41
B. Pengertian Pembuktian
S ecara bahasa pembuktian berasal dari kata “bukti”, sedanُkan kata “bukti”
menurut kamus besar bahasa Indonesia adalah sesuatu yang menyatakan kebenaran suatu peristiwa, sedang pembuktian itu sendiri berarti perosesnya. Artinya guna membuktikan
atau usaha menunjukan benar atau salahnya si-terdakwa dalam sidang pengadilan.
57
Adapun Pembuktian secara yuridis tidak lain adalah pembuktian “historis” yanُ mencoba
menetapkan apa yang telah terjadi secara kongkrit dengan memberikan dasar-dasar yang cukup kepada hakim yang memeriksa perkara guna memberikan kepastian tentang
kebenaran peristiwa yang didakwakan kepada terdakwa. Beragam pengertian pembuktian yang didefinisikan para ahli hukum dalam proses
pembuktian itu sendiri, namun definisi tersebut memiliki tujuan yang tak jauh berbeda dengan kata lain sama tujuannya, antara lain:
1. R. Subekti mengataka, bahwa pembuktian adalah meyakinkan hakim tentang
kebenaran dalil atau dalil-dalil yang dikemukakan dalam suatu persengketaan.
58
2. R. Atang Renoemilharja mendefinisikan, pembuktian adalah mencari dan
mendapatkan kebenaran selengkap-lengkapnya. Apakah suatu tindak pidana dilakukan dan siapakah yang melakukan berdasarkan kata kerja, hasil dari
mencari kebenaran tentang suatu hal berdasarkan kata benda.
59
57
Tim Penyusun Kamus Pustaka dan pengembangan Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 1988, h. 133.
58
R. Subekti, Hukum Pembuktian, Jakarta: Pradnya Paramita, 1987, h. 7.
59
R. Atang Renoemilharja, Hukum Acara Pidana, Bandung: Tarsito, 1981, h. 80.
42 3.
Martiman Prodjohamidjojo berpendapat, bahwa pembuktian mengandung maksud dan usaha untuk menyatakan kebenaran atas suatu pristiwa sehingga dapat
diterima oleh akal terhadap kebenaran tersebut.
60
4. A. Mikto Arto, bahwa yang dimaksud dengan pembuktian artinya
mempertimbangkan secara logis kebenaran suatu fakta atau peristiwa berdasarkan alat-alat bukti yang sah dan menurut hukum pembuktian yang berlaku.
61
Berdasarkan dafinisi yang diberikan para ahli diatas, menggambarkan adanya maksud yang sama dalam mendefinisikan pembuktian, yakni sama-sama bertujuan
memberikan masukkan kepada hakim sekaligus meyakinkan hakim dalam memutuskan perkara tersebut. Selain itu, menjelaskan bahwa pembuktian merupakan proses yang
sangat penting dalam persidangan dan hasilnya menjadi kewenangan hakim untuk menerima, menolak dan menilainya guna memperoleh kebenaran untuk menjatuhkan
hukuman atau tidak menjatuhkan hukuman terhadap terdakwa membebaskan dengan melihat fakta-fakta terkait dengan tindak pidana yang didakwakan kepada terdakwa.
Adapun pembuktian tindak pidana, secara umum diatur dalam Pasal 184 Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana KUHAP Ayat 1, bahwa alat bukti yang sah
ialah keterangan saksi, keterangan ahli, surat, petunjuk, keterangan terdakwa. Selain itu terdapat alat bukti yang diatur secara khusus yang dimasukkan kedalam Undang-Undang
yang mengatur tindak pidana khusus, seperti data elektronik yang dapat dijadikan sebagai
60
Martiman Prodjohamidjojo, Sistem Pembuktian dan Alat-alat Bukti, Jakarta: Ghalia Indonesia, 1983, h. 11.
61
A. Mikto Arto, Praktek Perkara Perdata pada Pengadilan Agama, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1998, h. 135.
43 alat bukti dalam tindak pidana informasi dan transaksi elektronik, sesuai dengan aturan
Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Informasi dan Transaksi Elektronik.
C. Sistem Pembuktian