67
2.10.5 Flow Chart Proses Curing
GREEN TIRE
GREEN INNER PAINT GREEN OUTER PAINT
POST CURE INFLATION
HANGING CONVEYOR
TIRE CURING TIRE MOLD
SHAPING PROCESS
HIGH PRESSURE
STEAM
LOW PRESSURE
STEAM RING BLADDER
BLADDER
LOW PRESSURE
STEAM SERIAL N
O
PCI RIM
WATER PRESSURE
Gambar 2.22 Flow Chart Proses Curing
68
2.10.5.1 Penjelasan Flow Chart Proses Curing Green Tire
Merupakan material yang akan dimasak, dimana green tire code mengikuti Inprocess Spec dan waktu pemasangan green tire pada mold dengan posisi
sambungan tread didekat nomor serial.
Green Inner Paint
Berfungsi sebagai lubrican pada bagian dalam green tire agar tidak lengket dengan bladder pada saat proses curing terjadi, dimana menggunakan
material Internal Tire Lubricant Silicon . Adapun pemakaiannya dengan cara disemprotkan merata pada bagian dalam green tire, dimana internal tire lubricant
tidak boleh dicampur dengan air dan sesalu dalam kondisi diaduk, dan setelah green tire diberi GIP dikeringkan pada suhu ruang selama minimal 30 menit
setelah itu green tire siap untuk dimasak.
Green Outer Paint
Berfungsi sebagai lubrican pada bagian luar green tire agar tidak lengket dengan mold pada saat proses curing terjadi, dimana menggunakan material
Green Outer Paint PCP . Adapun pemakaiannya dengan cara disemprotkan merata pada bagian luar green tire, dimana Green Outer Paint PCP tidak boleh
dicampur dengan SBP XX dan sesalu dalam kondisi diaduk, dan setelah green tire diberi GOP dikeringkan pada suhu ruang selama minimal 30 menit setelah itu
green tire siap untuk dimasak.
69
Tire Curing
Berfungsi untuk membentuk, memasak dan mencetak green tire menjadi tire.
Oil Pump
Berfungsi sebagai media penggerak hydraulik untuk mesin curing tipe BOM Hydraulic, dimana oil pressure untuk kondisi low 25 ± 5 kgcm
2
dan kondisi high 100 – 120 kgcm
2
.
Ring Bladder
Berfungsi sebagai media peletakan Bladder.
Bladder
Berfungsi sebagai media untuk shaping process pada saat pembentukan atau pemasakan green tire menjadi tire, dengan bladder temperature 120 ± 10
o
C.
Water Pressure
Berfungsi sebagai media untuk proses vacuum bladder diflate bladder , sebagai media untuk menggerakkan cylinder bladder dan sebagai media untuk
membantu pembuangan steam pada proses drain.
Shaping Process
Berfungsi untuk pembentukan awal green tire pada mold sebelum curing proscess.
Steam
Berfungsi sebagai media untuk memanaskan platten, mold dan bladder, dimana platten pressure 7.5 ± 0.5 kgcm
2
, interrnal bladder high pressure steam 11 ± 0.5 kgcm
2
, internal bladder low pressure steam 7.5 ± 0.5 kgcm
2
.
70
Tire Mold
Berfungsi sebagai media untuk mencetak green tire menjadi tire.
Serial No.
Berfungsi sebagai identitas manufacturing number atau identitas produksi.
Post Cure Inflation PCI
Berfungsi untuk membentuk keseragaman dimensi tire setelah dimasak.
Hanging Conveyor
Berfungsi sebagai media mengirimkan tire ke finishing dan inspection section, dimana speed operation 17 – 18 mmin, dan jarak antar hanger 900 mm.
Gambar 2.23 Tire 2.10.5.2 Jenis mesin yang digunakan dalam section Curing
Nama Mesin
: Curing HP 32 “
Maker :
Seyen Machinery Co., Ltd.
Mold Height Range : 140 mm ~ 200 mm
Mold Outside Diameter : 540 mm~ 650 mm
Stroke cylinder for lower Clip Ring : 200 mm Stroke cylinder for Stretching Bladder : 320 mm
Platten temperature at 7.5 Kgcm
2
steam pressure : 165
o
C ± 3
o
C
71
Mold clossing force : 5 Mpa
2.11. Penelitian Terdahulu
Berikut ini merupakan penelitian–penelitian sebelumnya yang digunakan sebagai acuan dalam penelitian ini.
1. M. Fajar Hariadi 2006 ”Upaya Penurunan Jumlah Cacat Pada Mesin
Dual DAPTC 611 Dengan Menggunakan Metode Failure Mode And Effect Analysis FMEA di PT Filtrona Indonesia, Sidoarjo”, Tugas
Akhir S – 1 Skripsi Institut Teknologi 1o Nopember, Surabaya
Pada saat penelitian dilakukan, jumlah cacat yang terdapat pada mesin dual DAPTC sangat banyak jika dibanding dengan mesin lainnya. Dengan
banyaknya jumlah cacat menandakan bahwa pada mesin tersebut terdapat masalah. Untuk dapat menyelesaikkan masalah maka dilakukan identifikasi
terhadap penyebab terjadinya cacat. Beberapa jenis cacat yang sering terjadi pada mesin dual, yaitu wringkle, creasing, jump, segmen variasi,
circumference, gap dan lain sebagainya Untuk meminimasi adanya cacat, digunakan metode failure mode and effect analysis process FMEAP.
Dengan menggunakan metode tersebut dapat mengidentifikasi dan mendeteksi bentuk kegagalan yang memiliki potensi penyebab cacat produk.
Dengan mengacu pada nilai RPN pengambilan tindakan perbaikan akan dilakukan. Tindakan implementasi dilakukan dengan melihat nilai RPN
yang berada di atas standarisasi yang telah ditentukan perusahaan, yang mana terdapat enam fungsi proses yang akan diimplementasikan.
Keberhasilan implementasi dilihat dari hasil perbandingan nilai RPN