredit yang diberikan sebesar 48.702.920 juta rupiah. Rasio LDR Bank BTN di atas rata-rata LDR kelompok
Bank BUMN sebesar 76,32. Pada nilai rasio ini menunjukan tingkat LDR yang cukup likuid
menurut standar Bank Indonesia tetapi jika dilihat dari Tabel 18 menunjukkan untuk rasio LDR tertinggi dimiliki oleh Bank BTN
dengan nilai LDR rata-rata 5 tahun sebesar 101,30 dengan LDR tertinggi pada tahun 2010 sebesar 108,42 yang disebabkan total dana
pihak ketiga pada tahun 2010 tersebut sebesar 47.546.047 juta rupiah lebih sedikit dibandingkan dengan jumlah kredit yang diberikan
sebesar 48.702.920 juta rupiah. Hal ini dapat dikatakan Bank BTN kurang likuid dimana dana pihak ketiga lebih sedikit dibandingkan
dengan jumlah kredit yang diberikan. Idealnya pada suatu bank adalah dimana dana pihak ketiga seharusnya lebih besar daripada jumlah
kredit yang diberikan agar rasio LDR tetap terjaga pada standar Bank Indonesia sebesar 78-100. Dari hal tersebut dapat terlihat fokus
dari Bank BTN sebagai Bank dengan target utama menyalurkan Kredit Kepemilikan Rumah KPR. Walaupun demikian, Bank BTN harus
dapat lebih meningkatkan perolehan dana pihak ketiga agar rasio LDR bisa mencapai angka ideal 78 hingga 100 menurut Bank Indonesia.
Rasio LDR Bank BTN di atas rata-rata LDR kelompok Bank BUMN sebesar 76,32. Nilai rasio ini menunjukan tingkat LDR yang cukup
likuid menurut standar Bank Indonesia tetapi jika dilihat dari bank
pesaing, menunjukan bahwa Bank BTN merupakan Bank yang mempunyai likuiditas paling rendah.
Rasio kredit terhadap Simpanan LDR menurun dari 108,42 di 2010 menjadi 102,57 di 2011, yang
disebabkan oleh peningkatan simpanan sebagai sumber pembiayaan yang lebih tinggi dari peningkatan kredit sebagai aset pada tahun 2011.
Kelompok Bank BUMN yang memiliki rata-rata LDR terendah adalah Bank Mandiri dengan nilai sebesar 61,02 di bawah rata-rata
LDR Bank BUMN sebesar 66,78. Menunjukan tingkat likuiditas yang baik tetapi diluar standar ketentuan Bank Indonesia sebesar 78
sampai dengan 100. Agar mencapai standar Bank Indonesia tersebut, Bank Mandiri perlu menambah kapasitas penyaluran kredit yang lebih
besar agar LDR bisa meningkat mencapai standar Bank Indonesia tersebut. Dana pihak ketiga yang dimiliki Bank Mandiri pada tahun
2011 mencapai sebesar 384.728.603 juta rupiah dari sebesar 380.236.178 juta rupiah pada tahun 2010. Untuk kredit yang diberikan
sebesar 273.962.101 juta rupiah pada tahun 2011. Rasio LDR terendah pada kelompok Bank Non-BUMN
dimiliki oleh Bank BCA dengan nilai rata-rata LDR 52,90 dan di tahun 2011 memiliki LDR sebesar 61,67. LDR Bank BCA di bawah
rata-rata kelompok Bank Non-BUMN dengan nilai sebesar 78,32. Tercatat pada tahun 2011 dana pihak ketiga Bank BCA sebesar
323.428 miliar rupiah dari 277.531 miliar di tahun 2010 serta jumlah kredit yang diberikan pada tahun 2011 sebesar 198.440 miliar rupiah.
Angka ini menunjukan likuiditas yang baik mengingat semakin rendahnya LDR maka semakin dana pihak ketiga jauh lebih besar
dibandingkan total pembiayaan yang disalurkan. Kenaikan nilai rasio dari tahun 2010 sebesar 55,16 menjadi 61,67 di tahun 2011
menunjukan kenaikan dalam penyaluran total pembiayaan atau jumlah kredit yang disalurkan.
LDR tertinggi pada kelompok Bank Non-BUMN dimiliki oleh Bank danamon sebesar 91,09. Pada tahun 2011 LDR Bank Danamon
mencapai angka 98,33 dikarenakan jumlah kredit yang meningkat
dari tahun 2010 sebesar 82.658 miliar menjadi sebesar 101.678 miliar pada tahun 2011. Walaupun demikian, LDR Bank Danamon tetap
berada pada standar LDR Bank Indonesia sebesar 78-100. Sehingga dapat dikatakan Bank Danamon mempunyai likuiditas yang
baik. Danamon memiliki pendanaan yang stabil melalui diversifikasi sumber pendanaan yang beragam untuk mengelola risiko likuiditas dan
risiko tingkat suku bunga dalam neraca Laporan Tahunan Danamon, 2011. Tetapi jika dilihat secara tren, LDR Bank Danamon mengalami
tren meningkat. Yang diperlukan oleh Bank Danamon yaitu tetap mempertahankan kestabilan LDR pada standar ketentuan BI tersebut.
Mengingat likuiditas merupakan aspek yang penting karena menyangkut kewajiban jangka pendek bank.
Kelompok Bank BUMN memiliki rata-rata LDR sebesar 76,32 menunjukan lebih baik daripada rata-rata total LDR di industri
sebesar 77,65. Untuk Bank Non-BUMN sebesar 78,32 lebih tinggi daripada rata-rata total LDR di industri sebesar 77,65 yang
menunjukan tidak lebih baik dari rata-rata total LDR di industri, Hal ini menunjukan Bank BUMN dari rata-rata LDR lebih baik daripada
Bank Non-BUMN atau bisa dikatakan Bank BUMN dari aspek likuiditas sedikit lebih likuid dibandingkan dengan Bank Non-BUMN.
4.2.11 Uji Statistik Rasio LDR