Sistem Jaringan Jalan Sekunder

18 1. Merupakan terusan jalan lokal primer luar kota. 2. Melalui atau menuju kawasan primer atau jalan primer lainnya. 3. Dirancang untuk kecepatan rencana 20 kmjam. 4. Kendaraan angkutan barang dan bus diijinkan melalui jalan ini. 5. Lebar jalan tidak kurang dari 6 m. 6. Besarnya LHR pada umumnya paling rendah pada sistem primer.

II.5.1.2 Sistem Jaringan Jalan Sekunder

Berdasarkan PP No. 34 Tahun 2006 tentang Jalan pasal 8, sistem jaringan jalan sekunder disusun berdasarkan rencana tata ruang wilayah kabupatenkota dan pelayanan distribusi barang dan jasa untuk masyarakat di dalam kawasan perkotaan yang menghubungkan secara menerus kawasan yang mempunyai fungsi primer, fungsi sekunder kesatu, fungsi sekunder kedua, fungsi sekunder ketiga, dan seterusnya sampai ke persil. Menurut Adisasmita 2011:138-139, Sistem Jaringan Jalan Sekunder adalah: a. Jalan Arteri Sekunder ruas jalan yang menghubungkan kawasan primer dengan kawasan sekunder kesatu, menghubungkan kawasan sekunder kesatu dengan kawasan sekunder kesatu, menghubungkan kawasan sekunder kesatu dengan kawasan sekunder kedua. Untuk jalan sekunder wilayah perkotaan kriterianya: 1. Dirancang untuk kecepatan rencana paling rendah 30 kmjam. 2. Lebar badan jalan tidak kurang dari 8 m. Universitas Sumatera Utara 19 3. Lalu lintas cepat pada jalan arteri sekunder tidak boleh tergantung oleh lalu lintas lambat. 4. Akses langsung dibatasi tidak boleh lebih pendek dari 250 m. 5. Angkutan barang ringan dan bus untuk pelayanan kota diijinkan melalui jalan ini. 6. Persimpangan diatur dengan pengaturan tertentu sesuai dengan volume lalu lintasnya. Kapasitasnya sama atau lebih besar dari volume lalu lintasnya. 7. Lokasi berhenti dan parkir sangat dibatasi dan tidak diijinkan pada jam sibuk. 8. Harus mempunyai perlengkapan jalan yang cukup. 9. Besarnya LHR umumnya paling besar dari sistem sekunder yang lain. 10. Dianjurkan adanya jalur khusus yang akan digunakan oleh sepeda dan kendaraan lambat lainnya. 11. Jarak selang dengan kelas jalan yang sejenis lebih besar dari jarak selang dengan kelas jalan yang lebih rendah. b. Jalan Kolektor Sekunder ruas jalan yang menghubungkan kawasan-kawasan sekunder kedua, yang satu dengan yang lainnya, atau menghubungkan kawasan sekunder kedua kedua dengan kawasan sekunder ketiga. Kriteria untuk jalan kolektor sekunder perkotaan: 1. Dirancang berdasarkan kecepatan rencana 20 kmjam. 2. Lebar badan jalan tidak kurang dari 7 m. Universitas Sumatera Utara 20 3. Kendaraan angkutan barang berat tidak diijinkan melalui fungsi jalan ini di daerah pemukiman. 4. Lokasi parkir pada badan jalan dibatasi. 5. Harus mempunyai perlengkapan jalan yang cukup. 6. Besarnya LHR pada umumnya lebih rendah dari sistem primer dan arteri sekunder. c. Jalan Lokal Sekunder ruas jalan yang menghubungkan kawasan-kawasan sekunder kesatu dengan perumahan, kawasan sekunder kedua dengan perumahan, atau menghubungkan kawasan sekunder kedua dengan kawasan sekunder ketiga dan seterusnya sampai ke perumahan. Kriteria untuk jalan lokal sekunder adalah: 1. Dirancang berdasarkan kecepatan rencana paling rendah 10 kmjam. 2. Lebar badan jalan tidak kurang dari 5 m. 3. Kendaraan angkutan barang berat dan bus tidak diijinkan melalui jalan ini di daerah pemukiman. 4. Besarnya LHR umumnya paling rendah dibanding fungsi jalan yang lain tentang keterkaitan antara fungsi jalan dengan fungsi kota.

II.5.2 Klasifikasi Jalan Menurut Statusnya