51
2. Keterangan Ahli
Keterangan ahli diatur dalam Pasal 1 butir 28 KUHAP, bahwa yang dimaksud keterangan ahli adalah keterangan yang diberikan oleh seorang yang
memiliki keahlian khusus tentang hal yang diperlukan untuk membuat terang suatu perkara pidana guna kapentingan pemeriksaan.
Pengertian keterangan ahli ini diperjeles oleh Pasal 120 KUHAP yang berkesimpulan bahwa keterangan ahli adalah orang yang memiliki keahlian
khusus, dan memberikan keterangan menurut pengetahuannya dengan sebaik- baiknya.
Dari beberapa pemahaman tentang pengertian keterangan ahli dalam KUHAP tersebut, maka bantuan yang dapat diberikan oleh para ahli tersebut
adalah untuk menjelaskan tentang bukti-bukti yang ada hingga menjadi terang dan dapat dipertanggung jawabkan. Setiap orang yang dimintai pendapatnya sebagai
saksi ahli maka wajib memberikan keterangan demi keadilan dengan mengucapkan sumpah atau janji bahwa ia akan memberikan keterangan sebaik-
baiknya dan sebenar-benarnya menurut pengetahuan dalam bidang keahliannya, hal tersebut terangkum dalam Pasal 179 KUHAP.
Adapun syarat-syarat saksi ahli dalam Undang-Undang tidak diatur, namun yang pasti ialah bahwa saksi ahlipun harus memberikan keterangan secara
jujur dan objektif serta tidak memihak kepada siapapun. Atas dasar tersebut, maka
52 sudah seharusnya apabila syarat-syarat sebagai saksi ahli sama dengan syarat-
syarat sebagai saksi, meskipun dengan perbedaan tertentu.
71
Perbedaan antara saksi dengan saksi ahli ialah, kedudukan seorang saksi ahli dapat digantikan dengan saksi ahli yang lain dalam hak memberikan
pendapatnya. Sedangkan kedudukan saksi tidak dapat digantikan dengan yang lainnya.
3. Surat
Alat bukti surat adalah segala sesuatu yang memuat tanda-tanda baca yang dimaksudkan untuk mencurahkan isi hati atau menyampaikan buah pikiran
seseorang dan dipergunakan sebagai pembuktian alat bukti.
72
Berdasarkan jenisnya surat dapat dibagi menjadi tiga katagori, yaitu: Pertama surat akta otentik, yakni surat atau akta yang dibuat oleh atau dimukan
pejabat yang berwenang dengan maksud untuk dijadikan bukti. Kedua surat akta bawah tangan, ialah suatu akta yang sengaja dibuat untuk pembuktian oleh para
pihak, namun tanpa campur tangan pejabat yang berwenang. Dan yang ketiga adalah surat-surat lain yang bukan akta, yakni surat yang dibuat, ditandatangani
dan dimaksudkan sebagai suatu pernyataan sepihak saja. Sedangkan surat yang dapat dijadikan alat bukti menurut Pasal 186
KUHAP, ialah surat yang dibuat atas sumpah jabatan atau dilakukan dengan
71
Mukti Arto, Praktek Perkara pada Pengadilan Agama, Yogyakarta: Sinar Grafika, 2006, h. 138.
72
Ibid, h. 143.
53 sumpah. Seperti, berita acara dan surat lain dalam bentuk resmi yang dibuat
dihadapan pejabat yang berwenang atau surat yang dibuat menurut ketentuan peraturan perundang-undangan atau surat yang dibuat mengenai hak, termasuk
dalam tata pelaksanaan yang menjadi tanggung jawabnya dan yang diperuntukan bagi pembuktian sesuatu keadaan saat itu maupun dikemudian hari.
4. Petunjuk