Keterangan Saksi Macam-macam Alat Bukti

47 pembuktian tindak pidana atau kesalahan terdakwa melakukan tindak pidana dibebankan sepenuhnya kepada jaksa penuntut umum. 66

E. Macam-macam Alat Bukti

Dalam proses pembuktian memerlukan alat-alat bukti yang dapat memperkuat keyakinan hakim untuk memutuskan suatu perkara. Sedangkan alat-alat bukti yang sah dalam tindak pidana diatur dalam Pasal 184 ayat 1 KUHAP, sebagai berikut:

1. Keterangan Saksi

Keterangan saksi adalah suatu alat bukti dalam perkara pidana yang berupa keterangan dan saksi mengenai suatu peristiwa pidana yang ia dengar, lihat dan dialami sendiri dengan menyebut alasan dari pengetahuannya tersebut testimonium de auditu. Berdasarkan Pasal 1 butir 27 KUHAP, bahwa keterangan saksi adalah orang yang dapat memberikan keterangan guna kepentingan penyidikan, penuntutan dan peradilan tentang suatu perkara pidana yang ia dengar, lihat, dan dialami sendiri. R. Wirjono Prodjodikoro menjelaskan bahwa, kesaksian adalah pengakuan seseorang tentang hal-hal yang diketahuai atau didengar sendiri dan dirasakan sendiri akan sesuatu yang ia ajukan sebagai suatu kejadian. 67 66 Muladi, Sistem Pembuktian Terbalik Omkering van Bewijslast atau Reversel Burden of Proof atau Shifting Burden of Proof , Jakarta: Majalah Varia Peradilan, 2001, h. 122. 67 R. Wirjono Prodjodikoro, Hukum Acar Pidana di Indonesia, cet. ke-II, Jakarta: Pradya Paramita, 1982, h. 108. 48 Selain mendengar, melihat, dan dialami sendiri, ada syarat lain agar keterangan saksi dapat dijadikan bukti di persidangan, syarat-syarat tersebut adalah: a. Harus mengucapkan sumpah atau janji Seorang saksi harus mengucapkan sumpah dan berjanji di hadapan hakim persidangan sebelum memberikan keterangannya, bahwa ia akan memberikan keterangan yang sebenar-benarnya. Sesuai dengan Pasal 160 ayat 3 KUHAP, yang berbunyi: “sebelum memberi keterangan, saksi wajib mengucapkan sumpah atau janji manurut cara agamanya masing-masing, bahwa ia akan memberikan keterangan yang sebenarnya dan tidak lain dari pada yang sebenarnya ” b. Keterangan saksi yang bernilai sebagai bukti Tidak semua keterangan saksi dapat dinilai atau dijadikan sebagai alat bukti, melainkan keterangan saksi yang dapat dinilai atau dijadikan sebagai alat bukti ialah keterangan yang sesuai dengan apa yang telah dijelaskan pada Pasal 1 ayat 27 KUHAP, yakni: saksi yang lihat sendiri, dengar sendiri, dan saksi alami sendiri serta menyebut alasan dari pengetahuannya itu. 68 c. Keterangan saksi harus diberikan di sidang pengadilan Keterangan saksi harus diberikan di sidang pengadilan sesuai dengan penُesahan Pasal 185 ayat 1 bahwa “keteranُan saksi sebaُai alat bukti ialah apa yanُ saksi nyatakan di sidanُ penُadilan”. Kalau beُitu, keteranُan 68 M. Yahya Harahap, Pembahasan dan Penerapan KUHAP, Jakarta: Sinar Grafika, 2003, h. 287. 49 saksi yang berisi penjelasan tentang apa yang didengarnya sendiri, dilihatnya sendiri, atau dialaminya sendiri mengenai suatu peristiwa pidana, baru dapat dinilai sebagai alat bukti apabila keterangan tersebut di nyatakan saksi dalam persidangan. Sedang keterangan yang dinyatakan diluar sidang pengadilan outside the court tidak dinggap sebagai alat bukti dan tidak dapat dipergunakan untuk membuktikan kesalahan terdakwa. Sekalipun hakim, penuntut umum, terdakwa ataupun penasehat hukum ada yang mendengar keterangan seorang yang berhubungan dengan peristiwa pidana yang sedang diperiksa, dan keterangan itu mereka dengar dihalaman kantor pengadilan atau disampaikan seseorang kepada hakim di rumah tempat tinggalnya. Keterangan yang demikian tidak dinilai sebagai alat bukti karena itu tidak dinyatakan di sidang pengadilan. 69 d. Keterangan seorang saksi saja tidak dinggap cukup Dalam hal kasaksian dikenal sebuah asas “unus testis nullus testis”, yakni asas yang menentukan bahwa keterangan satu saksi saja tanpa didukung alat bukti lainya tidak cukup untuk membuktikan kesalahan terdakwa. Dan alat bukti lainnya ini dapat berupa keterangan satu saksi lainnya atau berupa alat-alat bukti selain keterangan saksi. Seperti, dalam KUHAP Pasal 185 ayat 2 dan 3 menyatakan bahwa : Ayat 2: “keterangan seorang saksi saja tidak cukup untuk membuktikan 69 Ibid., h. 288. 50 bahwa terdakwa bersalah terhadap perbuatan yang didakwakan kepadannya” Ayat 3: “ketentuan sebagaimana yang dimaksud dalam ayat 2 tidak berlaku apabila disertai dengan suatu alat bukti yang sah lainnya” Jadi dalam hal keterangan seorang saksi tanpa dibuktikan dengan alat- alat bukti lain atau keterangan seorang saksi lainnya disidang pengadilan tidak dapat membuktikan bahwa terdakwa bersalah atas dakwaan yang dituduhkan kepada dirinya, karena hal ini sesuai dengan asas unus testis nullus testis. e. Keterangan beberapa saksi yang berdiri sendiri Dalam KUHAP Pasal 185 ayat 4 meneranُkan bahwa “keteranُan beberapa saksi yang berdiri sendiri-sendiri tentang suatu kejadian atau keadaan dapat digunakan sebagai suatu alat bukti yang sah, apabila keterangan saksi itu ada hubungannya satu dengan yang lain sedemikian rupa, sehingga dapat memberikan adanya suatu kejadian atau keadilan tertentu. Dari ketentuan di atas, bahwa keterangan beberapa orang saksi baru dapat dinilai sebagai alat bukti serta mempunyai ketentuan pembuktian apabila keterangan para saksi tersebut mempunyai hubungan serta saling menguatkan tentang kebenaran sesuatu keadaan atau kejadian tertentu. 70 70 Ibid, h. 290. 51

2. Keterangan Ahli